Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ABSTRAK
Praktikum dilakukan pada Sabtu, 12 Maret 2016 di Kebun Alam Pendidikan
Biologi pada tiga tempat yaitu, daerah terdedah, daerah transisi, dan daerah
ternaung, dan pengamatan tanah dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi
FKIP UR. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kondisi faktor fisika dan
kimia lingkungan pada lingkungan mikro yang berbeda (daerah terdedah, daerah
transisi, dan daerah ternaung). Metode yang digunakan adalah metode survei
dengan pencuplikan sampel pada lokasi praktikum. Parameter yang diukur pada
praktikum ini yaitu suhu, kelembaban, intensitas cahaya, pH tanah pada 3 lokasi
berbeda, Kadar Air Tanah (KAT) dan Kadar Organik Tanah (KOT). Berdasarkan
hasil praktikum diketahui bahwa faktor fisika dan kimia mempengaruhi
pertumbuhan tumbuhan, lokasi juga mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan,
modifikasi dari tumbuhan, kelembaban udara, suhu, pH tanah, kandungan air
tanah, kandungan organik tanah sangat dipengaruhi oleh intensistas penyinaran
dari cahaya matahari. Keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik sangat terlihat
jelas dari pertumbuhan tanaman.
PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan suatu yang sangat penting di alam, faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara ekologi, baik faktor biotik dan
abiotik di lingkungan tumbuh tanaman tersebut. Faktor biotik adalah faktor hidup
yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan.
Faktor abiotik, yaitu terdiri air, tanah, udara, cahaya, matahari dan sebagainya.
Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen.
Faktor-faktor abiotik merupakan penentu secara mendasar terhadap
ekosistem. Sedangkan kontrol faktor biotik setidaknya tetap mejadi penting dalam
mempengaruhi penyebaran dan fungsi individu dari jenis makhluk hidup (Nursal
dan Yuslim Fauziah. 2012).
Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh
lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum dilakukan pada Sabtu, 12 Maret 2016 di Kebun Alam
Pendidikan Biologi pada tiga tempat yaitu, daerah terdedah, daerah transisi, dan
daerah ternaung, dan pengamatan tanah dilakukan di Laboratorium Pendidikan
Biologi FKIP UR. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu termometer Hg,
thermohygrometer, soil tester, oven, pH meter, gelas beaker, gelas plastik,
timbangan digital, tungku pembakar (furnace muffle), penggaris, sementara bahan
yang digunakan yaitu sampel tanah (daerah terdedah, daerah transisi, daerah
ternaung), dan air. Parameter yang diukur pada praktikum ini yaitu suhu,
kelembaban, intensitas cahaya, pH tanah pada 3 lokasi yang berbeda, Kadar Air
Tanah (KAT) dan Kadar Organik Tanah (KOT). Praktikum juga dilakukan untuk
mengamati tumbuhan yang hidup di 3 lokasi tersebut dengan cara mengamati 3
spesies tanaman yang tumbuh pada 3 lokasi tersebut.
Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pencuplikan
sampel pada lokasi praktikum. Suhu dan kelembaban relatif udara diukur
menggunakan thermohygrometer pada ketinggian 1-2 meter dari permukaan tanah
selama 5 menit untuk 3 lokasi berbeda (terdedah, transisi, ternaung), sedangkan
suhu pada permukaan tanah dan pada kedalamn 30 cm dilakukan menggunakan
termometer Hg. Pengukuran pH dan kelembaban tanah diukur menggunakan soil
tester dengan cara membenamkan probe (sensor) selama 5 menit. Kadar Air Tanah
(KAT) diukur dengan cara pengeringan yaitu sebanyak 20 gr sampel tanah yang
telah diambil dari setiap lokasi dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 0C
selama 2 jam lalu ditimbang kembali beratnya. Kadar Organik Tanah (KOT)
diukur dengan cara membakar 5 gram sampel tanah dari setiap lokasi pencuplikan
yang sudah dikeringkan di dalam tungku pembakar (furnace muffle) pada suhu
6000C selama 3 jam lalu ditimbang kembali beratnya.
Daerah
Transisi
Daerah
Terdedah
Ketinggian
Permukaan
dl 30 cm
1m
2m
Permukaan
dl 30 cm
1m
2m
Permukaan
dl 30 cm
1m
2m
Temperatur
(C)
25
25
32,45
32,45
26
26
33,25
33,35
27,5
28
33,05
33,45
Kelembaban
(%)
60
60
62,00
62,50
60
60
59,00
57,00
60
60
57,50
54,50
pH
KAT
KOT
5,5 %
67,6 %
2,5 %
54,2 %
8%
56,2 %
yang tidak langsung menerima cahaya matahari, karena cahaya matahari tertahan
oleh vegetasi yang tumbuh pada daerah tersebut, karena vegetasi yang tumbuh di
daerah ternaung itu banyak sehingga serasah yang dihasilkan pun akan cukup
banyak, yang cepat atau lambat akan mengalami pembusukan yang akan
menyebabkan kandungan organik tanah semakin tinggi.
Tabel 2. Perbandingan morfologi tumbuhan pada 3 lokasi yang berbeda.
Keterangan
Jenis
P. Daun
L. Daun
P. Internodus
Tumbuhan
(cm)
(cm)
(cm)
Spesies A
6,1
4,1
4,8
Daerah
Spesies B
3,76
3,02
8,3
Ternaung
Spesies C
34,7
1,5
4
Spesies A
5,1
2,85
4,6
Daerah
Spesies B
4
3,44
5,4
Transisi
Spesies C
37,3
0,9
0
Spesies A
6,34
2,78
1,8
Daerah Terdedah
Spesies B
2,1
1,68
2,4
Spesies C
24,4
0,9
3
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat pada daerah terdedah memiliki panjang
daun, lebar daun, panjang internodus pada Spesies A adalah 6,34 cm, 2,78 cm, 1,8
cm, Spesies B adalah 2,1 cm, 1,68 cm, 2,4 cm, Spesies C adalah 24,4 cm, 09 cm, 3
cm, pada daerah ternaung memiliki nilai yang kecil dibandingkan dari daerah
transisi dan daerah terdedah.
Pada tempat terdedah tumbuhan memilik panjang daun, lebar daun,
panjang internodus dengan nilai yang kecil karena tumbuhan tersebut merespons
perubahan lingkungan yaitu suhu, air dan cahaya yang terjadi terus menerus.
Tumbuhan merespon kekurangan air dan suhu tinggi dengan mengurangi laju
transpirasi untuk penghematan air. Terjadinya kekurangan air pada daun akan
menyebabkan sel-sel penjaga kehilangan turgornya, suatu mekanisme kontrol
tunggal yang memperlambat transpirasi dengan cara menutup stoma. Kekurangan
air juga merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat dari selsel mesofil daun.
Heywood (dalam Chairul. 2010) plastisitas merupakan perubahan bentuk
ekspresi dari karakteristik morfologi individu sebagai hasil adaptasi terhadap
lingkungan. Dikatakan lebih lanjut bahwa respon plastisitas respon plastisitas ini
biasanya bersifat spesifik untuk setiap indivdu tanaman, karena dikontrol oleh gen
sehingga respon plastisitas yang terjadi dapat bervariasi dari suatu individu ke
individu lain dari jenis yang sama.
Daubenmire (dalam Chairul. 2010) mengatakan bahwa daerah terdedah
biasanya tumbuh-tumbuhan akan memperlihatkan karakteristik tertentu pada
organnya antara lain, penebalan batang, internodus yang pendek dan daun yang
lebih kecil. Perubahan morfologi ini menunjukkan adanya plastistas tumbuhan
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi.
Plastisitas juga berhubungan dengan adaptasi, dimana adaptasi adalah
penyesuaian tumbuhan terhadap lingkungan tertentu yang melibatkan perubahan
faktor genetik.
KESIMPULAN
Faktor fisika dan kimia mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan, lokasi
juga mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan, modifikasi dari tumbuhan,
kelembaban udara, suhu, pH tanah, kandungan air tanah, kandungan organik tanah
sangat dipengaruhi oleh intensistas penyinaran dari cahaya matahari. Keterkaitan
antara faktor biotik dan abiotik sangat terlihat jelas dari pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Chairul. 2010. Plastisitas tumbuhan bawah pada hutan reboisasi Pinus merkusii.
Jurnal andalas 15: 10-16. Universitas Andalas. Padang.
Nursal dan Yuslim Fauziah. 2012. Ekologi Tumbuhan. Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Riau. Pekanbaru
Raymon Damson. 2012. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi pertumbuhan
Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Jambi. Jambi
Sonnia
Soviani. 2012.
Kadar
Air
Tanah.
(Online)
http://soviasonia.blogspot.com/2012/12/laporan-kadar-air-tanah.html.
diakses tanggal 30 Maret 2016.