Laporan Kasus
Dislokasi Mandibula Ke Arah Anterior
Moh. Gazali*, Alwin Kasim **
-eserta Program Pendidikan Doktor Gig Specials Bedsh Mulut Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD
Sagian Badan Mulut Fakes Kedokteran Gigi UNPADIPeran RS De Hasan Sedikin Bandung
ABSTRAK
| Dislokasi pada mandibula merupakan suatu keadaan yang sering ditemukan dalam
praktek sehar-ar. Dislokasi mandibula ke arah anterior dapat terjadi secara spontan atau
‘kut, kronis atau long-standing serta rekuren atau habitual. Dislokas! terjadi oleh Karena
ergerakan dari Kondilus kearah depan dari eminensia artkulare dan untuk
rengembalikan ke posisi semula dibutuhkan beberapa bentuk manipulasi baik secare
manual maupun dengan pembedahan
Kata kunci: Dislokasi mandibula, membuka mulut, reposisi mandibula
ABSTRACT
Dislocation of mandible is @ condition that often found in dentistry practice, Anterior
‘mandibular dislocation could be spontaneously or acute, chronic or long standing and
recurrent or habitual. Dislocation may occur when the condyle forward movement infront of
‘eminence that requires some from manipulation to achieve reduction, manu
Key words: mandible, mouth opening, mandible reposition
19ture! Kedokteron Gigi Eel Khusve KOMIT KG-2004
PENDAHULUAN
Disiokasi_mandibula adalah —_suatu
sgangguan yang sering dltemuken dalam praktek
dokter gigi sehar-hari, Penderita dengan
gangguan ini akan merasa tidak nyaman
walaupun gangguan jn jarang disertal dengan
rasa sakityang hebat.
Dislokasi dapat terjadi satu sisi (unilateral)
atau dua sisi (bilateral) dan dapat bersifat akut
‘atau emergensi, kronis atau long-standing serta
ironis yang bersifat rekuren yang dikenal dengan
disiokasi habitual, sehingga penderta akan
‘mengalami kelemahan yang sifatnya abnormal
dari apsula pendukung dan ligamen.
Dislokasi didefrisikan sebagai pergerakan
kondilus kearah depan dari eminensia artkulare
yang memerlukan beberapa bentuk manipulasi
Untuk mereduksinya. Dislokasi berveda dengan
subluksasi dimana pasien dapat mengembalixan
kondilus ke dalam fosa secara normal."*
Pada sebagian besar kasus, dislokasi
feradi secara spontan saat_membuka_mulut
teralu lebar, misainya menguap, berteria,
rmakan, bernyanyi atau pada saat perawatan gigi
Pendefta dengan fosa mandioula yang dangkal
dan kepala kondilus tidak berkembang dengan
balk, merupakan faktor predisposisi terjadinya
dslokasi. Dislokasi dapat pula terjadi pada saat
‘manipulasi ainwvay dalam tindakan anesthesia,
dan pada kasus trauma pada rahang yang
lumumnya_ terjadi oleh karena kekuatan benturan
kearah bawah dari mandioula pada saat
‘membuka mulut sebagian, “="**
Penatalaksanaan dislokasi mandibula dapat
dllakukan dengan reposisi manual, tana
pembedahan, dan dengan pembedahan terutama
pada distokasi yang bersifat rekuran dengan
kemungkinan terjadi redislokasi sangat besar.
Cara lain untuk yang rekuren adalah dengan
menyuntkkan intra artxularlarutan sklerosing,
ANATOMI
Daerah dimana terjadi hubungan antara
kranium dan mandibula disebut juga sendi
temporomandibula, (TMJ) atau send
sgingyimoarthrodia.”
‘Sendi temporomandibula secara anatomi terbagi
alas:
4. Komponen articulasi yang teri dari kondilus
mandibula, fosa’ mandibula atau fosa
lenoidale yang terdiri dari fosa artkulare dan
teminensia articular, serta diskus artikulare
2. Kapsula arikulare dan ligament seta
membran sinovial
3, Ligamen tambahan.(Sphenomandibula dan
Siylomandibula).
120
Ctot-otot yang teat dalam gerakan membuka
ddan menutup mulut
1M. masetter.
2. M. plerygoideus lateralis (externus).
3. M. perygoideus medialis (intomus).
4. M. temporal
Gerakan-gerakan sendi temporomandibuta:”*
Dua gerakan dasar dari mandibula, yaitu
4. Gerakan memutar atau gerakan engsel, yaitu
suatu perputaran mandioula pada sumbu
transversal melewall pusat dari kondilus.
2. Gerakan transiasi atau meluncur, merupakan
suatu. perpindahan dari keseluruhan
mandibula dalam hubungan anteroposterior
dan atau mediolateral
Pergerakan bebas mancibula yaitu kombinasi
antara gerakan rotasi dan translasl yang meliput:
1. Gerakan membuka dan menutup.
2, Gerakan protrusi dan retrus
Gerakan ke samping kiri dan karan.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Dislokast mandibula dapat diklasiqkasikan
menjadi?
4. Dislokasi ke arah anterior, dimana kondllus
bergerak ke anterior dai eminensia artkutare.
Disiokasi ke arah ini paling sering terjaci dan
merupakan bentuk pergerakan sendi yang
patologis,
2. Dislokas! ke ara posterior, dimana
merupakan implikasi dari adanyafraktur
dasar tengkorak atau dinding depan dari
tulang meatus.
3. Dislokasi ke arah lateral, terbagi atas 2 tie:
Tipe 1, merupakan subluksasi lateral, dan tipe
2, merupakan keadaan dimana kondilus
tertekan “ke lateral dan masuk ke fosa
temporal,
4, Dislokesi ke arah superior merupakan
disiokasi ke arah fosa kranialis bagian tengah
yang biasanya berhubungan dengan adanya
{raktur pada fosa glenoidale.
Meskipunsendi TMJ. ini _mempunyai
pergerakan yang bebas, dislokasi secara umum
akan terjadi secara langsung ke arah anterior,
sebab ke arah posterior dan superior akan
dlibatasi oleh tulang melalui fosa glenoidale dan
dislokasi ke arah ini mungkin terjadijka benturan
yang mengenai mandibula sangat eras dan
menyedabkan fraktur pada tulang temporal.”
Dislokasi mandibula ka arah anterior terial jka
ligamen kolateral dan ligamen temporomandibula
mengalami gangguan sehingga memungkinkan
koncllus bergerak lebih ke depan dari eminensia
artikulare dan ke superior pada saat membuka
mulut. Kontraksi dan spasme otot masetter dan
tot pterygoid selanjutnya akan mengunci
kondlius sehingga _menyebabkan gerakan
‘menutup mulut menjadi terhatang.!isfokasi Manaibuta Kearah Anterior (oh, Gazal, Alin Kasim)
‘Gambar 1. Anatom Send Temporomandibuls,?
Jka disiokasi terjadi secara bilateral, mandibula
bberpegang pada posisi bergantung dan hanya gigi
‘gelig posterior yang dapat berkontak
Pada dislokasi yang unilateral, juga terlhat gigitan
terbuka tetapi garis tengah dari dagu deviasi ke
arah yang normal
Eliolog! dislokasi:'*
4. Pasien yang mempunyal fosa mandibular yang
ddangkal serta kondilus yang tidak berkembang
dengan baik
‘Anatom yang abnormal serta kerusakan dari
stabilisasiligamen yang akan _mempunyai
kecenderungan untuk terjadi— Kembali
(rekuren),
3, Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlaly
lama
4. Adanya rivayat trauma mancibula, biasanya
cisertai dengan multiple trauma,
5. Kelemahan kepsuler yang
dengan subluksasi krons,
6. Diskoordinasi otot-otot karena _pemakaian
obat-obatan atau gangguan neurologis,
Disiokasi kronis rekuren berhubungan dengan
kelemshan kapsula dan ligamen yang diakibatkan
leh penyembuhan yang tidak adekuat dari
Penyakit degeneraif, hipermobilli serta adenya
trauma dan oklusal_disharmoni, yang akan
menyebabian spasme dari otot-otat masetter dan
pterygoid lateralis. Problem emosional den
gangguan neurofisologi adalah faktor lain yang
Derhubungan.*
dihubungkan
PEMERIKSAAN KLINIS DAN PENUNJANG
4. Anamnesa’
Dari anamnesa perlu diketahul_riwayat
‘apakah pasien sering merasa tidak nyaman pada
rahang setelah gerakan membuka mulut yang
lebar, misalnya saat berteriak. Keadaan ini kadang
disertai dengan ketidak-mampuan untuk menutup
‘mulut serta adanya rasa sakit. Pada anamnesa ini
dapat pula diketahui apakah pasien mempunyal
riwayat benturan pada rahang yang. tanpa
disadarinya telah terjadi_perubahan _posisi
kondiius. Kecuali pada keadaan fraktur pada
kondlius dan disertal_ dengan fraktur_mul
dimana penderita datang dengan tanda-tanda
kinis adanya trauma pada wajah atau rahang Hal
yang perliy untuk ‘diketahui apakah pasien
Sebelumnya pemah mengalami keadaan seperti ini
yeng merupakan suatu petunjuk kemungkinan
‘danya suatu cislokasi yang rekuren,
2. Pemeriksaan Fisik!
Pada pemeriksean ini tergantung pada
lamanya disiokasi, apakah terjadinya bersamaan
dengan suatu fraktur dan dislokasinya bilateral
atau unilateral,
a. Disiokasi unilateral:
Mandibuia miring dan pada bagian yang
tetkena lebih ke bawah posisinya., blasanya
disertal pembengkakan, lunak jka ditekan
serta dengan palpasi’ kelsinannya_terjadi
disektar sendi TMJ. Gigi-igi tidak dapat
dioklusikan, baik secara pasif maupun aki
b._Dislokasi Bilateral:
Jka dislokasi terjadi pada kedua kondllus
‘mandibula, pasien akan terliat prognat) dan
terdapat pembengkakan bilateral serta lunak
Jka citekan pada kedua sisi TMJ. Gigi-gigi
tidak dapat dioklusikan, balk aktif maupun
ppasit, Karena adanya ‘hambatan mekanis,
Biasanye spasme otot masseter bilateral dapat
teraba,
‘Gambar 2 Distokasl Unilateral,
124tual Kecosteran Gig Ee: Khusus KOMIT KG-2004
Pada keadaan yang disertai dengan fraktur pada
basis -Kondilus, akan menyebabkan mandibula
‘meluncur ke depan, dan akan menyebabkan rasa
sakit yang lebih hebat dibanding dengan dislokasi
yang biasa.
Pemeriksaan penunjang’
Untuk melengkapi pemenksaan fisik pada
enegakan diagnosadisiokas! pada _sendi
temporomandibula, — diperlukanpemerksaan
penunjang berupa
1. Foto rontgen_konvensional_mandibula. Oar
gambaran’ bilateral oblique, terlnat posisi
Kondius berada di anterior eminensia
artikulare
Foto panoramik sangat akurat mendeteksi dan
mengenali fraktur’ mandibula dan letak
dislokasi
ska diperlukan dapat pula digunakan CT scan
‘dan MRI yang dapat menunjukkan dislokasi
rramun tidak dindkasikan pada kasus-kasus
sederhana. MRI khusus digunakan untuk
rmelihat kelainan struktur TMJ pada kasus rasa
sakit yang kronis pada rahang yang
berhubungan dengan sindroma TM.
DIAGNOSIS
Diagnosis __ditegakkan —_erdasarkan
fanamnesa, pemeriksaan Klinis dan pemeniksaan
enunjang’ yang menunjukkan adanya suatu
Gislokasimandibula, dan _menentukan apakah
dislokasi ini merupakan dislokasi akut dan terjaci
secara insidentil atau merupakan dislokasi kronis
yang terlambat diiakukan reposisi. Dislokasi yang
ering terjaci dengan frekwensi kejacian yang
cukup tinggi yang disebut rekuren, pada
Penatalaksanaannya akan berbeda dengan
Aislokast yang akut atau kronis (ong-standing).
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
Penatalaksanaan dislokasi TMJ tergantung
pada kejadian dislokasi, apakah bersifat akut atau
kronis, Pada keadsan akut’ yang masih
memungkinkan untuk dlakukan reposisi secara
manual sebaiknya sesegera mungkin sebelum
spasme otot bertambah dalam. Sedang pada pada
dislokasi yang kronis rekuren dipertukan prosedur
pembedahan dan non, bedah Iainnya untuk
menghindari redislokasi**
122
3: (C) Postel tangan operator, (0) Fiksasi dengan head bandageProsedur terapl manual _merupakan
metode reduksi yang telah diperkenalkan oleh
Hippocrates pada abad ke-5 SM dan telah
bertahan selma berabad-abad dan masih
digunakan hingga seat ii."
Tahapan dalam prosedur ini
4. Operator berada didepan pasien
2. Letakkan ibu jar pada daerah retromolar pad
(Gibelakang gigi molar terakhi) pada kedua
sisi mandibula dan jarrjarl_ yang lain
memegang permukaan bawah dari manclibula
3. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang
bawah untuk membebaskan kondilus dati
posi! terkunci didepan eminensia ariulare
4, Dorong mancibula ke belakang untuk
‘mengembalikan ke posisi anatominya,
5. Reposiei yang berhasil ditandal dengan cig
igi Kembali beroklusi dengan cepat karena
spasme dari otot masseter.
6, Pemasangan Barton head bandage, untuk
menoegah redisiokasi dan membatasi pasien
‘untuk tidak memouka mulutterlalu lebar dalam
24 — 48 jam,
7. Pemberian obst berupa analgetik dan pelemas
tot Gjka periu)
Perlu diperhatikan bahwa operator harus
melindungi jar-jarinya dari gigitan pasien yang
terjadi secara tiba pada saat mandibula direposisi
dengan cara membungkus kedua ibu jeri dengan
essa. Prosedur manual yang lain yaitu operator
berdi dibelakang pasien kemudian ibu jeri
dliletakkan pada relromolar pad dan jarhjari yang
fain memegang mandibula bagian depan, [alu
‘mandibula ditekan kearah kaudal (bawah) dan
biasanya akan tertark dengan sendirinya ke
posterior. Jka tidak dapat dilakukan penarikan
kearah posterior, Tehnik ini lebin efekt jka disertal
dengan sedasi""
Pada keadaan tertentu dimana reposisi
terlambat diakukan dan spasme otot_semakin
kuat, beberapapenulis menganjurkan untuk
ferlebih dahulu memberikan anastetikum lokal
yang disuntikan pada daerah send, untuk
Tengurangi spasme otot pterygoideus ‘lateralis
seta masetter dan mengurangi rasa sakit pada
daerah disekitar kapsul senci. Dapat pula
dberkan injeksi diazepam intra_vena_untuk
merelaksasikan otot-otot yang spasme dan jika
iperukan relaksasi yang lebih luas,, dapat
dilekukan reposisi dengan narkose umum,
TTerapi dislokasi kronis dalam pengertian
telah berlangsung lama (long-standing) atau
terlambat dalam penatalaksanaannya (menurut
Bradley dkk.(1994), yaltu
41, Reduksi secara manual
2. Reduksi secara_ tidak langsung dengan
penarkan melalui sudut, sigmoid notch, atau
Disoasi Mandibuls Kearan Anterior (Moh, Gaza, Ain Kasim)
prosesus coronoideus serta penekanan pada
kondius,
3, Reduksi —secara
pembedahan pada sendi
4, Condylatomy, condylectomy dan osteotomy.
Pada dislokasi rekuren, penatalaksanaanya
dapat secara konservatif, dengan immobilsasi
menggunakan intordental wining selama 4-6
minggu atau dengan menggunakan cairn
‘klerosing yang disuntikan intra artkular
Penatalaksanaan dislokasi rekuren dengan
pembedanan, berdasarkan lima metode dasar
bedah, yaitu
1. Pengencangan mekanis dari apsul
2. Mengkat bagian sendi atau mandibula ke
struktur yang teriksasi
3, Membuat hambatan
kondilus
4, Mengurangi gangguan pada jalur kendilus.
5. Mengurangi tarkan dari otot
Prosedur pambedahan yang dapat
dilakukan diantaranya augmentasi eminensia,
blocking hipertranslasi Kondilus, mygtomy otot
pterygoideus lateralis dan eminoplasty.”*
“Jka dislokasi diakibatkan oleh trauma, maka
reposisi harus dikuti dengan tindakan untuk
penatalaksanaan fraktur yang mengakibatkan
dislokasi tersebut
Untuk semua penatalaksenaan yang
membutuhkan tindakan pembedahan dan dengan
adanya riwayat trauma, sebaiknya dirujuk kepada
ahi bedah mulut,
langsung, melalui
mekanis pada jalur
KESIMPULAN
Dislokasi_mandibula_merupakan_keadaan
dimana kondilus mandibula berada di depen
‘eminensia artxulare, Keadaan ini disebabkan oleh
embukaan mulut yang terialu lebar, misalnya
pada saat berteriak, bemyanyi atau pada
perawatan gig Dislokasi dapat terjadi secara akut
ddan kronis yang long-standing atau yang bersifat
rekuren
Penatalaksanaan dislokasi mandibula_akut
umumnya dapat dllakukan dengan reposisi secara
‘manual danfatau tanpa bantuan anastetikum lokal
dan obatobat pelemas otc. Pada yang kronis
serta rekuren umumnya dilakukan intervensi bedah
ddan perlu dikonsukan kepada ahli bedah mulut
Untuk penatalaksanaannya.
Penatalaksanaan secara_ manual dapat
dilakukan sendin di ruang praktek dokter gigh ka
disiokasi terjadi saat diakukan perawatan gigi
DAFTAR PUSTAKA
1, Newton E, Dislocation mandible, at httpiwew.e
Medicine.com.ine. Accessed: April 20, 2001
123urnatKedoktoran Gig Eel Khusus KOMAIT KG-2008
2
128
Zide BM. The temporomanclibular joint. Dalam
ie. Carthy JG (eo): Plastic surgery, vol. 2.
Philadelphia: WB Saunders Co. 1980: 1475-89
Bradley P, James D, Norman JE. Injuries of
the condylar and coronoid processes. Dalam.
Wiliams JL (ed): Rowe and Willams’
maxilofecial injuries, vol. 1, 2" ed,
Philadelphia: WB Saunders Co, 1994: 411-2
Tucker MR, Ochs MW. Management of
temporomandibular disorders, Dalam:
Peterson LJ (ed); Contemporary oral. and
‘maxilofacial surgery. 4" ed. StLovis: Mosby
Year book. 2003: 672-95
Rombach OM, Quinn PD, Trauma to the TMJ
region. Dalam: Fonseca RJ, Walker RV (ed)
Oral and maxilofecial trauma, volt, 2 ed
Philadelphia: WB Saunders Co, 1997: 527-68
Prasad G, Agrawal S, TMJ dislocation during
LMA insertion, Indian J of Anaestivesia, 2004,
48: 152-5
1,
Hylander WL, Functional anatomy, Dalam:
Bemard GS, Laskin OM (ed): The
femporomandibular joint. A biological basis for
Weal. practice. 4" ed. Philadelphia: WB
Saunders Co, 1992: 60-89
Okeson JP. Management of temporomandibu-
lar disorder and occlusion, 4" ed St. Louis:
Mosby Year book. 1998:93-108
Samat BG, Laskin OM. Surgical
Considerations, Dalam: Bemard GS, Laskin
DM (ed The tomporomandibular joint. a
biological basis for clinical practice. 4” ed.
Philadelphia: WB Saunders. 1992:382-405
Schultz RC. Facial injuries, 3" ed. Chicago:
Year book Medical Publ, 1968: 413-17
Schwartz L. Dislocation and subluxation in
Schwarz L (ed). Disorders of the
temporomandibular joint. Philadelphia: WE
3, 1960: 359-69