Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Akhir-akhir ini terkadang dalam pergaulan antara akhwat dan ikhwan mulai
terjadi pelanggaran-pelanggaran batas-batas pergaulan. Misalnya seorang
ikhwan yang berbicara sangat dekat dengan seorang
akhwat, atau dua aktivis rohis yang belainan jenis kelamin sering berjalan
berduaan sehingga tampak seperti orang pacaran dan bahkan ada yang mengira
mereka pasangan suami istri. Hal ini tentu meresahkan kerena selain dapat
merusak kinerja dakwah bahkan dapat timbul fitnah seperti di atas.
Pelanggaran batas-batas pergaulan ini biasanya disebabkan karena hal-hal di
bawah ini:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan dan akhwat.
2. Sudah mengetahui namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami namun tergelincir karena lalai.
Dan bisa jadi kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk menghiasi
penampilan dengan jilbab lebar warna-warni atau dengan janggut dan celana
yang mengatung, namun kita lupa menghias akhlak. Kita sibuk berhiaskan
simbol-simbol Islam namun lupa substansi Islam. Kita berkutat mengahafal
materi Islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan amal.
Sesungguhnya panggilan ikhwan dan akhwat adalah penggilan persaudaraan
yang artinya saudara laki-laki dan saudara perempuan. Namun di ruang lingkup
aktivis rohis, panggilan itu biasanya ditujukan untuk orang-orang yang berjuang
menegakkan agama-Nya, yang Islamnya shahih, syamil, lurus fikrahnya dan
akhlaknya baik. Atau bisa dikonotasikan dengan jamaah. Maka tidak heran bila
terkadang dipertanyakan ke-ikhwanan-nya atau ke-akhwatan-nya bila belum
bisa menjaga batas-batas pergaulan (hijab) ikhwan akhwat.
Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang bukanlah hal yang mudah
karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan begitulah sebaliknya. Hanya
dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah sajalah yang membuat seseorang
dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.
Berikut ini adalah contoh-contoh pelanggaran yang masih sering terjadi yang
dikhawatirkan dapat memicu timbulnya virus merah jambu sehingga meningkat
sampai tahap pacaran :
Pulang berdua, contoh usai rapat rohis karena pulang ke arah yang sama maka
akhwat pulang bersama ikhwan berdua saja.
Rapat berhadap-hadapan, hal seperti ini sangatlah cair dan rentan timbulnya
ikhtilath (pencampuradukan ikhwan dan akhwat).
Tidak menundukkan pandangan, karena bisa saja dapat menimbulkan zina mata.
Bukankah ada ungkapan dari mata turun ke hati?
Duduk/jalan berduaan, hal ini dapat menimbulkan fitnah dari orang lain
sekalipun sebenarnya alasan berduaan karena berdiskusi namun tetap saja
tampak seperti orang pacaran.
"Men-tek" untuk menikah, ada pula ikhwan yang belum lulus kuliah men-tek
seorang akhwat untuk menikah dengan alasan takut keburu diambil
(dikhitbah/dinikahi) orang lain padahal tak jelas juga kapan menikahnya.
Menelpon yang tidak penting, menelpon dan mengobrol tak tentu aarah padahal
tidak ada nilai urgensinya atau tidak ada hubungannya dengan urusan dakwah.
SMS tidak penting, saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada
kaitannya dengan dakwah sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.
Berbicara mendayu-dayu, contoh ucapan akhwat seperti "duh si akhi kamu bisa
aja deh,,," dengan nada terdengar manja dan disertai dengan tertawa kecil.
Bahasa yang terlalu akrab, misalnya seperti bahasa SMS yang terlalu akrab
seperti "oke deh Pak Fulan, yang penting rapatnya lancar khan. Kalau gitchu ga
usah ditunda lagi yach ok dech. CU ^_^". Meskipun sudah beraktifitas bersama,
ikhwan dan akhwat bukanlah pasangan suami istri yang bisa mengakrabkan diri
karena bahasa SMS seperti ini dapat menimbulkan bekas di hati pengirim dan
penerima SMS.
Curhat, curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati,
kemudian timbul permainan hati seperti virus merah jambu yang bisa
mengganggu tribulasi dakwah.
Chatting yang tidak urgent, chatting dengan YM misalnya, boleh-boleh saja
hanya saja bila pembicaraannya melebar dan menyimpang dari fokus dakwah,
khalwat (berduaan) virtual bisa saja terjadi.
Bercanda ikhwan dan akhwat, ikhwan dan akhwat bercanda berdua sambil
tertawa-tawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syaitan, sang akhwat
hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.
Lalu bagaimana adab pergaulan ikhwan akhwat yang seharusnya? Berikut ini
adalah adab-adab pergaulan dengan lawan jenis yang bukan muhrim (saudara
sedarah):
Harus menutup aurat yakni seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan
untuk wanita dan dari pusar hingga lutut untuk pria. Hanya saja syarat-syarat
penutup aurat untuk wanita yaitu kain tidak boleh tipis, tidak boleh tembus
pandang, tidak boleh ketat, dan tidak boleh menyerupai pakaian laki-laki. Dan
yang paling penting kerudung harus bisa menutup dada.
Menundukkan dan menjaga pandangan bila berpapasan dengan lawan jenis, bila
berbicara juga harus menjaga pandangan. Namun tidak harus selalu
menundukkan muka ke tanah ketika berjalan sampai-sampai menabrak dinding.
Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau dengan mata
semu / samping.
Ketika berbicara dengan lawan jenis harus yang tegas namun tidak dengan nada
membentak dan tidak pula mendayu-dayu. Yang penting lawan bicara mengerti
apa yang kita ucapkan.
Tidak berdua-duaan (khalwat). Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan
seorang perempuan yang bukan mahramnya, karena yang ketiga adalah
syaitan." (HR. Rahmat). Berdua-duaan dengan lawan jenis sangat berbahaya
karena yang ketiganya adalah syaitan yang dapat menggoda untuk membuat
ikhwan dan akhwat yang berdua-duaan melakukan hal yang mendekati zina. Bila
berinteraksi alangkah baiknya lebih dari dua orang serta yang diperbincangkan
tidak bersifat pribadi atau hal-hal lain seperti curhat.
Berdialog baik dengan bicara langsung maupun via telpon atau SMS hanya yang
penting-penting saja dan sebisa mungkin berhubungan dengan urusan dakwah
serta tidak terlalu sering.
Menggunakan hijab bila sedang rapat yang diikuti ikhwan dan akhwat. Selain
untuk menjaga pandangan dan konsentrasi, juga menghindari ikhtilath
(bercampur baur). Bila belum mampu menggunakan hijab, dibuat jarak yang
cukup antara ikhwan dan akhwat. Selain itu rapat juga tidak boleh diadakan
sampai malam mengingat biasanya ada jam malam untuk akhwat.
Penutup:
Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga. Kewajiban
berjilbab, menundukkan pendangan, tidak khalwat (berduaan), tidak ikhtilath
(bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara (mendayu-dayu), dan dorongan
Islam untuk segera menikah, itu semua adalah penjagaan tatanan kehidupan
sosial muslim agar terjaga kehormatan dan kemuliaannya.
Kehormatan seorang muslim sangatlah penting dipelihara di dalam Islam,
sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. Seperti yang
difirmankan Allah dalam Surat Al Isra 32 Dan janganlah kamu mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk. Pelanggaran-pelanggaran yang disebutkan di atas dapat dikategorikan
kepada hal-hal yang mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin
akan mengarah pada zina yang sesungguhnya, naudzubillah.
Maka, bersama-sama kita saling menjaga pergaulan ikhwan akhwat. Agar tidak
terjerumus ke dalam kategori yang mendekati zina.
Dan ketika berinteraksi dengan lawan jenis, seorang akhwat sebaiknya bertindak
dan berbicara seperlunya saja, tegas dan jelas tapi bukan bermakna kaku ketika
berkomunikasi. Terkadang dalam dunia akhwat ketika melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan lawan jenis, mungkin karena secara psikologis akhwat memiliki
karater ingin di perhatikan atau malah kadang cari perhatian, ia mencari alasan
agar bisa berinteraksi dengan lawan jenis. Apalagi kalau sudah menyangkut
masalah hati, mudah sekali terjadi pelanggaran, ditambah lagi jika ikhwannya
juga belum mafhum bagaimana selayaknya berinteraksi dengan ikhwan di luar
hal yang tidak seharusnya. Misal, diskusi, dengan kata lain, berinteraksi dengan
ikhwan karena ilmu. Saya memandang hal seperti ini di bolehkan.
Tapi, ada beberapa hal yang memang harus si akhwat sendiri bisa menjaminnya,
sesuai dengan perkataan Rasul Saw., Jika kalian tidak memiliki rasa malu maka
bertindaklah sesuka kalian.
Pertama, fitnah. Bisa anda jamin selama interaksi tidak akan terjadi fitnah?
Mungkin masih bisa di jelaskan, dengan perkataan saya sama dia cuma teman,
hanya sebatas berbagi ilmu Tapi kalau saya sendiri akan mencari amannya
saja, karena fitnah itu ibaratkan mencemarkan, menjatuhkan kehormatan, dan
sebagai seorang akhwat manjaga iffah atau kehormatan itu wajib hukumnya.
Mubah hukumnya untuk berinteraksi dengan ikhwan dalam masalah ilmu,
khawatir selama interaksi akhwat menceritakan sesuatu yang itu sudah di
wilayah khas. Dan yang mubah hukumnya terkadang bisa menjerumuskan ke
haram jika tidak pandai jaga diri. Tentu kita tidak mau melanggar hukum syara
atas nama dakwah atau ilmu bukan?
Bagaimana dengan di forum situs atau milis-milis, itu juga khan berbagi ilmu?
Menurut saya, forum situs itu sifatnya lebih amm dan di ketahui banyak orang,
pembahasannya pun seputar perkara yang di bolehkan untuk akhwat yang
bergabung di forum tersebut.
Berbeda dengan, misalnya seorang akhwat berbagi ilmu dengan seorang ikhwan,
sesuai denga fakta yang pernah saya dapat, sifatnya personal hanya diketahui
kedua belah pihak saja dan di sembuyikan dari orang lain sehingga mudah
terjadi fitnah, siapa yang salah? Menurut saya, dua-duanya.
Sahabat Rasulullah Saw. Abu Bakar pernah berkata, Berhati-hatilah dalam
bertindak karena dari hati-hati tadi memberikan manfaat bagimu.
Sesuatu yang menurut kita masalah kecil, bisa dipandang sebagai masalah besar
oleh orang lain, bahkan akan menimbulkan delik dan kecurigaan. Jadi, jangan
main-main hukum syara.
2.Hayatul khas
Hayatul khas atau kehidupan khusus adalah perkara seputar kehidupan privasi
akhwat, dan ini hanya boleh di ketahui oleh keluarga mahram dan jamaah
nisaa (perempuan) saja atau dalam hal akhwat yang bersangkutan sudah dalam
ikatan khitbah.
Contoh hayatul khas adalah; keadaan dirinya dan keluarga secara detil, target
hidup akhwat, target hidup dalam berdakwah serta kehidupan sehari-harinya.
Jika seorang akhwat menceritakan kehidupan dakwah, keluarga, target
kehidupannya kedepan secara detail, menceritakan sifat yang lebih ke
menceritakan dirinya sendiri secara detail, cita-cita dan kehidupannya sehariharinya ke ikhwan yang belum mengkhitbahnya, yang saya pahami dari referensi
nidzamul ijtimai (afkar mutabanat Hizbut Tahrir yang wajib di ikuti oleh para
aktivisnya), itu tidak boleh dilakukan. Artinya, ikhwan manapun tidak boleh
mengetahui aktivitas akhwat dalam wilayah hayatul khas yang tidak ada
hubungan dalam ikatan. Kenapa? Tiada lain adalah untuk menjaga keiffahan
akhwat itu sendiri, penjagaan iffah seorang akhwat dengan tetap menhijabi diri
dengan hukum syara walaupun terkadang ada saja dari pihak ikhwan yang
belum paham dengan hal ini. Maka ketika ada seorang akhwat menghijabi diri,
kadang disalahartikan, dibilang berpikiran sempit, jaim (jaga imej), jutek, terlalu
tegas dan sebutan negatif lainnya.
Seorang ikhwan yang paham akan apa arti kehormatan bagi seorang akhwat
pasti maklum, sikap tegasnya seorang akhwat tidak dia maknai sebagai sikap
yang jaim, jutek, saklek atau apalah namanya.
Tegas bukan dalam makna terlalu memaksa agar pandangannya diterima. Tegas
bukan dalam makna egois. Tegas bukan dalam makna menuntut. Tegas untuk
mengoreksi pendapat yang tidak sesuai dengan hukum syara tidak dimaknai
sebagai intimidasi, meminta sesuatu yang syari tidak di maknai dengan
menuntut. Tapi seharusnya dimaknai sebagai karakter akhwat yang khas,
akhwat yang bisa menjaga kehormatannya dan seorang akhwat
memangseharusnya seperti itu.
Konteksnya dalam hal ini sangat dibutuhkan ketegasan dari masing-masing
pihak. Ikhwan dan akhwat harus sama-sama menjaga ke iffahan masing-masing.
Saya menganalisis dari hal yang kecil, ikhwan dan akhwat di larang mendekati
perkara-perkara yang syubhat yang sangat mungkin menjerumuskan keduanya
kepada kemaksiatan, karena Rasul Saw, sudah sangat menegaskan dan
mewanti-wanti hal ini
dengan sabdanya;
Sesungguhnya perkara halal itu jelas, dan perkara haram itu jelas; serta di
antara keduanya terdapat perkara mutasyabihat yang kebanyakan orang tidak
mengetahuinya. Barang siapa yang menjahui syubhat itu,sungguh ia telah
terbebas dari dosa, dalam agama dan kehormatannya. Sebaliknya, siapa yang
terjerumus pada perkara syubhat berarti ia telah terjerumus dalam perkara
haram, (HR. Imam Bukhari, Muslim dan ashabun Sunan).
Tapi perlu kita evaluasi terkait apakah batasan yang terlalu rigit ini membuat
komunikasi terhambat dan berakibat pada menurunnya produktifitas dakwah.
Jika memang tidak berakibat negatif, tentu itu merupakan kabar baik, dan
mungkin Anda bisa memberikan solusi yang baik untuk mengatasi kendala ini.
Saya akan mencoba memaparkan pandangan saya terkait problematika ini
dengan latar belakang saya di kampus ikhwan ITB.
Ketika membaca buku men from mars and women from venus, saya mulai sedikit
memahami karakter ikhwan dan akhwat dari segi psikologi. Saya mencoba
melalukan beberapa pengamatan kepada teman-teman saya di ITB terkait
fenomena ini. Rapat demi rapat, kepanitiaan demi kepantiaan hingga sekarang
dalam badan pengurus harian GAMAIS, saya baru memahami bagaimana
seorang pria berpikir tentang perempuan dan perempuan berpikir tentang pria.
Untuk para pria, perlu Anda pahami bahwa perempuan relatif lebih peka dan
sensitif ketimbang pria. Perempuan lebih tertata dalam menyusun agenda, maka
sering kita lihat perempuan lebih rapih dalam segala hal. Karena mereka
melakukan sesuatu dengan perencanaan, baik itu jangka pendek atau panjang.
Perempuan yang bekerja biasanya lebih rajin ketimbang pria, ini mengapa kita
mulai melihat para perempuan yang telah menjadi profesional atau pejabat,
karena mereka rajin dalam menjalankan tugas. Satu hal yang perlu diingat oleh
para pria adalah perempuan tidak suka di khianati dan perempuan itu butuh
kepastian.
Untuk para perempuan, perlu saya sampaikan bahwa pria memang cenderung
egois dan self-oriented. Seorang pria lebih bisa menghabiskan waktunya
sendirian ketimbang perempuan. Dan seorang pria ketika sudah masuk
keduniannya akan sulit untuk diganggu. Sebutlah seorang pria yang sedang
badmood dan ia memilih untuk sendiri untuk mengembalikan mood nya, maka ia
akan sangat terganggu sekali jika ada yang menggangu, bahkan sebuah sms
bisa membuat mood nya lebih parah. Sehingga seringkali ia mengabaikan
panggilan yang ada. Saya menyebutnya, pria mempunyai gua sendiri yang
dimana hanya ia yang memahaminya, dan seorang perempuan sepertinya harus
menunggu pria ini keluar gua nya baru bisa memanggil pria ini.
Pria relatif lebih ingin diperhatikan dan dipahami, karena sedikit sentuhan saja
bisa membuat seorang pria berpikir terbalik 180o. Oleh karena itu, seorang
perempuan kiranya perlu memahani mengenai kebutuhan dasar pria ini untuk
membentuk pola komunikasi yang baik.
Pada kasus nyata, bisa kita ambil contoh dua buah kisah yang saya akan beri
pandangan point of view yang harus diambil. Kisah pertama, sekelompok ikhwan
dan akhwat yang berada dalam sebuah kepanitiaan. Dimana mereka biasa
menjalankan rapat rutin untuk membahas segala sesuatu. Pada suatu ketika,
ketua panitia dihadapi pada sebuah kondisi dimana butuh keputusan cepat,
padahal saat itu waktu sudah menunjukan pukul 19.00, dan keputusan harus
sudah ada malam itu juga. Sehingga ketua panitia ( ikhwan tentunya ),
memutuskan untuk mengumpulkan seluruh panitia ikhwan untuk membahas
masalah tersebut, dan terselesaikanlah masalah itu. Esok siangnya seluruh
panitia rapat kembali ( ikhwan dan akhwat ), dan ketua panitia menceritakan
kejadian malam hari itu, setelah mendengar cerita itu, pihak panitia akhwat
Dari dua contoh pesan singkat ini kita bisa melihat bagaimana pola komunikasi
yang efektif dan tetap menjaga batasan syari. Pada versi 1 kita bisa melihat
sebuah percapakan singkat via sms antara ikhwan dan akhwat yang bisa
dikatakan sedikit lebai ( baca berlebihan ), sedangkan pada versi 2 adalah
percakapan antara ikhwan dan akhwat yang to the point, tanpa basa basi.
Sebenarnya bagaimana kita membuat batasan tergantung bagaimana kita
membiasakannya di lembaga dakwah kita saja. Perlu adanya leader will untuk
membangun budaya komunikasi yang efesien dan secukupnya.
Dalam hal percakapan langsung, seorang ikhwan dan akhwat sangat diharapkan
untuk menjauhi percapakan berdua saja, walau itu di tempat umum. Saya
menyarankan agar salah satu ikhwan atau akhwat meminta muhrimnya (sesama
jenis kelamin) untuk menemaninya. Dengan itu diharapkan pembicaraan menjadi
terjaga dan meminimalkan kesempatan untuk khilaf. Dengan melakukan
pembicaraan yang secukupnya ini sebetulnya dapat lebih membuat pekerjaan
menjadi lebih cepat dan efektif. Karena setiap pembicaraan yang dilakukan tidak
ada yang sia sia, semua membahas tentang agenda dakwah yang dilakukan.
Selain itu perlu kiranya kita mengurangi waktu ikhwan dengan akhwat untuk
bekerja bersama pada waktu dan tempat yang sama. Sebutlah untuk pekerjaan
mengepak sembako untuk baksos, saya merekomendasikan agar kegiatan
dilakukan terpisah. Jangan ikhwan dan akhwat sama sama melakukan sebuah
aktifitas, contohnya lagi ikhwan dan akhwat bersama sama menimbang gula,
ikhwan memasuki gula ke plastik dan akhwat menimbang dan mengikat plastik.
Saya merekomendasikan agar hal seperti ini tidak terjadi, karena proses ini
memungkinkan adanya kesempatan untuk khilaf. Kita tidak akan pernah
mengetahui isi dari pikiran dan hati seseorang. Oleh karena itu diperlukan
regulasi yang tepat untuk menjaga kader dari hal hal yang bisa merusak
keberkahan dakwah. Untuk kasus kerja bersama baksos, bisa saja menjadi
ikhwan mengerjakan di bagian pengepakkan beras dan gula, akhwat
mengerjakan pengepakkan susu dan minyak.
Regulasi tidak tertulis
Adanya regulasi tidak tertulis, atau mungkin tertulis jika cocok dengan budaya di
LDK masing-masing, akan tetapi saya merekomendasikan kepada Anda agar
regulasi terkait hubungan ikhwan dan akhwat bersifat tidak tertulis saja. Regulasi
ini adalah ketentuan yang memaksa para kader untuk mengikutinya, dan
bentuk sangksi yang diberikan berupa sangksi moral saja. bentuk regulasi ini
seperti etika ketika rapat yang bisa dimaktubkan dalam mekanisme rapat, di
GAMAIS kami membuat beberapa ketentuan rapat, yakni terkait posisi dan waktu
rapat yang diperbolehkan, seperti hijab dengan jarak 2-3 meter antara ikhwan
dan akhwat, rapat antara ikhwan dan akhwat tidak boleh dilakukan setelah
maghrib, dan sebagainya. Regulasi lain terkait, pembatasan hubungan ikhwan
akhwat melalui pertemuan tatap muka, sms, maupun telepon diatas pukul 21.00
hingga subuh, kecuali dalam keadaan darurat, dan lain-lain.
Bentuk dan penerapan regulasi ini perlu disesuaikan dengan kondisi kader di
Lembaga dakwah. Saya memang sedikit moderat terkait hal ini, sehubungan
dengan jumlah kader baru yang semakin membludaksehingga butuh waktu
untuk pemahaman, akan tetapi bagi kader inti akan ada ketentuan khusus.
Pemanfaatan media terbuka bersama
Media bersama yang dimaksud seperti mailing list (milist), papan komunikasi
(pakom), yahoo!conference, dan lainnya. Media ini bersifat terbuka dan bisa
digunakan dan di akses bersama, sehingga pembicaraan yang dilakukan akan
seputar pada inti permasalahan. Sebutlah pembicaraan pemimpin ikhwan dan
akhwat seputar IP Kader, dengan media terbuka bersama ini akan membuat
mereka akan membahasa hanya tentang IP kader dan solusinya. Akan tetapi jika
pembicaraan tanpa media pembatasnya, maka bisa jadi pembicaraan antara dua
pemimpin ini menjadi curhat masalah IP mereka masing-masing.
Penyesuaian dengan iklim Lembaga Dakwah
Dari semua kebijakan dan tata etika komunikasi ikhwan dan akhwat ini perlu
adanya wiseness dari pihak pemimpin untuk menyesuaikan dengan kondisi masa
kampus dan kader di Lembaga Dakwah. Jangan sampai komunikasi yang
dilakukan antara ikhwan dan akhwat justru membuat objek dakwah menjadi
takut untuk bergabung bersama kita, dan justru me-demarketisasi lembaga
dakwah kita. Kebijakan yang diterapkan di GAMAIS memang moderat, dan tidak
terlalu rigit terkait hal ini. Pertimbangan yang dilakukan mengingat GAMAIS
sedang membangun pendekatan dan kepercayaan secara masif kepada objek
dakwah. Hal ini memang sedikit menuntut kami menjadi moderat akan beberapa
hal yang bisa di tolerir. Seperti rapat yang tanpa hijab fisik, lalu ikhwan dan
akhwat jika bertemu tidak selamanya harus saling membelakangi, cukup tidak
bertatapan, dan lain lain. Memang ini menjadi tantangan tersendiri untuk
memastikan kemoderatan ini tidak berdampak pada rusaknya keberkahan
dakwah, akan tetapi kami berhasil membangun image bahwa GAMAIS tidak
angker dan eksklusif.
2. Menutup Aurat :
ALLAH berfirmajn dan angan lah mereka mennampakkan perhiasannya, kecuali
yang biasa nampak daripadanya.dan hendaklah mereka melabuhkan kain
tudung ke dadanya. (An-Nuur: 31) Juga Firman-NYA; Hai nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
Hendaklah mereka melabuhkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, kerana itu mereka tidak
diganggu. dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nuur:
59).
Perintah menutup aurat juga berlaku bagi semua jenis. Dari Abu Daud Said alKhudri .a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seseorang lelaki
memandang aurat lelaki, begitu juga dengan wanita jangan melihat aurat
wanita.
3. Adanya pembatas antara Lelaki dan Wanita;
Kalau ada sebuah keperluan terhadap kaum yang berbeza jenis, harus
disampaikan dari balik tabir pembatas. Sebagaimana firman-NYA; dan apabila
kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik
hijab. (Al-Ahzaab: 53)
4. Tidak berdua-duaan di antara lelaki dan Perempuan;
Dari Ibnu Abbas .a. berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Janganlah seorang lelaki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama
mahramnya. (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim)
Dari Jabir bin Samurah berkata; Rasulullah SAW bersabda: Janganlah salah
seorang dari kalian berdua-duan dengan seorang wanita, kerana syaitan akan
menjadi ketiganya. (Hadis Riwayat Ahmad & Tirmidzi dengan sanad yang sahih)
5. Tidak melunakkan ucapan (Percakapan):
Seorang wanita dilarang melunakkan ucapannya ketika berbicara selain kepada
suaminya. Firman ALLAH SWT; Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah
seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk
dalam berbicara (berkata-kata yang menggoda) sehingga berkeinginan orang
yang ada penyakit di dalam hatinya tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang
baik. (Al-Ahzaab: 32)
Berkata Imam Ibnu Kathir; Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh
ALLAH kepada para isteri Rasulullah SAW serta kepada para wanita mukminah
lainnya, iaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara
merdu, dalam pengertian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain
sebagaimana dia berbicara dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Kathir 3/350)
6. Tidak menyentuh kaum berlawanan jenis:
Dari Maqil bin Yasar .a. berkata; Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan
jarum besi itu masih lebih baik daripada menyentuh kaum wanita yang tidak
halal baginnya. (Hadis Hasan Riwayat Thabrani dalam Mujam Kabir) Berkata
Syaikh al-Abani Rahimahullah; Dalam hadis ini terdapat ancaman keras terhadap
orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (Ash-Shohihah
1/44 Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat
penting seperti membaiat dan lain-lainnya. Dari Aishah berkata; Demi ALLAH,
tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun
saat membaiat. (Hadis Riwayat Bukhari)
Inilah sebahagian etika pergaulan lelaki dan wanita selain mahram, yang mana
apabila seseorang melanggar semuanya atau sebahagiannya saja akan menjadi
dosa zina baginya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW; Dari Abu Hurairah .a.
dari Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya ALLAH menetapkan untuk anak
adam bahagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata dengan
memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta
berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan
semuanya. (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim & Abu Daud)
Padahal ALLAH SWT telah melarang perbuatan zinadan segala sesuatu yang
boleh mendekati kepada perbuatan zina. Sebagaimana Firman-NYA; dan
anganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan jalan yang buruk. (al-Isra: 32)
ndah, adalah suatu pernyataan relatif. Artinya tidak semua orang berpendapat
sama tentang keindahan sesuatu hal. Ada poin-poin pribadi yang melatari
sebuah kecintaan. Hal yang tidak menjadi persengketaan adalah masing-masing
diri memiliki kecenderungan hati untuk senantiasa mencintai keindahan.
Era kebebasan wanita yang terkadang (pastinya telah) disalah-gunakan pihak
yang berkedok perjuangan sesat kesetaraan wanita, secara sengaja ataupun
tidak telah membuka kran fitnah. Fitnah yang bertopeng keindahan, berwujud
kecenderungan bernama cinta.
Adalah hal yang sudah tidak jarang kita lihat, percakapan ikwan akhwat tanpa
hijab, tanpa muhrim dan dibumbui dengan senda gurau yang dipaksakan .
Bukanlah hal baru, beberapa tahun yang lalu, sebuah majalah dakwah
mengungkap adanya fenomena CBSA (Cinta Bersemi Saat Aktif) yang menjalari
para aktivis dakwah kampus. Menurut majalah itu, trisno jalaran soko kulino
(cinta hadir karena terbiasa) lah penyebab VMJ (Virus Merah Jambu) tersebut.
Begitulah, memang adanya. Berawal dari niatan yang ikhlas, dakwah,
menyelesaikan masalah umat, tetapi saat jiwa lengah, tiba-tiba berubah haluan
menjadi pemuja berhala bernama cinta. Bermula dari pertemuan yang
terpaksa karena tujuan mulia hingga menjadi terbiasa, dan puncaknya ketika
tak berjumpa, hati merana, merasakan kehilangan, sendiripun menjadi hal yang
tak biasa.
Kesalahan ini merupakan tanggungjawab bersama, tidak hanya menjadi PR
bagi akhwat saja atau ikwan saja. Untuk menyembuhkan harus ada pihak yang
merasa bersalah, mau bertobat, dan pihak yang menciptakan lingkungan
kondusif (untuk menjaga hati). Tak bijak rasanya, bila menyalahkan interaksi
antara keduanya. Karena semenjak diutusnya nabi Adam hingga nabi
penghujung, Muhammad SAW, telah dikisahkan interaksi antara keduanya
(ikhwan akhwat) , yang menandakan kebolehan adanya.
Dalam Al-quran dikisahkan interaksi antara nabi Musa muda dengan dua akhwat,
putra Nabi Syuaib. Nabi Musa bertanya tentang keperluan mereka dan mereka
menjawab secara wajar, Nabi Musa pun akhirnya membentu mereka dengan
sopan. Seperti yang dikisahkan dalam Al-Quran dalam Q.S Al-Qashas ayat 23
hingga 26.
Itulah sedikit contoh saja bagaimana sang akhwat yang tidak tegas atau bahkan
bernada manja ketika berbicara kepada aikhwan. Ndak tahu tuh gimana
perasaan sang ikhwan kalo mendengar akhwat berbicara seperti itu padanya.
Loh koq akhwat saja yang disalahin?
Jangan salah, Ikhwan juga harus jaga hijab!
Katakanlah kepada orang laki-laki beriman, Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan mememlihara kemaluannya..(QS An-Nur: 31)
Ternyata banyak kasus yang lain dimana sang ikhwan justru tidak menjaga hijab
dan kadang memancing untuk bercanda dan berakrab ria. SMS atau telepon
tidak penting, telpon berama-lama, bercanda haha hihi , curhat-curhatan, dsb.
Atau mungkin tebar pesona, memberi perhatian atau pujian berlebihan kepada si
akhwat sehingga si akhwat jadi keGRan. Lebih marak lagi, adalah dunia privasi
yang terpubilkasi seperti jejaring sosial yang semakin mudah aksesnya. Saling
berstatus dan berkoment yang kurang manfaat. Bahkan koment yang disertai
denga imot icon gak penting jadi bumbu yang semakin membuat suasana cair
komunikasi ikhwan akhwat yang harusnya terjaga dimanapun semakin
terpublikasi. Jika etika pergaulan orang yang sudah dianggap paham saja
seperti demikian. Bagaimana dengan yang lain?
Ukhti jazakillah ya, ukhti baik sekali dech ucap seorang ikhwan kepada akhwat.
dek, apakabar, lagi ngapain? tegur seorang ikhwan kepada akhwat.(negurnya
tiap hari)
Ukh ana boleh curhat ga, soalnya anti enak banget buat curhat, boleh ya
telepon seorang ikhwan ke teman akhwatnya.
Atau coment-coment aneh diantara jejaring sosial !
semangat ya ukh :D coment salah satu ikhwan.
colek akh X,Y, Z ,.. jangan lupa traktirannya ya J celoteh si akhwat dalam
sebuah koment .
Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan akhwat tetaplah
bukan sepasang suami istri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya.
Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat
menimbulkan permainan hati yang bisa mengganggu tribulasi dakwah. Apalagi
yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan agenda dakwah. Kerena itu
kalau sedang diskusi, syuro, rapat, atau dalam pembicaraan lainnya hendaklah
tetap dijaga hijabnya . Saling mengingatkan jika arah pembicaraan menjadi
gak penting atau keluar agenda atau bahkan menjurus pada kemaksiatan. Misal
mengingatkan jika dalam pembicaraan itu banyak bercanda. Meskipun ada
banyak orang dalam sebuah forum, kalau disitu ada ikhwan akhwat, bercanda
bisa menjadi sarana syaitan menggoda hati. Kalau ada yang mengingatkan
supaya tidak banyak bercanda masak dianggap galak? Bukankah banyak
bercanda itu mematikan hati dan kewajiban sebagai sarana muslim adalah
mengingatkan !
Bagi antum para akhwat, jagalah kata-katamu jangan sampai mendayu-dayu.
Pilih kata-kata yang tepat dan berusaha tegas dalam berbicara. Tegas maksud
disini tidak dilembekkan, tidak bernada manja. Bukan galak lho! (meskipun ada
yang bilang galak). Proporsionallah, bicar` yang penting-penting,. Bukankah
interaksi antara laki-laki dan perempuan salah satu syaratnya adalah ada
keseriusan agenda atau kepentingan? Jadi kalo niatnya mau telpon urusan
agenda dakwah ya jangan terus berlanjut dengan curhat-curhatan gitu. Kadang
karena si ikhwan gak peka si akhwat dengan tegasnya langsung nyekak Afwan
Pak, sudah malam, ada hal lain yang urgent yang perlu disampaikan ? Atau
ketika ada ikhwan yang telepon atau menegur hanya sekedar kabar kabari ga
da hal yang penting, salahkah akhwat jika mengatakan, Afwan, ada yang bisa
saya bantu? Kalu gak ada saya lagi ada keperluan?
Untuk menjaga hijab, biasanya akhwat memanggil para ikwan dengan panggilan
Pak tidak peduli berapapun usia para ikhwan itu. Para akhwat biasanya merasa
lebih save menggunakan panggilan Pak daripada akhi atau mas, biar bisa
menjaga hati di kedua belah pihak. Meskipun kadang ada ikwan-ikhwan yang gak
suka dipanggil dengan panggilan Pak karena mereka merasa belum tua,
akhirnya balas memanggil akhwat dengan panggilan Bu. Padahal panggilan ini
juga rawan menimbulkan penyakit hati! PERLU DIPAHAMI! Meskipun sudah sering
beraktivitas bersama, namun ikhwan akhwat tetaplah bukan sepasang suami
istri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Biasanya para akhwat akan
merasa nggak enak dan nggak nyaman di panggil dhek oleh ikhwan yang
dan dia (istri) tidak boleh mengijinkan orang lain masuk ke dalam rumahnya
kecuali dengan ijin (suami)nya.(HR. Bukhori)
Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari rasa kecemburuan suami
yang mengetahui istrinya berbincang dengan laki-laki, sementara dia ada di
rumah dan tidak meminta izin terlebih dahulu.
Sebagaimana sahabat Amr bin Ash saat datang ke rumah Ali bin Abi Thalib untuk
suatu keperluan , tetapi Ali tidak ada dirumah. Ia bolak-balik hingga dua sampai
tiga kali, namun Ali tetap tidka di rumah datang dan berkata kepadanya, Jika
kamu memilki keperluan kepadanya (istri Ali), apakah kami tidak dapat masuk
memenuhinya? Amr menjawab, Kami dilarang menemui para istri kecuali seizin
suaminya. (HR. Muslim)
10. Menjauhi perbuatan dosa
Hendaknya kaum laki-laki dan perempuan beriman menjauhi perbuatan dosa
dalam berinteraksi. Perbuatan ini dapat terjadi dalam tujuan pembicaraan,
materi pembicaraan, cara dan gaya bicara dsb.
Dan tinggalkanlah dos yang Nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya
orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat),
disebabkan apa yang mereka telah kerjakan. (QS. Al-Anam:120)
Diantara dosa yang tampak adalah meninggalkan etika syari dalam berinteraksi
dengan lawan jenis. Sedangkan dosa yang tak tampak adalah berkembangnya
perasaan senang terhadap sesuatu yang haram dan berharap mendapatkan
lebih banyak lagi.
Menjadi pribadi yang terjaga dari dalam kandungan hingga kelak yaumil akhir,
adalah sebuah impian yang mulia. Setidaknya, ketika setitik noda yang melekat,
serta merta kita menjadi hamba yang tersadar dari kelalaian, kemudian
sedemikian rupa berusaha berlepas dengan sungguuh-sungguh, mengokohkan
diri menjadi muslim yang sebenarnya .
Sangat disayangkan memang, ketika hal-hal yang diremehkan (cairnya
hubungan antara ikhwan akhwat) tetapi bagi sebagian kaum berilmu merupakan
hal yang mampu menghancurkan iman secara perlahan, bahkan bisa jadi
tingkah laku yang terlihat remeh inilah sebenarnya yang menghambat kerjakerja dakwah kita memperlambat kemenangan dakwah yang kita emban. Telah
menjadi sebuah diskusi umum ataukah nasihat bijak dari saudara terkasih,
hanyalah sebuah tiupan angin sejuk, selintas lalu tapi tidak membekas dalam
jiwa.
Wahai ikhwahfillah! Bangkit dan ubahlah hari ini menjadi hari paling bersejarah
dalam kehidupanmu. Mulakanlah dari dirimu, bila engkau tak mampu membawa
serta saudara (ikhwah)mu kembali kejalanNya yang lurus. Sesungguhnya
hanyalah kuasa Robb kita.
Jadikanlah hari kemarin adalah masa lalu yang patut engkau sesali, tinggalkan
dan berazzamlah untuk tidak mengulang kembali.
Wahai ikhwahfillah, ihkwan solih dan akhwat sholihah..menjadilah indah, tetapi
jadikanlah keindahan itu hanya milik suamimu/istrimu semata. Muliakanlah
Karena kita (wanita) adalah fitnah terbesar bagi laki laki. Sebagaimana hadits
Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid.
Beliau bersabda,
Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki
selain fitnah wanita. (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740)
Kata Imam Nawawi, yang dimaksud godaan wanita ini bisa jadi di dalamnya
adalah istri. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 17: 50). Karena ada di antara para istri
yang membuat suaminya malah jauh dari Allah.
Berdasarkan hadits di atas, Ibnu Hajar mengatakan bahwa wanita adalah godaan
terbesar bagi para pria dibanding lainnya. (Fathul Bari, 9: 138). Hal ini dikuatkan
oleh firman Allah Taala,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita. (QS. Ali Imran: 14)
Wanita dalam ayat ini dijadikan bagian dari kecintaan pada syahwat. Wanita
disebutkan lebih dulu daripada anak dan kenikmatan dunia lainnya. Ini
menunjukkan bahwa wanita itu pokoknya, godaan terbesar adalah dari wanita.
(Idem).
Lihatlah pula bahwa Bani Israil bisa hancur pula dikarenakan wanita.
Waspadalah dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Karena cobaan
yang menimpa Bani Israil pertama kalinya adalah karena sebab godaan wanita.
(HR. Muslim no. 2742).
Semoga Allah memberi taufik pada wanita untuk menyadari hal ini, juga bagi
para pria selalu waspada, yaitu waspada jangan sampai jauh dari Allah
dikarenakan pandangan yang tidak halal dan tergoda dengan hal lainnya pada
wanita yang halal maupun yang tidak.
Termasuk dari rahmat-Nya, Allah menciptakan hamparan dunia begitu indah
lengkap dengan keragaman muatannya. Menganugerahkan kepada manusia
berbagai kekayaan penuh pesona. Anak, istri, harta, tahta, dan dunia seluruhnya
begitu menyejukkan mata. Allah berfirman,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). (QS. Ali Imran: 14)
Ayat di atas menjelaskan bahwa mencintai wanita dan dunia adalah fitrah
manusia. Seorang laki-laki tidak dilarang mencintai wanita selama aplikasi
cintanya tidak melanggar syariat. Seorang manusia tidak dilarang mencintai
dunia selama kecintaannya tidak mennjerumuskan kepada maksiat. Namun
sadarkah, sejatinya di balik keindahan itu semua adalah fitnah (ujian) untuk
manusia?
Para ulama menjelaskan, tatkala Allah menjadikan dunia terlihat indah di mata
manusia, ditambah dengan berbagai aksesorisnya yang memikat, mulailah jiwa
dan hati condong kepadanya. Dari sini manusia terbagi menjadi dua kubu sesuai
fitnah pertama kali di kalangan Bani Israil adalah masalah wanita (H.R. Muslim:
2742)
Apa Kata Ahli Ilmu?
Semenjak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan umatnya dari
bahaya fitnah wanita, para ulama juga tidak henti-hentinya mengingatkan umat
ini dari ancaman tersebut. Banyak untaian nasihat mereka yang telah diabadikan
di dalam literatur-literatur mereka.
Yusuf Bin Asbath mengatakan, Seandainya aku mendapat amanah untuk
menjaga baitulmal, saya optimis bisa melaksanakannya. Namun jiwaku tidak
akan merasa aman jika dipercaya untuk berduaan dengan seorang wanita
sekalipun dari kalangan negro, meski sesaat saja.[2]
Sufyan Ats-Tsauri mengatakan, Silakan kau suruh aku menjaga rumah mewah
penuh harta melimpah, namun jangan kau suruh aku menjaga wanita yang tidak
halal bagiku meskipun berupa budak yang hitam legam.[3]
Said bin Musayyib mengatakan[4], Tidak ada yang saya takutkan melebihi
ketakutanku terhadap wanita. Kita lihat betapa beliau sangat takut dengan
fitnah wanita, padahal usia beliau saat itu sudah menginjak umur 84 tahun.
Tidak hanya itu, penglihatan beliau juga sudah rabun, itu pun yang bisa
dipergunakan hanya tinggal satu mata. Namun demikian beliau masih tidak
merasa aman dari fitnah wanita.
Bertakwalah Wahai Kaum Pria..
Bahaya fitnah wanita bukan sekadar teori untuk diketahui, akan tetapi yang lebih
urgen adalah mengambil langkah preventif untuk menghindar dan antisipasi.
Cukuplah firman Allah dan sabda nabi serta perkataan ulama di atas menjadi
bahan pertimbangan bagi kita untuk coba menantang fitnah tersebut, apa lagi
mencicipi.
Sabar dan takwa kepada Allah serta menjaga hak-hak-Nya, itulah cara untuk
membebaskan diri dari fitnah ini. Dengan bekal takwa, seorang laki-laki mampu
menahan pandangannya, menahan hasrat jiwanya. Dengan bekal takwa pula
Allah akan memberikan penjagaan kepada hamba-Nya.
Allah telah membuktikan penjagaan-Nya kepada nabi Yusuf alaihis salam dari
fitnah Zulaikha lantaran beliau bertakwa, menjaga hak-hak Allah Taala[5].
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan
Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata
Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan
dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih. (QS. Yusuf: 24)
Sadarlah Wahai Kaum Hawa..
Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mendiskreditkan para wanita yang begitu
ringkih dan lemah. Apa lagi sampai menuduh mereka makhluk yang menjadi
sumber petaka, jahat dan keji. Tidak sama sekali
Akan tetapi penulis hanya ingin berkongsi ilmu serta mengingatkan, bahwa di
balik kelemahan wanita tersimpan potensi yang sangat luar biasa untuk
menggoda serta membinasakan laki-laki yang kuat perkasa. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam mengatakan kepada para wanita di zaman beliau,
Aku tidak melihat ada manusia yang kurang akal dan agamanya, namun mampu
meluluhkan nalar lelaki perkasa selain kalian
Seandainya pun Anda tidak memiliki kecantikan, kedudukan, dan kesempatan
seperti apa yang dimiliki Zulaikha, akan tetapi Anda harus tahu barangkali tidak
ada lelaki saat ini yang mampu menahan fitnah wanita seperti Yusuf.
Jika demikian halnya, hendaklah setiap wanita berusaha menjaga diri. Jangan
sampai ia menyebabkan para lelaki berpaling dari Allah atau menyebabkan
mereka bermaksiat kepada Allah. Baik itu suaminya, orang tuanya, saudaranya,
ataupun orang lain.
Sungguh maha adil Allah, ketika Allah memberikan kesempatan sebesarbesarnya kepada para wanita untuk menjadi fitnah terbesar di dunia, Allah juga
memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada mereka untuk menjadi
perhiasan termahal dunia. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita
shalihah. (HR. Muslim: 1467)
Kisah Fitnah Dalam Sejarah..
Sebagai penutup, berikut kita simak beberapa kisah klasik yang sempat
mengubah sejarah akibat fitnah wanita. Di antaranya adalah kisah nabi Adam
dan Hawa yang sudah tidak asing bagi kita. Ketika Iblis merasa putus asa
lantaran tidak bisa menggoda Adam
Kisah Shalih sang muazin[6]. Dikisahkan ada seorang pemuda bernama Shalih
sang Muazin. Suatu ketika saat ia menaiki menara untuk mengumandangkan
azan, ia melihat seorang gadis nasrani yang rumahnya berada di sisi masjid.
Ternyata peristiwa itu membuat sang pemuda jatuh hati dan terfitnah. Ia pun
mendatangi rumahnya dan mengetuk pintunya.
Siapa? Tanya sang gadis.
Saya Shalih tukang adzan.
Sang gadis pun membukakan pintu untuknya. Tatkala sudah masuk ke dalam
rumah, sang pemuda berusaha memeluknya.
Apa-apaan ini..! Kalian ini orang yang diberi amanat..! teriak sang gadis
mengingatkan.
Kau ingin saya bunuh atau melayani keinginanku? jawab pemuda.
Saya tidak sudi. Saya tidak mau melayanimu kecuali jika kamu meninggalkan
agamamu..!
Pemuda tersebut mengatakan, Aku telah berlepas diri dari agamaku dan dari
ajaran Muhammad.
Sang pemuda semakin mendekat. Sang pemuda mulai tersungkur bertekuk lutut
dalam pelukan jerat-jerat asmara. Saat itulah sang gadis menyuruhnya untuk
memakan daging babi dan menengguk minuman keras. Sang pemuda menurut
bagai kerbau yang dicocok hidungnya. Ketika sang pemuda sedang dalam
keadaan mabuk berat, ia disuruh untuk naik loteng. Akhirnya sang pemuda jatuh
dan mati dalam keadaan kafir. Waliyyadzubillah.
Ibnul Jauzi mengatakan, Waspadalah..! semoga Allah merahmatimu- jangan
sampai engkau berani menantang sumber fitnah, sebab orang yang
mendekatinya akan jauh dari keselamatan. Jika waspada darinya identik dengan
keselamatan, sebaliknya menantangnya identik kebinasaan. Sangat jarang orang
yang mendekati fitnah mampu selamat dari jeratnya.[7]