Está en la página 1de 11

A.

Ekosistem sungai
Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu,
berasal dari air tanah, air permukaan yang diakhiri bermuara ke laut. Sungai sebagai perairan
umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat
dengan sistem-sistem terestrial dan lentik. Ciri-ciri umum daerah aliran sungai adalah semakin
ke hulu daerahnya pada umumnya mempunyai tofograpi makin bergelombang sampai
bergunung-gunung. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh organisme.
Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa
tingkat yang lebih atas berada di bagian hulu dan kemudian mengarah ke hilir.
Pada habitat air mengalir ini, perubahan-perubahan yang terjadi akan lebih nampak
pada bagian atas dari aliran air karena adanya kemiringan, volume air atau komposisi kimia
yang berubah. secara umum zonasi habitat air mengalir, yaitu: Arus mempunyai arti penting
untuk pergerakan ikan. Arus yang searah dari hulu sangat penting untuk pergerakan ikan atau
bahkan menyebabkakn ikan-ikan bergerak aktif melawann arus, kea rah muara pergerakan ikan
dapat berlangsung dengan pasif maupun mengapung
Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Dan sungai
merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan yang ada di bumi. Baik manusia, hewan dan
tumbuhan semua makhluk hidup memerlukan air untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sungai mengalir dari hulu ke hilir bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah. Air sungai berakhir di laut sehingga air yang tadinya terasa tawar menjadi asin terkena
zat garam di laut luas.
Sungai adalah bagian dari permukaan bumi sebagai tempat air tawar mengalir. Sungai
terbentuk secara alami. Pada bagian kiri dan kanan dibatasi oleh tanggul. Sungai bermuara ke
rawa, danau, sungai lain, dan akhirnya ke laut. Daerah tempat sumber air sungai mengalir
disebut juga daerah hulu sungai. Berdasarkan ciri yang tampak, aliran sebuah sungai terbagi
atas tiga bagian. Yaitu bagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir atau muara.
Hulu Sungai
Adapun ciri-ciri bagian hulu sungai adalah sebagai berikut :
1.

Arus sungai deras.

2.

Arus erosi ke dasar sungai besar (erosi vetikal).

3.

Lembah sungai curam.

4.

Lembah sungai berbentuk V.

5.

Tidak terjadi pengendapan hasil erosi.

6.

Banyak ditemukan air terjun.

Tengah Sungai
Adapun ciri-ciri bagian tengah sungai adalah sebagai berikut.

1.

Jarang dijumpai air terjun.

2.

Kecepatan aliran sungai mulai berkurang.

3.

Mulai terjadi proses pengendapan material yang dibawa oleh air sungai.

4.

Selain terjadi erosi ke bawah juga terjadi erosi ke samping (erosi horizontal)

Hilir atau Muara


Adapun ciri-ciri bagian hilir atau muara sungai adalah sebagai berikut.
1.

Kecepatan sungai mulai lambat.

2.

Proses pengendapan sangat intensif.

3.

Dibagian muara sungai sering disebut delta.


Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sundai umumnya

terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di
beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga
mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah
untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air
limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini
terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti yang
dikemukan Sandy (1985) adalah bagian dari muka bumi yang dibatasi oleh topografi dan
semua air yang jatuh mengalir kedalam sungai, dan keluar pada satu outlet. Sedangkan kerapan
sungai yang dimaksudkan adalah ratio (perbandingan) jumlah panjang sungai dalam (km)
terhadap luas Daerah Aliran Sungai.
Pada tahun 1880 an seorang geologist berkebangssan Amerika, William Davis Morris,
berpendapat bahwa sungai dan lembahnya ibarat organisme hidup. Sungai berubah dari waktu
ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan masa tua. Menurut Davis, siklus kehidupan
sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan kemudian mengikisnya
dan membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai. Danau
menampung air pada daerah yang cekung, tapi kemudian hilang sebagai sebagai sungai
dangkal. Kemudian memperdalam salurannya dan mengiris ke dasarnya membentuk sisi yang
curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti
cabang tumbuh dari pohon. Semakin tuan sungai, lembahnya semakin dlam dan anak-anak
sungainya semakin panjang.
Robert E. Horton, seorang consulting hydrolic engineer, mengklasifikasikan sungai
berdsarkan tingkat kerumitan anak-anak sungainya. Saluran sungai tanpa anaknya disebut
sebagai "first order". Sungai yang mempunyai satu atau lebih anak sungai "first order" disebut
saluran sungai "second order". Sebuah sungai dikatakan "third order" jika sungai itu
mempunyai sekurang-kurangnya satu anak sungai "second order".
A.

Sungai menurut jumlah airnya

1.

sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai

jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi,
Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2.

sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada

musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai
Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah
Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
3.

sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang pada musim kemarau airnya kering

dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.

4.

sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada

hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai
jenis ini airnya belum tentu banyak.
B. Sungai menurut genetiknya
1.

sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng

2.

sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen

3.

sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai

konsekwen
4.

sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan

5.

sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen

C. Manajemen sungai
Sungai seringkali dikendalikan atau dikontrol supaya lebih bermanfaat atau mengurangi dampak
negatifnya terhadap kegiatan manusia.
1.

Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan air atau menghasilkan

energi.
2.

Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran banjirnya.

3.

Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air maupun

navigasi
4.

Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi atau diluruskan untuk

meningkatkan rerata aliran.


Manajemen sungai merupakan aktivitas yang berkelanjutan karena sungai cenderung untuk
mengulangi kembali modifikasi buatan manusia. Saluran yang dikeruk akan kembali mendangkal,
mekanisme pintu air akan memburuk seiring waktu berjalan, tanggul-tanggul dan bendungan sangat
mungkin mengalami rembesan atau kegagalan yang dahsyat akibatnya. Keuntungan yang dicari
dalam manajemen sungai seringkali "impas" bila dibandingkan dengan biaya-biaya sosial ekonomis
yang dikeluarkan dalam mitigasi efek buruk dari manajemen yang bersangkutan.
Sebagai contoh, di beberapa bagian negara berkembang, sungai telah dikungkung dalam kanal-kanal
sehingga dataran banjir yang datar dapat bebas dan dikembangkan. Banjir dapat menggenangi pola
pembangunan tersebut sehingga dibutuhkan biaya tinggi dan seringkali makan korban jiwa. Banyak
sungai kini semakin dikembangkan sebagai wahana konservasi habitat, karena sungai termasuk
penting untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang bermigrasi, menetap, dan budidaya tambak,
burung-burung, serta beberapa jenis mamalia.
Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang geometri (bentuk dan ukuran), jenis, sifat
dan perilaku sungai dengan segala aspek dan perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. Dengan
demikian, morfologi sungai ini akan menyangkut juga sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang
saling terkait. Dua proses penting dalam sungai adalah erosi dan pengendapan, yang dipengaruhi oleh
jenis aliran air dalam sungai yaitu:
1.

aliran laminer: jika air mengalir dengan lambat, partikel akan bergerak ke dalam arah paralel

terhadap saluran.

2.

aliran turbulen: jika kecepatan aliran berbeda pada bagian atas, tengah, bawah, depan dan

belakang dalam saluran, sebagai akibat adanya perubahan friksi, yang mengakibatkan perubahan
gradien kecepatan. Kecepatan maksimum pada aliran turbulen umunya terjadi pada kedalaman 1/3
dari permukaan air terhadap kedalaman sungai.
Erosi terjadi pada dinding ataupun dasar sungai dibawah kondisi aliran yang bersifat turbulen.
Pengendapan akan terjadi jika material yang dipindahkan jauh lebih besar untuk digerakkan oleh
kecepatan dan kondisi aliran. Pada kondisi aliran turbulen erosi akan terjadi akibat terbawanya
material dan pengendapan terjadi ketika hasil erosi tersebut menuju ke arah bawah tidak
terpindahkan lagi oleh aliran.
D. Sungai dapat kita bagi menjadi beberapa jenis berdasarkan pembentukannya, yaitu :
1. Sungai Hujan
Sungai hujan adalah sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan yang berkumpul membuat
suatu aliran besar. Sungai-sungai yang ada di Indonesia umumnya adalah termasuk ke dalam jenis
sungai hujan.
2. Sungai Gletser
Sungai gletser adalah sungai yang sumber airnya berasal dari salju yang mencair berkumpul menjadi
kumpulan air besar yang mengalir. Sungai membramo / memberamo di daerah papua / irian jaya
adalah salah satu contoh dari sungai gletser yang ada di Indonesia.
3. Sungai Campuran
Sungai campuran adalah sungai di mana air sungai itu adalah pencampuran antara air hujan dengan
air salju yang mencair.
E. Jenis-jenis sungai berdasarkan kekekalan airnya
Berdasarkan kekekalan airnya, sungai dibagi menjadi dua yaitu sungai episodik dan sungai periodik.
1. Sungai Episodik
Sungai episodik adalah sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan debit air yang stabil. Jenis
sungai ini cocok digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik.
2. Sungai Periodik
Sungai periodik adalah sungai yang debit airnya tinggi pada musim hujan dan rendah pada musim
kemarau.
F. Karakteristik sungai
Karakteristik sungai memberikan gambaran atas profil sungai, pola aliran sungai dan genetis sungai,
yang secara rinci diuraikan sebagai berikut;
1.

Profil sungai

Berdasarkan perkembangan profil sungai (Lobeck, 1939; Pannekoek, 1957 dan Sandy, 1985), dalam
proses pengembangnnya mengalami tiga taraf yaitu: Periode muda, terdapat di daerah hulu sungai,
yang mempunyai ketinggian relief yang cukup besar. Ciri spesifiknya terdapatnya sayatan sungai
yang dalam, disebabkan oleh penorehan air yang kuat dari air yang mengalir cepat dan daya angku
yang besar. Erosi tegak sering dijumpai, sehingga lebah curam berbentuk huruf (V) sering juga
ditemukan. Contoh yang jelas di hulu Sungai Cipeles sekitar Cadas Pangeran. Periode dewasa,
dijumpai di bagian tengah sungai, yang dicirikan dengan pengurangan kecepatan aliran air, karena
ketinggian relief yang berkurang. Daya angkut berkurang, dan mulai timbul pengendapan di

beberapa tempat yang relatif datar. Keseimbangan antara kikisan dan pengendapat mulai tampak,
sehingga di beberapa tempat mulai terjadi akumulasi material, arus akan berbelok-belok, karena
endapan yang mengeras, dan di tempat endapan inilah yang sering terjadi meander. Periode tua, di
daerah hilir dengan ketinggian rendah, yang dicirikan tidak terjadi erosi tegak, dan daya angkut
semakin berkurang, sehingga merupakan pusat-pusat pengendapan. Tekanan air laut di bagian muara
sungai sering menyebabkan delta.
2.

Pola Aliran

Cotton (1949), menyatakan bahwa letak, bentuk dan arah aliran sungai, dipengaruhi ntara lain oleh
lereng dan ketinggian, perbedaan erosi, struktur jenis batuan, patahan dan ipatan, merupakan faktorfaktor yang menyebabkan perbedaan bentuk genetik dan pola ungai. ola sungai adalah kumpulan dari
sungai yang mempunyai bentuk yang sama, yang apat menggambarkan keadaan profil dan genetik
sungainya (Lobeck, 1939; Katili (1950), an Sandy, 1985). Lebih jauh dikemukakan bahwa ada empat
pola aliran sungai yaitu:
a)

Pola denditrik, bentuknya menyerupai garis-garis pada penampang daun, terdapat di truktur

batuan beku, pada pengunungan dewasa.


b)

Pola retangular, umumnya terdapat di struktur batuan beku, biasanya lurus mengikuti truktur

patahan, dimana sungainya saling tegak lurus


c)

Pola trellis, pola ini berbentuk kuat mengikuti lipatan batuan sedimen. Pada pola ini erpadapt

perpaduan sungai konsekwen dan subsekwen.


d)

Pola radial, pola ini berbentuk mengikuti suatu bentukan muka bumi yang cembung, yang

merupakan asal mula sungai konsekwen. Pola radial dibagi dua yaitu :
1.

Sentri pugal adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat

didaerah gunung yang berbentuk kerucut


2.

Sentri petal adalah pola aliran yang mengumpul menuju pusat. Pola ini terdapat didaerah basin

(cekungan)
e)
f)

Pola anular adalah pola aliran sungai yang membentuk sungai


Pola pinate adalah pola aliran dengan muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip

3. Genetik Sungai
Menurut Lobeck (1939), klasifikasi genetik sungai dibedakan menjadi empat yaitu:
a)

Sungai konsekwen, yaitu sungai yang bagian tubuhnya mengalir mengikuti kemiringan lapisan

batuan yang dilaluinya. Atau sungai yang alirannya searah dengan lereng. Contoh S. Cipanas, Sungai
Cacaban.
b)

Sungai Subsekwen, yaitu sungai yang mengalir pada lapisan batuan yang lunak, dan biasanya

merupakan sungai yang tegak lurus terhadap sungai konsekwen.


c)

Sungai Obsekwen, adalah sungai yang mengalir berlawanan dengan kemiringan lapisan batuan,

atau sungai yang mengalir dan berlawanan dengan sungai konsekwen.


d)

Sungai antiseden, sungai yang mengalir melalui patahan, dengan adanya teras,

e)

Sungai inkonsekuen, sungai yang arah alirannya tidak teratur.

f)

Sungai resekuen, yaitu anak sungai subsekuen yang arah alirannya sejajar dengan sungai

konsekuen.

4. Tata Nama Sungai


Sandy (1985), membedakan nama bagian sungai menjadi empat yaitu :
a)

induk sungai, yang merupakan tumbuh sungai terpajang dan lebar mulai dari hulu sungai

sampai ke hilir sungai


b)

anak sungai adalah cabang-cabang sungai yang menyatu dengan induk sungai,

c)

alur anak cabang sungai, adalah cabang-cabang sungai yang menyatu dengan anak sungai, dan

d)

alur mati (creek), adalah alur-alur di bagian teratas yang kadang kala berair apabila hujan, dan

pada waktu tidak ada hujan maka akan kering.


G. Sungai menurut terjadinya
1.

Karena perbedaan kadar garam/ berat jenis

2.

Karena angin

3.

Karena niveu/ beda tinggi permukaan

4.

Karena pengaruh daratan/benua

5.

Karena pengarauh pasang naik dan air surut

H. Proses yang terjadi disungai


a. Sedimentasi
Bagian dari zat terlarut diadsorbsi pada partikel tersuspensi yang dapat mengendap
pada dasar sungai, konstanta kecepatan reaksi tergantung dari kedalaman sungai
b. Resuspensi
Adalah kebalikan dari proses sedimentasi, yaitu partikel terendap terlarut kembali.
c. Difusi
Difusi material pada dasar sedimen adalah penting untuk oksigen terlarut, oksigen dapat
dikonsumsi oleh benthic dan reaksi kimia benthic, maka konsumsi oksigen oleh benthic
biasanya diasumsi konstan.
I.

Struktur Sungai

Menurut Forman dan Gordon (1983), morfologi pada hakekatnya merupakan bentuk luar, yang
secara rinci digambarkan sebagai berikut;
Lebih jauh Forman (1983), menyebutkan bahwa bagian dari bentuk luar sungai secara rinci dapat
dipelajari melalui bagian-bagian dari sungai, yang sering disebut dengan istilah struktur sungai.
Struktur sungai dapat dilihat dari tepian aliran sungai (tanggul sungai), alur sungai, bantaran sungai
dan tebing sungai, yang secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1.

Alur dan Tanggul Sungai

Alur sungai (Forman & Gordon, 1983; dan Let, 1985), adalah bagian dari muka bumi yang selalu
berisi air yang mengalir yang bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-off, mata air dan
air bawah tanah (base flow). Lebih jauh Sandy (1985) menyatakan bahwa alur sungai dibatasi oleh
bantuan keras, dan berfungsi sebagai tanggul sungai.
2.

Dasar dan Gradien sungai

Forman dan Gordon (1983), menyebutkan bahwa dasar sungai sangat bervariasi, dan sering
mencerminkan batuan dasar yang keras. Jarang ditemukan bagian yang rata, kadangkala bentuknya
bergelombang, landai atau dari bentuk keduanya; sering terendapkan matrial yang terbawa oleh
aliran sungai (endapan lumpur). Tebal tipisnya dasar sungai sangat dipengaruhi oleh batuan dasarnya.
Dasar sungai dari hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi (elevasi), dan pada jarak tertentu
atau keseluruhan sering disebut dengan istilah gradien sungai yang memberikan gambaran berapa
presen rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian hilir. Besaran nilai gradien berpengaruh
besar terhadap laju aliran air.
3.

Bantaran sungai

Forman dan Gordon (1983) menyebutkan bahwa bantaran sungai merupakan bagian dari struktur
sungai yang sangat rawan. Terletak antara badan sungai dengan tanggul sungai, mulai dari tebing
sungai hingga bagian yang datar. Peranan fungsinya cukup efektif sebagai penyaring (filter) nutrien,
menghambat aliran permukaan dan pengendali besaran laju erosi. Bantaran sungai merupakan habitat
tetumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tetumbuhan yang komunitasnya tertentu mampu
mengendalikan air pada saat musim penghujan dan kemarau.
4.

Tebing sungai

Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul sungai disebut dengan
tebing sungai. Tebing sungai umumnya membentuk lereng atau sudut lereng, yang sangat
tergantung dari bentuk medannya. Semakin terjal akan semakin besar sudut lereng yang terbentuk.
Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi riparian, kadangkala sangat rawan longsor
karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas.
Sandy (1985), menyebutkan apabila ditelusuri secara cermat maka akan dapat diketahui hubungan
antara lereng tebing dengan pola aliran sungai.
Mencermati atas Gambar-I (Profil Sungai), dapat ditelusuri bahwa struktur sungai pada hakekatnya
merupakan komponen (elemen) atau bagian dari morfologi sungai, yang meliputi badan sungai,
tebing sungai, bantaran sungai dan tanggul sungai. Bagian dari badan sungai dapat diketahui gradien
sungainya. Permukaan bumi menunjukkan adanya relief, baik dalam sekala besar maupun kecil yang
memungkinkan terjadinya aliran dari hulu ke hilir. Bentuk dan lingkungan fisik sungai secara
alamiah terlihat sejak munculnya bumi keper mukaan. Air merupakan salah satu di antara faktorfaktor penyebab terbentuknya sungai yang dipengaruhi oleh besaran curah hujan, jenis batuan, dan
ketinggian tepat. Curah hujan sebagai sumber air sungai, jenis batuan dan ketinggian tempat sangat
berpengaruh terhadap bentuk komunitas vegetasi bantaran sungai, serta berpengaruh terhadap
temperatur air sungai, salinitas, dan tingkat kekeruhannya.
Mencermati atas uraian profil sungai, dimana ada tiga taraf dalam proses pengembangnnya (periode
muda, dewasa dan tua), nampaknya apabila ditelusuri lebih jauh, akan memperlihatkan bentuk
struktur yang berbeda antara periode yang satu dengan lainnya. Hal ini terlihat dari kenampakan
seperti mengapa meader terjadi di bagian tengah atau dekat ke hilir, delta selalu berada di daerah
hilir, dan gerusan dasar sungai lebih cenderung terjadi di gradien yang lebih besar presentase
kelerengannya. Demikian halnya terhadap pola aliran air yang nampaknya secara spesifik juga akan

memperlihatkan struktur yang berbeda antara pola yang satu dengan lainnya. Hal ini mengingat
bahwa terbentuknya pola aliran sungai sangat dipengaruhi oleh dominansi batuan pembentunya
(batuan beku dan atau batuan sedimen).
J. Lingkungan Bio-fisik Sungai
1. Vegetasi Spesifik Bantaran Sungai
Jenis vegetasi riparian di Indonesia dari bagian hilir sampai dengan bagian hulu cukup bervariasi, dan
menurut Sandy (1985) sangat dipengaruhi oleh batuan dasar dan ketinggian tempat.
2. Lingkungan Fisik Sungai
Menurut Sandy (1985), kedalaman sungai sangat tergantung dari jumlah air yang tertampung pada
alur sungai yang diukur dari penampang dasar sungai sampai ke permukaan air. Level rataan dasar
sungai pengukurannya dirata-ratakan minimal dari tiga titik yang berbeda yaitu di bagian tengah dan
kanan kirinya.
a.

Debit sungai adalah besaran volume air yang mengalir per satuan waktu. Volume air dihitung

berdasarkan luas penampang dikalikan dengan tinggi air. Sumber air sungai terbesar berasal dari
curah hujan, di bagian hulu umumnya curah hujannya lebih tinggi, dibanding di daerah tengah dan
hilir. Sumber lainnya berasal dari aliran bawah tanah, yang dibedakan menjadi air sub surface runof,
mata air dan air bawah tanah (base flow). Pada musim penghujan, aliran bawah tanah bersumber dari
air hujan., yang masuk melalui peristiwa infiltrasi _ perkolasi. Air perkolasi menuju ke lapisan air
tanah dalam (ground water), namun sering ada yang keluar kesamping (sub-surface runof). Air aliran
samping ini sering keluar pada waktu musim hujan dan atau musim kemarau, yang berbeda dengan
aliran bawah tanah yang akan keluar pada waktu musim kemarau. Secara umum, temperatur air
sungai secara horizontal dipengaruhi oleh ketinggian tempat (elevasi). Sandy (1985), mengemukakan
bahwa di daerah-daerah hulu air sungai relatif dingin, sedangkan di bagian tengah dan hilir semakin
tinggi suhunya. Akan tetapi Cole (1979), menyatakan bahwa selain pemanasan bersumber dari
matahari, suhu air sungai juga sering bersumber dari batuan kapur dan atau panas bumi. Tinggi
rendahnya temperatur air sungai, akan berpengaruh terhadap kehidupan (biota) perairan sungai.
b.

Salinitas air sungai, di bagian hulu dan tengah hampir jarang dipengaruhi oleh salinitas,

berbeda dengan di daerah hilir. Tingginya salinitas air sungai di daerah hilir, disebabkan oleh
pengaruh pasang surut air laut. Namun demikian Lebeck (1939), menyatakan bahwa salinitas air baik
di bagian hulu, tengah dan hilir selain dipengaruhi oleh pengaruh air laut, juga dipengaruhi oleh
kandungan unsur hara yang bersifat basa.
c.

Muatan padatan tersuspensi dan kekeruhan, menurut Sandy (1985) sangat dipengaruhi oleh

musim. Pada cwaktu musim penghujan kadungan lumpur relatif lebih tinggi karena besaran laju erosi
yang terjadi; sedangkan pada musim kemarau tingkat kekeruhan air sungai dipengaruhi oleh laju
aliran air yang terbatas menoreh hasil-hasil endapan sungai.
K. Peranan ekosistem bantaran sungai
Seperti diungkapkan oleh Forman dan Gordon (1985), bahwa bantaran sungai pada dasarnya
merupakan habitat dari vegetasi riparian. Dengan demikian menelaah peranan fungsi bantaran
sungai, bukan terbatas pada peranan fungsi fisiknya, namun demikian peranan fungsi vegetasi

riparian juga memberikan informasi yang cukup berperan dalam mengungkap peranan fungsi jasa
biologis dan hidrologisnya. Peranan fungsi jasa biologis vegetasi riparian, disamping berfungsi
sebagai penyaring (filter) nutrien yang diangkut oleh aliran permukaan, juga mampu mengendalikan
erosi. Nutrien yang terbawa oleh aliran permukaan bersumber baik dari air hujan maupun tanah yang
tererosi. Dihambatnya aliran permukaan oleh tetumbuhan, maka infiltrasi menjadi besar, hingga
nutrien akan tersaring dan masuk kedalam tanah. Demikian halnya akibat tertahannya air limpasasn
maka besaran sedimen yang terangkut oleh air limpasan menjadi terhambat dan diendapkan. Dengan
demikian daerah riparian umumnya kaya akan hara mineral tanah, dan merupakan habitat (tempat)
tumbuh dari berbagai jenis vegetasi yang mampu beradaptasi.
Di sisi lain peranan fungsi jasa biologis vegetasi riparian juga mampu menyediakan berbagai sumber
pakan satwa liar, seperti burung, mamalia terbang, dan atau kehidupan lainnya. Selain jasa biologis
pepohonan bantaran sungai di wilayah perkotaan juga berperan sebagai pelerai dan atau penghalau
kecepatan angin, menyerap berbagai bentuk polutan, serta mampu mengendalikan iklim mikro, yang
erat kaitannya dengan kenyamanan lingkungan hidup. Peranan fungsi jasa hidrologis vegetasi
riparian, seperti halnya peranan fungsi vegetasi secara umum telah banyak diungkap oleh beberapa
akhli hidrologi. Namun demikian secara spesifik bahwa vegetasi riparian lebih mampu dalam
pengaturan tata air baik pada waktu musim penghujan dan kemarau. Jasa lain, vegetasi riparian yaitu
kemampuan vegetasi dalam merubahan besaran unsur-unsur hara mineral dan atau sifat fisik-kimia
baik air maupun tanahnya.

Bantaran sungai adalah areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri luapan
air sungai, baik pada periode waktu yang pendek maupun periode waktu yang panjang,
yang merupakan daerah peralihan (eketon) antara ekosistem akuatik dengan ekosistem
daratan. Sebagai eketon, daerah bantaran sungai mempunyai peranan penting antara
lain :

menyediakan habitat yang unik bagi biota.

Keanekaragaman hayati yang tinggi : Hutan aluvial, Satwa liar ((burung, mamalia,

reptilia, reptil dll)

Produktivitas biologi tinggi : Hutan basah, Perikanan, Burung

Mengatur interpath dynamics : Suplai bahan organik ke ekosistem akuatik (sungai),

Penyimpan hara untuk aliran permukaan lahan pertanian, Mempengaruhi pergerakan


serta migrasi burung dan mamalia

Indikator dari perubahan hydroklimat : Sensitif terhadap external control

Mempunyai visual quality yang kuat : Mencptakan warna, varian dan citra yang

berbeda, Menyediakan wilderness exprerience, Menciptakan prospek dan refuge image


3.2.2. Bentuk fisik perairan

Bentuk fisik perairan yang terdapat dilingkungan perairan sungai yang berada
dilingkungan kampus universitas sultan ageng tirtayasa serang bantang yaitu :
1.

Bantaran

Terdapat sampah organic yang berasal dari tumbuhan sekitar lingkungan sungai dan
sampah anorganik yaitu sampah yang berasal dari limbah rumah tangga
2.

Tebing sungai

Tebing sungai yang terdapat dilingkungan perairan kampus universitas sultan ageng
tirtayasa adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil perhitungan tebing sungai

3.

Kemiringan

Lebar

Tinggi air

46 cm

340 cm

17 cm

Kedalaman

Kedalaman lumpur sungai yang terdapat dilingkungan perairan kampus universitas


sultan ageng tirtayasa yaitu 9 cm yang pengukurannya menggunakan bambu dengan cara
bambu dicelupkan kedalam sungai dan diukur berapa kedalamannya dengan
menggunakan meteran.
4.

Panjang jarak bola pingpong dengan bantaran

Panjang jarak bola pingpong dengan bantaran ketika bola pingpong dihanyutkan diatas
permukaan air pada saat waktu 1 menit berakhir yaitu sebesar 363 cm. Yang pengukuran
panjang bola pingpong menggunakan meteran setelah waktu 1 menit berakhir.
5.

Lebar bola pingpong dengan tebing sungai

Lebar bola pingpong dengan tebing sungai yaitu 144 cm. Yang cara pengukurannya sama
seperti yang dilakukan untuk mengukur jarak bola pingpong dengan tebing sungai yaitu
menggunakan meteran setelah waktu 1 menit berakhir pada saat bola pingpong
dihanyutkan.
6.

Tanaman

Tanaman yang terdapat disekitar lingkungan perairan sungai dilingkungan kampus


universitas sultan ageng tirtayasa terdiri dari tanaman seperti rumput, ilalang, pohon
pisang, pohon mangga, tanaman putri malu, dan pohon petai selong.
7.

Hewan

Terdapat beberapa hewan yang berada dilingkungan perairan sungai yaitu keong,
belalang, jangkrik, ulat, semut, kumbang, laba-laba, cacing, ikan kecil, dan telur keong.

8.

Karakteristik lumpur sungai

Tabel 2. perbedaan karakteristik lumpur didasar dan dipinggir tebing sungai


Lumpur didasar sungai

Lumpur dipinggir tebing


sungai

Warna atas lumpur berwarna

Warna atas lumpur berwarna

abu-abu

cokelat

Warna bawah lumpur

Warna bawah lumpur

berwarna abu-abu dan

berwarna abu-abu kehitaman

terdapat bintik-bintik
Baunnya lumpurnya sangat

Baunnya sudah bercampur

pekat

dengan sampah anorganik

Tekstur lumpur agak sedikit

Tekstur lumpur lembut dan

lembut, dan terdapat kerikil-

terdapat kerikil-kerikil kecil

kerikil kecil
3.2.3. Arah angin
Arah angin yang terjadi pada ekosistem sungai yang terdapat di lingkungan perairan
sungai kampus universitas sultan ageng tirtayasa yaitu bila dilihat dari arus yang terjadi
pada saat bola pingpong dihanyutkan diatas permukaan air, arah angingnya terhadap
bola pingpong yaitu lebih condong kearah samping kanan atau kearah timur. Jadi dapat
diketahui bahwa arah angin yang terjadi pada saat praktikum untuk mengetahui arah
angin ketika dilakukan pengujian dengan bola pingpong yaitu bolannya lebih bergerak
kerarah samping kanan atau arah timur

También podría gustarte