Está en la página 1de 37

1

USULAN PENELITIAN
A. JUDUL PENELITIAN
Karakteristik Penderita TB Paru di Perjan RS Dr Wahidin Sudirohusodo
Makassar Periode Januari Sampai Desember 2001

B. RUANG LINGKUP
Epidemiologi
C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit TB Paru masih merupakan masalah kesehatan, terutama di
negara berkembang seperti Indonesia yang apabila dibiarkan akan berdampak
buruk terhadap masyarakat dan kemungkinan akan meningkat dari waktu ke
waktu. TB paru bukan hanya membawa kerugian terhadap sektor kesehatan
dan sosial, tetapi juga terhadap ekonomi karena 75% dari penderita TB paru
adalah mereka yang berusia produktif secara ekonomis (umur 15-54 tahun).
TB menyebabkan sumber daya manusia berkurang, tingkat produktifitas
menurun, pendapatan berkurang dan pada akhirnya berdampak terhadap
ekonomi secara luas.
Berdasarkan The World Health Report 2000 penyebab kematian
menurut jenis kelamin dalam strata di wilayah WHO dalam estimasi 1999
untuk penyakit tuberkulosis adalah 1.669.000, untuk laki-laki 1.003.000

(3,4%) untuk wanita 666.000 (2,5%). Sedangkan beban penyakit tuberkulosis


menurut DALY (Disability Adjusted Life Year) bahwa kematian berdasarkan
penyebab menurut jenis kelamin dan strata dalam wilayah WHO dalam
estimasi 1999 untuk penyakit tuberkolosis adalah 33.287.000, untuk laki-laki
adalah 19.030.000 (2,5%) dan wanita 14,257.000 (2,1%).
Menurut WHO sekitar 1700 jiwa penduduk dunia telah terinfeksi
kuman TB Paru dan setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita baru TB Paru
yang menular, karena seorang penderita baru TB Paru dapat menularkan
kepada 10 orang setiap tahunnya, berarti setiap tahunnya di dunia ada sekitar
8 juta penderita baru. Pada tahun 1990 tercatat lebih dari 20 juta kematian di
dunia, 3 juta diantaranya terjadi oleh karena penyakit TB Paru. Lebih
meresahkan lagi adalah makin meningkatnya kasus penderita yang terinfeksi
oleh kuman TB yang sudah resisten terhadap obat yang ada. Hal ini
disebabkan oleh program pemberantasan TB Paru yang kurang maksimal
sebagai akibat dari program yang buruk sehingga penyembuhan menjadi
sangat sulit dan penderita akan menularkan pada orang lain (WHO, 1999).
Pada tahun 1993 WHO telah mencanangkan penyakit Tuberkulosis sebagai
global emergency dan merupakan salah satu Reemerging disease yang
mengancam dunia dan bertekad akan mengurangi penyakit ini secara global
dan menargetkan tingkat deteksi kasus TB menular bisa mencapai 70% dan
tingkat kesembuhan 85% pada tahun 2000. Namun target ini nampaknya tidak

akan tercapai akibat kegagalan penanggulangan TB Paru di 16 negara


termasuk Indonesia (Richard Bumgarner, 1999).
Adapun insiden TB Paru di negara maju adalah 10-20% per 10.000
penduduk. Sedangkan di negara berkembangan 165 per 100.000 penduduk
yang terjadi di Afrika, Asia sebesar 110 per 100.000 penduduk (Hardiarto
Mangunegoro, 1996). Menurut data WHO Indonesia menduduki urutan ketiga
setelah Cina dan India. Berdasarkan SKRT 1986 angka kesakitan TB Paru
menempati urutan ke 10 dan sebagai penyebab kematian menduduki urutan ke
3 (30,5%) atau satu diantaara 3 kematian di negara kita disebabkan oleh
penyakit TB Paru (TY Aditama, 1996). Pada SKRT 1992 kematian untuk
penyakit TB Paru menempati urutan ke 2 setelah penyakit kardiovaskuler dan
urutan pertama kelompok penyakit infeksi. Hasil SKRT 1995 menunjukkan
bahwa penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian terbesar setelah
penyakit sirkulasi dan saluran pernapasan dengan angka kematian klinis 1.100
per 100.000 penduduk. Pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1982 diadakan
survey prevalensi dan didapatkan hasil prevalensi TB Paru dengan
pemeriksaan BTA positif sebesar 0,2-0,4% yang artinya bahwa jumlah
penderita TB paru pertahun kira-kira 500.000 orang dengan kira-kira 175.000
diantaranya meninggal dunia dan didapatkan penderita terbanyak adalah dari
golongan sosial ekonomi lemah dan usia produktif (Depkes RI, 1998).
Masalah Indonesia, Penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat tahun 1995. Hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga


(3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada
semula kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi.
Tahun 1999, WHO Memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru
TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan
setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB dan BTA
positif. Benar-benar mengkhawatirkan. Penyakit tuberkulosis (TBC) kini
menjadi ancaman menakutkan bagi rakyat Indonesia karena telah menjadi
pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung. Data terakhir menunjukkan,
angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 175.000 dari 500.000
kasus yang ditemukan. Dengan angka tersebut, Indonesia berada pada posisi
nomor tiga terbanyak temuan TBC-nya didunia, setelah India dan Cina
(Anonim, www.riaupost.com).
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif,
kelompok ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah. Sampai saat ini
program penanggulangan TB dengan Strategi DOTS belum dapat menjangkau
seluruh puskesmas. Demikian juga rumah sakit pemerintah, swasta dan unit
pelayanan kesehatan lainnya. Tahun 1995-1998, cakupan penderita TB,
dengan strategi DOTS baru mencapai sekitar 10% dan error rate belum
dihitung dengan baik meskipun cure rate lebih besar dari 85%.
Penatalaksanaan penderita dan sistim pencatatan, pelaporan belum seragam di
semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Pengobatan

yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu, diduga
telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap OAT atau Multi
Drug Resistance (MDR). (www.infodpi.com).
Menurut data P2M Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2000 jumlah
penderita TB paru sebanyak 35.900 penderita. Di Indonesia sendiri TB paru
masih merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung dan
pembuluh darah. Bahkan, peringkat pertama penyebab kematian karena
penyakit menular. Jumlah penderita TB paru sekitar 500 ribu orang per tahun
dan kematian sekitar 175 ribu orang per tahun, khususnya di daerah pedesaan
miskin dan daerah kumuh perkotaan yang rawan kuman Micobacterium
(Riauposonline, com, 2002)
Menurut laporan bulanan data kesakitan yang terdapat di Perjan
Rumah Sakit DR. Wahidin Sudiruhusodo Makassar bagian Medical Record
untuk TB paru pada tahun 2000, jumlah penderita yang dirawat inap sebanyak
299 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 180 orang (0,0018 per 100.000)
dan perempuan 119 orang (0,00119 per 100.000) dan tahun 2000 data dari
bagian Medical Record dari 10 penyakit terbanyak, TB paru menduduki
peringkat ketujuh dengan jumlah penderita sebanyak 299 orang.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian di
Perjan Rumah Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Rumusan Masalah
Atas dasar dan kenyataan seperti di atas, maka penelitian ini terasa jadi
penting dengan rumusan masalah :
Bagaimana karakteristik tentang penderita TB paru di Perjan RS Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Tahun 2001.
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik penderita penyakit TB paru pada
Perjan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2001
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui penderita TB paru yang di rawat inap menurut umur
2. Mengetahui penderita TB paru yang di rawat inap menurut jenis
kelamin.
3. Mengetahui penderita TB paru yang di rawat inap menurut jenis
pengobatan.
4. Mengetahui penderita TB paru yang di rawat inap menurut tingkat
pendidikan.
5. Mengetahui penderita TB paru yang di rawat inap menurut pekerjaan.
6. Mengetahui penderita TB paru yang dirawat inap menurut status
perkawinan.

4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi Perjan
RS Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2001.
b. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan penelitian selanjutnya.
c. Manfaat bagi peneliti
Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam
mengaplikasikan ilmunya dan menambah wawasan mengenai masalah
penyakit TB paru.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Tuberkulosis Paru (TB paru)
a. Defenisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Aditama, 1998)
b. Sejarah
Penyakit tuberkulosis sudah dikenal di dunia sejak sangat lama.
Peninggalan tertua penyakit tuberkulosis ditemukan di Jerman Selatan.
Dari tulang penderita diperkirakan hidup sekitar 5000 sebelum masehi.
Pada fosil-fosil yang berasal dari tahun 2500-1000 SM terlihat bukti-bukti
penyakit ini pada tulang vertebra. Catatan-catatan kuno di India dan Cina
menunjukkan bahwa penyakit ini sudah dikenal di sana (Priyanti, 1999).

Pada sejarah perkembangan TB paru beberapa peristiwa yang dianggap


penting adalah penemuan Basil Tahan Asam (BTA) atau kuman
Mycobacterium tuberculosis sebagai kuman penyebab TB paru yang
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, penemuan Sinar Rontgen,
penemuan BCG oleh Calmette Buerin dan ditemukannya obat-obat
tuberkulostatika pada tahun 1944.
Meskipun kuman TB paru ditemukan lebih dari seratus tahun lalu, kuman
ini sebenarnya mempunyai riwayat yang hampir sama tuanya dengan
peradaban manusia. Pada relief Candi Borobudur juga tergambar
seseorang yang menunjukkan ciri-ciri penderita tuberkulosis (Sardikin,
1999)
c. Etiologi
Penyakit

tuberkulosis

pada

manusia

disebabkan

oleh

kuman

Mycobacterium tuberculosis yang terdiri dari empat tipe yakni tipe


humanus, tipe bovinus, tipe kansatum, dan tipe portaitum, tipe yang
terbanyak adalah tipe humanus. Sifat istimewa pertama kuman ini adalah
dapat bertahan terhadap penghilangan warna dengan asam dan alkohol
sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Keistimewaan lainnya yaitu
mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat), tahan hidup di tempat kering, tahan beberapa waktu di bawah
sinar matahari. Sebelum akhirnya mati, mempunyai waktu pembelahan
(multiplikasi) yang panjang. Oleh karena sifat-sifat tersebut sehingga
kuman ini dapat bertahan hidup cukup lama di luar tubuh manusia, tahan

terhadap pertahanan tubuh, menimbulkan gejala yang berangsur-angsur


dan memerlukan waktu pengobatan yang lama untuk membasmi seluruh
kuman.
d. Patogenesis
Penyakit TB paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
ditularkan melalui udara, dimana seorang penderita batuk atau bersin dan
mengeluarkan percikan ludah atau dahak yang mengandung kuman
tersebut terhirup oleh orang lain di saat bernafas. Penularan melalui udara
ini menurut kondisinya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) hal yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung adalah kondisi penularan
yang terjadi dimana penderita batuk dan berbicara sehingga partikel ludah
terhirup oleh orang lain yang ada di sekitarnya. Secara tidak langsung
adalah kondisi yang memungkinkan penularan kuman tidak langsung
karena dahak atau ludah yang dikeluarkan di buang sembarangan dan
mengering dan bercampur oleh partikel debu, kemudian dalam kondisi
tertentu kuman dihembuskan oleh angin sehingga terhirup oleh orang lain.
Pada umumnya infeksi penyakit tuberkulosis disebabkan oleh karena
inhalasi basil tuberkulosis. Tempat inhalasi basil yang paling sering adalah
permukaan alveolar paru pada bagian bawah lobus atas bagian atas lobus
bawah, yang kedua akan menyebabkan reaksi infeksi. Alveoli yang
terserang akan mengalami kondilidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh sendiri atau terbentuk sel turbekel

10

epiteloid. Lesi primer paru disebut fokus ghon dan bila kelenjar regional,
maka lesi primer disebut kompleks ghon.
Riwayat terjadinya tuberkulosis
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai
di alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan dalam paru, dan ini disebut kompleks primer,
waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer
adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan
terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persisten atau domant (tidur). Kadang-kadang
daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TB.
e. Masa Inkubasi
Masa inkubasi yaitu masuknya Mycobacterium tuberculosis ke dalam
tubuh sampai timbulnya penyakit. Diperkirakan sekitar 6 bulan.

11

f. Pencegahan
1. Memberikan vaksinasi BCG pada anak usia 0-14 bulan
2. Pemberian makanan bergizi
3. Menutup mulut pada waktu batuk atau bersin
4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan melakukan olahraga
5. Usahakan agar sinar matahari masuk ke dalam rumah dan menjangkau
di sekitar rumah atau lingkungan rumah tetap bersih.
g. Epidemiologi
Kurang lebih sepertiga penduduk dunia (1700 juta) terinfeksi M.
tuberkulosis. Prevalensi tertinggi di Pasifik Barat (44%) dan terendah di
Mediterian Timur (19%) sebagian besar yang terinfeksi tinggal di Asia
Tenggara (25%) Cina (22%) sedangkan Eropa dan lima negara industri
(Jepang, Australia, Selandia Baru, Kanada dan Amerika Serikat) berjumlah
22%. Di negara berkembang mayortitas individu yang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis adalah golongan usia < 50 tahun, sedangkan
di negara maju prevalensi infeksi TB paru sangat rendah di antara mereka
yang berusia di bawah 50 tahun, namun masih tinggi pada golongan orang
yang lebih tua. Hal ini mencerminkan resiko infeksi masa lalu yang tinggi
dan sangat mungkin terjadi setelah usia lanjut. (Depkes RI, 2000)
Di Amerika, manusia yang berumur > 65 tahun atau lebih
merupakan reservoar terbesar infeksi M. tuberculosis. Pada tahun 1953
dilaporkan bahwa penderita TB paru yang berusia lebih dari 60 tahun

12

sebesar 13,8% dan meningkat menjadi 28,6% pada tahun 1979, dimana
proporsi populasi keseluruhan pada grup ini hanya meningkat dari 8,7%
menjadi 11,2%. Dikatakan bahwa kasus TB paru di Panti Jompo empat
kali lebih tinggi daripada penderita yang berusia > 65 tahun yang tinggal
di rumah. Disamping itu 60% penyebab kematian pada lansia disebabkan
karena TB paru. Angka ini 10 kali lebih tinggi daripada dewasa dan anakanak.
h. Diagnosis
Diagnosis TB paru ditegaskan berdasarkan gejala klinik, anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan uji tuberkulin,
dan pemeriksaan laboratorium.
1. Gejala klinis
Gejala umum yang sering tampak berupa batuk terus menerus dan
berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih, gejala lain yang sering
dijumpai : dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa
nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
rasa kurang enak badan (malaise) berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Gejala tersebut di atas
dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberkulosis. Oleh sebab itu
setiap orang yang datang dengan gejala tersebut di atas, harus
dianggap sebagai seorang suspek tuberkulosis atau tersangka

13

penderita TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara


mikroskopis langsung.
2. Anamnesis
Keluhan penderita sangat bervariasi pada umumnya keluhan ini dapat
dibagi menjadi
a. Keluhan umum : malaise, anoreksia, berat badan menurun
b. Keluhan akibat infeksi kronis : subvebrial dan berkeringat pada
malam hari
c. Keluhan akibat proses di paru : batuk, sesak nafas, demam, dan
nyeri dada.
Departemen kesehatan menetapkan anamnesis terhadap penyakit
tuberkulosis dalam rangka pemberantasan tuberkulosis di Indonesia
yaitu batuk lebih dari satu minggu, batuk darah, sesak nafas, demam
dan nyeri dada.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik penderita sering menunjukkan suatu kelainan,
terutama pada kasus-kasus yang dini atau yang sudah terinfiltrasi
secara asimptomatik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di
dalam, maka sulit menentukan kelainan pada pemeriksaan fisik karena
hamparan/getaran suara melebihi dari 4 cm ke dalam paru. Sakit
dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi.

14

Tempat kelainan yang paling dicurigai adalah bagian apeks (puncak)


paru, dicurigai pula adanya infiltra yang agak luas, didapatkan perkusi
yang redup dan auskultasi suara nafas yang bronkhial dan suara nafas
tambahan berupa ronchi basa kasar dan nyaring.
4. Pemeriksaan Radiologi (foto thoraks)
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan sangat penting
menunjang diagnosis TBC paru dan mengevaluasi hasil pengobatan.
Pemeriksaan foto thoraks standar untuk nilai kelainan pada paru ialah
foto thoraks PA dan lateral, sedangkan foto thoraks lordotik, obloh
temogram dikerjakan atas indikasi
Beberapa karakteristik radiologi pada tuberkulosis paru :
a. Bayangan lesi terutama lapangan atas paru
b. Bayangan berawan atau bercak-bercak
c. Terdapat kovitas tunggal atau banyak
d. Terdapat klasifikasi
e. Lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan atas paru
f. Bayangan abnormal menetap pada thoraks ulang setelah beberapa
minggu
Letak lesi pada orang dewasa biasanya pada segmen apikal dan
posterior lobus atas, segmen posterior lobus bawah, meskipun dapat
juga mengenai semua segmen.

15

Gambaran radiologik tuberkulosis paru tidak memperlihatkan hanya


satu bentuk saja, akan tetapi akan terlihat berbagai bentuk khas
tuberkulosis paru. Bentuk sarang yang dijumpai pada kelainan
radiologik adalah sarang minimal, kavitas non sklerotis, kavitas
sklerotik, keadaan penyebab yang sudah lanjut.
5. Pemeriksaan bakteriologis
Penemuan Basil Tahan Asam (BTA) dalam sputum mempunyai arti
yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru
namun kadang-kadang tidak mudah; pemeriksaan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
a. Cara Zeil Nielsen (Zn)
b. Cara Tan Thiom Hok (Tamzil)
Jika pada pemeriksaan tidak ditemukan basil tahan asam, maka dicatat
(-) pemeriksaan dilangsungkan hingga tiga kali seminggu.
6. Tes tuberkulin
Di Indonesia pada saat ini uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam
menentukan diagnosis TB pada orang dewasa sebab sebagian besar
masyarakat sudah terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis
karena prevalensi TB tinggi. suatu uji tuberkulin positif hanya
menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan
Mycobacterium tuberculosis. Dilain pihak, hasil uji tuberkulin dapat
negatif meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis. Keadaan ini

16

dapat terjadi pada penderita HIV/AIDS, malnutrisi berat, TB milier


dan morbili.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dapat menunjang untuk mendiagnosis
tuberkulosis paru dan kadang-kadang juga untuk mengikuti perjalanan
penyakit, antara lain :
a. Laju endap darah (LED)
b. Jumlah leukosit
c. Hitung jenis leukosit
d. Urine

(Depkes RI, 2000)

i. Pengobatan tuberkulosis
Prinsip dari kemotrapi tuberkulosis adalah sebagai berikut :
1. Pengobatan harus sekurang-kurangnya menggunakan dua macam obat
(OAT) yang masih efektif.
2. Lamanya pengobatan sekurang-kurangnya enam bulan
3. Obat anti tuberkulosis mempunyai peranan yang berbeda pada
berbagai sub populasi kuman dalam lesi tuberkulosis
Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah memutuskan mata rantai penularan
dengan menyembuhkan penderita tuberkulosis paling sedikit 50% dari
seluruh kasus tuberkulosis BTA positif yang ditemukan, untuk itu
dibutuhkan :

17

1. Paduan obat anti tuberkulosis yang tepat


2. Pemberian dosis yang benar
3. Dalam waktu tertentu
Obat-obatan yang paling penting yang sering dilakukan dalam program
pengobatan tuberkulosis paru adalah isoniasid, rifampisin, pirazanamida,
streptomycine dan etambutol (Depkes RI, 1995)
2. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
a. Tinjauan Umum Tentang Umur
Menurut Bambang Sutrisna (1986), faktor umur merupakan penentu
yang sangat penting bila dihubungkan dengan terjadinya distribusi
penyakit. Hal ini merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur
dengan :
1) Potensi kemungkinan untuk terpapar (exposed) terhadap suatu sumber
infeksi.
2) Tingkat imunitas atau kekebalan tubuh
3) Aktifitas fisiologis macam-macam jaringan yang mempengaruhi
perjalanan penyakit setelah seseorang mengalami infeksi.
Dengan semakin meningkatnya umur tentu semakin banyak
keterpaparan yang ditemui seseorang, serta semakin besar risiko terkena
suatu penyakit dan dengan semakin meningkatnya umur, resistensi
terhadap penyakit semakin menurun. Untuk penyakit TB Paru banyak
ditemui pada usia produktif dan akan meningkat sesuai dengan

18

pertambahan usia. Hal ini disebabkan karena kuman TB dapat berkembang


biak dan melakukan aktifitasnya dengan baik bila dalam tubuh manusia
tidak terdapat respon imunitas yang cukup seperti pada kelompok orang
tua.
b. Tinjauan Umum Tentang Jenis Kelamin
Ada masalah kesehatan yang lebih banyak ditemukan pada
kelompok wanita saja. Adapula masalah kesehatan yang lebih banyak
ditemukan pada kelompok pria saja (Azrul Azwar, 1988).
Ada perbedaan penyebaran tersebut dapat disebabkan karena
beberapa hal, yaitu :
1) Terdapatnya perbedaan anatomi dan fisiologi antara wanita dan pria,
terdapatnya perbedaan kebiasaan hidup antara wanita dan pria.
2) Terdapatnya perbedaan tingkat kesadaran berobat antara wanita dan
pria.
3) Terdapatnya perbedaan kemampuan atau kriteria diagnostik beberapa
penyakit.
4) Terdapatnya macam pekerjaan antara wanita dan pria.
Penyakit TB Paru dapat mengenai kelompok jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
didapati bahwa penyakit TB Paru lebih banyak mengenai jenis kelamin
laki-laki dari pada wanita.

19

c. Tinjauan Umum Tentang Jenis Pengobatan


1) Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90%
populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan, Obat ini
sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu
kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5mg /
kg BB, lanjutan dengan 10mg / kg BB.
2) Rifanpicine (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persister)
yang tidak dapat dibunuh oleh izonazid. Dosis diberikan sama untuk
pengobatan harian maupun lanjutan 3 kali seminggu 10 mg/ kg BB.
3) Pirazinamid. (Z)
Bersifat bakterizid, deapat membunuh kuman yaqng berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg /kg BB
sedangkan lanjutan 3 kali seminggudengan dosis 35 mg /kg BB
4) Streptomicine (5).
Bersifat bakterizied. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg / kg BB.
Sedangkan untuk pengobatan lanjutan 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama. Penderita berumur sampai dengan 60 tahun.
Dosisnya 0,75gr /hari, sedangkan yang berumur 60 tahunatau lebih
diberikan 0,30gr /hari.

20

5) Ethambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg
BB sedangkan untukpengobatan lanjutan 3 kali seminggu digunakan
dosis 30mg/kg BB
Paduan obat yang digunakan ada tiga kategori : kategori 1,
kategori 2, dan kategori 3. yang merupakan jenis pengobatan penting
untuk penyembuhan TB paru. (Depkes RI, 2000)
d. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Pendidikan
Menurut HR. Ngatimin (1987) tingkat pendidikan merupakan dasar
perkembangan daya nalar seseorang dengan jalan memudahkan seseorang
untuk memberikan motivasi. Pendidikan memegang peranan penting
dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
kesehatan. Pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk juga dapat
digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat dan juga berperan dalam menurunkan angka
kesakitan.
Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dapat membantu
menekan tingginya angka kesakitan suatu penyakit. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan, ternyata sebagian besar penderita TB Paru
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.

21

e. Tinjauan Umum Tentang Pekerjaan


Hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan telah sejak
lama diketahui yang saat ini menjadi perhatian utama ahli. Pada dasarnya
hubungan yang terjadi disebabkan oleh tuga hal pokok, yakni :
1) Adanya risiko pekerjaan
Setiap pekerjaan mempunyai risiko tertentu dan karena itulah macam
penyakit yang dideritanya akan berbeda pula.
2) Adanya seleksi alamiah dalam memilih pekerjaan. Secara alamiah
terdapat perbedaan dalam memilih pekerjaan yang diinginkan.
Seseorang yang bertubuh lemah, secara naluriah berupaya menghindari
macam pekerjaan yang membutuhkan kerja fisik yang berat, demikian
pula sebaliknya untuk mereka yang bertubuh kuat.
3) Adanya perbedaan status sosial ekonomi
Perbedaan macam pekerjaan yang dimiliki seseorang, menyebabkan
terdapatnya pula perbedaan status sosial ekonomi yang dimiliki.
Adanya perbedaan yang seperti ini menyebabkan terdapat perbedaan
penyakit yang dideritanya. (Azrul Azwar, 1988)
f. Tinjauan Umum Tentang Status Perkawinan
Dari penelitian yang telah ada telah ditunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara angka kesakitan, kematian dengan status kawin, belum
kawin, cerai atau duda. Angka kematian karena penyakit tertentu maupun
kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.

22

Diduga bahwa sebab-sebab kematian lebih tinggi pada yang tidak


kawin dibandingkan mereka yang sudah kawin ialah karena ada
kecenderungan orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan
dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan dalam gaya hidup yang
berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
(Soekidjo. N, 1997).
E. KERANGKA KONSEP
1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Penyakit TB paru-paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran
pernafasan bawah yang disebabkan oleh kuman berbentuk batang yang
disebut Mycobacterium tuberculosis
Sumber penularannya adalah penderita yang mengeluarkan kuman
tuberclosis dengan dahak yang dibatikkan keluar. Penularannya terjadi melalui
udara pada waktu percikan dahak yang mengandung kuman tuberkulosis yang
dibatukkan keluar, dihirup oleh orang sehat melalui jalan nafas, dan
selanjutnya berkembang biak didalam paru-paru. Cara lain yang dikemukakan
adalah, dahak yang dibatukkan dengan mengandung kuman-kuman tuberclosis
jatuh terlebih dahulu ke tanah, mengering dan debu yang mengandung kumankuman tuberkulosis akan beterbangan, kemudian diohirup masuk kedalam
paru-paru orang sehat. Berdasarkan cara-cara penularan ini, penyakit
tuberclosis paru disebut sebagai airborne dessease.

23

Adapun beberapa faktor yang ada kaitannya penyakit tuberculosis paru


ini, antara lain: Faktor umur, jenis kelamin, jenis pengobatan, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan. Faktor-faktor tersebut akan
diuraikan satu per satu sebagai berikut:
a. Umur
Pada umumnya umur penderita tuberculosis paru banyak ditemukan pada
kelompok umur produktif. Namun demikian didapatkan pula pada
kelompok balita

sedangkan pada kelompok

kanak-kanak jarang

ditemukan.
b. Jenis kelamin.
Berdasarkan jenis kelamin penderita tuberclosis paru, frekuensi tertinggi
untuk terkena adalah jenis kelamin pria dibandingkan dengan wanita.
Terhadap perbedaan masalah kesehatan untuk jenis kelamin laki-laki dan
wanita, adanya perbedaan kebiasaan hidup, perbedaan macam pekerjaan
antara laki-laki denganm wanita. Terhadap perbedaan masalah kesehatan
untuk jenis kelamin laki-laki dan wanita, adanya perbedaan kebiasaan
hidup, perbedaan macam pekerjaan antara laki-laki dan perempuan.
Penyakit TB paru lebih banyak diderita oleh laki-laki (Sardikin,1999)
Dan untuk jenis kelamin penderita TB paru sesuai dengan yang tercatat
dalam register pengobatan penderita TB paru.

24

c. Jenis pengobatan
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman
(termasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis
tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal pada saat perut kosong.
Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan
jangka waktu pengobatan), kuman TB akan berkembang menjadi kuman
kebal obat (resisten). Pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatmen) oleh seorang pengawas Menelan
Obat (PMO), untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat. (Depkes
RI, 2000).
d. Tingkat Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Sarjono Soekanto seorang sosiolog memberikan pengertian
pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang memberikan latar
belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk berpikir secara
objektif dan dapat memberikan kepadanya kemampuan untuk menilai
apakah bedanya masyarakat dapat diterima atau tidak, mengakibatkan
seseorang dalam masyarakat memiliki faktor yang dapat menjadi
pendorong bagi perubahan tingkah laku.

25

Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diorganisasi secara bertingkattingkat mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sedangkan
pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung secara terpadu
dengan kegiatan hidup sehari-hari dan merupakan proses yang paling tua
dan paling lama dalam kehidupan manusia. Meliputi keterampilan,
pengetahuan, nilai sikap dan cara hidup pada umumnya
e. Pekerjaan
Hubungan antara pekerjaan dengan distribusi dan frekuensi masalah
kesehatan telah sejak lama diketahui. Pekerjaan lebih banyak dilihat dari
kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta
besarnya resiko menurut sifat pekerjaan. Juga akan berpengaruh pada
lingkungan kerja dan sifat sosio ekonomi karyawan pada pekerjaan
tertentu (Nur Nasri Noor, 1997)
f.

Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

26

2. Kerangka pikir Variabel yang diteliti

Umur
Jenis kelamin

Jenis
pengobatan
Tingkat
Pendidikan

Penderita TB paru yang di


Rawat Inap di RS Perjan Dr.
Wahidin Sudirohusodo

Pekerjaan

Status
Perkawinan
3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
a. Penderita TB paru.
Penderita

TB

paru

adalah

penderita

yang

terinfeksi

kuman

Mycobacterium tuberculosis Baik secara langsung maupun tidak langsung


yang dinyatakan positif melalui pemeriksaan dahak sekurang-kurangnya
dua kali dengan hasil positif secara mikrosopik di laboraturium.
b. Umur
Umur adalah usia penderita saat menderita berdasarkan kartu status
penderita yang dihitung dalam tahun.

27

Kriteria Obyektif :
- Bayi

: bila umur penderita berumur antara 0-12 bulan

- Pra sekolah

: bila penderita berumur antara 1-4 tahun

- Usia sekolah

: bila penderita berumur antara 5-12 tahun

- Remaja

: bila penderita berumur antara 13-17 tahun

- Produktif (dewasa): bila penderita berumur antara 18-40 tahun


- Usia tua

: bila penderita berumur > 40 tahun

- Usia lanjut (usila) : bila penderita berumur > 60 tahun


c. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita berdasarkan kartu status
penderita.
Kriteria Obyektif :
- Laki-laki

: Bila pada kartu status penderita berjenis kelamin


laki-laki.

- Perempuan

: Bila pada kartu status penderita berjenis kelamin


perempuan.

d. Jenis pengobatan
Jenis pengobatan adalah jenis pengobatan yang digunakan berdasarkan
kartu status penderita.
Kriteria Obyektif :
- Kategori 1

: Bila jenis pengobatan yang digunakan terdiri dari 3


HRZE / 4H3R3.

28

- Kategori 2

: Bila jenis pengobatan yang digunakan terdiri dari 2


HR2E5 / HRZE / 5H3RE3.

- Kategori 3

: Bila jenis pengobatan yang digunakan terdiri dari


ZHRZ / 4H3R3.

e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud di sini adalah pendidikan formal yang dimiliki
penderita pada jenjang pendidikan umum formal yang ditetapkan
pemerintah, berdasarkan kartu status penderita.
Kriteria Obyektif
- Tinggi

: Bila penderita sekolah atau tamat SLTA akademi


dan perguruan tinggi

- Rendah
f.

: Bila tidak tamat SD dan SLTP.

Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud di sini adalah pekerjaan pokok yang dilakukan
oleh penderita untuk mendapatkan hasil guna untuk memenuhi kebutuhan
hidup penderita dan keluarganya berdasarkan kartu status penderita.
Kriteria Obyektif :
- Petani

: bila pekerjaan penderita petani

- Nelayan

: bila pekerjaan penderita nelayan

- PNS

: bila pekerjaan penderita PNS

- ABRI

: bila pekerjaan penderita ABRI.

29

- Wiraswasta

: bila pekerjaan penderita adalah wiraswasta atau


jualan.

- Buruh harian

: bila pekerjaan penderita buruh harian.

- Ibu rumah tangga : bila pekerjaan penderita ibu rumah rumah tangga.

f.

- Pelajar

: bila pekerjaan penderita adalah pelajar

- Mahasiswa

: bila pekerjaan penderita mahasiswa

- Dan lain-lain

: bila tidak termasuk dalam kriteria di atas.

Status perkawinan
Yaitu terikatnya pasien dalam suatu ikatan perkawinan yang sah
berdasarkan kartu status penderita
Kriteria Obyektif :
- Kawin

: Bila pasien terikat dalam suatu perkawinan yang


sah menurut agama masing-masing dan undangundang yang berlaku.

- Tidak kawin

: Bila tidak sesuai dengan kategori kawin.

F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif, dengan melihat karakteristik, penderita TB
paru yang dirawat inap menurut umur, jenis kelamin, jenis pengobatan, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan

30

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Perjan RS Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
3. Populasi
Populasi adalah semua penderita TB paru yang di rawat inap dibagian
penyakit dalam Perjan RS Wahidin Sudirohusodo Tahun 2001.
4. Sampel
Sampel adalah semua penderita TB paru adalah orang dewasa yang
dirawat inap dibagian penyakit dalam Perjan RS Wahidin Sudirohusodo Tahun
2001 yang mempunyai kartu status lengkap sebanyak 252 orang.
5. Cara Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan
tahunan Perjan RS Wahidin Sudirohusodo dari kartu status pendataan tahun
2001.
6. Pengolahan dan Penyajian Data
a. Pengolahan data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan kalkulator dan
komputer.
b. Penyajian data.
Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi disertai penjelasan.

31

7. Analisa data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif untuk
mendapatkan gambaran distribusi dan persentase penderita TB paru yang
dirawat inap menurut umur, jenis kelamin, jenis pengobatan dan keluhan
utama di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.
G. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN
1. Personalia.
a. Pembimbing
Pembimbing I

: DR. Dr. Rasdi Nawi, M.Sc.

Pembimbing II

: Ansariadi, SKM

b. Pelaksana penelitian :
Nama

: Muhammad Halwi

Stambuk

: K 111 00 747

2. Jadwal penelitian .
No

Kegiatan

Persiapan proposal

Penyusunan proposal

Seminar proposal

Penelitian

Seminar hasil

Ujian skripsi

Agust.

Waktu Penelitian
Sept.
Okt.
Nov.

Des.

32

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Undang-Undang Pokok Perkawinan, Sinar Grafika, Jakarta.
A. Arsunan, Nurhayati dan Stang, Penuntun Penyusunan Proposal dan Skripsi
FKM UNHAS. Ujung Pandang 1999
Aditama Tjendra Yoga 1990. Laporan Workshop Tuberculosis di Asia Tenggara, di
Manila, Penyuluhan No.7, Jakarta.
__________, Tuberculosis dan Ekonomi, penyuluhan no 15, 1998.
__________, Mengenal Tuberculosis dan Ekonomi Penyuluhan No 12, 1996.
Anonim 1990, Profil dan Kesehatan Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Makassar.
Azwar Asrul. Pengantar Epidemiologi, PT Bina Rupa Aksara, Jakarta 1988.
Bungaermer R. 16 Negara Bertanggung Jawab Atas Epidemi TB Global Kompas
London 1998.
Departemen kesehatan RI, Pusat Data Kedokteran, Profil Kesehatan Indonesia
1998 Jakarta, 1998.
Departemen Kesahatan RI, Direktorat jendral PPM dan PLP, Pedoman
Penanggulangan Tuberculosis, Cetakan ke 5 Jakarta , 2001.
Girisaputro, Sardikin, Pengalaman Klini PPTI Melaksanakan DOTS, Kumpulan
Makalah Simposium dengan DOTS Kita Stop TB, Jakarta, 1999
Mangunnegoro, Hadianto, Sejarah Kemotherapi TB dan Perkembangan Terkini,
Kumpulan Makalah Simposium Peran Sektor Swasta dalam Penerangan
Strategi DOTS pada Pemberantasan TB di Indonesia, Jakarta, 1999
Noor Nasri Nur . Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Pengantar Rineka
Cipta, Jakarta 1997.
Priyanti Zs, Bagaimana Dokter Mengenal TB Lebih Dini WHO the World Health
Eport 2000 Health System Improving Performance WHO 2000.
Soekanto, Sarjono, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta, 1989
Soekidjo N. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. 1997
Soeparman S.W. Ilmu Penyakit Dalam, Balai penebit FKUI, Jakarta. 2000.
Sutrisno, Bambang. Epidemiologi Lanjut. Dian Rakyat. Jakarta. 1990.
Zulkifli, Bahan Kuliah Epidemiologi Gizi, FKM UNHAS, Makassar, 2000

33

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL


Proposal penelitian ini telah kami setujui pada seminar proposal penelitian
skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar dalam
rangka penyempurnaan penulisan.

Makassar, Januari 2003


Tim Pembimbing,
Pembimbing I

Pembimbing II

DR. Dr. Rasdi Nawi, M.Sc.

Ansariadi, SKM

Diketahui
Ketua Jurusan Epidemiologi

Drg. A. Arsunan Arsin, M.Kes.

34

USULAN PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI


PERJAN RUMAH SAKIT DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR PERIODE JANUARI-DESEMBER 2001

MUHAMMAD HALWI
K 111 00 747

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2002

35

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................

ii

DAFTAR ISI .................................................................................................

iii

A. Judul Penelitian ......................................................................................

B. Ruang Lingkup .......................................................................................

C. Pendahuluan ...........................................................................................

1. Latar Belakang ..................................................................................

2. Rumusan Masalah .............................................................................

3. Tujuan Penelitian ...............................................................................

4. Manfaat Penelitian .............................................................................

D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................

1. Tinjauan Umum tentang Tuberkulosis ..............................................

a. Definisi Tuberkulosis Paru ...........................................................

b. Sejarah ..........................................................................................

c. Etiologi .........................................................................................

d. Patogenesis ...................................................................................

e. Masa Inkubasi ..............................................................................

10

f. Diagnosis ......................................................................................

10

g. Pencegahan....................................................................................

14

h. Pengobatan Tuberkulosis ..............................................................

14

i. Epidemiologi ................................................................................

15

2. Tinjauan Umum Tentang Variabel yang Diteliti ................................

16

a. Tinjauan Umum Tentang Umur ....................................................

16

b. Tinjauan Umum Tentang Jenis Kelamin ......................................

17

c. Tinjauan Umum Tentang Jenis Pengobatan .................................

18

d. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Pendidikan ..............................

19

e. Tinjauan Umum Tentang Jenis Pekerjaan ....................................

20

f. Tinjauan Umum Tentang Status Perkawinan ...............................

21

E. Kerangka

Konsep

36

21
1. Dasar

Pemikiran

Variabel

yang

Diteliti

21
a. Umur
22
b. Jenis

Kelamin

22
c. Jenis

Pengobatan

23
d. Tingkat

Pendidikan

23
e. Pekerjaan
24
f. Perkawinan
25
2. Kerangka

Pikir

Variabel

yang

Diteliti

25
3. Defenisi

Operasional

dan

Kriteria

25
F. METODE

PENELITIAN

28
1. Jenis
28

Penelitian

Objektif

37

2. Lokasi

Penelitian

28
3. Populasi
29
4. Sampel
29
5. Cara

Pengumpulan

Data

29
6. Pengolahan

dan

Penyajian

Data

29
7. Analisa

Data

29
G. PERSONALIA

DAN

JADWAL

30
DAFTAR

PUSTAKA
31

PENELITIAN

También podría gustarte