Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENYULUHAN
1.
I.
Menurut kamus besar bahasa indonesia) kata penyuluh berasal dari kata suluh yang berarti
barang yang di pakai untuk media penerangan atau obor.Sedangkan penyuluh adalah orang
yang bertugas memberikan
penerangan atau penunjuk jalan. Sehingga makna arti dalam kata penyuluhan yaitu suatu
proses atau cara yang dilakukan oleh seorang penyuluh untuk memberikan penerangan atau
informasi kepada orang lain dari semula yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tahu menjadi
lebih tahu. Kata penyuluhan berasal dari beberapa negara yaitu:
1.
2.
Inggris yaitu extention, istilah ini diambil Universitas Oxford dan Cambridge sekitar tahun
1850 yang melakukan diskusi-diskusi mengenai bagaimana memberikan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan disekitar tempat tinggal penduduk, terutama dengan
cepatnya pertumbuhan pendudukdidaerah industri dan perkotaan.
3.
4.
5.
6.
Australia yaitu forderung berarti berdiri kearah yang diinginkan, kata ini miripdengan
istilah korea yakni bimbingan pedesaan.
7.
Penyulahan dalam arti umum berarti ilmu sosial yang mempelajari sistem dan perubahan pada
individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih sesuai dengan apa yang
diharapkan. Penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk
memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua stakeholders,melalui proses belajar
bersama yang partisipatip, agar terjadi perubahan perilaku pada diri setiap individu dan
masyarakatnya untuk mengelola kegiatan yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya
kehidupan yang baik, dan semakin sejahtera secara berkelanjutan.
1.
II.
Ada beberapa para ahli yang nendefinisikan pengertian penyuluh diantarany ayaitu:
1.
Ban (1990)
1.
menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat.
Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan
daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang
bersangkutan. Margono Slamet (2000) menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program
Pengentasan Kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an. Penyuluhan pembangunan sebagai
proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama yang tidak terbatas pada terciptanya
better-farming, better business, dan better living, tetapi untuk memfasilitasi masyarakat
(sasaran) untuk mengadopsi strategi produksi dan pemasaran agar mempercepat terjadinya
perubahan-perubahan kondisi sosial, politik dan ekonomi sehingga mereka dapat (dalam jangka
panjang) meningkatkan taraf hidup pribadi dan masyarakatnya
1.
Mardikanto, 1987.
Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya untuk
menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu adalah untuk
menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
1.
istilah penyuluhan pada awal kegiatannya disebut dan dikenal sebagai Agricultural Extension.
Dengan pengembangan penggunaannya di bidang-bidang lain, maka sebutannya berubah
menjadi Extension Education dan Develoment Communication. Meskipun antara ketiga istilah
tersebut terdapat perbedaan, namun pada dasarnya mengacu pada disiplin ilmu yang sama.
1.
kunci pentingnya penyuluhan di dalam proses pembangunan didasari oleh kenyataan bahwa
pelaksana utama pembangunan adalah masyarakat kecil yang umumnya termasuk golongan
ekonomi lemah, baik lemah dalam permodalan, pengetahuan, dan keterampilannya, maupun
lemah dalam hal peralatan dan teknologi yang diterapkan. Disamping itu, mereka juga seringkali
lemah dalam hal semangatnya untuk maju dalam mencapai kehidupan yang lebih baik.
1.
tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku sasaran nya. Hal
ini merupakan perwujudan dari : pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung dengan indera manusia. Dengan demikian, penyuluhan
dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) di
kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau, mampu melaksanakan perubahan-perubahan
demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraan
keluarga/masyarakat yang ingin dicapai.
1.
Wiriaatmadja (1973)
yang menyatakan bahwa penyuluhan merupakan sistim pendidikan di luar sekolah, dimana
mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi tahu, mau, dan mampu/bisa menyelesaikan sendiri
masalah yang dihadapi secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Jadi penyuluhan adalah
suatu bentuk pendidikan yang cara, bahan, dan sarananya disesuaikan dengan keadaan,
kebutuhan, dan kepentingan sararan. Karena sifatnya yang demikian maka penyuluhan biasa
juga disebut pendidikan non formal.
1.
Rahmat Pambudi,
pada awal 1996 mulai melontarkan pentingnya istilah pengganti penyuluhan, dan untuk itu dia
menawarkan penggu-naan istilah transfer teknologi sebagaimana yang digunakan oleh
Lionberger dan Gwin (1982). Pada tahun 1998, Mardikanto mena-warkan penggunaan istilah
edfikasi, yang merupakan akronim dari fungsi-fungsi penyuluhan yang meliputi: edukasi,
diseminasi inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi. Meskipun tidak ada
keinginan untuk mengganti istilah penyuluhan, Margono Slamet pada kesempatan seminar
penyuluhan pembangunan (2000) menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program
Pengentasan Kemiskinan pada dasawsaa r 1990-an. Terkait dengan hal tersebut, dalam
perjalanannya, kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti:
i.
Penyebar-luasan (informasi)
Sebagai terjemahan dari kata extension, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses penyebar
luasan yang dalam hal ini, merupakan peyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam
praktek atau kegiatan praktis.Implikasi dari pengertian ini adalah:
Sebagai agen penyebaran informasi, penyuluh tidak boleh hanya menunggu aliran
informasi dari sumber-sumber informasi (peneliti, pusat informasi, institusi pemerintah, dll)
melainkan harus secara aktif berburu informasi yang bermanfaat dan atau dibutuhkan oleh
masyarakat yang menjadi kliennya. Dalam hubungan ini, penyuluh harus mengoptimalkan
peman-faatan segala sumberdaya yang dimiliki serta segala media/ saluran informasi yang
dapat digunakan (media-masa, internet, dll) agar tidak ketinggalan dan tetap dipercaya
sebagai sumber informasi baru oleh kliennya.
Penyuluh harus aktif untuk menyaring informasi yang diberikan atau yang diperoleh
kliennya dari sumber-sumber yang lain, baik yang menyangkut kebijakan, produk, metoda,
nilai-nilai perilaku, dll. Hal ini penting, karena di samping dari penyuluh, masyarakat
seringkali juga memperoleh informasi/inovasi dari sumber sumber lain (aparat pemerintah,
produsen/ pelaku bisnis, media masa, LSM) yang tidak selalu benar dan bermanfaat/
mengun-tungkan masyarakat/kliennya. Sebab, dari pengalaman menunjukkan, informasi
yang datang dari luar seringkali lebih berorientasi kepada kepentingan luar dbianding
keberpihakannya kepada kepentingan masyarakat yang menjadi kliennya.
Penyuluh perlu lebih memperhatikan informasi dari dalam baik yang berupa kearifan
tradisional maupun endegenuous technology. Hal ini penting, karena informasi yang
berasal dari dalam, di samping telah teruji oleh waktu, seringkali juga lebih sesuai dengan
kondisi setempat, baik ditinjau dari kondisi fisik, teknis, ekonomis, sosial/budaya, maupun
kesesuainnya dengan kebutuh-an pengembangan komunitas setempat.
ii.
Penerangan/penjelasan
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar suluh atau obor, sekaligus sebagai terjemahan dari
kata voorlichting dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi
yang dalam ke-gelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan
penerangan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada
memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin
disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan
(beneficiaries), sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh
penyuluh atau juru-penerangnya. Terkait dengan istilah penerangan, ppenyuluhan yang
dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat searah melainkan harus diupayakan
berlangsungnya komunikasi timbal-balik yang memusat (convergence) sehingga penyuluh juga
dapat memahami aspirasi masyarakat, manakala mereka menolak atau belum siap menerima
informasi yang diberikan . Hal ini penting, agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat
pemaksaan kehendak (indoktrinasi, agitasi, dll) melainkan tetap menjamin hubungan yang
harmonis antara penyuluh dan masyarakat kliennya secara berkelanjutan.
iii.
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan
perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan
perilaku yang terjadi/dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar. Hal ini
penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui beragam cara,
seperti: pembujukan, pemberian insentif/hadiah, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan
pemaksaan (baik melalui penciptaan kondisi ling-kungan fisik maupun social-ekonomi, maupun
pemaksaan melalui aturan dan ancaman-ancaman). Berbeda dengan perubahan perilaku yang
dilakukan bukan melalui pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya
berlangsung lebih lambat, tetapi perubah-annya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru
akan meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat menggantikannya,
yang memiliki keunggulan-keung-gulan baru yang diyakininya memiliki manfaat lebih, baik
secara ekonomi maupun non-ekonomi. Lain halnya dengan perubahan perilaku yang terjadi
karena bujukan/hadiah atau pemaksaan, perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam
waktu yang relatif singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika bujukan/hadiah/pemaksaan
tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi melanggengkan kegiatannya.
Penyuluhan sebagai proses pendidikan, dalam konsep akademik dapat mudah dimaklumi,
tetapi dalam prektek kegiatan, perlu dijelas-kan lebih lanjut. Sebab pendidikan yang dimaksud di
sini tidak ber-langsung vertikal yang lebih bersifat menggurui tetapi merupakan pendidikan
orang-dewasa yang berlangsung horizontal dan lateral yang lebih bersifat partisipatif. Dalam
kaitan ini, keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari seberapa banyak ajaran yang disampaikan,
tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang dialogis, yang mampu menumbuhkan
kesadar-an (sikap), pengetahuan, dan ketrampilan baru yang mampu meng-ubah perilaku
kelompok-sasarannya ke arah kegiatan dan kehidupan yang lebih menyejahterakan setiap
individu, keluarga, dan masyara-katnya. Jadi, pendidikan dalam penyuluhan adalah proses
belajar bersama.
iv.
Perubahan perilaku
Harus diingat bahwa, perubahan perilaku yang diharapkan tidak hanya terbatas pada
masyarakat/klien yang menjadi sasaran utama penyuluhan, tetapi penyuluhan harus
mampu mengubah perilaku semua stakeholders pembangunan, terutama aparat pemerintah
selaku pengambil keputusan, pakar, peneliti, pelaku bisnis, aktiivis LSM, tokoh masyarakat
dan stakeholders pemba-ngunan yang lainnya.
Perubahan perilaku yang tejradi, tidak terbatas atau berehnti setelah masyarakat/klien
mangadopsi (menerima, menerapkan, mengikuti) informasi/inovasi yang disampaikan, tetapi
juga ter-masuk untuk selalu siap melakukan perubahanperubahan terha-dap inovasi yang
sudah diyakininya, manakala ada informasi/ inovasi/kebijakan baru yang lebih bermanfaat
bagi perbaikan kesejahteraannya.
v.
Rekayasa sosial
Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan sosial yang
dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai proses rekayasa sosial (social
engineering) atau segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar
mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
dalam sistem sosialnya masing-masing. Karena kegiatan rekayasa-sosial dilakukan oleh pihak
luar, maka relayasa sosial bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial demi
terciptanya kondisi sosial yang diinginkan oleh pihak-luar (perekayasa). Pemahaman seperti itu
tidak salah, tetapi tidak dapat sepenuhnya dapat diterima. Sebab, rekayasa-sosial yang pada
dasar-nya dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan kelompoksasarannya, seringkali dapat berakibat negatip, manakala hanya mengacu kepada kepentingan
perekayasa, sementara masyara-kat dijadikan korban pemenuhan kehendak perekayasa.
vi.
Yang dimaksud dengan pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan atau teori teori
pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan rekayasa-sosial yang lebih
berkonotasi untuk membentuk (to do to) atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang
baru sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa, proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk
menawarkan (to do for) sesuatu kepada masyarakat. Jika dalam rekayasa-sosial proses
pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan perekayasa, pengambilan
keputusandalam pemasaran-sosial sepenuhnya berada di tangan masyarakat itu sendiri.
Termasuk dalam pengertian menawarkan di sini adalah penggunaan konsep-konsep
pemasaran dalam upaya menumbuhkan, menggerak-kan dan mengembangkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pembangunan yang ditawarkan dan akan dilaksanakan oleh dan
untuk masyarakat yang bersangkutan. Perbedaan hakiki di sini adalah, masyarakat berhak
menawar bahkan menolak segala sesuatu yang dinilai tidak bermanfaat, akan merugi-kan, atau
membawa konsekuensi pada keharusan masyarakat untuk berkorban dan atau mengorbankan
sesuatu yang lebih besar dibanding manfaat yang akan diterimanya.
vii.
Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyu-luhan adalah untuk
memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya
dan atau mengem-bangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih ber-manfaat
bagi masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsep pember-dayaan tersebut, terkandung pemahaman bahwa pemberdayaan tersebut pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik)
bagi kesejahteraannya sendiri. Pemberdayaan masyarakat, dimaksudkan untuk memperkuat
kemam-puan (capacity strenghtening) masyarakat, agar mereka dapat berpar-tisipasi secara
aktif dalam keseluruahn proses pembangunan, terutama pembangunan yang ditawarkan oleh
penguasa dan atau pihak luar yang lain (penyuluh, LSM, dll)
viii.
Yang dimaksud dengan penguatan kapasitas di sini, adalah penguatan kemampuan yang dimiliki
oleh setiap individu (dalam masyarakat), kelembagaan, maupun hubungan atau jejaring antar
individu, kelom-pok organisasi sosial, serta pihak lain di luar sistem masyarakatnya sampai di
aras global. Kemampuan atau kapasitas masyarakat, diarti-kan sebagai daya atau kekuatan
yang dimiliki oleh setiap indiividu dan masyarakatnya untuk memobilisasi dan memanfaatkan
sumber-daya yang dimiliki secara lebih berhasil-guna (efektif) dan berdaya-guna (efisien) secara
berkelanjutan. Dalam hubungan ini, kekuatan atau daya yang dimiliki setiap individu dan
masyarakat bukan dalam arti pasif tetapi bersifat aktif yaitu terus menerus
dikembangkan/dikuatkan untuk memproduksi atau meng-hasilkan sesuatu yang lebih
bermanfaat.
Penguatan masyarakat disini, memiliki makna-ganda yang bersifat timbal-balik. Di satu pihak,
penguatan diarahkan untuk melebih mampukan indiividu agar lebih mampu ber-peran di dalam
kelompok dan masyarakat global, di tengah-tengah ancaman yang dihadapi baik dalam
kehidupan pribadi, kelompok dan masyarakat global. Sebaliknya, penguatan masyarakat
diarahkan untuk melihat peluang yang berkem-bang di lingkungan kelompok dan masyarakat
global agar dapat dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan pribadi, kelom-pok, dan masyarakat
global (UNDP, 1998)
BAB 2
FALSAPAH PENYULUHAN
Menurut Kelsey dan Herane (Mardikanto 1993) falsafah penyuluhan yang dianut yaitu harus
berpijak pada pentingnya pengembangan individu. Kelsey dan Herane (Mardikanto 1993)
mengemukakan bahwa falsafah penyuluhan adalah bekerja bersama masyarakat untuk
membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia. Dari pendapat
tersebut, terkandung pengertian bahwa :
1.
2.
3.
BAB 3
METODE PENYULUHAN
Menurut Wiriaatmaja (1973) dalam melaksanakan kegiatannya, penyuluhan menerapkan suatu
cara atau metode tertentu yang harus dilakukan, yaitu :
1.
Mempersiapkan dirinya sendiri untuk jadi penghubung/komunikator atau penyuluh yang baik
Mengenal daerah kerjanya termasuk perihal masyarakat (sasaran), kebudayaan, kekayaan
alam, dan masalah-masalahnya dalam lingkup pertanian/pembangunan.
1.
Perencanaan (Planning)
Supaya tujuan penyuluhan dapat tercapai dengan baik, perlu disusun suatu rencana tentang
jalannya kegiatan-kegiatan. Yang termasuk dalam rencana tersebut adalah yang dikenal
dengan istilah 4 W dan 1 H, yaitu :
1.
Pelaksanaan
Yang dimaksud dengan pelaksanaan di sini adalah tindakan-tindakan nyata untuk melakukan
apa-apa yang telah dicantumkan dalam rencana tadi, yaitu yang berkaitan dengan 4 W dan 1
H tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut, dapat dipilih cara atau
metode komunikasi dan alat bantu yang digunakan dengan ketentuan:
Penilaian (evaluasi).
Penilaian adalah suatu proses feedback, dimana hasil yang telah diperoleh selama
pelaksanaan diperbandingkan dengan rencana dan keadaan semula. Selanjutnya mulai lagi
dengan pengenalan keadaan yang baru (hasil akhir dari kegiatan-kegiatan tadi). Hal-hal
yang dinilai adalah :
Apa yang terjadi pada pihak sasaran, yaitu apa ada perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikapnya ?apakah mereka sudah menerapkan teknologi baru yang
dianjurkan ? apakah ada perubahan dalam kedudukan sosial dan ekonomi mereka ?. Semuanya
ini dibandingkan denga keadaan semula sebelum ada kegiatan penyuluhan.
Bagaimana efektivitas metode dan alat bantu penyuluhan yang digunakan ?
Untuk lebih jelasnya urutan dari kegiatan-kegiatan penyuluhan tersebut adalah seperti gambar
berikut :
Keadaan semula perencanaan pelaksanaan penilaian keadaan baru
Dari paparan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa penyuluhan sebagai suatu pengetahuan
mempunyai serangkaian metode ilmiah yang berisi langkah-langkah sistematis dan logis yang
harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Dengan demikian, secara
epistemologis hakekat penyuluhan sebagai suatu ilmu telah terpenuhi. Sesuai dengan pendapat
Suriasumantri (1984c), metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Ilmu pada hakekatnya merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai
ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan umum lainnya. Ciri-ciri keilmuan ini
didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga pertanyaan pokok yang berkaitan
dengan hakekat ilmu yaitu ontologi, epistemologi, dan axiologi.
Dalam konteks penyuluhan pembangunan, keberadaannya sebagai suatu ilmu didasari
kenyataan bahwa pelaksana utama pembangunan adalah masyarakat kecil yang umumnya
termasuk golongan lemah, baik secara ekonomi, pengetahuan, keterampilan, maupun
semangatnya untuk maju dalam memperbaiki hidupnya. Karena itu, ilmu penyuluhan
pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka berdaya dan memiliki
kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai perbaikan kualitas hidup dan
kesejahteraan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam melaksanakan
kegiatannya, penyuluhan menerapkan suatu cara atau metode tertentu yang terdiri dari
beberapa langkah sistematis yaitu pengenalan keadaan atau situasi masyarakat setempat,
perencanaan kegiatan, pelaksanaan, dan penilaian (evaluasi). Melalui langkah-langkah tersebut,
diharapkan tujuan penyuluhan dapat tercapai dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Dari paparan tersebut, dapat dikatakan bahwa hakekat penyuluhan pembangunan sebagai suatu
ilmu telah terpenuhi sesuai dengan ciri-ciri keilmuan yaitu melalui suatu kajian atau peninjauan
dari segi ontologi, epistemologi, dan axiologi.
1.
Berdasarkan teknik komunikasi metode penyuluhan dapat dibedakan antara yang langsung
(muka ke muka/ face to face communication) dan yang tidak langsung (indirect communication).
Metode yang langsung digunakan pada waktu penyuluhan pertanian/peternakan berhadapan
muka dengan sasarannya sehingga memperoleh respon dari sasarannya dalam waktu yang
relatif singkat (Mardikanto, 1993). Misalnya pembicaraan di balai desa, dalam kursus,
demonstrasi dan sebagainya.
Metode yang langsung ini dianggap lebih efektif, meyakinkan dan mengakrabkan hubungan
antara penyuluh dan sasaran serta cepatnya respon atau umpan balik dari sasaran
(Martanegara, 1993). Dalam kondisi terbatasnya personalia, kurangnya saranan transportsasi,
terbatasnya biaya dan waqktu maka metode ini kurang efisien. Metode yang tidak langsung
digunakan oleh penyuluhan pertanian/peternakan yang tidak langsung berhadapan dengan
sasaran, tetapi menyampaikan pesannya melalui perantara (medium atau media). Contohnya
adalah media cetak (majalah, koran), media elektronik (radio, televisi), media pertunjukan atau
sandiwara, pameran dan lain-lain. Metode tidak langsung ini dapat menolong banyak sekali
apabila metode langsung tidak memungkinkan digunakan. Terutama dalam upaya menarik
perhatian dan menggugah hati sasaran. Siaran lewat radio dan televisi dapat menarik banyak
perhatian, bila ditangani secara tepat. Pameran yang baik diselenggarakannya akan baik
memberikan kesan yang lama dan meyakinkan. Demikian pula halnya dengan pertunjukan film
atu slides yang sekaligus dapat memberikan hiburan dan pengetahuan umum kepada
masyarakat di pedesaan.
Namun metode penyuluhan tak langsung tidak memungkinkan penyuluh mendapatkan respon
dari sasaran dalam waktu realtif singkat (Mardikanto, 1993)
1.
2.
Berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi maka penyuluhan dibedakan menjadi hubungan
perseorangan, hubungan kelompok dan hubungan masal. Metode dengan hubungan
perseorangan digunakan penyuluhan untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan masing-masing orangnya. Misalnya adalah kunjungan ke rumah, ke kantor, pengiriman
surat kepada perseorangan dan hubungan telepon.
1.
3.
Berdasarkan indera penerima pada sasaran metode penyuluhan dapat digolongkan menjadi
metode yang dapat dilihat, metode yang dapat didengar serta metode yang dapat dilihat dan
didengar. Dalam metode yang dapat dilihat, pesan penyuluhannya diterima oleh sasaran melauli
indera penglihatan. Contohnya adalah metode publikasi barang cetakan, gambar, poster, leaflet
dan lain-lain. Pertunjukan film bisu dan slide tanpa penjelasan lisan, pameran tanpa penjelasan
lisan, surat-menyurat dan sebagainya. Dalam metode yang dapat didengar pesan
penyuluhannya diterima oleh sasaran melalui indera pendengaran. Contohnya siaran lewat radio
dan tape recorder, hubungan melalui telepon, pidato ceramah dan lain-lain. Sedangkan metode
yang dapat dilihat dan didengar pesan penyuluhannya diterima oleh sasaran melalui indera
penglihatan dan pendengaran sekaligus. Contohnya adalah metode pertunjukan film bersuara,
siaran lewattelevisi, wayang, kursus berupa pelajaran dikelas dan prakteknya, karya wisata,
pameran dengan penjelasan lisan.
1.
4.
Suatu metode disebut efektif apabila dengan metode yang digunakan dalam suatu kegiatan
penyuluhan, tujuan yang diinginkan tercapai. Dalam ini metode penyuluhan dikatakan efektif
apabila tercapainya tahap penerapan (adoption) dalam proses adopsi. Unsur-unsur dari
keefektifan metode penyuluhan adalah (Martanegara, 1993) :
1.
2.
keadaan alat bantu penyuluhan yaitu ketersediaan alat bantu pada saat penyuluhan.
3.
4.
5.
materi penyuluhan, yaitu ketepatan dan kesesuaian materi penyuluhan dengan masalah
yang dihadapi.
6.
7.
kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu kejelasan dan kesesuaian tujuan
penyuluhan dengan kepentingan-kepentingan sasaran.Sedangkan efisien berarti hemat,
dalam arti menggunakan semua sumber daya (tenga, waktu, pikiran dan biaya) sekecil
mungkin untuk mendapatkan hasil sebesar-besar (tujuan penyuluhan tercapai). Dengan kata
lain, metode yang digunakan dalam penyuluhan tidak menghabiskan banyak biaya, waktu,
tenaga dan pikiran.
BAB 4
TUGAS POKOK, FUNGSI ,TUJUAN, HAMBATAN, CIRI-CIRI
dan GAYA PENYULUHAN
1.
1.
FUNGSI PENYULUH AN
Memasuki uasah baru yang belum pernah dicoba oleh orang lain
2.
Memulai suatu kegiatan baru berupa metode baru, produk yang sudah ada dengan cara
baru
3.
Melaksanakan reorganisasi dalam kegiatan rutin klien yang tidak menghabiskan suatu
perubahan
4.
5.
6.
Menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa di lakukan oleh para pengusaha
atau para pengarajin dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang
menjadi kebutuhan para pengusaha dan para pengrajin.
7.
Sebagai penyampai dan penyesuaian program nasional dan regional seperti Program
nasional yaitu perupa rancangan peraturan bersifat negara. Sedangkan pada program
regional berupa penjabaran dari program nasional yang telah ada tadi (atau program ini
bersifat pada suatu wilayah atau kedaerahan)
8.
9.
10.
Bersama sama dengan industri dan pakar-pakar terkait mendukung dalam perencanaan
pembangunan daerah
11.
Penyuluh dapat memberikan jalan kepada para pengusaha atau para pengrajin untuk
mendapatkan informasi tentang suatu materi yang di suluhkan
12.
13.
Memberikan pendidikan dan bimbingan yang kontinyu kepada para pengrajin atau para
pengusaha, berarti penyuluh tidak akan berhenti karena yang diinginkan adalah tujuan dapat
terwujud dengan baik , maju, serta tangguh sesuai dengan perkembangan zaman.
1.
TUJUAN PENYULUHAN
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan industri pada khususnya,
penyuluhan memiliki tujuan antara lain:
Meningkatkan investasi
Berdasarkan tujuan panjangnya yaitu berupa meningkatkan taraf hidup masyarakat dan
hal tersebut dapat tercapai jika pelaku industri telah melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
Better industrying yaitu suatu sikap yang mau dan mampu merubah cara-cara
usaha bidang industrinya dengan cara-cara yang lebih baik.
Better business yaitu sikap yang mau berusaha lebih menguntungkan atau
mampu dan mau melakukan usaha dengan teknik yang benar.
Better living yaitu mau hidup lebih baik dengan cara berhemat, berkerjasama
dengan sesama, pengusaha mampu mencuri alternatif lain yang lebih baik dalam hal
berusaha.
Perubahan dalam kecakapan atau keterampilan teknis yang lebih baik pada
pengolahan usaha yang lebih efisien.
Perubahan mengenai sikap yang lebih progresif serta motivasi tindakan yang
lebih rasional.
1.
HAMBATAN PENYULUHAN
Proses pada saat penyuluh memasuki dunia usaha para pengusaha tidak tanpa hambatan atau
rintangan, hambatan yang sering terjadi diantaranya yaitu:
1.
2.
Penyuluh dan pengusaha jarang berbicara dalam bahasa yang sama, baik secara literal
maupun figuratif
3.
Penyuluh sering dicap mata-mata pesaing, petugas instansi pemerintah yang mencaricari kesalahan
4.
Penyuluh industri memberikan saran pada saat pengusaha belum mempunyai masalh,
atau sebaliknya
5.
Ada beberapa unsur sosial budaya dan kebiasaas nilai-nilai yang dianut masyarakat
6.
Untuk menjadi penyuluh industri yang berhasil harus memiliki ciri-ciri antara lain:
1.
2.
Mempunyai daya kreasi, imajinasi dan kemampuan yang tinggi untuk menciptakan ideide yang original
3.
4.
Memiliki kemampuan kerja sampai batas yang ada dan bertahan terhadap kemunduran
5.
Memiliki obyektifitas untuk menerima kritik yang tajam dari m,asyarakat industri maupun
terhadap pandangan orang lain
6.
1.
GAYA PENYULUHAN
2.
3.
Gaya Co-active yaitu memerlukan keterlibatan kedua belah pihak yang masing-masing
porsinya lima puluh persen
BAB 6
PRINSIP-PRINSIP PENYULUHAN
Mathews menyatakan bahwa: prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang
dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara
konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat diterima secara umum, dan telah
diyakini kebenarannya dari berbagai pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan
demikian prinsip dapat dijadikan sebagai landas-an pokok yang benar, bagi pelaksanaan
kegiatan yang akan dilaksanakan. Meskipun prinsip biasanya dtei rapkan dalam dunia
akademis.
Leagans(1961) menilai bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus
berpegang teguh pada prinsip-prinsip penyuluhan. Tanpa berpegang pada prinsip-prinsip yang
sudah disepakati, seorang penyuluh (apalagi administrator penyuluhan) tidak mungkin dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan baik.Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah
satu sistem pendidikan, maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip:
1.
2.
Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik
atau bermanfaat. Sebab, perasaan senang/puas atau tidak-senang/kecewa akan
mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/ penyuluhan dimasa masa
mendatang.
1.
Asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya.
Sebab, setiap orang cenderung untuk mengaitkan/ menghubungkan kegiatannya dengan
kegiatan / peristiwa yang lainnya.
Lebih lanjut, Dahama dan Bhatnagar (1980) mengungkapkan prinsip-prinsip penyuluhan yang
lain yang mencakup:
1.
Minat dan Kebutuhan, artinya, penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat
dan kebutuhan masyarakat. Mengenai hal ini, harus dikaji secara mendalam: apa yang
benar-benar menjadi minat dan kebutuhan yang dapat menyenangkan setiap individu
maupun segenap warga masyarakatnya, kebutuhan apa saja yang dapat dipenyui sesuai
dengan terse-dianya sumberdaya, serta minat dan kebutuhan mana yang perlu mendapat
prioritas untuk dipenuhi terlebih dahulu.
2.
3.
4.
5.
Kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan hanya akan efektif jika mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan
program-program penyuluhan yang telah dirancang.
6.
Demokrasi dalam penerapan ilmu, artinya dalam penyuluhan harus selalu memberikan
kesempatan kepada masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu alternatif yang ingin
diterapkan. Yang dimaksud demokrasi di sini, bukan terbatas pada tawar menawar tentang
ilmu alternatif saja, tetapi juga dalam penggunaan metoda penyuluhan, serta proses
pengambilan keputusan yang akan dialkukan oleh masyarakat sasarannya.
7.
Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan penyuluhan harus diupayakan agar
masyarakat dapat belajar sambil bekerja atau belajar dari pengalaman tentang segala
sesuatu yang ia kerjakan. Dengan kata lain, penyuluhan tidak hanya sekadar menyampaikan
informasi atau konsep-konsep teoritis, tetapi harus memberikan kesempatan kepada
masyarakat sasaran untuk mencoba atau memperoleh pangalaman melalui pelaksanaan
kegiatan secara nyata.
8.
9.
10.
Spesialis yang terlatih, artinya, penyuluh harus benar-benar pribadi yang telah
memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai
penyuluh. Penyuluh-penyuluh yang disiapkan untuk menangani kegiatan kegiatan khusus
akan lebih efektif dibanding yang disiapkan untuk melakukan beragam kegiatan (meskipun
masih berkaitan dengan kegiatan pertanian).
11.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB 7
ETIKA PENYULUHAN
Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal adalah kegiatan penyuluhan bukan lagi menjadi
kegiatan sukarela, tetapi telah berkembang menjadi profesi. Meskipun demikian, pelaksanaan
penyuluhan perindustrian belum sungguh-sungguh dilaksanakan secara profesional. Hal ini
terlihat pada:
1.
Kemampuan penyuluh untuk melayani kliennya yang masih terpusat pada aspek teknis
budidaya pertanian, sedang aspek manajemen, pendidikan kewirausahaan, dan hak-hak
politik petani relatif tidak tersentuh.
2.
Kelambanan transfer inovasi yang dilakukan penyuluh dibanding kecepatan inovasi yang
ditawarkan kepada masyarakat oleh pelaku bisnis, LSM, media-masa dan stakeholder yang
lain.
3.
4.
Kinerja penyuluh yang lebih mementingkan pengumpulan credit point dibanding mutu
layanannya kepada masyarakat
5.
Persepsi yang rendah terhadap kinerja penyuluh yang dikemu-kakan oleh masyarakat
petani dan stakeholder yang lain.
Pengertian tentang Etika, senantiasa merujuk kepada tata pergaulan yang khas atau ciri-ciri
perilaku yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengasosiasikan diri, dan dapat
merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi kelompok tertentu yang
memilikinya. Etika bukanlah peraturan, tetapi lebih dekat kepada nilai-nilai moral untuk
membangkitkan kesadaran untuk beriktikad baik dan jika dilupakan atau dilanggar akan
berakibat kepada tercemarnya pribadi yang bersangkutan, kelompoknya, dan anggota kelompok
yang lainnya (Muhamad, 1987).
Sehubungan dengan itu, Herman Soewardi mengingatkan bahwa penyuluh harus
mampu berperilaku agar masyarakat selalu memberi-kan dukungan yang tulus ikhlas
terhadap kepentingan nasional.Tentang hal ini, Padmanegara (1987) mengemukakan beberapa
perilaku yang perlu ditunjukkan atau diragakan oleh setiap penyuluh (pertanian), yang meliputi:
1.
Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, jujur, dan disiplin.
2.
3.
4.
Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, daya mental dan semangat kerja yang
tinggi, selalu berusaha mencerdaskaan diri, dan selalu berusaha meningkatkan
kemampuannya
Proses belajar bersama dalam penyuluhan, sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
belajar secara insidental untuk memecah-kan masalah yang sedang dihadapi,tetapi yang lebih
penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup (long
life learning) secara mandiri dan berkelanjutan.
1.
Karakteristik adalah suatu sifat yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam melaksanakan tugas,
tanggung jawab, hak dan wewengannya. Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh
seorang penyuluh diantaranya yaitu:
1.
2.
3.
4.
2.
3.
Kode etik adalah pedoman bagi prnyuluhdalam bersikap, bertingkah laku dan berbuat selama
menjalankan tugas penyuluh sesuai dengan UU No.43 tahun 2000 yaitu:
1.
2.
3.
2.
Memberikan klien tentang suatu kepentingan atau hal lain yang berkaitan dengan
penyeimbangan penyuluh
3.
4.
5.
6.
7.
1.
IV.
Industri kecil menengah atau yang biasa disingkat dengan IKM adalah jenis usaha yang sangat
berkembang pada tahun-tahun terakhir. Peranan usaha jenis ini pada perekonomian Indonesia
tidak bisa dianggap sepele atau enteng. Perusahaan kecil menengah telah menyumbang banyak
sekali manfaat bagi sendi-sendi perekonomian Negara ini. Industri kecil menengah adalah jenis
industri yang justru bertahan pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Industri kecil dan
menengah berperan pada hampir 60 % produk domestic bruto bangsa ini. pada tahun 2001
jumlah UKM naik sebesar 99.9 % dari total perusahaan dan menyerap tenaga kerja hampir
99.4% dari total tenaga kerja atau sekitar 10 juta orang.
Semangat industri kecil menengah yang tinggi dan manfaat yang dibawanya telah banyak
membantu Negara ini dari keterpurukan ekonomi, memberikan peluang-peluang baru bagi
kreatifitas yang tinggi dan lapangan kerja baru bagi puluhan juta pengangguran usia produktif di
negeri ini. Namun, usaha industri kecil dan menengah untuk bisa maju lagi menatap dunia
semakin sulit, hal ini dikarenakan banyaknya permasalahan yang terjadi pada industri kecil dan
menengah yang menghambat kemajuan industri itu sendiri. Adiningsih (2008) menyebutkan
beberapa hambatan yang dialami oleh industri kecil dan menengah sebagai berikut:
1.
kurangnya pengetahuan atas teknologi dan quality control yang disebabkan oleh
minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan
dan pelatihan
2.
3.
4.
Hambatan yang paling penting yang dialami oleh perusahaan adalah pengetahuan akan
pemasaran. Konsep pemasaran yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi
perusahaan ke depan sedangkan konsep pemasaran yang jelek akan mengakibatkan porakporandanya tiang-tiang penyangga perusahaan. industri kecil dan menengah sama seperti
industri besar mengharapkan hidupnya dari keuntungan yang didapatkan dari penjualan produk.
Penjualan produk dapat berlangsung dengan baik dan menguntungkan jika kegiatan pemasaran
juga memiliki konsep yang baik.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang terdiri atas industri primer, sekunder, dan tersier. Industri
primer mencakup usaha yang bersifat akstraktif, yaitu pertambangan. Industri sekunder
melakukan proses perubahan barang dari barang mentah menjadi barang setengah jadi atas
produk akhir untuk dikonsumsi. Sedangkan industri tersier bergerak dalam bidang perdagangan
dan jasa.
Industri adalah keseluruhan perusahaan yang menghasilkan produk yang sama. Perusahaan
adalah satuan usaha yang mempunyai bentuk hukum dan usaha perorangan sampai perseroan
terbatas. Sedangkan pabrik adalah tempat proses pengubahan barang/benda ketingkat yang
lebih tinggi nilai tambahnya.
1.
Permasalahan Umum
Jumlah unit usaha IKM tersebar diseluruh wilayah indonesia, kebanyakan beradsa
dipedesaaan yang belum dapat dijangkau prasarana yang memadai dengan jenis usaha
yang sangat banyak dan kondisi geografis yang berbeda-beda menyulitkan jangkauan
pembinaan.
2.
Umumnya para pengusaha IKM dan para karyawang taraf pendidikannya masih rendah,
hal ini menyebabkan:
1.
2.
3.
Sikap mental yang cepat puas dengan hasil yang telah dicapai
4.
Baru sebagian kecil perusahaan IKM yang memanfaatkan fasilitas modal untuk
menjalankan usahanya, baik berupa kredit dari lembaga perbankan ataupun dari
lembaga non bank
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pemamfaatan sistem bapak angkat untuk ekspor produk IKM hingga saat ini
belum menjadi kenyataan, jika telah ada masih relatif kecil
1.
Unsur-unsur Usaha
1.
Manusia
2.
Barang
3.
Modal
4.
Teknologi
5.
Managemen
1.
2.
Kegiatan Permodalan
3.
Kegiatan Produksi
4.
Kegiatan Pemasaran
5.
Kegiatan Pengelolaan
1.
2.
3.
Melalui logika diperoleh sikap yang baik dan tepat dalam melakukan kegiatan
usaha
4.
5.
1.
Imformasi Pasar
1.
Pasar adalah setiap pertemuan antara penjual dan pembeli sehingga terjadi
kesepakatan harga
2.
Imformasa Pasar
1.
2.
3.
4.
BAB 8
ANDRAGOGI
1.
1.
Pengertian Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: aner, dengan akar kata andr, yang berarti orang
dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Istilah lain yang sering
dipergunakan sebagai perbandingan adalah pedagogi, yang ditarik dari kata paid artinya anak
dan agogus artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah pedagogi
berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Karena
pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka
apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pendidikan atau pelatihan bagi orang
dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Banyak praktik proses
belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat
andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan
asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan
bagi orang dewasa.
Dengan demikian maka kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka andragogi
secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena
orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri,
maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar
mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang
guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
1.
2.
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul The Adult Learner, A Neglected
Species yang diterbitkan pada tahun 1970 mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang
dewasa. Sejak saat itulah istilah Andragogi makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan
khususnya para ahli pendidikan.
Sebelum muncul Andragogi, yang digunakan dalam kegiatan belajat adalah Pedagogy. Konsep
ini menempatkan murid/siswa sebagai obyek di dalam pendidikan, mereka mesti menerima
pendidikan yang sudah di setup oleh sistem pendidikan, di setup oleh gurunya/pengajarnya. Apa
yang dipelajari, materi yang akan diterima, metode panyampaiannya, dan lain-lain, semua
tergantung kepada pengajar dan tergantung kepada sistem. Murid sebagai obyek dari
pendidikan.
Kelemahannya Pedagogi adalah manusia (dalam hal ini adalah siswa) yang memiliki keunikan,
yang memiliki talenta, memiliki minat, memiliki kelebihan, menjadi tidak berkembang, menjadi
tidak bisa mengeksplorasi dirinya sendiri, tidak mampu menyampaikan kebenarannya sendiri,
sebab yang memiliki kebenaran adalah masa lalu, adalah sesuatu yang sudah mapan dan
sudah ada sampai sekarang. Perbedaan bukanlah menjadi hal yang biasa, melainkan jika ada
yang berbeda itu akan dianggap sebagai sebuah perlawanan dan pemberontakan. Pedagogy
memiliki kelebihan, yakni di dalam menjaga rantai keilmuan yang sudah diawali oleh orangorang terdahulu, maka rantai emas dan benang merah keilmuan bisa dilanjutkan oleh generasi
mendatang. Generasi mendatang tidak perlu mulai dari nol lagi, melainkan tinggal melanjutkan
apa yang sudah ditemukan, apa yang sudah dirintis, apa yang sudah dimulai oleh generasi
mendatang.
Dalam Andragogy inilah, kita kenal istilah-istilah Enjoy Learning, Workshop, Pelatihan
Outbond,dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogy inilah kemudian muncul konsep-konsep
Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan Anarkisme pendidikan. Liberalisme
pendidikan bertujuan jangka panjang untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang
ada dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara menghadapi persoalan-persoalan
dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Liberasionisme pendidikan adalah sebuah sudut
pandang yang menganggap bahwa kita musti segera melakukan perombakan berlingkup besar
terhadap tatanan politik (dan pendidikan) yang ada sekarang, sebagai cara untuk memajukan
kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perujudan potensi-potensi diri semaksimal
mungkin. Bagi pendidik liberasionis, sekolah bersifat obyektif namun tidak sentral dan sekolah
bukan hanya mengajarkan pada siswa bagaimana berpikir yang efektif secara rasional dan
ilmiah, melainkan juga mengajak siswa untuk memahami kebijaksanaan tertinggi yang ada di
dalam pemecahan-pemecahan masalah secara intelek yang paling meyakinkan. Dengan kata
lain, liberasionisme pendidikan dilandasi oleh sebuah sistem kebenaran yang terbuka. Secara
moral, sekolah berkewajiban mengenalkan dan mempromosikan program-program sosial
konstruktif dan bukan hanya melatih pikiran siswa. Sekolahpun harus memajukan pola tindakan
yang paling meyakinkan yang didukung oleh sebuah analisis obyektif berdasarkan fakta-fakta
yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles tentang prinsip pendidikan yaitu sebagai
wahana pengkajian fakta-fakta, mencari yang obyektif, melalui pengamatan atas kenyataan.
Anarkisme pendidikan pada umumnya menerima sistem penyelidikan eksperimental yang
terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Tetapi berbeda dengan liberal dan
liberasionis, anarkisme pendidikan beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau
menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa
musti dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga. Menurut anarkisme
pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan
untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang mendesak ke dalam
masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan sekalian.
1.
3.
Konsep Diri: Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak
dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga
mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang
dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa
membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu
menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self
Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi
yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan
menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga
mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun
dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.
Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan
dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan
pelatihan.
1.
luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi
pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal
seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih
mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman.
Dalam hal ini dikenal dengan Experiential Learning Cycle (Proses Belajar Berdasarkan
Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan
teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok,
curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang
pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
1.
Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai
dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau
paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan
perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar
karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar
sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam
peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa
implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini
tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan
peranan sosialnya.
1.
Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah
sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi
pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa
mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan
permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar
bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan
yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan
peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena
adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat
dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa
yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada
kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan
memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi
pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya
bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.
1.
4.
Proses belajar manusia berlangsung hingga ahkir hayat (long life education). Namun, ada
korelasi negatif antara pertambahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya,
setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar
(karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan
fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan
penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan
perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja.
Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.
Menurut Verner dan Davidson dalam Lunandi (1987) ada enam faktor yang secara psikologis
dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan:
1.
Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat
secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat
jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat
penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.
1.
Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan atau titik terjauh yang dapat dilihat
secara jelas mulai berkurang, yakni makin pendek. Kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam
pengadaan dan pengunaan bahan dan alat pendidikan.
1.
Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam
suatu situasi belajar. Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya,
maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 Watt
baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas.
1.
Makin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah daripada
spektrum. Hal ini disebabkan oleh menguningnya kornea atau lensa mata, sehingga cahaya
yang masuk agak terasing. Akibatnya ialah kurang dapat dibedakannya warna-warna-warna
lembut. Untuk jelasnya perlu digunakan warna-warna cerah yang kontras utuk alat-alat
peraga.
1.
1.
1.
5.
Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif: Ada beberapa hal pokok yang dapat
dilakukan dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan suasana yang kondusif
untuk proses pembelajaran, yaitu:
Pengaturan Lingkungan Fisik: Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur
dimana orang dewasa merasa terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat
senyaman mungkin:
-
Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi
rasa takut;
-
Diagnosis Kebutuhan Belajar: Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada
keterlibatan seluruh warga belajar atau peserta pelatihan di dalam suatu proses melakukan
diagnosis kebutuhan belajarnya:
-
Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak
Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang
diharapkan;
-
Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan
kompetensi tertentu.
Libatkan peserta untuk menyusun rencana pelatihan, baik yang menyangkut penentuan
Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait menyangkut
pelatihan tersebut;
-
Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait siapa
dilakukan dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut di atas.
Mengembangkan Model Umum: Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari
perencanaan pelatihan dimana harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar
seperti kegiatan diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya.
Dalam hal ini tentu harus diperhitungkan pula kebutuhan waktu dalam membahas satu
persoalan dan penetapan waktu yang sesuai.
Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran: Dalam menetapkan materi dan metoda atau
teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-
Materi pelatihan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada aplikasi
praktis;
-
Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat pemindahan
Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih bersifat
partisipatif.
Peranan Evaluasi Pendekatan: evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif
untuk diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup
untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi
hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
-
Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta pelatihan
Ruang lingkup materi evaluasi ditetapkan bersama secara partisipatif atau berdasarkan
Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan
perilaku.
1.
6.
Dari uraian tersebut di atas telah diperoleh dan disimpulkan beberapa perbedaan teoritis dan
asumsi yang mendasari andragogi dan pedagogi (konvensional) yang menimbulkan berbagai
implikasi dalam praktek.
Dalam pedagogi atau konvensional, karena berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter
Centered Orientation) maka implikasi yang timbul pada umumnya peranan guru, pengajar,
pembuat kurikulum, evaluator sangat dominan. Pihak murid atau peserta pelatihan lebih banyak
bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai Sistem Bank (Banking
System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut:
Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang
bersifat standard dan kaku;
Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda &
teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran;
Pengembangan rencana dan bentuk urutan (sequence) yang standard dan kaku ;
Adanya standard evaluasi yang baku untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar dan
bersifat kuantitatif yang bersifat untuk mengukur tingkat pengetahuan;
Adanya batasan waktu yang demikian ketat dalam menyelesaikan suatu proses
pembelajaran materi pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan
fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan
secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif, dalam
proses belajar yang melibatkan elemen-elemen:
Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang
memadai
No
Asumsi
Pedagogik
Andragogi
bersifat tergantung.
Masyarakat mengharapkan
dipelajari, kapan,
bagaimana cara
mempelajarinya, danapa
peserta didik
setelah selesai
tergantung.
manfaatnya adalah
pengalaman-pengalaman
yang diperoleh dari gurunya, mau pun bagi orang lain. Lagi pula
para penulis, produsen alat- seseorang akan menangkap arti
alat peraga atau alat-alat
percobaan-percobaan di
Fungsi Pengalaman baca, dan penyajian melalui masalah, latihan simulasi, dan
peserta didik
praktek lapangan.
Seseorang akan siap mempelajari
sesuatu apabila ia merasakan
perlunya melakukan hal tersebut,
D.
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan
kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat
bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling
tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan
tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang
dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur
hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Andragogy memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang
siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa
yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogy hanya sebagai suatu sistem yang
mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan
itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan -penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah
ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu tersebut
akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan kemampuan yang
memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu. Tak mungkinlah siswa SD
dibiarkan memilih mata pelaharan Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu
perkalian, jumlah, kurang bagi, dll.
DASAR-DASAR PENYULUHAN
Disusun Oleh:
1.
Andre Hermawan
2.
Jayanti kerismawati
3.
Qoriatul Oktaviani
( 11020203 )
( 110202009 )
(110202012)
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.
Asmin, Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa
(Andragogi),http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/34/konsep_dan_metode_pembelajaran.htm,
Diakses tanggal 11 November 2006.
Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
Piaget, J. (1959). The growth of logical thinking from childood fo adolescence. New York : Basic
Books.
Tamat, Tisnowati. (1984). Dari Pedagogik ke Andragogik. Jakarta: Pustaka Dian
Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006
Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Jakarta.
Http://wikipedia.com/industri kecil menengah
http://yahoo.co.id/kode etik penyuluhan
Banuharli, Ibnu. MATERI KULIAH DASAR-DASAR PENYULUHAN 1/TPK. 2011. ATK.
Yogyakarta