Está en la página 1de 41

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat menular
disebabkan oleh virus campak dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis,
pilek, batuk dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau
putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak
koplik), gejala khas bercak kemerahan di kulit timbul pada hari ketiga sampai
ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 47
hari, kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Di
dunia, kematian akibat campak yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak
777.000 dan 202.000 diantaranya di negara ASEAN serta 15% kematian campak
tersebut di Indonesia (Depkes, 2006). Di Indonesia frekuensi Kejadian Luar Biasa
(KLB) campak cenderung meningkat yaitu 32 kali pada tahun 1998 menjadi 56
kali pada tahun 1999 dan angka insiden campak pada tahun 1998 paling tinggi
pada kelompok balita yaitu 0,70,8 per 10000 penduduk. Case Fatality Rate
(CFR) campak pada KLB di Indonesia juga cenderung meningkat yaitu 1,8%
pada tahun 1998 menjadi 2,4% pada tahun 1999.
Dan menurut WHO, apabila ditemukan satu kasus campak pada satu
wilayah, maka kemungkinan ada 17 hingga 20 kasus di lapangan pada jumlah
penduduk rentan yang tinggi (Depkes, 2003). Berdasarkan data statistik WHO
(2011), menyebutkan bahwa sebanyak 1% kematian pada anak yang berusia
dibawah lima tahun disebabkan oleh campak pada tahun 2010. Indonesia yang
termasuk alam negara berkembang, memiliki insiden kasus campak yang cukup
tinggi. Pada tahun 2007, insiden kasus campak untuk golongan umur < 1 tahun
sebesar 48,9 per 100.000 orang tahun, umur 14 tahun sebesar 36,6 per 100.000
orang tahun, dan umur 514 tahun sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun

(Susilaningsih, 2009). Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia


(Kemenkes, 2010), dilaporkan insiden kasus campak di Indonesia sebesar 0,73
per 10.000 penduduk pada tahun 2010. Sedangkan CFR pada KLB campak tahun
2010 adalah 0,233. Bahkan berdasarkan data dari Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2013), sampai dengan tahun
2011 masih dijumpai sebanyak 356 kejadian luar biasa campak yang terjadi di
Indonesia dan sebagian besar terjadi di Pulau Jawa.
Menurut Harsono Tahun 2007, telah banyak usaha-usaha yang dilakukan
untuk mengurangi angka ketidak berhasilan imunisasi campak ini. Salah satu
usaha untuk memberantas penyakit campak ini adalah dengan melakukan
penelitian di bidang surveilens laboratorium, dimana salah satu komponennya
adalah melakukan kegiatan epidemiologi molekuler. Epidemiologi molekuler
menyokong epidemiologi klasik dalam hal mencari sumber impor virus dengan
mendapatkan genotip virus campak penderita dibandingkan dengan genotip yang
telah beredar dalam suatu Negara/wilayah.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara membuat asuhan keperawatan dengan diagnosa medis
campak pada pasien dewasa?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dengan diagnosa
medis campak pada pasien dewasa.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
b. Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
c. Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien
campak.
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang
e.

telah dibuat pada pasien campak.


Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis


A. Pengertian
Campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak
yang sangat menular dan pada umumnya menyerang anak-anak. Di
masyarakat luas ditemukan kasus kejadian sakit campak yang berulang
walaupun pernah diimunisasi campak. penelitian harsono salimo, 2006
menemukan bahwa kasus campak yang terjadi di indonesia dapat berasal dari
3 genotipe berarti seseorang dapat terinfeksi campak 3 kali. (Soegejanto,
2007)
Campak adalah pemyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi virus
yang hidup pada cairan lendir disaluran hidung, tenggorokan, dan didalam
darah. penyakit ini juga tergolong sebagai penyakit menular. (Rimbi, 2014)
B. Etiologi
Penyakit campak disebabkan oleh virus yaitu virus campak sendiri
( paramiksovirus, genius morbili). virus campak ini dapat hidup dan
berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung, dan saluran
pernafasan. (Rimbi, 2014)
Virus campak sangat sensitif terhadap panas. Virus akan sangat
mudah rusak pada suhu 37o c. virus ini juga mempunyai jangka waktu hidup
yang pendek yaitu < 2 jam. apabila di simpan pada laboratorium, suhu
penyimpnan yang baik adalah pada suhu -70o c. (Soegejanto, 2007)
Virus campak telah lama dikenal sebagai virus yang monotipik dan
bersifat stabil antigenisitasnya. namun demikian, virus campak mempunyai
suatu RNA - dependent RNA polymerase dengan tingkat kesalahan yang
melekat dan mempunyai kapasitas koreksi. virus campak mempunyai 6 gen
utama yaitu M, F, N, H, P, dan L. selubung luarnya mengandung dua

glikoprotein permukaan yang dikenal sebagai protein hemaglutinine (H) dan


membrane fusion protein (F). (Soegejanto, 2007)
C. Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemik diseluruh dunia. Biasanya Epidemi
terjadi pada permulaan musim hujan, mungkin disebabkan karena
meningkatnya kelangsungan hidup virus pada keadaan kelembapan yang
relatip rendah. Epidemi terjadi dengan interval tiap 2-4 tahun sekali yaitu
setelah adanya kelompok baru yang rentan terpajan dengan virus campak.
pengetahuan mengenai epidemiologi sangat penting karena penularan
penyakit ini sangat cepat meskipun cakupan imunisasi sudah cukup tinggi.
(Soegejanto, 2007)
Strategi untuk eliminasi penyakit campak adalah : (1) melakukan
imunisasi masal pada anak umur 9 bulan sampai dengan 15 tahun, (2)
meningkatkan cakupan imunisasi rutin pada bayi umur 9 bulan, (3)
melakukan surveilens secara intensif dan (4) follow up imunisasi massal.
(Soegejanto, 2007)
D. Patogenesis
Penularan penyakit campak adalah dengan melalui droplet jalan
pernafasan. Penyakit ini ditandai dengan periode laten selama 10-14 hari dan
2-3 hari periode prodromal dengan nafas, batuk, pilek dan konjungtivitis dan
dikikuti dengan timbulnya ruam makulopapuler yang khas. Timbulnya ruam
bersamaan dengan timbulnya respons imun dan permulaan hilangnya virus.
Selanjutnya virus campak masuk kelenjar getah bening yang berada di bawah
mukosa. Di sini virus memperbanyak diri kemudian masuk ke sel-sel
jaringan

limfe

local.

Hal

ini

di

tandai

dengan

ditemukannya

retichuloendhotial giant cell yang pertama kali ditemukan oleh Warthin dan

Finkeldey. Amplifikasi dari virus pada kelenjar limfe regional berakibat


timbulnya viremia dan penyebaran virus melalui pembuluh darah ke berbagai
organ tubuh. Oragn limfoid (Thymus, limpa dan kelenjar getah bening) dan
jaringan limfoid (misalnya appendiks dan tonsil) merupakan tempat replikasi
virus. Hal ini dapat di lihat dengan makin meningktnya sel warthin pada
jaringan limfe sebelum timbulnya ruam. Sel limfosit T-supressor dan Thelper yang rentan terhadap infeksi, aktif membela diri. Pada saat 5 6 hari
sesudah infeksi awal, focus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk
kedalam pembuluh darah dan ketika menyebar ke permukaan epitel
erofaring, konjungtiva, saluran pernafasan, kulit, kandug seni, dan saluran
usus. Selanjutnya pada hari 9-10 fokus infeksi berada di saluran nafas. Pada
saat itu muncul gejala coryza (pilek) disertai dengan peradangan selaput
konjungtiva yang tampak merah (conjungtivitis). penderita tampak lemah
disertai suhu tubuh yang meningkat, tampak sakit berat sampai munculnya ruam
kulit (rash). Pada hari ke 11 tampak pada mukosa pipi di depan molar 3 suatu ulcera
kecil kopliks spot merupakan tempat virus tumbuh dan selanjutnya mati, dan
kelainan merupakan tanda pasti pathognomosis untuk menegakan diagnosis.
Akhirnya muncul ruam makulopapulat di hari ke 14 sesudah awal infeksi dan pada
saat itu antibody humoral dapat di deteksi dan selanjutnya suhu tubuh menurun.

(Soegejanto, 2007).
E. Gejala Klinis
Menurut (Heryanti, 2015) Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang
terdiri dari 3 stadium :

1. Stadium Inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12
hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang
ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.

2. Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada
stadium prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya
terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis,
juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang
kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat menjadi penunjang
diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila
seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang Koplik spot yang
merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar
butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya
bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan
gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari
rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan
karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan
menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir
masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis
dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
3. Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14
infeksi yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak
gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam
pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di
lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian
ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher,
lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam
akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir

kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul
di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh
lainnya sesuai dengan urutan munculnya (Phillips, 1983). Saat awal
ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak
berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan.
Menurut (Soegejanto, 2007), penyakit campak mempunyai 4 stadium
yakni :
1. Stadium masa tunas
Stadium masa tunas yang berlangsung antara 10-12 hari ditandai
dengan beberapa tanda klinis,
2. Stadium prodromal
Di tandai dengan adanya gejala pilek dan batuk yang meningkat ,
ditemukanya spesifik enanthema kopliks spot pada mukosa pipi didepan
molar 3 kemudian suhu tubuh meningkat , mukosa konjungtiva sedikit
meradang.
3. Stadium erupsi
Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarya ruam yang dimulai
dari belakang telinga menyebar ke wajah, dada, punggung, lengan dan
kaki di sertai dengan suhu tubuh yang lebih meningkat.
4. Stadium penyembuhan.
Stadium penyembuhan ditandai dengan menurunya suhu tubuh.
Pada

masa

penyembuhan

ruam

kecokelatan

akan

mengalami

hiperpigmetasi / kehitaman dan deskuamasi (pengelupasan).


Menurut NANDA 2015, stadium penyakit campak meliputi :
1. Stadium Prodormal
a. Staidum berlangsung 4-5 hari
b. Panas
c. Malaise
d. Batuk
e. Fotofobia
f. Konjungtivitis
g. Koriza
h. Akhir Stadium (24 jam) timbul bercak koplik berwarna putih
kelabu, dikelilingi oleh eritema

i. Lokasi di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah


j. Gambaran darah tepi ialah limfositosi dan leukopenia
2. Stadium Erupsi
a. Koriza an batuk batuk bertambah
b. Timbul eritema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole
c. Muncul eritema berbentuk makula papula disertai naiknya suhu
badan

d. Eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,


sepanjang rambut dan bagian belakang bawah

e. Rasa gatal
f. Muka bengkak
g. Pembesaran klenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah
leher belakang

h. Diare
i. Muntah
3. Stadium konvalensi
a. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri

b. Kulit bersisi
c. Suhu turun sampai menjadi normal kecuali jika ada komplikasi
F. Penularan
Menurut (Rimbi, 2014) Meskipun penyakit campak termasuk
golongan penyakit yang ringan karena bisa sembuh sendiri, namun penyakit
ini harus tetap diwaspadai karena sangat mudah menular. selain itu, bila tidak
ada penannganan dan pengobatan yang lebih serius, penyakit ini bisa
berakibat fatal dan berujung kematian. penyakit ini menular dengan cara-cara
berikut :
1. Bersentuhan langsung atau melalui air liur dengan penderita campak.
2. Penyebaran melelaui udara dari batuk dan bersin penderita
3. Berada dalam satu ruangan dengan penderita juga memungkinkan
terjadinya penularan.
G. Kegagalan Imunisasi Campak
Zakuidin dkk. pada tahun 1998 telah mengadakan penelitian
pemeriksaan titer Antibodi campak pada anak usia sekolah yang telah
mendapat vaksinasi campak di SD kenari Jakarta Pusat. Murid sekolah

tersebut dibagi 2 kelompok usia, yaitu usia 5-7 tahun dan 10-12 tahun. dari
kelompok 5-7 tahun didapatkan 69 sampel dengan titer Antibodi campak
positif pada 59 anak (93%). dari kelompok yang telah mendapatkan
imnuisasi campak didapatkan 28,3%
H. Pengobatan
Menurut (Widoyono, 2011) pengobatan campak berupa perawatan
umum seperti pemberian cairan dan kalori yang cukup. Obat simptomatik
yang perlu di berikan antara lain ;
1. Anti demam
2. Anti batuk
3. Vitamin A
4. Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya cammpak disertai
dengan komplikasi.
Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit
pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi
memerlukan rawat inap di RS.
Menurut (NANDA,2015) indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu
> 39,5o c ), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit.
Pengobatan dan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut NANDA 2015 pemeriksaan lanjutan :
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni
2. Dalam sputum, sekresi nasa, sedimen urin, dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cell yang khas
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puuncaknya pada 23 minggu kemudian.
Diagnose kasus campak ditegakan dengan pemeriksaan IgM campak
dan kenaikan Titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (di ambil

dalam waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalensi (diambil antara 24 minggu kemudian). (Soegejanto, 2007),
Saat ini pemeriksaan ELLISA dapat membedakan deteksi IgM dan
IgG, yang telah dipakai secara luas oleh karena memberi kemudahan dalam
peneyediaan sampel dalam jumlah besar. Sebelum ditemukan pemeriksaan
secara ELLISA pemeriksaan hemaglubination inhibition (HI) dilakukan
untuk deteksi antibody terutama terhadap protein H dan mempunyai korelasi
langsung dengan test netralisasi. Tetapi kelemahan utama dari test HI adalah
kebutuhan untuk tersedianya eritrosit kera segar yang sensitive, kesukaran
dalam memproduksi test antigen dalam jumlah besar dan kemungkinan
didapatnya inhibitor hemagubination non spesifik26,33. (Soegejanto, 2007)
J. Pencegahan
Menurut (Rimbi, 2014) Di Indonesia ada dua jenis vaksin yang
tersedia untuk mencegah penyakit campak yaitu vaksin campak dan vaksin
MMR (Mimps, Measles dan Rubella). vaksin ini berisi virus campak yang
sudah dilemahkan. vaksin ini diberikan dengan cara suntik. upaya ini dapat
memberikan perlindungan dan pencegahan dari penyakit campak hingga
mencapai lebih dari 95%. Hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah
penularan penyakit campak adalah sebagai berikut :
1. Menghindari kontak langsung dengan penderita campak, khususnya bayi
atau anak yang belum dapat imunisasi.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian asupan gizi yang
seimbang dan pemberian vitamin.
3. Menjaga kebersihan tubuh anak
4. Istrahat yang cukup.
K. Komplikasi

Menurut (Rimbi, 2014) Sering kali komplikasi penyakit campak


terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun yang kekuragan gzi atau kurang
asupan nutrisi. kematian pada penyakit campak ini bukanlah karena penyakit
Paramiksovirus
campaknya itu

sendiri melainkan karena komplikasinya tersebut.

Saluran nafas

Ditangkap
Makrofag
Beberapa
komplikasi

yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :


1. Radang pari-paru
2. Radang saluran pernafasan.
3. kePeradangan
Menyebar
kelenjar limfaselaput ikat mata (konjungtivitis)
4.regional
Infeksi telinga bagian tengah.

Replikasi virus

Sel -sel jaringan limfa local

Virus di lepas ke aliran darah


(veriema primer)

Virus sampai RES

Replikasi kembali

Verimea sekunder

WOC CAMPAK
Reaksi radang

Poliferasi endotel kapiler dalam korium

Pengeluaran mediator kimia

Eksudasi serum/eritrosit dalam


epidermis

Ruam

Kulit
Gangguan citra
tubuh

Kerusakan integritas
kuliit

Epitel saluran nafas


Menyebar ke
berbagai organ

fungsi silia
Hiperemis dinding
posterior faring

Histamine

sekret
Nyeri tenggorokan

Gatal (nyeri
ringan)

Reflek batuk
Ketidakefektifan
jalan
nafas
Nyeri

2.2 Konsep Keperawatan.


A. Pengkajian

Gangguan rasa
nyaman

Kegiatan dalam pengkajian


ini adalah pengumpulan data, untuk
Set point meningkat
menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Data

yang

dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat


Suhu tubuh

rencana asuhan keperawatan klien. Pengkajian pada pasien campak terdiri dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa

Hipertermi

a. Identitas klien/status kesehatan umun


Beisi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa, pendidiksn,
pekerjaan, status, dan alamat. Campak dapat menyerang anak usia
remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi
sewaktu kecil.
b. Keluhan utama
Adanya demam, batuk, pilek, malaise, ruam, dan rasa gatal.
c. Riwayat Penyakit sekarang
Biasanya pasien mengeluh demam yang meningkat secara bertahap
sampai dengan hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien belum pernah mendapatkan imunisasi. Kaji adanya
riwayat penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid dan antibiotik,
gangguan autoimune, dan penyakit kronis seperti diabetes melitus.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya riwayat penyakit keturunan, kecendrungan alergi dalam
satu kelarga, dan kemungkinan penularan penyakit akibat kontak
langsung droplet antar anggota keluarga.
f. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Dapat diisi dengan faktor-faktor lingkungan yang meliputi beberapa
aspek, yaitu : 1) sebagai sumber penularan, 2) adanya polusi udara, 3)
pencemaran lingkungan yang lain, 4) perubahan iklim, 5) situasi dan
kondisi klien yang menigkatkan trauma.
Biasanya epidemi terjadi pada permulaan musim hujan, karena
meningkatnya kelangsungan hidup virus pada keadaan kelembaban
yang relatif rendah.
g. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan

Dapat diisi dengan persepsi kilen/keluarga terhadap konsep sehat


sahitdan upaya klien/keluarga dalam bnetuk pengetahuan, sikap
gaya hdup klien/keluarga untuk mempertahankan kondisi sehat.
b. Pola nutrisi
Pada klien dengan campak biasanya dinding posterior faring
menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri
tenggorokkan. Kaji adanya penurunan nafsu makan akibat adanya
mual dan muntah.
c. Pola eliminasi
Kemungkinan terjadi komplikasi diare
d. Pola aktivitas
Klien biasanya mengalami malaise.
e. Pola istirahat tidur
f. Pola persepsi sensori
g. Pola konsep diri
Adanya ruam diseluruh tubuh, dapat mengakibatkan klien malu
pada kondisi tubuhnya saat ini.
h. Pola peran berhubungan
i. Pola mekanisme koping
j. Pola seksual seksualitas
k. Pola nilai dan kepercayaan
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Berisi keadaan umum, tanda-tanda vital dengan monitor suhu tubuh
yang bisa mencapai 40 derajat celcius
b. Kepala

Rambut : warna, disrtibusi, kebersihan, kutu

Muka bengkak. Eritema timbul dibelakang telinga. Ruam


menyebar keseluruh muka. Lesi pada muka yang cenderung
bergabung

Mata : terdapat konjungtivitis. Selanjtnya gejala tersebut tertutup


oleh peradangan konjungtiva yang berat bersamaan dengan
edema palpebra dan krunkla. Lakrimais meningkat dan fotofobia

Hidung : terdapat coryza (pilek). Tanda pertama berupa bersinbersin yang diikuti dengan gejala hidung buntu, dan sekret
mukopurulen yang lebih berat pada puncak stadium erupsi

Mulut : timbul enantema atau titik merah dipalatum durum dan


paltum mole. Ditemukanya spesifik enanthema kopliks spot pada
mukosa pipi didepan molar 3

Telinga : Eritema timbul dibelakang telinga, sepanjang rambut,


dan bagian belakang bawah

c. Leher :

Eritema di bagian atas lateral tengkuk

Ruam mulai timbul pada bagian samping atas leher, perbatasan


rambut dikepala dan meluas ke dahi

Lesi pada leher yang cenderung bergabung

Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di


daerah leher belakang

d. Thorax (dada)

Inspeksi : Ruam pada daerah dada dan punggung

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

e. Abdomen
Inspeksi : Curiga black measles yaitu morbili yang disetari perdarahn pada kulit,
mulut, hidung, dan traktus digestivus. Ruam pada daerah perut
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
f. Tulang belakang
g. Ekstremitas :
Kekuatan otot

Range of motion
Perabaan akral
Perubahan bnetuk tulang
CRT (< 3 detik)
Terdapat kopliks spot kurang lebih 2 hari sebelum ruam muncul. Koplis spot berupa
suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada
pertengahannya didaoatkan noda berwarna putih keabua-abuan
Ruam menyebar ke ekstremitas atas, kemudian terus ke bawah dan mencapai kaki
pada hari ketiga.
Lesi lebih sedikit dari pada daerah dada, perut, dan punggung.
Pada hari keempat lesi berubah menjadi berwarna kecoklatan, kemudian timbul
perubahan warna dari ruam, yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan
kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan
h. Genitalia dan anus
Kaji kebersihan genitalia dan anus
i. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan GCS

Pemeriksaan kesadaran kualitatif


Rangsangan meningeal
3. Pemeriksaa Penunjang
a. Laboratorium
Adanya leukopeni dan limfositosis pada hapusan darah tepi
Dalam sputum, sekresi nasa, sedimen urin, dapat ditemukan

adanya multinucleated giant cell yang khas


Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition
dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody
yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai
puuncaknya pada 2-3 minggu kemudian. Diagnose kasus campak
ditegakan dengan pemeriksaan IgM campak dan kenaikan Titer
yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (di ambil dalam
waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalensi (diambil antara
2-4 minggu kemudian)

4. Terapi
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi. Obat simptomatik yang
perlu di berikan antara lain ;
1 Anti demam
2 Anti batuk
3 Vitamin A
4 Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya cammpak disertai
dengan komplikasi.
Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit
pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi
memerlukan rawat inap di RS.
B. Diagnosa Keperawatan, NIC, dan NOC
No

Diagnosa keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Gangguan citra tubuh


Definisi : Konfusi dalam
gambaran mental tentang
diri-fisik individu
Batasan Karakteristik :
Perilaku memantau
individu
Respon nonverbal
terhadap perubahan
aktual pada tubuh (mis :
penampilan, struktur,
fungsi)
Respon nonverbal
terhadap persepsi
perubahan pada tubuh
(mis : penampilan,
struktur, fungsi)
Mengungkapkan
perasaan yang
mencerminkan
perubahan pandangan
tentang tubuh individu
(mis : penampilan,
struktur, fungsi)
Mengungkapkan
persepsi yang
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan
Objektif
Perilaku mengenali
tubuh individu
Perilaku memantau
tubuh individu
Perubahan dalam
keterlibatan sosial
Secara sengaja
menyembunyikan
bagian tubuh
Tidak menyentuh
bagian tubuh

NOC
Body Image
Self esteem
Kriteria Hasil
Body image positif
Mampu mengidentifikasi
kekuatan personal
Mendiskripsikan secara
faktual perubahan fungsi
tubuh
Mempertahankan interaksi
sosial

NIC
Body image enhancement
Kaji secara verbal dan
non verbal respon klien
terhdap tubuhnya
Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
Jelaskan tentang
pengobatan,perawatan,
kemajuan dan prognosis
penyakit
Dorong klien
mengungkapkan
perasaanya
Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

Kehilangan bagian
tubuh
Subjektif
- Depersonalisasi bagian
yang melalui kata ganti
yang netral
- Penekanan pada
kekuatan yang tersisa
- Ketakutan terhadap
reaksi orang lain
- Fokus pada penampilan
masa lalu
- Perasaan negatif
tentang sesuatu
- Fokus pada perubahan
- Fokus pada kehilangan
- Menolak
memverifikasi
perubahan aktual
- Mengungkapkan
perubahan gaya hidup
Faktor yang berhubungan :
- Biofisik, kognitif
- Budaya, tahap
perkembangan
- Penyakit, cedera
- Perceptual, psikososial,
spiritual
- Pembedahan, trauma
- Terapi penyakit

Kerusakan integritas
kulit definisi : Perubahan/
gangguan epidermis dan/
dermis
Batasan Karakteristik :
- Kerusakan lapisan kulit
(dermis)
- Gangguan permukaan
kulit (epidermis)
- Invasi struktur tubuh
Faktor yang berhubungan

NOC
- Tissue Integrity : Skin
and Mocous
- Membranes
- Hemodyalis akses
Kriteria Hasil :
- Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi pada

NIC
Pressure Management
- Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
yang longgar
- Hindari kerutan pada
tempat tidur
- Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
- Mobilisasi pasien (ubah

Eksternal
Zat kimia, radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban
Hipotermia,hipertermia
Faktor mekanik (mis,
gaya gunting)
- Medikasi
- Lembab
- Imobilitas fisik
Internal
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
- Faktor perkembangan
- Kondisi ketidak
seimbangan nutrisi
- Penurunan imunologis
- Penurunan sirkulasi
- Kondisi gangguan
metabolik
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang
-

kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya secara berulang
Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

posisi pasien) setiap 2


jam sekali
Monitor kulit akan
adanya kemerahan
Oleskan lotion atau
minyak/baby oil ada
daerah yang tertekan
Monitor aktifitas dan
mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi
pada pasien
Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat

Insition site care


- Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan klip atau
starples
- Monitor proses
kesembuhan area insisi
- Monitor tanda dan
gejala infeksi
- Bersihkan area sekitar
jahitan pada area insisi
- Gunakan preparat
antiseptik sesua
program
- Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program

NOC
Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Napas
definisi : ketidak mampuan
untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk
mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Faktor faktor yang
berhubungan dengan:
-

Lingkungan
- Perokok pasif
- Mengisap asap
- Merokok
- Obstruksi jalan nafas :
- spasme jalan nafas
- sekresi tertahan
- banyaknya mukus
- adanya jalan nafas
buatan
- sekresi bronkus,
adanya eksudat di
alveolus
- adanya benda asing
di jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
-

tidak ada batuk


tidak ada suara
tambahan
dispneu
Penurunan suara
nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara
nafas (rales,
wheezing)

NIC
Airway Suction
- Berikan O2
- Respiratory status
- Identifikasi pada pasien
:Ventilation
perlunya memberikan
alat bantu napas
- Respiratory status
- Anjurkan pasien untuk
:Airway patency
istirahat dan napas
dalam
Kriteria hasil :
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
- Mendemonstrasikan batuk
ventilasi
efektif dan suara nafas yang - Lakukan fisioterapi
bersih, tidak ada sianosis
dada jika perlu
dan dyspneu (mampu
- Keluarkan sekret
mengeluarkan sputum,
dengan batuk atau
bernafas dengan mudah,
suction
tidak ada pursed lips)
- Auskultasi suara nafas,
- Menunjukkan jalan nafas
catat adanya suara
yang paten (klien tidak
tambahan
merasa tercekik, irama
- Berikan bronkodilator
nafas, frekuensi pernafasan - Monitor status
dalam rentang normal,
hemodinamik
tidak ada suara nafas
- Berikan pelembab
abnormal)
udara Kassa basah
- Mampu
NaCl Lembab
mengidentifikasikan dan
- Berikan antibiotik
mencegah faktor yang
- Atur intake untuk
penyebab.
cairan mengoptimalkan
- Saturasi O2 dalam batas
keseimbangan.
normal
- Monitor respirasi dan
- Foto thorak dalam batas
status O2
normal
- Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
bmengencerkan secret
- Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi
- Pastikan kebutuhan oral
/ tracheal suctioning
- Monitor status oksigen

Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efektif
atau tidak ada
produksi sputum
Gelisah
Perubahan
frekuensi dan irama
nafas

pasien
Buka jalan nafas
dengan teknik head thin
chin lift atau jaw
thrustbila perlu
Auskultasi suara nafas
sebleum dilakukan
suctioning
Informasikan pada
pasien dan keluarga
tentang sucktioning

Hipertermia definisi :
peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran Normal

NOC

NIC

Faktor faktor yang


berhubungan dengan :

Kriteria hasil:
- Suhu dalam rentang
Normal

Fever Treatment
- Monitor suhu sesering
mungkin
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
- Monitor penurunan
tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb,
dan Hct
- Monitor intake dan
output
- Berikan anti piretik &
Antibiotik
- Selimuti pasien
- Berikan cairan
intravena
- Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi
udara
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi

Anestesia
Medikasi
Pemakaian pakaian
yang tidak sesuai
dengan lingkungan
penyakit/ trauma
peningkatan
metabolisme
aktivitas yang berlebih
dehidrasi
peningkatan suhu
tubuh

Batasan Karakteristik
-

Konvulsi
Takipnea
kenaikan suhu tubuh
diatas rentang normal
serangan atau konvulsi
(kejang)

Thermoregulasi

Nadi dan RR dalam rentang


normal

Tidak ada perubahan warna


kulit dan tidak ada pusing

kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
Kulit teraba panas/
hangat

Nyeri akut definisi :


pengalaman sensori dan
emosional yang tidak
menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan
sedemikian rupa
(international assotiation
for the study of pain ) :
awitan yang tiba tiba atau
atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan
akhir yangb dapat
diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung <6 bulan.
Faktor yang berhubungan :
-

Agen injuri (biologi,


kimia,fisik,

tekanan darah
Monitor hidrasi seperti
turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)
Monitor tanda tanda
hipertermi
Lakukan tapid sponge
Monitor IWL
Monitor Wbc, Hb, Hct
Berikan obat mencegah
terjadinya menggigil
Auskultasi TD pada
kedua lengan
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya
cushing triad
Identifikasi perubahan
VS

NOC

NIC

Pain Level

Pain Management

Pain control

Comfort level

Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi

Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan

Bantu pasien dan


keluarga untuk mencari
dan menemukan

Kriteria hasil:
- Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)

psikologis), kerusakan
jaringan
Batasan Karakteristik :
-

Sikap tubuh untuk


melindungi
Tingkah laku berhatihati
Perubahan tekanan
darah
Perubahan frekuensi
pernapasan
Diaforesis
Laporan isyarat
Gangguan tidur (mata
sayu,tampak capek,
sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri
sendiri
Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan
proses berpikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulangulang)
Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
Perubahan autonomic

Menyatakan rasa nyaman


setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
Tidak mengalami gangguan
tidur

dukungan
-

Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan

Kurangi faktor
presipitasi nyeri

Kaji tipe dan sumber


nyeri untuk
menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik


non farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin

Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

Tingkatkan istirahat

Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur

Monitor vital sign


sebelum dan sesudah

dalam tonus otot


(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

C. DISCHARGE PLANNING

pemberian analgesik
pertama kali
-Analgesik Administration
-

Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat

Cek instruksi dokter


tentang jenis obat,
dosis, dan frekwensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang


diperlukan atau
kombinasi nanalgesik
lebih dari satu

Tentukan analgesik
tergantung beratnya
nyeri

Pilih rute pemberian

Evaluasi efektivitas
analgesik tanda dan
gejala

Berikan analgesik tepat


waktu

Menurut NANDA 2015


1. Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
2. Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur
bersama.
3. Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan
infeksi sekunder
4. Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis menyentuh lepuhan
karena

dapat

menyebabkan

penyebaran

virus

kekornea

yang

mengakibatkan kebutaan
5. Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes
6. Banyak minum air putih
7. Makan makanan yang banyak mengandung nutrisi supaya dapat mebuat
daya tahan tubuh meningkat
8. Berikan imunisasi campak aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih
9. Jika terjadi campak diupayakan untuk mengisolasi penderita untuk
mencegah penularsan
2.3 Tinjauan Kasus
Studi kasus campak dengan kompilkasi infeksi saluran nafas pada klien dewasa :
Seorang ibu dengan nama Ny, I umur 35 tahun mengeluh batuk berat
dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini mulai bertambah sesak, badan panas
menggigil dan muncul bercak kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan
leher, terasa gatal ,nyeri dan panas terlebih saat di garuk, klien sudah berobat ke
puskesmas BL tgl 15 9 2015 jam 05.30, dan disarankan untuk dirujuk ke
rumah sakit agar mendapat penanganan lebih lanjut , jam 09.00 masuk IGD

RSUD THB dibawa ambulance bersama perawat dan klg dengan kondisi
umum lemah, kesadaran CM, nafas spontan adekuat dengan oksigen 2 liter
permenit, RR 34 x/menit,dangkal, sat 98 %,nafas cuping hidung ( + ),retraksi
dada ( - ), suara nafas tambahan rhonchi ( + ), batuk produktif ( + ), TTV TD :
120 / 80 mmhg, N: 128 x/m, T : 40 C. ruam makulopopular daerah wajah, leher
dan

menyebar

ke

seluruh

kemerahan,dan terdapat

bagian

tubuh

dan

kedua

tangan,berwarna

luka lecet bekas garukan tangan di daerah lengan,

punggung, dan dada. Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit campak
dan batuk berat sebelumnya dan Klien juga belum pernah mendapatkan imunisasi
campak. Klien memiliki anak perempuan usia 4,5 th seminggu yang lalu pernah
menderita penyakit campak dan sudah sembuh dengan dibawa berobat oleh klg
ke puskesmas..sekarang tinggal bekas saja dan kulitnya yang berwarna hitam
sudah mulai terkelupas.
Berikut adalah analisa tinjauan kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan :
A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny I
Dengan Dx. Medis Campak Dengan Komplikasi Infeksi Saluran Nafas
( Trakeobronkitis Akut Di Unit Igd Rsud Thd Kaltim
Tgl pengkajian : 15 9 2015

Ruang / unit :

Jam pengkajian :

No. reg

002356

Jam MRS

09.00

Tgl mrs

jam 09.00
15 9 2015

1. Identitas
1) Identitas klien :
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Gol. Darah
Alamat

:
:
:
:
:
:
:
:

IGD

Ny.I
35 th
Perempuan
Islam
SMP
IRT
-Jl. Flores Bontang Kaltim

2) Identitas penanggung jawab :


Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Hubungan dengan klien :

Tn H
40 th
laki laki
Islam
swasta
Jl. Flores Bontang Kaltim
suami

2. Keluhan Utama
Keluhan utama saat MRS dan pengkajian :
Klien mengeluh batuk berat dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini
mulai bertambah sesak, badan panas menggigil dan muncul bercak
kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan leher, terasa gatal ,nyeri
dan panas terlebih saat di garuk.
3. Diagnosa Medis
Diagnose medis : campak dengan komplikasi infeksi saluran nafas
(trankeobronkitis akut )
4. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh batuk berat dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini
mulai bertambah sesak, badan panas menggigil dan muncul bercak
kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan leher, terasa gatal ,nyeri
dan panas terlebih saat di garuk, klien sudah berobat ke puskesmas BL
tgl 15 9 2015 jam 05.30, dan disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit
agar mendapat penanganan lebih lanjut , jam 09.00 masuk IGD RSUD
THB dibawa ambulance bersama perawat dan klg dengan kondisi
umuum lemah, kesadaran CM, nafas spontan adekuat dengan oksigen 2
liter permenit, RR 34 x/menit,dangkal, sat 98 %,nafas cuping hidung
( + ),retraksi dada ( - ), suara nafas tambahan rhonchi ( + ), batuk
produktif ( + ), TTV TD : 120 / 80 mmhg, N: 128 x/m, T : 40 O C. ruam
makulopopular daerah wajah, leher dan menyebar ke seluruh bagian

tubuh dan kedua tangan,berwarna kemerahan,dan terdapat luka lecet


bekas garukan tangan di daerah lengan, punggung, dan dada.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit campak dan batuk
berat sebelumnya dan Klien juga belum pernah mendapatkan imunisasi
campak.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien memiliki anak perempuan usia 4,5 tahun

seminggu yang lalu

pernah menderita penyakit campak dan sudah sembuh dengan dibawa


berobat oleh keluarga ke puskesmas. Sekarang tinggal bekas saja dan
kulitnya yang berwarna hitam sudah mulai terkelupas.
Genogram 3 generasi :
60

6
2
45

6
1

30

4
2
4
0

Keterangan :

60

35

1
5

: Laki-laki

4,5

-----------

: Perempuan

: Keluarga
: Meninggal

: Pasien

4) Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan
Klien mengatakan belum pernah mendapatkan imunisasi campak
sebelumnya.

b. Pola nutrisi
Nafsu makan klien baik, klien makan 3x sehari dan selalu
menghabiskan porsi makannya
c. Pola eliminasi
Sebelum dan sesudah sakit tidak ada perubahan: BAK 5-6 x/hari
spontan, BAB 1x/hari.
d. Pola aktivitas
e. Pola istirahat tidur
f.

Pola persepsi sensori


-

g.

Pola konsep diri


Adanya ruam diseluruh tubuh, dapat mengakibatkan klien malu pada
kondisi tubuhnya saat ini.

h.

Pola peran berhubungan

i.

Pola mekanisme koping

j.

Pola seksual seksualitas

k.

Pola nilai dan kepercayaan

5. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Status neurologis
TTV

: tampak lemah
: CM , GCS ( E4,V5,M,6)
: TD : 120 mmhg,
N: 128 x/m,
RR: 34 x/m,
T : 40 C

2. Pemeriksaan kepala , dan leher :


a) Kepala
Terdapat ruam makulopapular di daerah wajah dan leher.
-

Rambut : warna, disrtibusi, kebersihan, kutu

Muka bengkak. Eritema timbul dibelakang telinga. Ruam


menyebar keseluruh muka. Lesi pada muka yang cenderung
bergabung

Mata : normal, tidak ada konjungtivitis.

Hidung : terdapat coryza (pilek) dan hidung buntu.

Mulut : -

Telinga : Eritema dibelakang telinga.

b) Leher :
bercak kemerahan menyebar keseluruh leher, terasa gatal ,nyeri
dan panas terlebih saat di garuk
3. B1 ( breath ) :
Nafas spontan adekuat dengan oksigenasi 2l/meit, RR : 30
x/m,dangkal, sat 98 %, nafas cuping hidung ( + ), hidung buntu dan
pilek, retraksi dada ( - ), suara nafas tambahan ronchi ( + ), batuk
produktif / berdahak dengan produksi sputum ( + ), warna putih kental.
4. B2 ( Blood ) :
Akral teraba hangat, perabaan nadi kuat, CRT 2 detik, TD : 120
mmhg, N: 128 x/m, sinus regular dengan S1, dan S2 tunggal.
5. B3 ( Brain ) :
Tingkat kesadaran kualitatif : CM
Tingkat kesadaran kuantitatif : GCS ( E4, V5, M6 )
Reaksi pupil isokor 3/2 ( kanan ),3/ 2 ( kiri ), reflek cahaya + / +
6. B4 ( Blader ) :
BAK spontan dengan produksi urine 300 cc saat di IGD warna kuning
jernih. Di rumah BAK 5-6 x/hari spontan.
7. B5 ( Bowel ) :

Membrane mukosa lembab , abdomen supel ,Bising usus 10 x/m,


BAB terakhir 1 hari yang lalu warna kuning kecoklatan.
8. B6 ( Bone ) :
Kekuatan tonus otot normal
9. System integument :
terdapat ruam makulopopular daerah wajah, leher ,seluruh badan dan
kedua tangan dengan warna kemerahan, dan luka lecet bekas garukan
di daerah lengan, dada dan punggung .
6. Pengobatan Medis
1) Infus RL 1500 cc/menit
2) Inj. Antipiretik 3x 1 amp IV
3) Neurosanbe drip 1 amp/hari
4) Inj. Ceftriaxone 2x 1 gr IV
5) Diet TKTP
6) Nebulizer dengan combivent dan Bisolvon 3 kali per hari
7. Pemeriksaan Penunjang
Hasil LAB:
HB= 11,0 g/dL
Trombosit = 200.000 x 10 /L
HCT = 40%
Leukosit = 15.000 x 10 /L
Sputum : dalam sputum terdapat multinucleated giant cell yang khas

8. Analisa Data
N
o
1.

Data subyektif dan data obyektif

Etiologi

Problem

Ds: pasien mengeluh batuk, sesak,


hidung buntu, pilek.

Mukus dalam
jumlah
berlebihan

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

Do: nafas spontan adekuat dengan


oksigen 2 liter permenit, pernapasan
dangkal, sat 98 %, nafas cuping
hidung (+), retraksi dada (-), suara
nafas tambahan rhonchi (+), batuk

produktif (+)
TD : 120 / 80 mmhg,
N: 128 x/m,
T : 39O C.
RR: 30 x/menit
2.

Ds: pasien mengatakan panas


menggigil
Do:
k/u: cukup
TD : 120 / 80 mmhg,
N: 128 x/m,
T : 39O C
Ds:
- pasien mengatakan muncul bercak
kemerahan menyebar keseluruh
badan wajah dan leher
- terasa gatal ,nyeri dan panas
terlebih saat di garuk.

3.

Penyakit

Hipertermi

Perubahan/
gangguan
epidermis dan/
dermis

Kerusakan
integritas kulit

Do:
- ruam makulopopular daerah
wajah, leher dan menyebar ke
seluruh bagian tubuh dan kedua
tangan
- terdapat luka lecet bekas garukan
tangan di daerah lengan,
punggung, dan dada
9. Diagnose dan NIC NOC

DIAGNOSA

TUJUAN DAN KRITERIA

INTERVENSI

KEPERAWATAN

HASIL (NOC)

(NIC)

Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Napas

Airway Suction
1. Posisikan pasien untuk
1. Respiratory status

b/d Mukus dalam jumlah


berlebihan ditandai dengan:
DS : klien mengatakan :
1. Batuk berat berdahak

memaksimalkan
:Ventilation
2. Respiratory status
:Airway patency

sejak 3 hari ang lalu


2. Sesak

ventilasi
2. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
3. Keluarkan sekret
dengan batuk Auskultasi

Setelah dilakukan tindakan


Keperawatan selama 2 jam
pasien menunjukkan

DO :

keefektifan bersihan jalan

1. TD : 120 / 80 mmhg,

nafas,dibuktikan dengan

2. N: 128 x/m,

kriteria hasil:

3. T : 39O C.

1. Mendemonstrasikan batuk

4. RR: 30 x/menit

efektif dan suara nafas

5. nafas spontan adekuat

yang bersih, tidak ada

dengan oksigen 2 liter

sianosis dan dyspneu

permenit

(mampu mengeluarkan

suara nafas, catat


adanya suara tambahan
4. Monitor status
hemodinamik
5. Atur intake cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
6. Monitor respirasi dan
status O2Anjurkan
pasien untuk istirahat
dan napas dalam
7. Jelaskan pada pasien

6. pernapasan dangkal,

sputum, bernafas dengan

dan keluarga tentang

7. sat 98 %

mudah, tidak ada pursed

penggunaan peralatan :

8.

lips)

nafas cuping hidung


(+)

2. Menunjukkan jalan nafas

9. retraksi dada (-),

yang paten (klien tidak

10. suara nafas tambahan

merasa tercekik, irama

rhonchi (+)

nafas, frekuensi pernafasan

11. batuk produktif (+)

dalam rentang normal,

12. batuk tidak efektif

tidak ada suara nafas


abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasikan dan

O2, Inhalasi
8. Berikan O2
9. Berikan bronkodilator
10. Berikan antibiotik
11. Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan secret

mencegah faktor yang


penyebab.
4. Saturasi O2 dalam batas
normal
5. Foto thorak dalam batas
normal
2

Hipertermia b/d penyakit


ditandai dengan :

Fever Treatment
Thermoregulasi

DS :
1. pasien mengatakan
badan panas menggigil
DO :

Kriteria hasil:
Setelah dilakukan perawatan
1x24 jam maka,

1. TD : 120 / 80 mmhg
2. N: 128 x/m,
3. T : 39O C

1. Suhu dalam rentang Normal


2. Nadi dan RR dalam rentang
normal
3. Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing

1. Monitor suhu sesering


mungkin
2. Monitor warna dan suhu
kulit
3. Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
4. Monitor WBC, Hb, dan
Hct
5. Monitor intake dan
output
6. Kompres pasien pada
7.

lipat paha dan aksila


Tingkatkan intake

cairan dan nutrisi


8. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
9. Monitor tanda tanda
hipertermi
10. Monitor IWL
11. Berikan anti piretik &
Antibiotik
12. Berikan cairan
intravena

kulit b/d Perubahan/

Tissue Integrity :
Skin and Mocous
Membranes

gangguan epidermis dan/

Kriteria Hasil :

dermis ditandai dengan :

Setelah dilakukan perawatan

Ds:

1x24 jam maka :

Kerusakan integritas

pasien mengatakan

Integritas kulit yang baik

muncul bercak

bisa dipertahankan (sensasi,

kemerahan menyebar

elastisitas, temperatur,

keseluruh badan wajah


-

hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada

kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman

dan leher
-

terasa gatal ,nyeri dan


panas terlebih saat di
garuk.

dalam proses perbaikan


kulit dan mencegah

Do:
-

ruam makulopopular

terjadinya secara berulang


Mampu melindungi kulit

1. Anjurkan pasien untuk


menggunakan pakaian
yang longgar
2. Hindari kerutan pada
tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
4. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
5. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil ada
daerah yang tertekan
6. Monitor aktifitas dan
mobilisasi pasien
7. Monitor status nutrisi
pada pasien
8. Memandikan pasien

daerah wajah, leher dan

dan mempertahankan

menyebar ke seluruh

kelembaban kulit dan

dengan sabun dan air

bagian tubuh dan kedua

perawatan alami

hangat

tangan.
-

Pressure Management

terdapat luka lecet


bekas garukan tangan di
daerah lengan,
punggung, dan dada

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

D. Kesimpulan
Penularan penyakit campak adalah dengan melalui droplet jalan pernafasan.
Penyakit ini ditandai dengan periode laten selama 10-14 hari dan 2-3 hari periode
prodromal dengan nafas, batuk, pilek dan konjungtivitis dan dikikuti dengan
timbulnya ruam makulopapuler yang khas. Timbulnya ruam bersamaan dengan
timbulnya respons imun dan permulaan hilangnya virus. Selanjutnya virus
campak masuk kelenjar getah bening yang berada di bawah mukosa. Di sini virus
memperbanyak diri kemudian masuk ke sel-sel jaringan limfe local. Pada pasien
Ny I didapatkan bahwa penyakitnya tertular dari anak ke ibu dengan melalui
droplet. Pada pemeriksaan terdapat data kesenjangan yaitu respirasi rate
meningkat, nadi meningkat, suhu meningkat, terdapat pernafasan cuping hidung,

ruam makulopopular daerah wajah, leher dan menyebar ke seluruh bagian tubuh
dan kedua tangan,berwarna kemerahan,dan terdapat luka lecet bekas garukan
tangan di daerah lengan, punggung, dan dada. Pada pasien Ny I pada stadium
erupsi yang ditandai dengan keluarya ruam yang dimulai dari belakang telinga
menyebar ke wajah, dada, punggung, lengan dan kaki di sertai dengan suhu tubuh
yang lebih meningkat. Berdasarakan studi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa
pasien Ny. I yang terdiagnosa campak muncul diagnosa keperawatan, yaitu: 1)
Ketidakefektifan jalan nafas, 2) Hipertermi, 3) Kerusakan integritas kulit.
E. Saran
1. Diharapkan mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan dengan
diagnosa medis campak pada pasien dewasa.
2. Diharapkan mahasiswa dapat merumuskan diagnosa medis keperawatan
dengan campak pada pasien dewasa.
3. Diharapkan mahasiswa dapat mengintervensikan dan mengimplementasikan
dengan campak pada pasien dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Hargono, Arief. 2012. Penilaian Atribut Surveilans Campak Berdasarkan Persepsi


Petugas Surveilans Puskesmas di Surabaya. http://adln.lib.unair.ac.id. Diakses
pada tanggal 14 September 2015 pukul 14.53 WIB
Kementrian Kesehatan. 2010. PERMENKES NO.1501/MENKES/PER/X/2010.
http://djpp.depkumham.go.id. Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul
12.03 WIB.
LeMone, Priscilla. 2008. Medical-Surgical-Nursing.USA: Prentice Hall
NSW Government Health. 2012. Lembar Fakta Penyakit Menular : Campak.
http://health.nsw.gov.au. Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 11.52
WIB
Nurarif, amin huda, Hardi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaaction Publishing
Puspa, Kartika Dewi, dkk. 2013. Stabilitas Imunoglobulin M (IgM) Campak pada
Dried Serum Spots. http://ejournal.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal
14 September 2015 pukul 12.08 WIB
Ranuh , IGN. Dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga . Jakarta :
IDAI

Rohmah, Nikmatur. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Ar


ruzz Media
Soegijanto, Soegeng. 2007. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia Jilid 6. Surabaya : Airlangga University Press
Widoyono . 2011. Penyakit Tropis Epidemologi , Penularan , Pencegahan, dan
Pemberantasannya Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Yayasan Spiritia. 2007. Lembar Informasi 120: Hasil Tes Lab Normal.
http://spiritia.or.id Diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 15.42 WIB.

También podría gustarte