Está en la página 1de 8

Peran Konsep Rekayasa Terhadap

Tata Kelola Enterprise


(Studi Kasus : Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung)
Agung Aldhiyat 23515032

Abstrak
Enterprise memiliki kompleksitas tinggi dalam upayanya untuk mencapai tujuan, kompleksitas
tersebut dapat berupa kompleksitas dari kerangka kerja, sumber daya, dan sarana atau kakas yang
memiliki dampak pada tata kelola enterprise yang lemah beradaptasi (kurang adaptif) terhadap
perubahan yang terjadi terus-menerus. Konsep rekayasa yang digunakan dalam lingkungan sebuah
enterprise memiliki tujuan untuk mentransformasikan kompleksitas enterprise menjadi sebuah aset
strategis dalam pembentukan sebuah tata kelola enterprise yang lebih adaptif terhadap perubahan.
Studi Eksplorasi ini dibuat dengan mempelajari keadaan dalam suatu lingkungan enterprise, baik dari
kompleksitas yang terjadi pada setiap area fungsional, perilaku tiap sistem, serta teknologi
pendukung yang digunakan, kemudian mencoba membuat hipotesa awal peran konsep rekayasa
dalam tata kelola enterprise.
Kata Kunci : Enterprise, Rekayasa, Tata Kelola

1. Perspektif Konsep Enterprise


Individu dalam masyarakat modern hampir terus menerus dihadapkan dan dipengaruhi oleh
keberadaan sebuah enterprise, entah bisa sabagai konsumen, karyawan, pasien, pelajar, atau
masyarakat sipil pada umumnya. Bisnis merupakan landasan berdirinya sebuah enterprise yang
memiliki peran untuk mentransformasikan sumber daya menjadi sebuah nilai lain, baik bagi Internal
maupun eksternal dari enterprise itu sendiri. Secara teoritis Enterprise dapat didefinisikan sebagai
sebuah koordinasi dan interaksi dari entitas sosial yang memiliki batasan, dan memiliki fungsi fungsi
untuk menetapkan dan mencapai tujuan tertentu [HOG09], tujuan tersebut dapat berorientasi profit
maupun non-profit.
Keterkaitan antar komponen enterprise tersebut membentuk sebuah sistem kerja dalam
mencapai tujuannya. Steven Alter, 2002 dalam bukunya yang berjudul Information System The
Foundation of E-Business menjelaskan bahwa. Sistem kerja adalah sebuah sistem yang dijalankan
oleh manusia atau mesin sebagai partisipan pada proses bisnis dengan menggunakan informasi,
teknologi dan sumberdaya lainnya untuk menghasilkan produk atau layanan bagi customer internal
atau external.[ALT02]
Berdasarkan kerangka kerja tersebut, suatu enterprise dalam menjalankan kegiatan bisnisnya
didukung oleh beberapa komponen, yaitu :
a. Pembentukan sebuah pola proses bisnis untuk mencapai tujuan
b. Pengelolaan partisipan sebagai penggerak proses
c. Pemanfaatan sumberdaya informasi sebagai bahan baku untuk menghasilkan sebuah nilai
strategis.

Dari ketiga komponen tersebut dapat membentuk sebuah model bisnis yang dapat diterapkan pada
suatu organisasi.

2. Perspektif Konsep Engineering dalam Enterprise


Engineering atau Rekayasa adalah sebuah prinsip dan paradigma saintifik dalam merancang
atau mengembangkan sesuatu penerapan atau solusi (berupa objek maupun proses yang memilki
manfaat) terhadap permasalahan, dengan memanfaatkan dan memanipulasi sumber daya. Berkaitan
dengan definisi engineering yang tersebut, Jan A. P. Hogervoorst menyatakan terdapat dua alasan
mengapa diperlukannya prinsip rekayasa pada sebuah enterprise.
Pertama, Teknologi Informasi menjadi sebuah teknologi yang bersifat krusial yang berperan
dalam pembentukan sebuah enterprise, bahwasanya memang hubungan kolaborasi antara partisipan
dalam enterprise secara garis besar didalamnya adalah keterhubungan informasi.
Kedua, berkembangnya wawasan tentang gagasan pemanfaatan teknologi informasi berkaitan
dalam sebuah enterprise, bahwasanya teknologi informasi dituntut harus mematuhi segala bentuk
komitmen dari pelaku dalam enterprise, komitmen tersebut dapat berupa kegiatan koordinatif seperti
proses realisasi dalam menghasilkan sebuah produk atau layanan, menghargai aturan, serta patuh
terhadap kebijakan yang berlaku [HOG09]. Berikut dasar dasar yang menjadi akar dalam Rekayasa
Enterprise.

Gambar 1 Roots of Enterprise Engineering

Enterprise engineering bertujuan untuk memahami kompleksitas enterprise, kemudian


menguasainya, serta menjadi suatu konsep dalam merancang dan mengembangkan sebuah
enterprise.

3. Lingkup Bisnis Ponpes Daarut Tauhiid


Pemahaman terhadap lingkup bisnis yang ada pada sebuah enterprise diperlukan untuk
menentukan arah dari proses rekayasa yang akan dilakukan untuk memperoleh hasil berupa desain
enterprise yang sesuai dengan visi dan strategis enterprise tersebut. Contoh lingkup bisnis yang akan
diangkat menjadi sebuah studi kasus adalah Program bimbingan di Pesantren Daaruttauhiid,
Program bimbingan di Pesantren Daaruttauhiid memerlukan sumber daya yang banyak dan
kompleks, serta melibatkan pihak lain dalam siklus prosesnya dipandang secara holistik. Analisis
proses diperlukan untuk menetapkan lingkup area bisnis yang memiliki keterhubungan dalam
menjalankan proses tersebut, menetapkan data yang dikelola, dan informasi yang dihasilkan sebagai
bentuk hasil transformasi melalui proses yang berjalan. Berikut ini adalah proses yang terdapat pada
Sistem Bimbingan di Pesantren Daarut Tauhiid :
a.
b.
c.
d.

Perencanaan Program Bimbingan


Sosialisasi Program Bimbingan
Pendaftaran Santri Program Bimbingan
Pengelolaan Materi Bimbingan

e.
f.
g.
h.

Pengelolaan Perangkat dan Asrama Bimbingan


Pelaksanaan Bimbingan
Evaluasi dan Penilaian Bimbingan.
Pengelolaan Keuangan.

Proses diatas tidak terikat keterurutan secara sekuensial, setiap proses memiliki keterhubungan untuk
saling berkontribusi dalam menghasilkan informasi yang relevan. Sistem Informasi yang dibangun
diharapkan dapat memiliki manfaat baik untuk organisasi dengan memberikan dukungan informasi
yang akurat untuk menentukan sebuah kebijakan dan rencana strategis, serta dapat memiliki manfaat
bagi konsumen eksternal dalam meningkatkan kualitas layanan dan bimbingan di Pesantren Daarut
Tauhiid.

4. Arsitektur Enterprise
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid merupakan sebuah instansi pendidikan berbasis agama Islam
yang dinaungi oleh Yayasan Daarut Tauhiid, selain bergerak di bidang pendidikan atau bimbingan
agama Islam, Pondok Pesantren Daarut Tauhiid mengembagkan bisnis dibidang penjualan bahan
makanan pokok dan kebutuhan sehari hari. Dalam kehidupannya Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
senantiasa mengembangkan bisnisnya untuk senantiasa melayani umat.
Rancangan Arsitektur Enterprise dibutuhkan untuk analisa, merancang, perencanaan, dan
implementasi enterprise, dengan menggunakan pendekatan holistik untuk kesuksesan
pengembangan dan eksekusi strategi bisnis perusahaan. Perancangan arsitektur enterprise untuk
Pondok Pesantren Daaruttauhiid dengan menggunakan TOGAF ADM, dengan berfokus perancangan
fase Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architecture, dan Technology
Architecture.[WEI11]
4.1. Vision Architechture
Pada tahapan ini merupakan gambaran umum bagaimana TI diterapkan untuk mendukung
strategi bisnis organisasi. Berikut dukungan Teknologi Informasi secara umum terhadap tujuan bisnis
yang diterapkan di Pesantren Daarut Tauhiid.
Tabel 1 Vision Architechture Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
No
.
1.

Visi
Ahli Dzikir, Ahli
Fikir, Ahli Ikhtiar

Misi
Menjadikan konsep
manajemen qolbu
sebagai konsep
perubahan sikap,
penyejuk hati, penggelora
semangat, pendidikan
dan pelatihan serta
pembinaan
Mengarahkan aktifitas
organisasi menuju
pesantren kota,
lingkungan barokah,
Bandung bermartabat
Memajukan perekonomian
DT dengan
menumbuhkembangkan
jiwa entrepreneurship,
produk dan jasa

Tujuan
Mengembangkan
metoda dakwah yang
segar, solutif dan
aplikatif

Menyelenggarakan
pendidikan yang
berbasis marifatullah,
leadership dan
entrepreneurship

Menyelenggarakan
pelatihan
pengembangan diri
yang berbasiskan
Manajemen Qolbu

Solusi TI
Mengembangkan
Media Brodcasting
dakwah (Situs, SMS
Brodacast, Social
Media, Televisi &
Radio)
a. Sistem Informasi
Evaluasi Materi
Pendidikan,
b. Sistem Informasi
Perencanaan
Silabus Materi
Pendidikan.
a. Sistem Informasi
Penilaian Santri.
b. Sistem Informasi
Evaluasi Program
Pelatihan.

No

Visi

Misi

Tujuan

Solusi TI

.
Memajukan perekonomian
DT dengan
menumbuhkembangkan
jiwa entrepreneurship,
produk dan jasa
Mencetak SDM yang siap
berkarya dengan etos
kerja yang optimal,
pendidikan dan pelatihan
serta pembinaan

Menyelenggarakan
pendidikan formal
berjenjang dari TK
sampai Perguruan
Tinggi yang
berorientasi pada
kemandirian

a.

Sistem
Informasi
Akademik

Memberdayakan
potensi masyarakat
dengan mendirikan
Lembaga Pengelola
Zakat nasional yang
mensucikan dan
memberdayakan

a.

Sistem Informasi
Pengelolaan Zakat
dan Ifaq
Media Broadcast
(Situs, SMS
Brodacast, Social
Media, Televisi &
Radio)

Membangun model
pengembangan
ekonomi syariah yang
mengutamakan
kemaslahatan bagi
masyarakat.

a.

b.

Sistem
Informasi
Keuangan

4.2. Business Architechture


Arsitektur bisnis digunakan sebagai acuan dalam mencapai konsensus antara Teknologi
Informasi dan bisnis tentang lendasan kebutuhan bisnis Teknologi Informasi, arsitektur bisnis
digunakan untuk mendefinisikan aliran informasi (atau material) dalam dan antar proses proses
bisnis organisasi. Berikut arsitektur bisnis Pondok pesantren Daarut Tauhid berdasarkan proses bisnis
yang telah didefinisikan pada Tabel 1.

Gambar 2 Business Architechture Pondok Pesantren Daarut Tauhiid

4.3. Technology Architechture


Arsitektur Teknologi digunakan untuk keperluan tatakelola infrastruktur teknologi informasi,
arsitektur teknologi diperinci sampai komponen hardware dan memetakan kebutuhan perangkat keras
sistem aplikasi. Dalam arsitektur aplikasi digunakan website dan jaringan dalam pertukaran data.
Berikut ini rancangan topologi jaringan pendukung applikasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
Rancangan dikembangkan berdasarkan arsitektur applikasi dan layanan bisnis.

Gambar 3 Rancangan Arsitektur Teknologi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid

5. Arsitektur Informasi
Arsitektur informasi dibuat untuk membangun suatu model atau konsep informasi pada aktivitasaktivitas yang memerlukan kedetilan informasi, agar dapat membangun sistem informasi bagi bisnis
sebuah enterprise. Arsitektur informasi dapat dibuat dengan memanfaatkan metode Business System
Planning (BSP). Bussines System Planning merupakan sebuah metode untuk mentranslaskan
strategi bisnis menjadi strategi system informasi. Strategi system informasi yang dihasilkan dapat
mendukung organisasi dalam menjalankan bisnis yang sesuai dengan tujuan organisasi. Arsitektur
informasi muncul sebagai suatu disiplin untuk peningkatan manajemen informasi, karena dapat dilihat
sebagai satu set terstruktur dari unsur-unsur saling terkait yang mendukung semua proses informasi
[GOM11].

Gambar 4 Arsitektur Informasi Pondok Pesantren Daarut Tauhiid

Terdapat sembilan subsistem pada penyelenggaraan bimbingan program pesantren di Pondok


Pesantren Daaruttauhiid Bandung. Dimana dari kesembilan subsistem tersebut harus menjalankan
proses dari data yang diperolehnya. Seleksi penerimaan santri baru dilakukan setelah mendapatkan
data dari pemasaran bahwa sosialisasi program yang telah dilakukan telah terlaksana, seleksi
bertujuan untuk melihat seberapa jauh tingkat keilmuan yang dimiliki calon santri untuk ditentukan
kelasnya. Santri yang telah lolos diharuskan membayar infaq untuk masing masing program
bimbingan. Dana yang telah terkumpul dari santri maupun dari donatur dan investor dikelola untuk
keperluan perlengkapan, sarana, dan kebutuhan belajar, serta untuk riset dan penelitian di pesantren
dalam menyusun program bimbingan yang lebih baik. Kemudian Rencana bimbingan dibuat
berdasarkan data hasil evaluasi program yang telah berlangsung sebelumnya, dari hasil evaluasi
tersebut dapat dibentuk rencana bimbingan yang memungkinkan pengelola menyusun program yang
lebih baik dari periode sebelumya,

6. Tata Kelola Enterprise


Tata kelola enterprise atau Enterprise Governance merupakan sebuah mekanisme dan proses
dalam mengarahkan serta mengendalikan enterprise, dengan tujuan menjamin keamanan
stakeholder, perencanaan dan perubahan adaptasi enterprise pada masa yang akan datang.
Beberapa Aspek mengapa diperlukannya sebuah Governance dalam Enterprise, antara lain :

Aspek Finansial, Pelaporan Finansial Enterprise yang mengarah kepada proses enterprise
secara menyeluruh, seperti operasional sistem informasi. Pelaporan Finansial menjadi basis
dalam mengelola enterprise dan upaya dalam meningkatkan performansi enterprise.
Aspek pengendalian kepatuhan internal yang membutuhkan perhatian terhadap eksekusi
proses enterprise. Berfokus pada kegiatan, kewenangan dan tanggungjawab terhadap aspek
pengendalian internal tersebut. Kepatuhan enterprise didasari dari landasan landasan
prinsipal (arsitektur) enterprise yang berperan dalam merancang enterprise tersebut.
Perspektif tata kelola yang luas yang berpendapat bahwa shareholder mendapatkan layanan
terbaik secara strategis maupun implementasi.
Kesuksessan dari implementasi teknologi informasi bergantung terhadap keselarasan antara
sistem dan fungsionalitas teknologi informasi terhadap konteks operasional dari enterprise itu
sendiri.
Aspek sudut pandang coorporate governance, yang menyatakan bahwa sistem informasi
memiliki peranan penting dalam mengumpulkan, mendokumentasikan, dan menangani data
untuk pengelolaan enterprise.

Munculnya perkembangan bertingkat teknologi informasi yang dinamis terhadap enterprise.


Seperti kegiatan pengembangan teknologi informasi yang bersifat kolaboratif, iteratif, dan
bersamaan, yang terkait dengan pengembangan enterprise.
Persentase kesuksesan strategis yang rendah dan didominasi oleh kegagalan.

Salah satu tujan dari adanya enterprise governance adalah kesiapan dalam menghadapi
perubahan. Perubahan dibutuhkan dalam berbagai perspektif dan juga agar membuat enterprise
terbuka terhadap tantangan tantangan yang muncul, beberapa tantangan yang muncul berfokus
bagaimana enterprise dapat mewujudkan hal berikut :

Bagaimana menciptakan Konsumen, Proses, dan Informasi yang terintegrasi dan terpadu.
Bagaimana memadukan dan mengintegrasikan jaringan enterprise yang lebih luas.
Fleksibilitas dan Kemampuan dalam menghadapi perubahan
Bagaimana menciptakan hubungan yang baik dengan konsumen
Bagaimana Kesuksesan / efektifitas cost dalam penggunaan teknologi informasi
Kepatuhan terhadap aturan dan legalitas
Tatak kelola perusahaan dan IT dalam konteks yang menyeluruh.

Kompetensi dan Fokus Rancangan dari Enterprise Governance pada dasarnya berasal dari
Coorporate Governance yang berfokus terhadap mengatasi kegagalan dalam pengembangan strategi
dan mereduksi tingkat resiko yang lebih tinggi untuk shareholder (pemegang saham) dari kegagalan
finansial.
Enterprise governance dapat dilihat pula sebagai perpaduan antara coorporate governance (yang
berfokus pada aspek kepatuhan terhadap regulasi maupun aturan) dan business governance (yang
berfokus pada performansi proses) dengan tujuan memberikan arahan strategis, memastikan bahwa
tujuan tercapai, memastikan bahwa risiko dikelola secara tepat dan memverifikasi bahwa sumber
daya organisasi digunakan secara bertanggung jawab.
Beberapa pendekatan yang digunakan pada enterprise governance adalah struktural, top-down,
managment-oriented, planning-oriented, dan control-oriented.

7. Pemanfaatan Konsep Engineering terhadap Tata Kelola


Pada dasarnya dalam proses merekayasa suatu tata kelola terdapat dua pertanyaan besar yang
ingin dijawab, pertama Apakah enterprise sudah melakukan hal yang benar? dan Apakah kita sudah
melakukannya dengan benar? [NEN06]. Rekayasa dalam tatakelola berfokus pada memanipulasi
sebuah kompleksitas kendali yang menjadi hal penting terhadap manajemen eksekutif dalam
menjamin konsumen, stakeholder, shareholder, dan legal system sesuai dengan kebutuhan
enterprise. Kemudian ada beberapa hal menjadi isu kunci yang harus diingat ketika mengembangkan
sebuah tata kelola, antara lain :

Secara esensi, tata kelola hanya mengukur dan mengendalikan hal yang diperlukan dalam
mencapai tujuan bisnis, dan hal yang keliru adalah ketika tata kelola ditujukan untuk
mengendalikan segala sesuatunya.
Jelas dalam mendefinisikan tanggung jawab dan peran dalam mengambil tindakan.

Konsep engineering diperlukan dalam upaya mereduksi kompleksitas yang terjadi dalam sebuah tata
kelola, dan menjadi jembatan dalam menghubungkan agar tata kelola sesuai dengan kebutuhan
enterprise.

8. Kesimpulan
Hipotesa awal dalam melihat peran sebuah konsep rekayasa pada tata kelola enterprise masih
bersifat objektif dari beberapa studi literatur dan eksplorasi terbatas, pengembangan hipotesa
diperlukan dalam menilai subjektivitas dan objektivitas yang lebih luas terhadap peran dari konsep
engineering dalam tata kelola dan keberhasilannya. Sehingga terlihat solid bahwa peran konsep
engineering memang sangat diperlukan dalam pembentukan sebuah tata kelola enterprise.

Daftar Pustaka
[ALT02]
[GOM11]

[HOG09]
[NEN06]
[WEI11]

Alter, Steven. Information System Foundation to E-Business, 2002


Gomes, B., Andr Vasconcelos, & Sousa, P. (2011). An enterprise ontology approach
for defining enterprise information architecture. Paper presented at the 609-615.
Diambil dari http://search.proquest.com/docview/1010055866?accountid=31562
Hoogervorst , Jan A.P., Enterprise Governance & Enterprise Engineering 2009
Nendick, J.V., Hassan, M., Urwin E. N., Ng, G.A.L, 'Good Engineering Governance' an issue for Ergonomists, 2006
Weisman, Robert. An Overview of TOGAF Version 9.1. 2011

También podría gustarte