Está en la página 1de 20

GAYA GESEKAN

Astuti, Indri Dwi Salsabila, Sarima, Olivia Putri Utami, Sunarto Arif Sura
Pendidikan Biologi 2014
Abstrak. Telah dilakukan percobaan dengan judul gaya gesekan dengan tujuan untuk mengetahui
faktor faktor yang mempengaruhi gaya gesekan, memahami konsep gaya gesek statis dan
kinetik, dan menentukan koefisien gesek statis dan kinetik. Pada percobaan ini, ada lima kegiatan
yang dilakukan yaitu kegiatan 1: pengaruh gaya tarik terhadap keadaan benda, kegiatan 2:
hubungan antara gaya tarik dengan gaya normal, kegiatan 3: hubungan antara jenis percobaan
dengan gaya tarik, kegiatan 4: gaya gesekan statik pada bidang miring, dan pada kegiatan 5: gaya
gesekan kinetik pada bidang miring. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi gaya gesek diantaranya adalah, gaya normal, gaya tarik dan permukaan benda.
Serta koefisien gesek statik dimiliki oleh benda yang diam, dan gaya gesek kinetik dimiliki oleh
benda yang bergerak.

Kata kunci: gaya gesekan, gaya gesek statis, gaya gesek kinetik, gaya normal

RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi gaya gesekan ?
2. Bagaimana konsep gaya gesek statis dan kinetik ?
3. Bagaiaman cara menentukan koefisien gesek statik dan kinetik ?

TUJUAN
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi gaya gesekan.
2. Untuk memahami konsep gaya gesek statik dan kinetik.
3. Untuk menentukan koefisien gesek statik dan kinetik.

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Sebuah balok yang didorong di atas meja akan bergerak bila sebuah balok
massanya m, kita lepaskan dengan kecepatan awal Vo pada sebuah bidang
horizontal, maka balok itu akhirnya akan berhenti. Ini berarti di dalam gerakan

balok mengalami perlambatan, atau ada gaya yang menahan balok, gaya ini
disebut gaya gesekan. Besarnya gaya gesekan ditentukan oleh koefisien gesekan
antar kedua permukaan benda dan gaya normal. Besarnya koefisien gesekan
ditentukan oleh kekasaran permukaa
permukaan bidang dan benda.
Gaya gesekan dibagi dua yaitu: gaya gesekan statis ((fs) dan gaya gesekan
kinetik (fk). Sebuah balok beratnya W, berada pada bidang mendatar yang kasar,
kemudian ditarik oleh gaya F seperti pada gambar di bawah ini.

Arah gaya gesekan f berlawanan arah dengan gaya penyebabnya F, dan


berlaku:
1.

Untuk harga F <ffs maka balok dalam keadaan diam.

2.

Untuk harga F = fs maka balok tepat saat akan bergerak.

3.

Apabila fase diperbesar lagi sehingga F >


>fs maka benda bergerak dan gaya
gesekan statis fs akan berubah menjadi gaya gesekan kinetis fk.
Jika anda mendorong sebuah kotak besar yang diam di atas lantai dengan

sebuah gaya horizontal yang kecil, maka mungkin saja kotak itu tidak bergerak
sama sekali. Alasannya adalah karena lantai melakukan gerak horizontal
h
yang
dinamakan gaya gesekan statis fs, yang mengimbangi gaya yang anda kerjakan.
Gaya gesekan ini disebabkan oleh ikatan molekul-molekul
molekul molekul kotak dan lantai di
tempat-tempat
tempat terjadinya kontak yang sangat erat antara kedua permukaan. Gaya
ini berlawanan
nan arah dengan gaya luar yang dikerjakan. (Tipler.2001:122
(Tipler.2001:122-123)

Dengan s adalah koefisien gesekan statik dan N adalah besar gaya normal. Jika
fk menyatakan besar gaya gesekan kinetik, maka :

dengan k adalah koefisien gesekan kinetik.


Bila sebuah benda dalam keadaan diam pada suatu bidang datar, dan kemudian
bidang tempat benda tersebut dimiringkan perlahan-lahan sehingga membentuk
sudut sampai benda tepat akan bergerak, koefisien gesekan statik antara benda
dan bidang diberikan oleh persamaan,

Dengan c adalah sudut pada saat benda tepat akan bergerak, yang disebut sudut
kritis. Koefisien gesekan statik merupakan nilai tangen sudut kemiringan bidang,
dengan keadaan benda tepat akan bergerak/meluncur. Pada sudut-sudut yang
lebih besar dari c, balok meluncur lurus berubah beraturan ke ujung bawah
bidang miring dengan percepatan :
x = g (sin

cos )

di mana adalah sudut kemiringan bidang dan k adalah koefisien gesek kinetik
antara benda dengan bidang. Dengan mengukur percepatan ax, maka koefisien
gesekan k dapat dihitung.(Herman.2014: 35-36)

Alat dan Bahan


1. Alat

Neraca pegas 0 5 N

Katrol meja

Tali

Papan landasan

Bidang miring

Stopwatch

Penggaris

2. Bahan

Balok kasar

Balok licin

Beban @ 50 gram

Balok persegi

Balok persegi (dengan stecker penyambung)

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1 :
Variabel kontrol

: massa balok

Variabel manipulasi : gaya tarik


Variabel respon

: keadaan balok

Kegiatan 2 :
Variabel kontrol

: permukaan balok

Variabel manipulasi : massa beban, gaya tarik


Variabel respon

: keadaan balok

Kegiatan 3 :
Variabel kontrol

: massa balok

Variabel manipulasi : permukaan balok, gaya tarik


Variabel respon

: keadaan balok

Kegiatan 4 :
Variabel kontrol

: permukaan balok

Variabel manipulasi :, massa beban


Variabel respon

: kemiringan bidang

Kegiatan 5 :
Variabel kontrol

: massa beban, besarnya sudut

Variabel manipulasi : panjang lintasan


Variabel respon

: waktu tempuh

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1 :

Massa balok adalah jumlah massa beban yang diamati kedudukannya saat
ditarik dengan sejumlah gaya tertentu.

Gaya tarik adalah jumlah gaya yang diberikan kepada balok saat diam
sampai bergerak lurus beraturan yang nilainya dapat dilihat pada neraca
pegas.

Keadaan balok adalah posisi benda saat diam, tepat akan bergerak ,dan
bergerak lurus beraturan.

Kegiatan 2 :

Permukaan balok adalah tekstur objek yang menunjukkan kasar halusnya


permukaan yang bersentuhan dengan lintasan.

Massa beban adalah besarnya massa benda yang ditarik dengan gaya
tertentu pada suatu lintasan.

Keadaan balok adalah posisi benda saat diberikan sejumlah gaya tarik
tertentu, yaitu diam, tepat akan bergerak dan bergerak lurus beraturan.

Gaya tarik adalah jumlah gaya yang diberikan kepada balok saat diam
sampai bergerak lurus beraturan yang nilainya dapat dilihat pada neraca
pegas.

Kegiatan 3 :

Massa balok adalah jumlah massa beban yang diamati kedudukannya saat
ditarik dengan sejumlah gaya tertentu.

Permukaan balok adalah tekstur objek yang menunjukkan kasar halusnya


permukaan yang bersentuhan dengan lintasan.

Gaya tarik adalah jumlah gaya yang diberikan kepada balok saat diam
sampai bergerak lurus beraturan yang nilainya dapat dilihat pada neraca
pegas.

Keadaan balok adalah posisi benda saat diberikan sejumlah gaya tarik
tertentu, yaitu diam, tepat akan bergerak dan bergerak lurus beraturan.

Kegiatan 4:

Permukaan balok adalah tekstur objek yang menunjukkan kasar halusnya


permukaan yang bersentuhan dengan lintasan.

Kemiringan bidang adalah besarnya sudut yang dibentuk bidang untuk


membuat objek tepat akan bergerak.

Massa beban adalah besarnya massa benda yang ditarik dengan gaya
tertentu pada suatu lintasan.

Kegiatan 5:

Massa beban adalah besarnya massa benda yang ditarik dengan gaya
tertentu pada suatu lintasan.

Besarnya sudut adalah jumlah sudut yang menunjukkan kemiringan


lintasan yang dilalui balok.

Panjang lintasan adalah jarak yang ditempuh oleh balok pada bidang
miring.

Waktu tempuh adalah jumlah waktu yang diperlukan benda untuk


melintasi bidang dengan ukuran tertentu.

Prosedur Kerja
Kegiatan 1: Gaya tarik terhadap keadaan benda.
Menyediakan dan merangkai alat yang tersedia seperti pada gambar ini,

Neraca pegas
Balok

Tali

Katrol

Meja
Gambar 2: Susunan alat dan bahan
Menarik pegas pelan-pelan dengan gaya kecil. Memperhatikan penunjukan
neraca pegas, dan memperhatikan apa terjadi pada balok. Memperbesar gaya tarik
sambil memperhatikan keadaan balok. Melakukan hal ini hingga balok tepat akan

bergerak. Pada keadaan ini juga memperhatikan penunjukan neraca pegas.


Menarik terus sampai balok bergerak lurus beraturan, dan memperhatikan
penunjukan neraca pegas. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Mencatat besar gaya tarik, dan keadaan benda (diam, tepat akan bergerak, dan
bergelak lurus beraturan) pada tabel hasil pengamatan.
Kegiatan 2: Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan.
Menambah beban di atas balok, dan melakukan seperti Kegiatan 1 seperti
pada gambar dibawah ini,

Neraca pegas
Balok
Tali

Katrol

Meja

Gambar 3: Susunan alat dan bahan


Mengamati penunjukan neraca pegas pada saat balok tepat akan bergerak
dan pada saat balok bergerak lurus beraturan. Melakukan beberapa kali dengan
mengubah-ubah penambahan beban di atas balok. Mencatat hasil pengamatan
pada tabel pengamatan.
Kegiatan 3: Hubungan antara keadaan permukaan dengan gaya gesekan
Melakukan seperti Kegiatan 1. Menganti permukaan meja atau balok yang
lebih kasar/halus. Mengamati penunjukan pegas. Pada saat balok tepat akan
bergerak dan pada saat balok bergerak lurus beraturan. Melakukan kegiatan ini
beberapa kali dengan mengganti permukaan meja atau balok yang lebih
kasar/halus. mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 4: Menentukan koefisien gesekan statik pada bidang miring.
Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Meletakkan bidang di atas
meja dengan posisi mendatar ( = 0). Meletakkan balok persegi di salah satu
ujung bidang tersebut. Mengangkat secara perlahan ujung bidang tempat balok
persegi berada sehingga sudut kemiringan bidang bertambah. Mencatat sudut

kemiringan bidang pada saat benda tepat akan bergerak. Mengulang mengagkat
ujung bidang dengan menambah beban pada balok persegi hingga anda peroleh
sedikitnya 5 (lima) data pengukuran sudut.
Kegiatan 5: Menentukan koefisien gesekan kinetik pada bidang miring.
Mengatur kemiringan bidang dengan sudut yang lebih besar dari sudut
kritis (c) yang telah diperoleh pada bagian sebelumnya untuk balok persegi tanpa
beban tambahan. Mencatat sudut kemiringan ini sebagai 1. Meletakkan balok di
ujung atas bidang yang telah diketahui panjangnya. Melepaskan balok bersamaan
dengan menjalankan stopwacth untuk mengukur waktu tempuh balok persegi
bergerak lurus berubah beraturan hingga ke ujung bawah bidang. Mencatat waktu
tempuh ini sebagai t1. Mengulang menghitung waktu tempuh balok dengan sudut
kemiringan yang lebih besar hingga diperoleh sedikitnya 5 (lima) pasangan data.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan
Kegiatan 1
Massa balok = 62,63 gram
Tabel 1.Hasil pengamatan pengaruh gaya tarik terhadap benda
No

Gaya Tarik (N)

Keadaan benda

< 0,4

Diam

|0,40 0,05|

Tepat akan bergerak

|0,20 0,05|

Bergerak lurus beraturan

Kegiatan 2
Jenis permukaan : permukaan II
Tabel 2. Hubungan antara gaya tarik dengan gaya normal
No

1.

Gaya Normal
(N)
|1,13 0,05|

Keadaan benda

Gaya Tarik (N)

Rata-rata

Diam

< 0,8

Tepat akan

1. |0,80 0,05|

|0,86 0,05|

bergerak

2. |0,90 0,05|
3. |0,90 0,05|

Bergerak lurus
beraturan

1. |0,40 0,05|
2. |0,45 0,05|
3. |0,40 0,05|

Diam
Tepat akan
2.

bergerak

|1,63 0,05|

Bergerak lurus
beraturan

< 1,4

3.

bergerak
|2,14 0,05|

Bergerak lurus
beraturan

1. |1,40 0,05|
2. |1,30 0,05|

|1,33 0,05|

3. |1,30 0,05|
1. |0,60 0,05|
2. |0,60 0,05|

|0,60 0,05|

3. |0,60 0,05|

Diam
Tepat akan

|0,41 0,05|

< 1,4

1. |1,40 0,05|
2. |1,50 0,05|

|1,46 0,05|

3. |1,50 0,05|
1. |0,70 0,05|
2. |0,70 0,05|

|0,70 0,05|

3. |0,70 0,05|

Kegiatan 3
Gaya Normal = 0,63 N
Tabel 3. Hubungan antara jenis permukaan dengan gaya tarik
Jenis permukaan

Keadaan benda

Gaya Tarik (N)

Diam

1. < |0,50 0,05|


2. |0,50 0,05|

Tepat akan bergerak

3. |0,50 0,05|
4. |0,55 0,05 |

Bergerak lurus beraturan

1. |0,25 0,05 |
2. |0,20 0,05 |

3. |0,30 0,05 |
Diam

1. <|0,40 0,05 |
2. |0,40 0,05 |

Tepat akan bergerak


II

3. |0,40 0,05 |
4. |0,40 0,05 |
1. |0,20 0,05|

Bergerak lurus beraturan

2. |0,25 0,05|
3. |0,20 0,05 |

Diam

1. < |0,50 0,05|


2. |0,50 0,05|

Tepat akan bergerak


III

3. |0,50 0,05|
4. |0,50 0,05 |
1. |0,30 0,05|

Bergerak lurus beraturan

2. |0,30 0,05|
3. |0,30 0,05|

Kegiatan 4
Tabel 4. Gaya gesekan statik pada bidang miring
No.

Gaya berat (N)

1.

Sudut kritis ()
|26,0 0,5|

|0,63 0,01|

|26,0 0,5|

Rata-rata ()

|26,0 0,5|

|26,0 0,5|
|25,0 0,5|
2.

|1,13 0,01|

|25,0 0,5|

|25,0 0,5|

|25,0 0,5|
|24,0 0,5|
3.

|1,63 0,01|

|24,0 0,5|

|24,0 0,5|

|24,0 0,5|
4.

|2,14 0,01|

|24,0 0,5|

|21,6 0,5|

|23 0,5|
|21 0,5|

Kegiatan 5
Massa beban = 113,4 gram
Sudut kritis bidang = 25o
Tabel 5. Gaya gesekan kinetik pada bidang miring
No

Jarak tempuh (m)

Waktu tempuh (s)


1. |2,5 0,1|

1.

|1,00 0,05|

2. |2,4 0,1|

Rata-rata (s)
|2,4 0,1|

3. |2,3 0,1|
1. |1,8 0,1|
2.

|0,80 0,05|

2. |1,9 0,1|

|1,8 0,1|

3. |1,8 0,1|
1. |1,5 0,1|
3.

|0,60 0,05|

2. |1,4 0,1|

|1,5 0,1|

3. |1,5 0,1|

Analisis Data
Kegiatan 1 : gaya tarik terhadap keadaan benda.
1. Gaya-gaya yang bekerja pada benda.

Gambar 1.Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang diam

Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang tepat akan bergerak.

Gambar 3.Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak lurus beraturan.
2. Pengaruh gaya tarik terhadap keadaan benda.
Pengaruh gaya tarik terhadap benda yang tepat akan bergerak berdasarkan
percobaan kami adalah benda tepat akan bergerak saat kami memberikan gaya
tarik sebesar |0,40 0,05|N. Berdasarkan teori bahwa benda tepat akan
bergerak ketika gaya tarik yang diberikan ke benda sama dengan gaya gesek
statis. Maka dapat diperkirakan bahwa benda akan tetap diam bila ditarik dengan
gaya kurang dari 0,4 N
Pengaruh gaya tarik terhadap benda yang bergerak lurus beraturan
berdasarkan percobaan kami adalah benda bergerak lurus beraturan saat kami
memberikan gaya sebesar |0,20 0,05|N. Berdasarkan teori bahwa benda
bergerak lurus beraturan ketika gaya tarik yang diberikan lebih besar dari gaya
gesek statis dan gaya gesek statis akan berubah menjadi gaya gesek kinetis.
Kegiatan 2 : hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan.
1.6
y = 0.592x + 0.248
R = 0.899

Gaya gesek statik fs (N)

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0

0.5

1.5

2.5

Gaya Normal (N)

Grafik.1 Hubungan antara gaya normal ( N ) dengan gaya gesekan statik (

1. Analisis Grafik
=

=
=

= 0,592
100% = 0.899 100% = 89,9 %

= (100%

=
=[

) = (100% 89,9%) = 10 %
= 10 0,592 = 5,92

= [ 0,592 5,92]
Grafik Penentuan Koefisien Gesek Kinetik
0.8
y = 0.286x + 0.101
R = 0.966

gaya gesek kinetik fk (N)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

0.5

1.5

2.5

Gaya Normal (N)

Grafik.2 Hubungan antara gaya normal ( N ) dengan gaya gesekan kinetik (

1. Analisis Grafik
=

= 0,286

100% = 0,966 100% = 96,6%

= (100%

=
=[

) = (100% 96,6%) = 3,4 %


= 3,4 0,286 = 0,972

= [ 0,286 0,972 ]
Kegiatan.4 : Menentukan koefisien gesekan statik pada bidang miring
1. Koefisien gesek statik
Data 1 :
= tan
= tan 26 = 0,487

= tan

= tan 0,5

= 0,008

Data 2 :
= tan
= tan 25 = 0,466

= tan

= tan 0,5

= 0,008

Data 3 :
= tan
= tan 24 = 0,445

= tan

= tan 0,5

= 0,008

Data 4 :
= tan
= tan 21.7 = 0,397

= tan

= tan 0,5

= 0,008

Kegiatan 5: Menentukan koefisien gesekan kinetik pada bidang miring

waktu tempuh (s)

3
y = 0.025x - 0.133
R = 0.986

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0

20

40

60

80

100

120

jarak tempuh (cm)

Grafik. Hubungan jarak tempuh s (cm) waktu tempuh kuadrat t2 (s)

=2

= 2 0,025 = 0,050

100% = (0,986 100)% = 99,01%

= (100%
=

1
2

) = (100 99,01)% = 0,99 %

= 0,99 0,050 = 0,0495

=| |
= |0,050 0,049|

1. Analisis perhitungan
= (sin

cos )

(sin
=

cos

=t

sin
cos

cos

+
t

=
=

cos
2

2 ( tan
=

cos )

= |sec

(1

)|

1
cos

PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan 5 kegiatan dengan hasil sebagai berikut.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah kami peroleh, maka :
1.

Gaya tarik terhadap keadaan benda.


Hal yang diamati pada kegiatan ini adalah saat benda dalam keadaan diam,

tepat akan bergerak dan pada saat benda dalam keadaan bergerak lurus beraturan.
Sentakan pertama pada balok menunjukkan gaya yang diperlukan saat benda tepat
akan bergerak. Penunjukkan gaya pada neraca pegas sebesar 0,40 N. Hasil ini
menunjukkan bahwa benda tidak akan bergerak apabila diberi gaya kurang dari
0,40 N. Adapun gaya yang diperlukan agar balok mengalami gerak lurus
beraturan adalah 0,20 N. Dari hasil tersebut maka dapat kita pahami bahwa gaya
yang paling besar yang melakukan kerja adalah pada saat benda tepat akan
bergerak, hal dikarenakan pada saat keadaan balok tepat akan begerak, gaya gesek
statisnya maksimal sehingga gaya yang perlukan untuk menggerakkannya juga
merupakan gaya tarik maksimal. Sedangkan untuk balok yang berada pada
keadaan bergerak lurus beraturan, gaya gesek yang yang bekerja menjadi lebih
kecil daripada gaya gesek maksimumnya.
2.

Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan


Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran gaya dengan mengubah berat

masing-masing benda. Gaya normal juga mempengaruhi besarnya gaya gesekan


yang terjadi, karena berdasarkan konsep gaya gesek menyatakan bahwa gaya
normal berbanding lurus terhadap gaya gesekan. Artinya semakin besar gaya
normal yang diberikan pada suatu benda maka semakin besar pula gaya gesekan
yang terjadi. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan yang dapat di lihat dari
grafik yang menunjukkan garis miring yang menandakan semakin besar gaya
normal maka semakin besar pula gaya gesek yang dihasilkan.

3.

Hubungan antara keadaan permukaan dengan gaya gesekan


Pada percobaan ini kami mengamati satu balok yang memiliki beberapa jenis

permukaan yakni halus, agak kasar dan kasar. Untuk jenis permukaan benda yang
halus besar gaya gesekannya kecil yakni berada dikisaran 0,40 N untuk benda
tepat akan bergerak, serta 0,21 N untuk benda bergerak lurus beraturan. Pada jenis
permukaan benda yang agak kasar, besar gaya gesek yaitu 0,50 N untuk benda
yang tepat akan bergerak, dan 0,25 N untuk benda yang bergerak lurus beraturan.
Sedangkan untuk jenis permukaan kasar terdapat data yang diperoleh adalah 0,50
N saat benda dalam posisi tepat akan bergerak dan saat benda bergerak lurus
beraturan yakni sebesar 0,30N. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa semakin
kasar suatu permukaan benda maka gaya gesekan yang ditimbulkan semakin
besar.
4.

Menentukan koefisien gesekan statik pada bidang miring


Balok dengan gaya berat yang berbeda-beda diletakkan di atas bidang miring

dengan cara diangkat secara perlahan lahan hingga diperoleh sudut kritis atau
sudut kemiringan yang sesuai. Setelah mendapatkan sudut kritis yang sesuai,
pertama kita lihat untuk benda dengan berat 0,63 N besarnya sudut kritis yang
diperoleh adalah 260, untuk benda dengan berat 1,13 N diperoleh sudut kritis
sebesar 250, dan untuk benda dengan berat 1,63 N memiliki sudut kritis sebesar
240, serta pada benda dengan berat sebesar 2,14 N memiliki sudut kritis sebesar
21,60. Dari data sudut kritis yang telah didapatkan maka dapat kita tentukan
besarnya koefisien gesek statis benda. Dari analisis data yang diperoleh, ternyata
semakin besar sudut kritis yang dibentuk oleh suatu benda maka makin besar
pulalah koefisien gesek benda itu.
5.

Menentukan koefisien gesekan kinetik pada bidang miring


Massa beban yang digunakan pada kegiatan ini adalah 113,4 gram dengan

sudut kemiringan 25o. Jarak tempuh yang dilalui benda adalah 1 m, 0,8 m, dan 0,6
m yang disertai dengan perhitungan waktu tempuh. Dari pengamatan diperoleh

hasil pada saat benda menempuh jarak sebesar 1 m , rataan waktu tempuh benda
adalah sebesar 2,4 sekon, dan saat benda akan menempuh jarak tempuh 0,8 m,
rataan waktu tempuh benda adalah 1,8 sekon. Serta saat benda akan menempuh
jarak tempuh yakni 0,6 m, waktu tempuh benda menjadi lebih sedikit yakni 1,5
sekon. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak tempuh
yang akan ditempuh benda maka akan membutuhkan waktu tempuh yang cukup
besar pula.
SIMPULAN DAN DISKUSI
Simpulan
Dari hasil pengamatan dan analisis data yang kami peroleh, dapat kami
simpulkan beberapa hal yakni :
a) Gaya gesek terjadi jika dua buah benda bersentuhan, hingga menghasilkan
sebuah gesekan.
b) Gaya tarik berpengaruh terhadap keadaan benda, jika F < fs maka balok
dalam keadaan diam. Dan jika F = fs maka benda tepat akan bergerak,
serta F > fs benda dalam keadaan bergerak lurus beraturan.
c) Gaya normal berpengaruh terhadap besarnya gaya gesekan.Semakin besar
gaya normal yang diberikan pada suatu benda maka semakin besar pula
gaya gesekan yang terjadi. Begitupula sebaliknya.
d) Besarnya gaya gesekan juga dipengaruhi oleh jenis permukaan. Semakin
kasar permukaan suatu benda atau bidang maka semakin besar pula gaya
geseknya.
e) Koefisien gesek statik dimiliki oleh benda yang diam, dan gaya gesek
kinetik dimiliki oleh benda yang bergerak.

Diskusi
Kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melihat nilai skala pada
neraca pegas agar dihasilkan data yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN
Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Herman.2014.Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Makassar: Laboratorium Fisika
Dasar UNM.

También podría gustarte