Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ABORTUS IMMINENS
Disusun Oleh :
Maigestu Galuh Dwi S
140070300011178
Usia Ibu
Faktor yang berkaitan dengan kehamilan
Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya
Kejadian abortus sebelumnya
Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan congenital atau defek
genetik
- Pengaruh orang tua
Kelainan genetik orang tua
Komplikasi medis (Saifudin, 2004)
3 Klasifikasi Abortus
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
-
Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Abortus imminens (threaned abortion)
Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari intra uterine
sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi,
tanpa dilatasi cerviks, dan tanpa ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens
sifatnya
adalah
mengancam,
tetapi
masih
ada
kemungkinan
untuk
Abortus komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20
mingguatau berat badan kurang dari 500 gram dan
medis
Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan karena
indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau melanggar hokum
(Cunningham, 2007).
Hal
ini
banyak
disebabkan
karena
kelainan
pada
kromosom
(Mansjoer,2001).
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum
dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom,
abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan,
seperti konsumsi kafein selama kehamilan (Mansjoer, 2001).
5 Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling terkait.
Abnsormalita dari kromosom adalah etiologi yang paling sering menyebabkan
abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester pertama, lalu insiden
menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada trimester ketiga.
Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang kecil adalah infeksi,
kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan penyakit sistemik pada
ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat in
(Cunningham, 2007).
Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian janin,
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. hasil konsepsi
Infeksi : Mycoplasma,Ureaplasma,dll
Kelainan darah
Faktor imunologis
6 Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.
pervaginam banyak.
Pada kehmilan minggu ke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam
banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih
menonjol (Mochtar, 2007).
7. Diagnosis
Diagnosis abortus imminens ditegakan antara lain:
Riwayat menstruasi
tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek (bercak-bercak
darah) hingga perdarahan banyak. Hal in sangat penting untuk menilai apakah
perdarahan semakin berkurang atau bahkan semakin memburuk. Adanya gumpalan
darah atau jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan progresif. Bila
ditemukan
(Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi nyeri.
Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal toucher ,
tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks atau keluar melalui
OUE (Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks karenanya
bila nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik
perlu dipertimbangkan. Jika ditemukan UOI telah membuka, kemungkinan yang terjadi
adalah abortus insipiens, inkomplit maupun abortus komplit. Pemeriksaan pada uterus
juga perlu dilakukan, tentukan besar, konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri
tekan atau massa. Bila didapatkan adanya sekret vagina abdominal, sebaiknya dibuat
pemeriksaan biologisnya (Saifudin, 2004).
Pada kasus abortus, selain menghentikan perdarahannya, perlu dicari penyebab
terjadinya
abortus
dan
menentukan
sikap
dalam
penanganannya
selanjutnya.
Serviks
Uterus
Gejala/
Diagnosis
Tindakan
Bercak
Tertutup
Sesuai
Tanda
Kram perut
Abortus
Observasi
hingga
dengan
bawah uterus
Imminens
perdarahan,
Sedang
usia
lunak
istirahat,
gestasi
hindarkan
Sedikit
Limbung /
Kehamilan
coitus
Laparotomi
membesar
pingsan
ektopik
dan parsial
dari normal
Nyeri perut
yang
salpingektomi
bawah
terganggu
atau
Nyeri goyang
salpingestomi
porsio
Masa adneksa
Cairan bebas
Tertutup
Lebih kecil
intra abdomen
Sedikit/tanpa
/terbuka
dari usia
nyeri perut
gestasi
bawah
kecuali
Riwayat
perdarahan
ekspulsi hasil
berlanjut atau
Sesuai
konsepsi
Kram atau
Abortus
terjadi infeksi
Evakuasi
hingga
usia
nyeri perut
insipiens
massif/
kehamilan
bawah belum
Sedang
banyak
Terbuka
Abortus
Tidak perlu
komplit
terapi spesifik
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
7
Kram atau
Abortus
nyeri perut
inkomplit
evakuasi
bawah ekspulsi
sebagian hasil
Terbuka
Lunak dan
konsepsi
Mual/muntah
Abortus
Evakuasi
lebih besar
Kram perut
mola
tatalaksana
dari usia
bawah
gestasi
Sindroma mirip
mola
preeklamsia
Tak ada janin
keluar jaringan
seperti anggur
(Saifudin, 2002)
8 Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopik terganggu ( KET )
Pada KET ditemukan amenore, perdarahan pervaginam, biasanya sedikit
sedangkan pada abortus biasanya perdarahan cukup banyak, nyeri bagian bawah
perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyerri pada KET biasanya lebih
hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan USG dapat dikerjakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding ini. Sebelum timbul KET, suatu kehamilan ektopik
hanya berupa kehamilan ektopik yang belum terganggu. Pada keadaan ini yang
ditemui berupa gejala gejala hamil muda atau abortus imminens (Mansjoer, 2001)
2. Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat dibandingkan
dengan masa kehamilannya, dan kadang disertai dengan adanya hiperemis
gravidarum. Ini disebabkan oleh adanya kadar HCG yang tinggi di dalam darah.
Pada pemeriksaan USG akan didapatkan gambaran seperti badai salju ( snowform
like appearance ) (Mansjoer, 2001)
3. Kelainan serviks
Karsinoma serviks uteri ,polipus serviks dan sebagainya. Perdarahan
yang
disebabkan oleh hal ini dapat menyerupai abortus imminens. Pemeriksaan dengan
spekulum , pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu dalam menegakan
diagnosis (Mansjoer, 2001).
9 Prognosis
8
Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak
10 Penatalaksanaan
Penanganan abortus iminens terdiri atas :
1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti, dilarang untuk
koitus selama 2 minggu . Pemberian sedatif juga bisa diberikan, dan tidak melakukan
aktifitas fisik yang berlebihan
2. Pemberian progesteron pada abortuis imminens masih bersifat controversial. Hormon
progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan didapatkan adanya kekurangan
hormon progesterone
3. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin
4. bila perdarahan :
berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila terjadi perdarahan lagi.
Berlangsung lama : nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan
kemungkinan adanya penyebab lain
(Cunningham, 2007)
11 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
1.
Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah erforasi
2.
Perforasi uterus
9
Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika ditemukan tanda
tanda abdomen akut perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka operasi atau perlu dilakukan histerektomi.
3.
Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan ( syok hemoragik ) dan
karena infeksi berat ( syok septik ) (Saifuddin, 2004)
10
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
DATA UMUM KLIEN
1. Initial klien :
2. Usia :
3. Status perkawinan :
4. Agama : ..
5. Pekerjaan : ..
6. Pendidikan terakhir : .
7. Alamat : ..
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU
Pengala
11
Abdomen
Uterus
Tinggi fundus uteri cm, Kontraksi : ya/ tidak
Leopold I : kepala/ bokong/ kosong
Leopold II : Kanan : punggung/ bagian kecil/ bokong/ kepala
Kiri : punggung/ bagian kecil/ bokong/ kepala
Leopold III : kepala/ bokong/ kosong
Leopold IV : bagian masuk PAP
Pigmentasi
o Linea nigra
o Strie
Fungsi pencernaan : ..
Masalah khusus : .
Perineum dan genital
Vagina varises : ya/ tidak
Kebersihan :
Keputihan
Jenis/ warna :
Konsistensi : ..
Bau :
Hemorrhoid : derajat lokasi .
Berapa lama . Nyeri : ya/ tidak
Masalah khusus :
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Edema : ya/ tidak
Varises : ya/ tidak
Ekstremitas atas
Edema : ya/ tidak
Varises : ya/ tidak
Reflex patella : +/ -, jika ada : +1/ +2/ +3
Masalah khusus : ..
Eliminasi
Urine : kebiasaan BAK
BAB : kebiasaan BAB ..
Masalah khusus :
Istirahat dan kenyamanan
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama..jam, frekuensikali, pola tidur saat ini
..
Keluhan ketidaknyamanan : ya/ tidak, alokasi , sifat,
intensitas
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi :
Latihan/ senam : .
Masalah khusus :
Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi .. nafsu makan : baik/ kurang/ tidak ada
Asupan cairan .. cukup/ kurang
Masalah khusus :
Keadaan mental
Adaptasi psikologis : ..
12
B. Diagnosa keperawatan
a. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan
b. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
d. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
e. Cemas b.d kurang pengetahuan
Tujuan
Intervensi
Keperawatan
Resiko syok
Tidak terjadi
Mandiri :
hemorrhagic b.d
devisit volume
1. Cek Airway,
Perdarahan
cairan, seimbang
Breathing, and
pertolongan
Circulation
pertama pada
output baik
Rasional
1. Sebagai
keadaan syok
jumlah maupun
2.Penderita
2. Mencegah
kualitas
dibaringkan dalam
gangguan perfusi
Kriteria Hasil:
posisi trendelenburg,
1.Pasien tidak
menglami syok
akibat
sedikit tinggi 30
perdarahan.
derajat
2. devisit
keseimbangan
cairan normal.
auto transfusi
3. Pengeluaran
cairan pervaginal
sebagai akibat
abortus memiliki
karekteristik
bervariasi
4. Jumlah cairan
ditentukan dari
jumlah kebutuhan
harian ditambah
dengan jumlah
cairan yang hilang
pervaginal
Kolaborasi :
1. Tranfusi
1. Berikan sejumlah
mungkin
cairan pengganti
diperlukan pada
harian(NaCl 0.9%,
kondisi
RL, Dekstran),
perdarahan massif
dilakukan secara
hemodinamika
harian melalui
pemeriksaan fisik
3. untuk
3. Setelah kebebasan
mencegah atau
menanggulangi
untuk meningkatkan
asidosis
14
oksigenasi dapat
diberi oksigen 100%
kira- kira 5 liter pm
melalui jalan nafas
dan bila perlu
penderita diberi
cairan bikarbonat
natricus
Gangguan
Klien dapat
Mandiri :
1. Mungkin klien
Aktivitas b.d
melakukan
1. pantau tingkat
tidak mengalami
kelemahan,
aktivitas tanpa
kemampuan klien
perubahan berarti,
penurunan
adanya
untuk beraktivitas
tetapi perdarahan
sirkulasi
komplikasi
masif perlu
diwaspadai untuk
menccegah
Kriteria Hasil:
kondisi klien
1. pasien dapat
lebih buruk.
memenuhi
2. Monitor pengaruh
2. Aktivitas
aktivitas sehari
aktivitas terhadap
merangsang
hari, seperti
kondisi
peningkatan
penuhan nutrisi.
uterus/kandungan
vaskularisasi dan
pulsasi organ
reproduksi
3. Mengistiratkan
memenuhi kebutuhan
klilen secara
aktivitas sehari-hari
optimal
4. Mengoptimalkan
melakukan tindakan
kondisi klien,
sesuai dengan
pada abortus
kemampuan / kondisi
imminens,
15
klien
istirahat mutlak
sangat diperlukan
5. Evaluasi
perkembangan
5. Menilai kondisi
umum klien
kemampuan klien
3
melakukan aktivitas
Mandiri :
Gangguan rasa
Klien dapat
nyaman : Nyeri
beradaptasi
1. Monitor
1.Pengukuran nilai
b.d Kerusakan
dengan nyeri
kondisi nyeri
jaringan
yang dialami.
yang dialami
dilakukan dengan
intrauteri
Kriteria Hasil
klien
skala maupun
1.pasien
deskripsi
menangani rasa
nyeri yang
Edukasi:
1. Meningkatkan
dirasakannya.
1. Terangkan nyeri
melakukan guidance
dan penyebabnya
mengatasi nyeri
Kolaborasi :
1. Mengurangi onset
1. Kolaborasi
pemberian
dilakukan dengan
analgetika
pemberian analgetika
oral maupun sistemik
dalam spectrum
Resiko tinggi
Tidak terjadi
Mandiri :
luas/spesifik
1. Perubahan yang
Infeksi b.d
infeksi selama
1. Monitor
terjadi pada
perdarahan,
perawatan
kondisi
dishart dimonitor
kondisi vulva
perdarahan.
keluaran/dischart
setiap saat
lembab
Kriteria Hasil :
yang keluar;
dischart keluar.
Kondisi vulva
jumlah, warna,
Adanya warna
pasien dalam
dan bau
keadaan bersih
2. Lakukan
sebelum dan
perawatan vulva
enak mungkin
16
sesudah
merupakan tanda
perawatan.
infeksi
2. Inkubasi kuman
pada area genital
yang relatif cepat
dapat
menyebabkan
infeksi
Edukasi:
1. Infeksi dapat
1. 1. Terangkan pada
timbul akibat
klien pentingnya
kurangnya kebersihan
perawatan vulva
genital.
selama masa
perdarahan
2. 2. Berbagai
2.
manivestasi klinik
3. 2. Terangkan pada
klien cara
nonspesifik infeksi;
mengidentifikasi
demam dan
tanda infeksi
peningkatan rasa
nyeri mungkin
merupakan gejala
infeksi
4. 3. Anjurkan pada
3. 3. Pengertian pada
keluarga sangat
melakukan hubungan
senggama selama
kebaikan ibu;
masa perdarahan
senggama dalam
kondisi perdarahan
dapat memperburuk
kondisi system
reproduksi ibu dan
sekaligus
meningkatkan resiko
17
infeksi pada
pasanganyang lebih
luar
Kolaborasi:
1. Lakukan
1. Berbagai kuman
pemeriksaan biakan
dapat teridentifikasi
pada dischart
melalui dischart
Cemas b.d
Tidak terjadi
kurang
kecemasan,
pengetahuan
pengetahuan
pengetahuan/
klien dan
peningkatan rasa
keluarga
keluarga terhadap
cemas
terhadap
penyakit.
penyakit
Mandiri :
1. Monitor tingkat
2. Monitor derajat
1.Ketidaktahuan
1. Kecemasan yang
meningkat.
kecemasan yang
tinggi dapat
Kriteria Hasil:
dialami klien.
menyebabkan
1. pasien tidak
penurunan
penialaian objektif
kejadian yang di
klien tentang
alaminya.
penyakit.
3. Bantu klien
2. Kelibatan klien
mengidentifikasi
penyebab
tindakan
kecemasan
keperawatan
merupakan
support yang
mungkin berguna
bagi klien dan
meningkatkan
kesadaran diri
18
klien.
3. Peningkatan nilai
Edukasi :
objektif terhadap
1. Terangkan hal-hal
masalah
berkontibusi
menurunkan
kecemasan.
1. Konseling bagi
klien sangat
diperlukan bagi klien
untuk meningkatkan
pengetahuan dan
membangun support
system keluarga;
untuk mengurangi
kecemasan klien dan
keluarga
19
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2007 : 302-312
Cunningham, Macdonald. William Obstetrics. 21th edition. Appleton and Lange. Stanford
Connecticut. 2007:856-877
Sastrawinata, Sulaeman, Prof. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung 2008:11-17
Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2004:146-147
Perdarahan
dalam
kehamilan,
persalinan
dan
masa
nifas
http://srobgyn.www3.50megs.com/mnh/Obs4.html;
Mochtar R. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis Obstetri. Edisi
kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta, 2007; 209-217
Latest
Research
spontaneous
Abortion.
Diakses
dari
http://www.fertilitysolution.com/PDF/abort.pdf
Estronaut : Signs of a Spontaneus Abortion. Diakses dari http://www.gennexhealth.com
Saifuddin AB, dkk. Dalam : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua. JNPKKR-POG I -Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002
Mansjoer A, dkk. Kelainan Dalam Kehamilan. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,
2001; 260-265.
20