Está en la página 1de 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
manjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik Marifatul azizah, 2011).
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah,
ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang
sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum,
mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
Menurut WHO, di Palembang penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan
perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum :
Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep teori hipertensi pada lansia dan asuhan
keperawatannya.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian hipertensi pada lansia
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang etiologi hipertensi pada lansia
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang patofisiologi hipertensi pada lansia
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang manifestasi klinis hipertensi pada lansia
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan hipertensi pada lansia
6. Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan hipertensi pada lansia
1.3 Manfaat Penulisan
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang konsep teori hipertensi pada
lansia yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan serta asuhan keperawatan yang akan diberikan pada lansia tersebut.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan

Latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika penulisan


BAB II Tinjauan Teoritis
Pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan
BAB III Pembahasan
Askep hipertensi pada lansia
BAB IV Penutup
Kesimpulan, saran
Daftar pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer,2001).

2.2 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin,
DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obatobatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
2.3 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu


disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual
Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
2.5 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:

Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
c. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT
OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :

Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA Ny. D DENGAN HIPERTENSI
3.1 PENGKAJIAN
A. Struktur dan Sifat Keluarga
1. Struktur Keluarga
a. Biodata
Nama
: Darsinah
Umur
: 65 tahun
Alamat
: Jln. Titiran Perumahan Cempaka Permai
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Sumatera Barat
Status Perkawinan
: Menikah
Tanggal Pengkajian : 7 April 2016
b. Status kesehatan saat ini, (keluhan utama)
: Pusing
c. Riwayat kesehatan masa lalu
: Hipertensi
d. Riwayat kesehatan keluarga
:
e. Daftar nama anggota keluarga
N

NAMA

HUBUNG

JK

UMUR

AN

PENDIDIKA

PEKERJAAN

KELUAR
GA
1. Zainal Abidin
suami

Lk

74 th

Smp

2. Emi

Pr

35 th

Sma

Pensiunan
pegawai pajak

Anak

f. Genogram
2. Sifat Keluarga
a. Pengambilan keputusan :
Klien masih memeiliki suami sebagai kepala rumah tangga, jadi pengambilan
keputusan ada pada suaminya.
b. Pola aktifitas sehari-hari
1) Istirahat dan tidur :
Klien tidur kurang lebih 4-6 jam perhari, klien sering terbangun saat malam
hari karenan ingin kencing, klien jarang tidur siang.
2) Nutrisi :

Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari terkadang tidak teratur dengan
menghabiskan 2 porsi makanan dengan lauk pauk seadanya, klien tidak
senang makan tanpa garam, klien juga mengatakan makan makanan yang
sama dengan keluarganya tanpa adanya perbedaan makanan, klien minum
7-8 gelas per hari.
3) Personal hygiene :
Klien mengatakan biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari
menggunakan sabun, sikat gigi setiap kali mandi, menggunakan pasta gigi,
biasanya mengganti pakaian sehari sekali.
4) Sarana dan hiburan keluarga
Klien mengatakan setiap waktu luang klien menghabiskan waktu dengan
menonton TV dengan anggota keluarga.
B. Faktor Sosial, Budaya dan Ekonomi
1. Pekerjaan
: Dagang
2. Penghasilan
: Rp.500.000,00/bulan
3. Penentu keuangan keluaga
: Pemasukan dari usaha warung kecil-kecilan
4. Suku dan agama
: Sumpuh dan Islam
5. Peranan angota keluarga
:
C. Faktor Lingkungan
1. Kondisi rumah :
2. Penerangan dan ventilasi :
3. Persediaan air bersih :
4. Pembuangan sampah :
5. Pembuangan air limbah :
6. Jamban :
7. Letak lingkungan rumah :
8. Sarana komunikasi & transformasi :
9. Fasilitas pelayanan kesehatan
:
D. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga
NO

NAMA

HUBUNGAN

1.

Zainal

KELUARGA
suami

Lk

74 th

2.

Abidin
Emi

Anak

Pr

35 th

E. Pengkajian Psikososial
1. Psikososial :
2. Identifikasi :
3. Spiritual :
F. Pengkajian Psikologis
1. Emosi
2. Konsep diri
3. Pola interaksi
4. Pola pertahanan diri

:
:
:
:

JK

UMUR

STATUS
KESEHATAN

IMUNISASI

G. Pengetahuan keluarga tentang perubahan dan perkembangan keluarga


H. Harapan keluarga
I. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
J. Pemeriksaan fisik klien lansia
K. Pengkajian fisik klien lansia
IDENTITAS DIRI
Nama lansia
: Darsinah
Umur
: 65 tahun
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Titiran Perumahan Cempaka Permai
Tanggal
: 07 April2016
NO

KEPALA

YA

TIDA

KETERANGAN

K
1.
2.
3.

Sakit kepala kepala


Pusing
Gatal kulit

NO

MATA

YA

TIDA

KETERANGAN

K
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

NO
1.
2.
3.
4.
5.

Perubahan penglihatan
Kacamata
Air mata berlebihan
Pruiritus
Bengkak
Diplopia
Pandangan kabur
Fotophobia
Riwayat infeksi

TELINGA
Perubahan
Pendengaran
Keluaran
Tinnitus
Vertigo

YA

TIDA
K

KETERANGAN

6.
7.
8.
9.

NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.

NO
1.
2.
3.
4.

NO

Sensifitas
Pendengaran
Riwayat infeksi
Alat protesa

MULUT TENGGOROKAN
Sakit tenggorokan
Lesi/ulkus
Serak/perubahan suara
Kesulitan menelan
Pendengaran gusi
Karies gigi

LEHER

YA

KETERANGAN

YA

TIDA

KETERANGAN

Kekakuan
Nyeri
Benjolan/masa
Keterbatasan gerak

SISTEM SARAF PUSAT

TIDA

YA

TIDA

KETERANGAN

K
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sakit kepala
Kejang
Sinkope/serangan jatuh
Paralisis
Paresis
Masalah koordinasi
Teremor/spasme
Parestesia
Cedera kepala
Masalah memori

SISTEM ENDOKRIN
Intoleransi panas
Itoeransi dingin
Goiter
Pigmentasi kulit
Perubahan rambut
Poliphagia
Polidipsi

YA

TIDA
K

KETERANGAN

8.

NO

Poliuri

SISTEM KARDIOVASKULER

YA

TIDA

KETERANGAN

K
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Nyeri dada
Palpitasi
Sesak nafas
Dispnoe deffort
Dispnoe noktural
Orthopnoe
Murmur
Edema
Varises
Perestesia
Perubahan warna kulit

NO

SISTEM GASTROINTESTINAL

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Gisphegia
Nyeri ulu hati
Mual/muntah
Hematemesis
Perubahan nafsu makan
Intoleran makanan
Ikterus
Diare
Konsultipasi
Pendarahan rectum
haemoroid

NO

SISTEM INTEGUMEN

YA

TIDA

KETERANGAN

YA

TIDA
K

KETERANGAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

NO
1.
2.
3.
4.

NO

Lesi/luka
Pruitus
Perubahan pigmentasi
Perubahan tekstur
Perubahan nevi
Sering memar
Perubahan rambut
Perubahan kuku
Penonjolan tulang kalus

SISTEM HEMOPOETIK

YA

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Dituria
Reklensi
Menetes
Ragu-ragu
Dorongan
Hematoria
Poliuria
Oliguria
Nokturia
Inkotinensia
Batu
Infeksi

NO

SISTEM MUSCULOSKELETAL

YA

TIDA

KETERANGAN

YA

TIDA
K

1.
Nyeri persendian
2.
Kekakuan
3.
Pembengkakan sendi
4.
Deformitas
5.
Spasme
6.
Kelemahan otot
7.
Masalah cara berjalan
8.
Nyeri pinggang
9.
proteksi
L. Pengkajian Fungsional Pada Lansia
1. Katz indeks

KETERANGAN

Pendarahan/memar abnormal
Pembengakakan kelenjar limfe
Anemia
Riwayat transfuse darah

SISTEM PERKEMIHAN

TIDA

KETERANGAN

Termasuk/katagori mankah klien


a. Mandiri dalam makan, kontilensia, menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
b.
c.
d.
e.
f.

berpindah tempat dan mandi


Mandiri semua, kecuali salah satu dari fungsi diatas
Mandiri, kecuali mandi + satu fungsi yang lain
Mandiri, kecuai berpakaian, mandi dan satu fungsi lain
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah tempat dan satu

fungsi yang lain


g. Ketergantungan untuk semua fungsi
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain
Ketergantungan: apabila klien menolak melakukan fungsi tersebut/tidak
mampu melakukan fungsi tersebut
2. Barthel indeks
Termasuk manakah klien?
N
O
1

KRITERIA

DENGAN

MANDIRI

Makan

BANTUAN
5

10

Minum

10

Berpindah dari kursi ke

5 10

15

tempat tidur, sebaliknya


Personal toilet (cuci

10

6
7
8
9
10

menyeka tubuh)
Mandi
Jalan dipermukaan datar
Naik turun tangga
Mengenakan pakaian
Control bowel (BAB)

5
0
5
5
5

15
5
10
10
10

11

Control bladder

10

KETERANGA
N
Frekuensi:
Jumlah:
Jenis:
Frekuensi:
Jumlah:
Jenis:

Frekuensi:

muka, menyisir rambut,


5

menggosok gigi)
Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian,

Frekuensi:

Frekuensi:
Konsistensi:
Frekuensi:
Jumlah:

12

Olah raga/latihan

10

13

Reaksi pemanfaatan

10

Warna:
Frekuensi:
Jenis:
Frekuensi:
Jenis:

waktu luang
Total score
Jumlah scoring:
a. 130
: Mandiri
b. 65-125
: Ketergantungan sebagian
c. 60
: ketergantungan total
M. Pengkajian Status Mental Lansia
1. SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner)
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual
N

PERTANYAAN

BENAR

O
1
2
3
4
5
6

Tanggal berapa hari ini?


Hari apa sekarang ini?
Apa nama tempat ini?
Dimana alamat anda?
Berapa umur anda?
Kapan anda lahir (Min tahun

lahir)?
Siapa presiden Indonesia

sekarang?
Siapa presiden Indonesia

9
10

sebelumnya?
Siapa nama ibu anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap

SALAH

KETERANGA
N

lakukan pengurangan 3 dari setiap


angka baru (20-3,17-3,14-3,11-3)
Total score
Interprestasi hasil
a. Salah 0-3 Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 Kerusakan inteletual sedang
d. Salah 9-10 Kerusakan intelektual berat
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental
ASKEP

NILAI

NILAI

KOGNITIF
Orientasi

MAKSIMAL
5

KLIEN

waktu

KRITERIA
Menyebut dengan benar:
Tahun
Musim

KET

Orientasi

Tanggal
Hari
Bulan
Dimana sekarang kita berada:
Negara Indonesia
Propinsi Bengkulu
Kota Bengkulu
Desa
Rumah
Sebutkan nama objek yang telah

disebut oleh pemeriksa:


Gelas
Sendok
Piring
Minta klien menyebutkan angka

100-15 sampai 5 kali:


85
70
55
40
25
Minta kllien untuk mengulangi 3

ruang

Registrasi

Perhatian
dan
kalkulasi

Mengingat
kembali

objek pada no. 2 (Pada registrasi

Bahasa

diatas)
Gelas
Sendok
Piring
Tunjukan klien benda, tanyakan apa

namanya:
Jam tangan
Pensil
Minta klien untuk mengulangi katakata tidak ada, jika dan atau
tetapi

Bila benar 1 point

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut terdiri dari 3
langkah:

Ambil kertas ditangan anda


Lipat dua

Taruh di lantai

Perintahkan klien dengan menutup


mata klien, untuk point seperti no.
1

Jam tangan/pensil
Menulis 1 kalimat
Menyalin 1 gambar

Interprestasi nilai:
24-30
: Tidak ada gangguan kognitif
18-23
: Gangguan kognitif sedang
0-17
: Gangguan kognitif berat
N. Pengkajian Keseimbangan Untuk Klien Lansia
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
a. Bangun dari kursi (Analisa)
b. Duduk dari kursi (Analisa)
c. Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksaan mendorong sternum klien
perlahan-lahan 3 kali, analisa)
d. Mata klien tertutup dengan pengkajian menahan dorongan pada sternum,
sebagaimana penglihatan dan keseimbngannya
e. Perputaran leher (Perintahkan klien untuk mengambil objek di lantai, analisa)
f. Gerakan menggapai sesuatu (Analisa)
g. Membungkuk (Perintahkan klien untuk mengambil onjek di lantai, analisa)
2. Komponen berjalan/gerakan
a. Perintahkan klien untuk berjalan ke tempat yang telah ditentukan (Jarak dekat,
analisa)
b. Ketinggian langkah kaki (Mengangkat kaki pada saat melangkah, analisa)
c. Kontinuitas langkah kaki (Observasi dari samping klien, analisa), langkah kaki
konsisten/tidak
d. Kesimetrisan langkah (Observasi dari samping klien, analisa), pangjang
langkah sama/tidak
e. Penyimpangan jalur pada saat berjalan (Observasi dari belakang klien, analisa),
berjalan pada satu garis lurus/tidak
f. Berbalik arah (Analisa, klien berhenti/tidak sebelum berbalik arah)
O. Pengkajian Status Mental Klien (Analisa)
1. Penampilan
2. Interaksi selama wawancara
3. Persepsi perawat terhadap klien
4. Pola konsep kehidupan menurut klien
5. Identifikasi kognitif dan fungsi mental
6. Orientasi tempat
7. Orientasi waktu
8. Orientasi orang
9. Bahasa

:
:
:
:
:
:
:
:
:

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi

3.3 Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
Intervensi
1. Mempertahankan tirah baring

Rasional
1. Meminimalkan

selama fase akut


2. Berikan tindakan non

stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. tindakan yang menurunkan tekanan

farmakologi untuk

vascular serebral dan yang

menghilangkan sakit kmepala,

memperlambat atau memblok

misalnya kompres dingin pada

respons simpatis efektif dalam

dahi, pijat punggung dan leher,

menghilangkan sakit kepala dan

tenang, redupkan lampu


kamar, tekhnik relaksasi.
3. Hilangkan atau minimalkan

komplikasinya
3. aktivitas yang meningkatkan
vasokontriksi menyebabkan sakit

aktivitas fase kontriksi yang

kepala pada adanya peningkatan

dapat meningkatkan sakit

tekanan vascular cerebral

kepala, misalnya mengejam


saat bab, batuk panjang,
membungkuk

Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Intervensi
1. kaji respon pasien terhadap

Rasional
1. menyebutkan parameter

aktivitas,perhatikan frequency

membantu dalam mengkaji respon

nadi lebih dari 20 kali per

fisiologi terhadap stress, aktivitas

menit diatas frequency

bila ada merupakan indikator dari

istirahat : peningkatan tekan

kelebihan kerja yang

darah yang nyata selama atau


sesudah aktivitas ( tekanan
sistolik meningkat 40 mmhg
atau tekanan diastolic
meningkat 20 mmhg) dispnea

berkaitan dengan tingkat aktivitas.


2. teknik memghemat energy
mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen

atau nyeri dada : kelemahan


dan keletihan yang
belebihan :pusing atau
pingsan.
2. instruksikan pasien tentang
teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan kursi
saat mandi,duduk saat
menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas
dengan perlahan.

DX 3 : Curah Jantung, resiki tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokontriksi
Intervensi
pantau TD.ukur pad kedua tangan atau

Rasiomal
perbandingan dari tekanan memberikan

paha untuk evaluasi awal.gunakan

gambaran yang lebih lengkap tentang

ukuran manset yang tepat dan teknik

keterlibatan/bidang masalah vascular.

yang akurat.

Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang


dewasa sebagai peningkatan tekanan
diastolic sampai 130, hasil pengukuran
diastolic diatas 130 dipertimbangkan

sebagai penigkatan pertama, kemudian


maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan
faktor resiko yang di tentukan untuk
penyakit cerebrovaskular dan penyakit
iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.

3.4 Implementasi

3.5 Evaluasi

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah,
ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal
berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2
maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
Mnurut WHO, di Palembang penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan
perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.

4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca, dan dapat membantu
pembaca lebih memahami askep hipertensi pada lansia dan dapat di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta
Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
Marifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.

También podría gustarte