Está en la página 1de 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS IMMINENS

Disusun untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan klinik Departemen Maernitas


Rumah Sakit Ben Mari Malang

Disusun Oleh :
Maigestu Galuh Dwi S
140070300011178

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
TINJAUAN PUSTAKA
1 Definisi

Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi perdarahan


pervaginam pada kehamilan <20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus tanpa
disertai dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Perdarahan pada
abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut berlangsung beberapa
hari atau minggu. Dapat atau tanpa disertai rasa mulas ringan, sama dengan pada
waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah (Wiknjosastro,2007).
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan
serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada panggul
menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong
amnion kosong, servik tertutup, dan masih teKdapat janin utuh. Keluarnya fetus masih
dapat dicegah dengan tirah baring dan memberikan obat-obatan (Wiknjosastro,2007).
2 Faktor resiko
Angka kejadian abortus imminens dipengaruhi oleh berbagai faktor :
-

Usia Ibu
Faktor yang berkaitan dengan kehamilan
Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya
Kejadian abortus sebelumnya
Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan congenital atau defek

genetik
- Pengaruh orang tua
Kelainan genetik orang tua
Komplikasi medis (Saifudin, 2004)
3 Klasifikasi Abortus
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
-

Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Abortus imminens (threaned abortion)
Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari intra uterine
sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi,
tanpa dilatasi cerviks, dan tanpa ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens
sifatnya

adalah

mengancam,

tetapi

masih

ada

kemungkinan

untuk

mempertahankan hasil konsepsi. Abortus imminens ditegakan pada wanita


yang hamil dengan gejala perdarahan pervaginam yang timbul dalam waktu
kehamilan trimester pertama.
Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan , namun dapat menetap dalam
beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal ini akan mengakitkan
gangguan terhadap hasil konsepsi berupa persalinan preterm, berat badan lahir
rendah serta kematian prenatal
2

Abortus insipiens (inivitable)


Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai dengan
perdarahan pervaginam <20 minggu dengan adanya pembukaan serviks,
namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Pada keadaan ini didapatkan juga
nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan dilatasi ostium
serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG
mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (56,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak
di bagian bawah. Kehamilan biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan
pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau
dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.

Abortus komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20
mingguatau berat badan kurang dari 500 gram dan

masih terdapat hasil

konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.


Abortus inkomplet

Adalah pengeluaran hasil konsepsi. Pada penderita ditemukan perdarahan


sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Selain
ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada
pemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong (Sastrawinata, 2008).
b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis abortus provokatus
dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :
- Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan atas indikasi
-

medis
Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan karena
indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau melanggar hokum
(Cunningham, 2007).

Abortus complete dan abortus incomplete (Mochtar, 2007)


3

Abortus imminens, abortus insipiens, dan miss abortion (Mochtar, 2007)


4 Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak
memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua
kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi
karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga
karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan
pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang terlambat.
Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12
minggu.

Hal

ini

banyak

disebabkan

karena

kelainan

pada

kromosom

(Mansjoer,2001).
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum
dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom,
abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan,
seperti konsumsi kafein selama kehamilan (Mansjoer, 2001).
5 Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling terkait.
Abnsormalita dari kromosom adalah etiologi yang paling sering menyebabkan
abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester pertama, lalu insiden
menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada trimester ketiga.
Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang kecil adalah infeksi,
kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan penyakit sistemik pada
ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat in
(Cunningham, 2007).
Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian janin,
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. hasil konsepsi

kelainan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti


kelainan kromosom ( trisomi dan popiplidi)
2. fakor ibu antara lain :

Infeksi : Mycoplasma,Ureaplasma,dll

Penyakit kronis : Celiac sprue (sindrom malabsorbsi)

Gangguan endokrin : diabetes melitus

Kelainan alat reproduksi

Kelainan darah

Pengaruh obat-obatan : tembakau,alcohol, kafein

Faktor lingkungan : radiasi

Faktor imunologis

Trauma fisik (Saifudin, 2004)

6 Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu


Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan
villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis. Perdarahan

pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.


Pada kehamilan 8-14 minggu
Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput ketuban
telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan

pervaginam banyak.
Pada kehmilan minggu ke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam
banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih
menonjol (Mochtar, 2007).

7. Diagnosis
Diagnosis abortus imminens ditegakan antara lain:

Tanda-tanda hamil muda


Perdarahan melalui OUE (+)
Uterus membesar sesuai usia kehamilan
Servis belum membuka
Sehingga untuk menegakan diagnosis abortus imminens kita perlu memperhatikan :

Riwayat menstruasi

Riwayat penggunaan obat-obatan dan zat

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat operasi terutama pada uterus dan adneksa

Riwayat obstetrik dan ginekologis dahulu (Sastrawinata, 2008).


Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam dengan atau

tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek (bercak-bercak
darah) hingga perdarahan banyak. Hal in sangat penting untuk menilai apakah
perdarahan semakin berkurang atau bahkan semakin memburuk. Adanya gumpalan
darah atau jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan progresif. Bila
ditemukan

nyeri perlu dicatat letak dan lamanya nyeri tersebut berlangsung

(Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi nyeri.
Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal toucher ,
tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks atau keluar melalui
OUE (Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks karenanya
bila nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik
perlu dipertimbangkan. Jika ditemukan UOI telah membuka, kemungkinan yang terjadi
adalah abortus insipiens, inkomplit maupun abortus komplit. Pemeriksaan pada uterus
juga perlu dilakukan, tentukan besar, konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri
tekan atau massa. Bila didapatkan adanya sekret vagina abdominal, sebaiknya dibuat
pemeriksaan biologisnya (Saifudin, 2004).
Pada kasus abortus, selain menghentikan perdarahannya, perlu dicari penyebab
terjadinya

abortus

dan

menentukan

sikap

dalam

penanganannya

selanjutnya.

Pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan antara lain :


1. - HCG
2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht
3. Pemeriksaan golongan darah dan skrining antibodi
4. Pemeriksaan kadar progesteron serum

5. USG (Saifudin, 2002)


Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
a) Terdapat keterlambatan dating bulan
b) Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
c) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim
d) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
e) Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
(Syaifudin. Bari Abdul, 2000)
Perdarahan

Serviks

Uterus

Gejala/

Diagnosis

Tindakan

Bercak

Tertutup

Sesuai

Tanda
Kram perut

Abortus

Observasi

hingga

dengan

bawah uterus

Imminens

perdarahan,

Sedang

usia

lunak

istirahat,

gestasi

hindarkan

Sedikit

Limbung /

Kehamilan

coitus
Laparotomi

membesar

pingsan

ektopik

dan parsial

dari normal

Nyeri perut

yang

salpingektomi

bawah

terganggu

atau

Nyeri goyang

salpingestomi

porsio
Masa adneksa
Cairan bebas
Tertutup

Lebih kecil

intra abdomen
Sedikit/tanpa

/terbuka

dari usia

nyeri perut

gestasi

bawah

kecuali

Riwayat

perdarahan

ekspulsi hasil

berlanjut atau

Sesuai

konsepsi
Kram atau

Abortus

terjadi infeksi
Evakuasi

hingga

usia

nyeri perut

insipiens

massif/

kehamilan

bawah belum

Sedang

banyak

Terbuka

Abortus

Tidak perlu

komplit

terapi spesifik

terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
7

Kram atau

Abortus

nyeri perut

inkomplit

evakuasi

bawah ekspulsi
sebagian hasil
Terbuka

Lunak dan

konsepsi
Mual/muntah

Abortus

Evakuasi

lebih besar

Kram perut

mola

tatalaksana

dari usia

bawah

gestasi

Sindroma mirip

mola

preeklamsia
Tak ada janin
keluar jaringan
seperti anggur
(Saifudin, 2002)
8 Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopik terganggu ( KET )
Pada KET ditemukan amenore, perdarahan pervaginam, biasanya sedikit
sedangkan pada abortus biasanya perdarahan cukup banyak, nyeri bagian bawah
perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyerri pada KET biasanya lebih
hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan USG dapat dikerjakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding ini. Sebelum timbul KET, suatu kehamilan ektopik
hanya berupa kehamilan ektopik yang belum terganggu. Pada keadaan ini yang
ditemui berupa gejala gejala hamil muda atau abortus imminens (Mansjoer, 2001)
2. Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat dibandingkan
dengan masa kehamilannya, dan kadang disertai dengan adanya hiperemis
gravidarum. Ini disebabkan oleh adanya kadar HCG yang tinggi di dalam darah.
Pada pemeriksaan USG akan didapatkan gambaran seperti badai salju ( snowform
like appearance ) (Mansjoer, 2001)
3. Kelainan serviks
Karsinoma serviks uteri ,polipus serviks dan sebagainya. Perdarahan

yang

disebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus imminens. Pemeriksaan dengan
spekulum , pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu dalam menegakan
diagnosis (Mansjoer, 2001).
9 Prognosis
8

Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan


kehamilan. Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama,
mules mules disertai dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika
kehamilan terus berlanjut, maka sering diikuti

dengan persalinan preterm,

plasenta previa, dan IUGR. Prognosis ditentukan lamanya perdarahan , jika


perdarahan berlangsung lama, mules- mules yang disertai pendataran serviks
menandakan prognosis yang buruk Prognosis buruk bila dijumpai pada
pemeriksaan USG adanya :
-

Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak

adanya kutub janin


Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung kehamilan )
DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ) (Mochtar, 2007).

10 Penatalaksanaan
Penanganan abortus iminens terdiri atas :
1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti, dilarang untuk
koitus selama 2 minggu . Pemberian sedatif juga bisa diberikan, dan tidak melakukan
aktifitas fisik yang berlebihan
2. Pemberian progesteron pada abortuis imminens masih bersifat controversial. Hormon
progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan didapatkan adanya kekurangan
hormon progesterone
3. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin
4. bila perdarahan :
berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila terjadi perdarahan lagi.
Berlangsung lama : nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan
kemungkinan adanya penyebab lain

( hamil ektopik atau mola )

(Cunningham, 2007)
11 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
1.

Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah erforasi

2.

Perforasi uterus
9

Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika ditemukan tanda
tanda abdomen akut perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka operasi atau perlu dilakukan histerektomi.
3.

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya


Dapat terjadi pada abortus dan dapat menyebar ke miometrium, tuba, parametrium
dan peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau sepsis dapat disertai dengan
terjadinya syok. Penanganan bisa diberikan antibiotik pilihan dan dilakukan
laparotomi
4.

Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan ( syok hemoragik ) dan
karena infeksi berat ( syok septik ) (Saifuddin, 2004)

10

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
DATA UMUM KLIEN
1. Initial klien :
2. Usia :
3. Status perkawinan :
4. Agama : ..
5. Pekerjaan : ..
6. Pendidikan terakhir : .
7. Alamat : ..
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU

man menyusui : ya/ tidak Berapa lama : .


Masalah saat menyusui : ada/ tidak, kalau ada
jelaskan..
Riwayat ginekologi : Menarche :..Dismenorhea :
.
Riwayat KB : (jenis, lama pemakaian, efek samping)
Riwayat kehamilan saat ini
HPHT : Taksiran partus :
.
BB sebelum hamil : .TD sebelum hamil :

Berapa kali periksa hamil :

Pengala

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status obstetric : G..P.A Usia kehamilan :
Keadaan umum : .. Kesadaran : BB/ TB : ..kg/
cm
Tanda tanda vital
Tekanan darah : Nadi : ..
Suhu : .. Pernafasan :
Kepala Leher
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Masalah khusus : ..
Dada
Jantung
Paru
Payudara
Puting susu
Pengeluaran ASI
Masalah khusus :

11

Abdomen
Uterus
Tinggi fundus uteri cm, Kontraksi : ya/ tidak
Leopold I : kepala/ bokong/ kosong
Leopold II : Kanan : punggung/ bagian kecil/ bokong/ kepala
Kiri : punggung/ bagian kecil/ bokong/ kepala
Leopold III : kepala/ bokong/ kosong
Leopold IV : bagian masuk PAP
Pigmentasi
o Linea nigra
o Strie
Fungsi pencernaan : ..
Masalah khusus : .
Perineum dan genital
Vagina varises : ya/ tidak
Kebersihan :
Keputihan
Jenis/ warna :
Konsistensi : ..
Bau :
Hemorrhoid : derajat lokasi .
Berapa lama . Nyeri : ya/ tidak
Masalah khusus :
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Edema : ya/ tidak
Varises : ya/ tidak
Ekstremitas atas
Edema : ya/ tidak
Varises : ya/ tidak
Reflex patella : +/ -, jika ada : +1/ +2/ +3
Masalah khusus : ..
Eliminasi
Urine : kebiasaan BAK
BAB : kebiasaan BAB ..
Masalah khusus :
Istirahat dan kenyamanan
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama..jam, frekuensikali, pola tidur saat ini
..
Keluhan ketidaknyamanan : ya/ tidak, alokasi , sifat,
intensitas
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi :
Latihan/ senam : .
Masalah khusus :
Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi .. nafsu makan : baik/ kurang/ tidak ada
Asupan cairan .. cukup/ kurang
Masalah khusus :
Keadaan mental
Adaptasi psikologis : ..

12

Penerimaan terhadap kehamilan : .


Masalah khusus :
Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan : ..
Persiapan persalinan
o Senam hamil
o Rencana tempat melahirkan
o Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu
o Kesiapan mental ibu dan keluarga
o Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan
o Perawatan payudara
Obat obatan yang dipakai saat ini :
Hasil pemeriksaan penunjang :

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN


Masalah :

Perencanaan kunjungan rumah :

B. Diagnosa keperawatan
a. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan
b. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
d. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
e. Cemas b.d kurang pengetahuan

C. Rencana asuhan keperawatan


No Diagnosa
1.

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
Resiko syok

Tidak terjadi

Mandiri :

hemorrhagic b.d

devisit volume

1. Cek Airway,

Perdarahan

cairan, seimbang

Breathing, and

pertolongan

antara intake dan

Circulation

pertama pada

output baik

Rasional

1. Sebagai

keadaan syok

jumlah maupun

2.Penderita

2. Mencegah

kualitas

dibaringkan dalam

gangguan perfusi

Kriteria Hasil:

posisi trendelenburg,

serebral dan untuk


13

1.Pasien tidak

yaitu posisi telentang

menglami syok

biasa dengan kaki

akibat

sedikit tinggi 30

perdarahan.

derajat

2. devisit

3.. Monitor kondisi

keseimbangan

TTV tiap 2 jam

cairan normal.

auto transfusi

3. Pengeluaran
cairan pervaginal
sebagai akibat
abortus memiliki
karekteristik
bervariasi

4. Monitor input dan


output cairan

4. Jumlah cairan
ditentukan dari
jumlah kebutuhan
harian ditambah
dengan jumlah
cairan yang hilang
pervaginal

Kolaborasi :

1. Tranfusi

1. Berikan sejumlah

mungkin

cairan pengganti

diperlukan pada

harian(NaCl 0.9%,

kondisi

RL, Dekstran),

perdarahan massif

plasma dan transfusi


darah
2. Penilaian dapat
2. Evaluasi status

dilakukan secara

hemodinamika

harian melalui
pemeriksaan fisik
3. untuk

3. Setelah kebebasan

mencegah atau

jalan nafas terjamin

menanggulangi

untuk meningkatkan

asidosis
14

oksigenasi dapat
diberi oksigen 100%
kira- kira 5 liter pm
melalui jalan nafas
dan bila perlu
penderita diberi
cairan bikarbonat
natricus

Gangguan

Klien dapat

Mandiri :

1. Mungkin klien

Aktivitas b.d

melakukan

1. pantau tingkat

tidak mengalami

kelemahan,

aktivitas tanpa

kemampuan klien

perubahan berarti,

penurunan

adanya

untuk beraktivitas

tetapi perdarahan

sirkulasi

komplikasi

masif perlu
diwaspadai untuk
menccegah

Kriteria Hasil:

kondisi klien

1. pasien dapat

lebih buruk.

memenuhi

2. Monitor pengaruh

2. Aktivitas

aktivitas sehari

aktivitas terhadap

merangsang

hari, seperti

kondisi

peningkatan

penuhan nutrisi.

uterus/kandungan

vaskularisasi dan
pulsasi organ
reproduksi

3. Bantu klien untuk

3. Mengistiratkan

memenuhi kebutuhan

klilen secara

aktivitas sehari-hari

optimal

4. Bantu klien untuk

4. Mengoptimalkan

melakukan tindakan

kondisi klien,

sesuai dengan

pada abortus

kemampuan / kondisi

imminens,
15

klien

istirahat mutlak
sangat diperlukan

5. Evaluasi
perkembangan

5. Menilai kondisi
umum klien

kemampuan klien
3

melakukan aktivitas
Mandiri :

Gangguan rasa

Klien dapat

nyaman : Nyeri

beradaptasi

1. Monitor

1.Pengukuran nilai

b.d Kerusakan

dengan nyeri

kondisi nyeri

ambang nyeri dapat

jaringan

yang dialami.

yang dialami

dilakukan dengan

intrauteri

Kriteria Hasil

klien

skala maupun

1.pasien

deskripsi

menangani rasa
nyeri yang

Edukasi:

1. Meningkatkan

dirasakannya.

1. Terangkan nyeri

koping klien dalam

yang diderita klien

melakukan guidance

dan penyebabnya

mengatasi nyeri

Kolaborasi :

1. Mengurangi onset

1. Kolaborasi

terjadinya nyeri dapat

pemberian

dilakukan dengan

analgetika

pemberian analgetika
oral maupun sistemik
dalam spectrum

Resiko tinggi

Tidak terjadi

Mandiri :

luas/spesifik
1. Perubahan yang

Infeksi b.d

infeksi selama

1. Monitor

terjadi pada

perdarahan,

perawatan

kondisi

dishart dimonitor

kondisi vulva

perdarahan.

keluaran/dischart

setiap saat

lembab

Kriteria Hasil :

yang keluar;

dischart keluar.

Kondisi vulva

jumlah, warna,

Adanya warna

pasien dalam

dan bau

yang lebih gelap

keadaan bersih

2. Lakukan

disertai bau tidak

sebelum dan

perawatan vulva

enak mungkin
16

sesudah

merupakan tanda

perawatan.

infeksi
2. Inkubasi kuman
pada area genital
yang relatif cepat
dapat
menyebabkan
infeksi
Edukasi:

1. Infeksi dapat

1. 1. Terangkan pada

timbul akibat

klien pentingnya

kurangnya kebersihan

perawatan vulva

genital.

selama masa
perdarahan

2. 2. Berbagai

2.

manivestasi klinik

3. 2. Terangkan pada

dapat menjadi tanda

klien cara

nonspesifik infeksi;

mengidentifikasi

demam dan

tanda infeksi

peningkatan rasa
nyeri mungkin
merupakan gejala
infeksi

4. 3. Anjurkan pada

3. 3. Pengertian pada

suami untuk tidak

keluarga sangat

melakukan hubungan

penting artinya untuk

senggama selama

kebaikan ibu;

masa perdarahan

senggama dalam
kondisi perdarahan
dapat memperburuk
kondisi system
reproduksi ibu dan
sekaligus
meningkatkan resiko
17

infeksi pada
pasanganyang lebih
luar
Kolaborasi:

1. Lakukan

1. Berbagai kuman

pemeriksaan biakan

dapat teridentifikasi

pada dischart

melalui dischart

Cemas b.d

Tidak terjadi

kurang

kecemasan,

pengetahuan

pengetahuan

pengetahuan/

dapat menjadi dasar

klien dan

persepsi klien dan

peningkatan rasa

keluarga

keluarga terhadap

cemas

terhadap

penyakit.

penyakit

Mandiri :
1. Monitor tingkat

2. Monitor derajat

1.Ketidaktahuan

1. Kecemasan yang

meningkat.

kecemasan yang

tinggi dapat

Kriteria Hasil:

dialami klien.

menyebabkan

1. pasien tidak

penurunan

lagi cemas atas

penialaian objektif

kejadian yang di

klien tentang

alaminya.

penyakit.
3. Bantu klien

2. Kelibatan klien

mengidentifikasi

secara aktif dalam

penyebab

tindakan

kecemasan

keperawatan
merupakan
support yang
mungkin berguna
bagi klien dan
meningkatkan
kesadaran diri
18

klien.
3. Peningkatan nilai
Edukasi :

objektif terhadap

1. Terangkan hal-hal

masalah

seputar aborsi yang

berkontibusi

perlu diketahui oleh

menurunkan

klien dan keluarga

kecemasan.
1. Konseling bagi
klien sangat
diperlukan bagi klien
untuk meningkatkan
pengetahuan dan
membangun support
system keluarga;
untuk mengurangi
kecemasan klien dan
keluarga

19

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2007 : 302-312
Cunningham, Macdonald. William Obstetrics. 21th edition. Appleton and Lange. Stanford
Connecticut. 2007:856-877
Sastrawinata, Sulaeman, Prof. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung 2008:11-17
Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2004:146-147
Perdarahan

dalam

kehamilan,

persalinan

dan

masa

nifas

http://srobgyn.www3.50megs.com/mnh/Obs4.html;
Mochtar R. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis Obstetri. Edisi
kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta, 2007; 209-217
Latest

Research

spontaneous

Abortion.

Diakses

dari

http://www.fertilitysolution.com/PDF/abort.pdf
Estronaut : Signs of a Spontaneus Abortion. Diakses dari http://www.gennexhealth.com
Saifuddin AB, dkk. Dalam : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua. JNPKKR-POG I -Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002
Mansjoer A, dkk. Kelainan Dalam Kehamilan. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,
2001; 260-265.

20

También podría gustarte