Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1 : 66 73
ISSN 2252-5416
66
ISSN 2252-5416
PENDAHULUAN
Katarak merupakan penyebab utama
kebutaan di seluruh dunia. Di negara
berkembang, terhitung sekitar 75%
penyebab kebutaan adalah katarak.
Diperkirakan sekitar 12 orang menjadi
buta setiap menit di dunia dan empat
orang di antaranya berada di Asia
Tenggara. Di Indonesia, diperkirakan
setiap menit ada orang yang menjadi buta
dengan berbagai sebab, dan sebagian
besar dari mereka berada di daerah yang
tertinggal.
Tujuan utama dari bedah katarak
modern adalah untuk memperoleh tajam
penglihatan tanpa koreksi dengan waktu
sembuh yang cepat serta komplikasi
bedah yang sangat minimal. Rehabilitasi
visus yang lebih cepat dapat diperoleh
dengan cara mengurangi ukuran insisi
sehingga luka bedah akan lebih cepat
sembuh, komplikasi yang minimal, dan
induksi astigmat setelah operasi yang
rendah sehingga akan memberikan
kepuasan pada pasien. Tetapi walaupun
dengan fasilitas yang bagus dan
keterampilan ahli bedah katarak yang
baik, hasil visus setelah operasi masih
sering disertai dengan astigmat kornea
setelah operasi atau yang biasa disebut
surgical induced astigmatism (SIA),
sehingga membuat pasien tetap memakai
kacamata. Oleh karena itu sangat penting
untuk melakukan operasi katarak tanpa
menginduksi astigmat setelah operasi
atau tidak menambah pre existing
astigmat
dan
memberikan
tajam
penglihatan yang terbaik tanpa koreksi
serta penyembuhan yang cepat (Ilyas,
2005).
Untuk mencapai tujuan tersebut di
atas ahli bedah katarak harus melakukan
operasi katarak dengan cara terbaik
sehingga SIA dapat diminimalisasi.
Karena banyak studi yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa ukuran,
tempat dan tipe insisi mempunyai
pengaruh langsung terhadap besar
astigmat setelah operasi dan pada
akhirnya mempengaruhi hasil operasi
katarak maka sangat perlu untuk memilih
67
Fajar Ferdian
ISSN 2252-5416
Analisis data
Seluruh data yang diperoleh,
dikelompokan sesuai dengan tujuan dan
jenis data. Untuk selanjutnya diuji
dengan menggunakan: 1) Analisis bivariat. Uji perbedaan ini rerata digunakan
untuk membandingkan derajat astigmat
sebelum dan sesudah fakoemulsifikasi
dengan insisi kornea temporal ukuran
2,75 mm. Untuk itu digunakan uji T
ISSN 2252-5416
HASIL
Telah dilakukan penelitian observasional dengan pendekatan studi prospektif untuk menilai astigmat kornea
anterior sebelum dan setelah fakoemulsifikasi pada penderita katarak
dengan insisi kornea temporal ukuran
2,75 mm di klinik mata Celebes Eye
Center/ORBITA
Makassar
selama
periode Maret sampai dengan Juli 2014.
Jumlah sampel yang diperoleh pada
penelitian sebesar 35 mata dengan jumlah
pasien 32 orang. Berdasarkan umur
bervariasi antara 46 92 tahun dengan
rerata 65 10 tahun. Untuk jenis kelamin
subyek laki-laki sebanyak 21 orang
(65,6%) dan perempuan 11 orang
(34,4%). Rerata astigmat kornea sebesar
0,92 0,6 D dan rerata keratometri yang
flat 43,71 + 1,65 serta rerata keratometri
yang steep 44,02 1,64.
Berdasarkan
hasil
penelitian
memperlihatkan perbandingan rerata nilai
astigmat kornea sebelum fakoemulsifikasi dengan hari pertama dan hari
ketujuh setelah fakoemulsifikasi. Tidak
ada perbedaan antara rerata nilai astigmat
kornea anterior sebelum fakoemulsifikasi
dengan hari pertama dan hari ketujuh
setelah fakoemulsifikasi dengan nilai
p>0,05. Tetapi terdapat perbedaan yang
signifikan antara rerata nilai astigmat hari
pertama dengan hari ketujuh dimana
rerata nilai astigmat kornea hari ketujuh
69
Fajar Ferdian
ISSN 2252-5416
ATR
Jenis Astigmat pre
WTR
Total
N
%
N
%
N
%
Total
24
85,7%
4
14,3%
28
100,0%
ATR
Jenis Asitgmat pre
WTR
Total
N
%
N
%
N
%
Total
24
85,7%
4
14,3%
28
100,0%
ATR
Jenis SIA hari 1
WTR
Total
n
%
n
%
n
%
Total
14
50,0%
14
50,0%
28
100,0%
n
24
24
24
24
24
24
4
4
4
4
4
4
70
Mean
1,067
1,155
1,067
0,769
1,155
0,769
0,950
1,055
0,950
0,952
1,055
0,952
SD
0,6127
0,6865
0,6127
0,4871
0,6865
0,4871
0,5802
0,3465
0,5802
0,3342
0,3465
0,3342
p
0,548
0,110
0,002
0,715
0,715
1,000
ISSN 2252-5416
Pair 2
Pair 3
Pair 1
WTR
Pair 2
Pair 3
Mean
SD
VOS pre
24
1,514
0,8066
VOS hari 1
24
0,508
0,3103
VOS pre
24
1,514
0,8066
VOS minggu 1
24
0,232
0,1472
VOS hari 1
24
0,508
0,3103
VOS minggu 1
24
0,232
0,1472
VOS pre
1,016
1,3577
VOS hari 1
0,500
0,0000
VOS pre
1,016
1,3577
VOS minggu 1
0,133
0,1155
VOS hari 1
0,500
0,0000
VOS minggu 1
0,133
0,1155
P
0,002
0,002
0,002
0,109
0,109
0,102
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara
rerata nilai astigmat kornea pada hari
pertama dengan hari ketujuh setelah
fakoemulsifikasi dengan insisi kornea
temporal ukuran 2,75 mm. Tetapi tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara
nilai astigmat sebelum fakoemulsifikasi
dengan hari pertama serta hari ketujuh
setelah fakoemulsifikasi dengan insisi
kornea temporal ukuran 2,75 mm. Terjadi
perubahan rerata nilai astigmat kornea
anterior setelah fakoemulsifikasi dengan
insisi kornea temporal ukuran 2,75 mm
dimana sebelum fakoemulsifikasi nilai
astigmat kornea sebesar 0,920 D, pada
hari pertama nilai astigmat kornea
meningkat menjadi 1,044 D dan hari
ketujuh nilai astigmat kornea menurun
menjadi 0,775 D.
71
Fajar Ferdian
ISSN 2252-5416
ISSN 2252-5416
DAFTAR PUSTAKA
Gudmundsdottir et al. (2005). Five-year
refractive changes in an adut
population: Reykjavik Eye Study.
Ophthalmology. Vol.112 No.4.
Ilyas. (2005). Ilmu Penyakit Mata. Edisi
3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Istiantoro. (2008). Tips and trick
phaecoemulsification. Edisi pertama.
JEC.
Jacobiec. (2008). Principle and practice
of Ophthalmology, Astigmat and
Cataract Surgery. Edisi 3 Vol. 1
Elseviere.
Khurana.
(2005).
Comprehensive
Ophthalmology. Fourth edition. New
age publisher.
Kohnen et al. (2005). Comparison of the
induced astigmatism after temporal
clear corneal tunnel incisions of
different sizes. J Cataract Refract
Surg.
Langston. (2008). Manual of cular
diagnosis and therapy. Lippincot
William & wilkins.
Liesegang et al. (2008). Basic and
Clinical Science Course. External
Disease and Cornea. Section 8. San
Fransisco: American Academy of
Ophthalmology.
Lindstrom. (2009) Control of astigmatism in cataract patient, 24: 289304.
Soekardi. (2004). Transisi menuju
fekoemulsifikasi. Edisi pertama.
Cetakan pertama. Jakarta: Penerbit
Granit.
Vaughan. (2009). Oftalmologi Umum.
Optik dan refraksi. Edisi keempat
belas. Widya Medika.
73