Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
hidup
(Wijaya, 2010).
Menurut WHO dalam Maryunani (2009) data BBLR dirincikan sebanyak 17%
dari 25 juta persalinan pertahun didunia dan hampir semua terjadi dinegara
berkembang. Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka
rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Di Indonesia, BBLR bersama
rendah (BBLR) baik cukup bulan maupun kurang bulan (prematur). Pertumbuhan dan
perkembangan BBLR setelah lahir mungkin akan mendapat banyak hambatan.
Perawatan setelah lahir diperlukan bayi untuk dapat mencapai pertumbuhan dan
perkembangannya. Kemampuan ibu untuk memahami sinyal dan berespon terhadap
bayi prematur berinteraksi dan memberikan dekapan (Widiyastuti dkk, 2009).
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor
risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal selain itu BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
Care
(ANC)
merupakan
pemeriksaan
kehamilan
untuk
Bila kehamilan ini diteruskan dalam usia yang relatif muda dari sudut ilmu
kebidanan dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) kehamilan yang cukup besar
diantaranya persalinan belum cukup bulan (prematuritas), pertumbuhan janin dalam
rahim yang kurang sempurna, kehamilan dengan keracunan yang memerlukan
penanganan khusus, persalinan sering berlangsung dengan tindakan operasi,
perdarahan setelah melahirkan makin meningkat, kembalinya alat reproduksi yang
terlambat setelah persalinan, mudah terjadi infeksi setelah persalinan, pengeluaran
ASI yang tidak cukup. Menurut Setyowati dalam Suriani (2010) risiko melahirkan
bayi dengan BBLR pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun adalah 1,34 kali
dibanding ibu yang berusia 20-35 tahun.
Seorang ibu setelah persalinan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun
untuk memulihkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk persalinan berikutnya.
Menurut Wibowo (1992) jarak kelahiran mempunyai hubungan dengan terjadinya
BBLR, yaitu jarak kelahiran semakin pendek, maka kemungkinan untuk melahirkan
BBLR akan semakin besar pula. Ibu yang mempunyai jarak persalinan kurang dari 18
bulan akan mendapatkan bayi dengan BBLR 2,77 kali lebih besar bila dibandingkan
dengan ibu yang mempunyai jarak persalinan lebih dari 18 bulan (Rosemary, 1997
dalam Suriani, 2010).
Rochman (2001) dalam Suriani (2010) juga membuktikan bahwa ibu yang
berpendidikan tidak sekolah/tamat SD mempunyai risiko 1,61 kali lebih besar untuk
melahirkan BBLR dibandingkan ibu yang berpendidikan tamat SLTP keatas.
wawancara diperoleh data bahwa dari ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah
yang berpendidikan yang rendah sehingga banyak ibu yang tidak bekerja sehingga
penghasilan keluarga sangat minim. Jarak kehamilan ibu antara anak yang sebelum
dan sesudahnya sangat dekat. Selain itu selama kehamilan banyak ibu yang tidak
segera melakukan pemeriksaan kehamilan, di mana cakupan kunjungan kehamilan
sebanyak 80 % berdasarkan laporan kesehatan yang dilihat dari profil Kecamatan
Medan Tuntungan.
1.2 Permasalahan
Kejadian BBLR merupakan masalah kesehatan yang serius, karena besar
pengaruhnya terhadap masih tingginya angka kematian neonatal dan kematian bayi
yang merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat. Permasalahan pada
penelitian ini adalah masih ditemukannya kejadian BBLR di Kelurahan lau Cih
Kecamatan Medan Tuntungan, untuk maksud tersebut ingin dilihat pengaruh faktor
demografi dan faktor perawatan antenatal pada Ibu terhadap kejadian bayi berat lahir
rendah.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor demografi dan
faktor perawatan antenatal pada ibu terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di
Kelurahan Lau Cih 2012.
1.4
Hipotesis
Ada pengaruh faktor demografi dan faktor perawatan antenatal pada ibu
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan
Tuntungan Tahun 2012.
1.5
Manfaat Penelitian
1.
2.