Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Pencegahannya
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan
penyebarannya semakin luas. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang terutama
menyerang anak-anak. DBD adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan atau syok yang
menyebabkan kematian. Penyakit ini selalu terjadi tiap tahun di berbagai tempat di
Indonesia terutama pada saat musim hujan.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropode-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda dan termasuk genus
Flavivirus dari famili Flaviridae. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes
aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk yang
menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit
manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya) (Widoyono,
2008).
telah
sebagian
besar
negara,
dan
merupakan
Berikut ini penjelasan tentang riwayat alamiah penyakit deman berdarah dengue
beserta tahap-tahap pencegahannya:
1. Fase suseptibel (rentan)
Fase suseptibel adalah tahap awal perjalanan penyakit dimulai dari
tepaparnya individu yang rentan (suseptibel). Fase suseptibel dari demam berdarah
dengue menurut Gurbler et al, dalam sumantri (2008) adalah pada saat nyamuk
Aedes aegypti yang tidak infektif kemudian menjadi infektif setelah menggigit
manusia yang sakit atau dalam keadaan viremia (masa virus bereplikasi cepat dalam
tubuh manusia). Nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi
penular sepanjang hidupnya. Ketika menggigit manusia nyamuk mensekresikan
kelenjar saliva melalui proboscis terlebih dahulu agar darah yang akan dihisap tidak
membeku. Bersama sekresi saliva inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk antar
manusia.
2. Fase Subklinis (asismtomatis)
Fase sublinis adalah waktu yang diperlukan dari mulai paparan agen kausal
hingga timbulnya manifestasi klinis disebut dengan masa inkubasi (penyakit infeksi)
atau masa laten (penyakit kronis). Pada fase ini penyakit belum menampakkan tanda
dan gejala klinis, atau disebut dengan fase subklinis (asimtomatis). Masa inkubasi ini
dapat berlangsung dalam hitungan detik pada reaksi toksik atau hipersensitivitas.
Fase subklinis dari demam berdarah dengue adalah setelah virus dengue
masuk bersama air liur nyamuk ke dalam tubuh, virus tersebut kemudian
memperbanyak diri dan menginfeksi sel-sel darah putih serta kelenjar getah bening
untuk kemudian masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Virus ini berada di dalam
darah hanya selama 3 hari sejak ditularkan oleh nyamuk. (Lestari, 2007). Pada fase
subklinis ini, jumlah trombosit masih normal selama 3 hari pertama (Rena, 2009).
Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk
kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya. Kompleks
antigen-antibodi ini akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah,
yang disebut dengan proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas
kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori
pembuluh darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah,
antara lain trombosit dan eritrosit (Widoyono, 2008). Jika hal ini terjadi, maka
2
penyakit DBD akan memasuki fase klinis dimana sudah mulai ditemukan gejala dan
tanda secara klinis adanya suatu penyakit.
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan
sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh
dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit.
Tahapan pencegahan yang dapat diterapkan untuk menghindari terjadinya
fase suseptibel dan fase subklinis atau yang sering disebut dengan fase
prepatogenesis ada dua, yaitu:
1. Health Promotion, dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain:
a) Pendidikan
dan
masyarakat.
Hal
ini
Penyuluhan
dimaksudkan
tentang
untuk
kesehatan
pada
memberikan
dan
itu
juga
dilakukan
untuk
membina
peran
serta
dalam
bentuk
bersama-sama
membersihkan
yang
saling
berdekatan
memudahkan
sumber
penularan
kemudian
mengikuti
lalu
lintas
dan
penyebaran
geografis
aktivitas
demam
berdarah.
e) Perbaikan sanitasi lingkungan, tata ruang kota dan kebijakan
pemerintah.
Hal ini erat kaitannya dengan pemukiman penduduk,
tempat-tempat umum, sarana dan prasarana kota, dan lainlain. Penataan ruang kota yang baik akan meningkatkan
status kesehatan masyarakat setempat. Selain itu sanitasi
lingkungan juga harus diperbaiki karena beberapa hal berikut
ini:
air
sebagai
pertumbuhan
pada
kenyataannya
Arman
(2005)
yang
menunjukkan
adanya
tanah.
2. Specific protection
a. Abatisasi
Program ini secara massal memberikan bubuk abate
secara cuma-cuma kepada seluruh rumah, terutama di
wilayah yang endemis DBD semasa musim penghujan.
Tujuannya agar kalau sampai menetas, jentik nyamuknya mati
dan tidak sampai terlanjur menjadi nyamuk dewasa yang
akan menambah besar populasinya (Nadesul, 2007). Abitasasi
selektif atau larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan
atau menaburkan larvasida ke dalam penampungan air yang
positif terdapat jentik aedes (Widoyono, 2008).
b. Fogging focus (FF).
2008).
Penyemprotan
bisa
membahayakan
sekali,
dengan
cara
mengambil
sampel
100
menyingkirkan
barang-barang
bekas
yang
dapat
tersebut
dan
pihak
pemerintah
melakukan
pemeriksaan
jentik
berkala,
sehingga
pencegahan
dan
kawat
menggunakan
melakukan
kasa,
obat
menggunakan
nyamuk
kebiasaan
(bakar,
beresiko
kelambu,
oles),
dan
tidur
siang,
seperti
tidak
dan
merupakan
pencegahan
secara
fisik
terhadap
sarang
nyamuk
(PSN)
dilakukan
secara
ABJ
lebih
atau
sama
dengan
95%
diharapkan
perilaku
dalam
pelaksanaan
pendekatan
sosial
budaya
setempat
PSN
melalui
yaitu
Metode
metode pengendalian
vektor
telah
lingkungan,
2.
Pengendalian
Biologis,
3.
Pengendalian
Derajat I: Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala yang tidak khas dan satusatunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet positif.
Derajat II: Gejala derajat I, disertai dengan gejala perdarahan spontan di kulit dan
(seumur
hidup)
terhadap
virus
dengue
yang
penderita.
Pelacakan
penderita
(penyelidikan
dilakukan.
Ketiga,
untuk
memonitor
apakah
10
leukopenia.
Pemeriksaan limfosit atipikal (sel darah putih yang muncul
pada infeksi virus). Jika terjadi peningatan, mengindikasikan
dalam waktu kurang lebih 24 jam penderita akan bebas
berdarah
dapat
dilakukan
dengan cara:
- Pemberian cairan yang cukup untuk mengurangi rasa haus
dan dehidrasi akibat dari demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Penderita diberi minum sebanyak 1, 5- 2 liter dalam
-
24 jam.
Antipiretik, seperti golongan Acetaminofen (parasetamol)
dan
jangan
diberikan golongan
salisilat
karena
dapat
11
Secara
universal
belum
ditemukan
adanya
vaksin
jangka
panjang
yang
efektif
dengan
partisipasi
yang
dilakukan
adalah
untuk
nantinya
akan
terjadi
kejulingan
atau bisa
juga
terjadi
gejala
perdarahan
sisa.
paru
Komplikasi
dan
pada
sepsis.
Jika
penderita
virus
DBD
dengue
12
perdarahan
menunjukkan
bahwa
kegawatan
kecacatan
dapat
dilakukan
dengan
merembes
keluar
pembuluh
darah.
Pada
tingkat
13
mental,
yaitu
agar
bekas
penderita
dapat
14
Daftar Pustaka
Arif, Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Gubler, Duane J. 2002. Epidemic Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever
as A Public Health, Social, and Economic Problem in The 21 st
Century. TRENDS in Microbiology Vol. 10 No.2 February 2002.
Page 100-103.
Lestari, Keri. 2007. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia. Farmaka, Vol. 5 No. 3, Desember
2007. Jatinangor: Fakultas Farmasi Universitas Padjadajaran.
Nadesul, Hendrawan. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam
Berdarah. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, Kemenkes RI. 2010. Buletin
Jendela Epidemiologi: Topik Utama Demam Berdarah Dengue.
Volume 2, Agustus 2010. ISSN-2087-1546.
Rampengan, T.H dan Laurenzt I.R. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada
Anak. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Rena, Ni Made Renny a, dkk. 2009. Kelainan Hematologi pada Demam
Berdarah Dengue. J Peny Dalam, Volume 10 Nomor 3
September 2009. Denpasar: FK Unud RSUP Sanglah Denpasar.
15
Model
Pencegahan
Berbasis
Lingkungan
16