Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Nama RS
ASUHAN
KEPERAWATAN
Disahkan oleh:
Direktur RS ......
ICU
..............................
Nomor :
1.
Terbit ke :
Tanggal :
Jumlah Hal :
1. Pengertian
Pendarahan jaringan
interstitium, Pendarahan
Intra alviolar, kolaps arteri
dan kapiler, kapiler kecil,
hingga tahanan periver
Trauma abdoment
Patah tulang
1. Gangguan
gas.
4. Hipertermi
5. Resiko defisit volume
cairan
Gerakan abnormal di
lokasi patah tulang
Kompensasi untuk
mengurangi nyeri pasien
berbaring dan takut
bergerak, takut ngantuk.
6. Gangguan
rasa
7. Gangguan
pola
nyaman (nyeri).
pernapasan.
3. Data fokus
3.1 Aktifitas/istirahat : adanya sesak nafas
3.2 Sirkulasi : adanya takhikardia, frekuensi denyut nadi tidak teratur,
1.
2.
3.
4.
5. Rencana keperawatan
5.1 Diagnosa keperawatan : pola pernapasan tidak efektif berhubungan
5.2 Diagnosa
2.
Batasan CA Paru
Adalah merupakan tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran pernafasan
II. Gejala Klinis
Gejala yang muncul tergantung pada pasien dengan CA paru biasanya
meliputi berbagai gejala klienis diantaranya ;
a. Gejala intra pulmoner yang meliputi :
- batuk . 2 mg ( 70 90 % kasus )
- batuk darah ( 6 51 % )
- Nyeri dada/kemeng ( 42 67 % )
- Sesak nafas ( 58 % kasus )
b. Gejala intra torasik intrapulmoner yang meliputi penekananpenekanan ataupun pengrusakan struktur sekitar :
- Nervus phrenicus, akan menyebabkan lumpuhnya
diafrgma
- Saraf simpatik
- Eshopagus (/ dispagia)
- Vena cafa superior yang dapat menyebabkan bengkak
pada wajah, leher dan pembuluh darah kontralteral
- Trachea / bronchus , yang menyebabkan sesak
- Jantung.dll
I.
V. Diagnosa Keperawatan
Kriteria hasil:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan
3
4
5
Aspirasi
lama
dapat
menimbulkan
hipoksia,
karena tindakan pengisapan
akan mengeluarkan sekret
dan O2.
Tindakan
negatif
yang
berlebihan dapat merusak
mukosa jalan napas.
Memberikan
cadangan
oksigen dalam paru.
Menjamin
napas.
keefektifan
jalan
g.
Mengencerkan sekret.
selang endotracheal
Tujuan: Merasa nyaman selama dipasang ventilator.
Kriteria hasil:
Klien tidak gelisah.
Klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI
RASIONAL
1
Atur posisi selang ETT dan
1
Mencegah penarikan dan
Tubing ventilator.
penekanan.
2
Atur sensitivitas ventilator.
2
Menurunkan upaya pasien
melakukan pernapasan.
3
Atur posisi tidur dengan
3
Meningkatkan rasa nyaman.
menaikkan bagian kepala
tempat tidur, kecuali ada
kontra indikasi.
4
Kalau perlu kolaborasi dengan 4
Mengurangi rasa nyeri
3.
CEDERA KEPALA
PENGERTIAN
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan
perlambatan (accelerasi descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk
dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan factor dan
penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan
juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Cedera kepala pada dasarnya dikenal dua macam mekanisme trauma
yang mengenai kepala yakni benturan dan.
Berdasarkan GCS maka cidera kepala dapat dibagi menjadi 3 gradasi
yaitu cidera kepala derajat ringan, bila GCS : 13 15, Cidera kepala derajat
sedang, bila GCS : 9 12, Cidera kepala berat, bila GCS kuang atau sama
dengan 8. Pada penderita yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan misal
oleh karena aphasia, maka reaksi verbal diberi tanda X, atau oleh karena
kedua mata edema berat sehingga tidak dapat di nilai reaksi membuka
matanya maka reaksi membuka mata diberi nilai X, sedangkan jika
penderita dilakukan traheostomy ataupun dilakukan intubasi maka reaksi
verbal diberi nilai T.
Cedera Kepala Sedang :
- GCS 9 12
- Saturasi oksigen > 90 %
- Tekanan darah systale > 100 mm Hg
- Lama kejadian < 8 jam
10
11
12
13
jaringan otak seperti hemiparese/plegi, aphasia disertai gejala mualmuntah, pusing sakit kepala, amnesia retrograde/antegrade, pada
pemerikasaan CT Scan didaptkan daerah hiperdens di jaringan otak,
sedangkan istilah laserasi serebri menunjukkan bahwa terjadi robekan
membran pia-arachnoid pada daerah yang mengalami contusio serebri yang
gambaran pada CT Scan disebut Pulp brain .
Epidural Hematom (EDH = Epidural Hematom)
Epidural Hematom adalah hematom yang terletak antara durameter
dan tulang, biasanya sumber pendarahannya adalah robeknya Arteri
meningica media (paling sering), Vena diploica (oleh karena adanya fraktur
kalvaria), Vena emmisaria, Sinus venosus duralis. Secara klinis ditandai
dengan adanya penurunan kesadaran yang disertai lateralisasi (ada
ketidaksamaan antara tanda-tanda neurologis sisi kiri dan kanan tubuh)
yang dapat berupa Hemiparese/plegi, Pupil anisokor,Reflek patologis satu
sisi. Adanya lateralisasi dan jejas pada kepala menunjukkan lokasi dari
EDH. Pupil anisokor/dilatasi dan jejas pada kepala letaknya satu sisi
dengan lokasi EDH sedangkan hemiparese/plegi lataknya kontralateral
dengan lokasi EDH, sedangkan gejala adanya lucid interval bukan
merupakan tanda pasti adanya EDH karena dapat terjadi pada pendarahan
intrakranial yang lain, tetapi lucid interval dapat dipakai sebagai patokan
dari prognosenya makin panjang lucid interval makin baik prognose
penderita EDH (karena otak mempunyai kesempatan untuk melakukan
kompensasi). Pada pemeriksaan radiologis CT Scan didapatkan gambaran
area hiperdens dengan bentuk bikonvek diantara 2 sutura. Terjadinya
penurunan kesadaran, Adanya lateralisasi, Nyeri kepala yang hebat dan
menetap tidak hilang dengan pemberian anlgesia. Pada CT Scan jika
perdarahan volumenya lebih dari 20 CC atau tebal lebih dari 1 CM atau
dengan pergeseran garis tengah (midline shift) lebih dari 5 mm. Operasi
yang dilakukan adalah evakuasi hematom, menghentikan sumber
perdarahan sedangkan tulang kepala dapat dikembalikan. Jika saat operasi
tidak didapatkan adanya edema serebri sebaliknya tulang tidak
dikembalikan jika saat operasi didapatkan duramater yang tegang dan
dapat disimpan subgalea. Pada penderita yang dicurigai adanya EDH yang
tidak memungkinkan dilakukan diagnose radiologis CT Scan maka dapat
dilakukan diagnostik eksplorasi yaitu Burr hole explorations yaitu
membuat lubang burr untuk mencari EDH biasanya dilakukan pada titiktitik tertentu yaitu Pada tempat jejas/hematom, pada garis fratur, pada
daerah temporal, pada daerah frontal (2 CM didepan sutura coronaria),
pada daerah parietal, pada daerah occipital. Prognose dari EDH biasanya
baik, kecuali dengan GCS datang kurang dari 8, datang lebih dari 6 jam
umur lebih dari 60 tahun.
Subdural hematom (SDH)
Secara definisi hematom subdural adalah hematom yang terletak
dibawah lapisan duramater dengan sumber perdarahan dapat berasal dari
Bridging vein (paling sering), A/V cortical, Sinus venosus duralis.
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan maka subdural hematom dibagi
3 meliputiSubdural hematom akut terjadi kurang dari 3 hari dari kejadian,
14
15
16
17
Nilai
Nilai
5
4
Nilai
6
5
4
3
2
1
18
19
20
Transpor Oksigen
Mekanisme ini terdiri dari tiga unsur besar yakni:
1. Sistim pernafasan yang membawa O2 udara alveoli, kemudian difusi
masuk kedalam darah.
Setelah difusi menembus membran alveolokapiler, oksigen berkaitan
dengan hemoglobin dan sebagian kecil larut dalam plasma. Gangguan
oksigenansi menyebabkan berkurangnya oksigen didalam darah
(hipoksemia) yang selanjutnya akan menyebabkan berkurangnya oksigen
jaringan (hipoksia). Atas penyebabnya, dibedakan 4 jenis hipoksia sesuai
dengan proses penyebabnya :
1). Hipoksia hipoksik
: gangguan ventilasi-difusi
2). Hipoksia stagnan
: gangguan perfusi/sirkulasi
3). Hipoksia anemik
: anemia
4). Hipoksia histotoksik : gangguan pengguanaan oksigen dalam sel
(racun HCN, sepsis).
Pada pendarahan dan syok terjadi gabungan hipoksia stagnan dan anemik.
Kandungan oksigen dalam darah arterial (Ca O2) menurut rumus NunnFreeman (MacLean, 1971, Lentner, 1984, Buran, 1987) adalah :
Ca O2 = (Hb x Saturasi O2 x 1,34) + (p O2 x 0,003)
Hb = kadar hemoglobin darah (g/dl) saturasi O2 = saturasi oksigen dalam
hemoglobin (%)
1,34 = koefisien tetap (angka Huffner) beberapa penulis menyebut 1,36
atau 1,39
pO2
= tekanan parsiel oksigen dalam plasma, mmHg
0,003 = koefisien kelarutan oksigen dalam plasma.
21
4.
I.
22
KLASIFIKASI :
Secara klinis stroke di bagi menjadi :
1. Serangan Ischemia Sepintas ( Transient Ischemia Attack / TIA ).
2. Stroke Ischemia ( Stroke non Hemoragik ).
3. Stroke Hemoragik.
4. Gangguan Pembuluh Darah Otak Lain.
Sumber : 2000, Harsono ED, Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada UP,
hal : 84.
IV.TANDA DAN GEJALA.
1. Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :
Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons
terhadap stimulus.
Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai
paralysis.
Perubahan
ukuran
pupil
:
bilateral
atau
unilateral
dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.
Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas
irreguler, peningkatan suhu tubuh.
Keluhan kepala pusing.
Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2.Kelumpuhan dan kelemahan.
3.Penurunan penglihatan.
4.Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5.Pelo / disartria.
6.Kerusakan Nervus Kranialis.
7.Inkontinensia alvi dan uri.
V.PENATALAKSANAAN MEDIK.
Asuhan Keperawatan I C U Hal
23
A.PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1.LABORATORIUM.
Hitung darah lengkap.
Kimia klinik.
Masa protombin.
Urinalisis.
2.DIAGNOSTIK.
SCAN KEPALA
Angiografi serebral.
EEG.
Pungsi lumbal.
MRI.
X ray tengkorak
B.PENGOBATAN.
1.Konservatif.
a.Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b.Mencegah peningkatan TIK.
Antihipertensi.
Deuritika.
Vasodilator perifer.
Antikoagulan.
Diazepam bila kejang.
Anti tukak misal cimetidine.
Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena
klien akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress
ulcer/perdarahan lambung.
Manitol : mengurangi edema otak.
2.Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial
yang menetap akan membahayakan kehidupan klien.
3.Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu :
Terapi wicara.
Terapi fisik.
Stoking anti embolisme.
VI. KOMPLIKASI DAN PENCEGAHAN STROKE.
Aspirasi.
Paralitic illeus.
Atrial fibrilasi.
Diabetus insipidus.
Peningkatan TIK.
Hidrochepalus.
PENCEGAHAN :
Kontrol teratur tekanan darah.
Menghentikanmerokok.
Menurunkan konsumsi kholesterol dan kontrol cholesterol rutin.
Mempertahankan kadar gula normal.
Mencegah minum alkohol.
Asuhan Keperawatan I C U Hal
24
VI.ASUHAN KEPERAWATAN.
A.PENGKAJIAN
BIODATA
Pengkajian biodata di fokuskan pada :
Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya
serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di banding
wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
KELUHAN UTAMA.
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan
kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala
hebat bila masih sadar.
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN.
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena
itu klien biasanya langsung di bawa ke Rumah Sakit.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU.
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah
TIAs, Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas
pembuluh darah otak menjadi menurun.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tibatiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan
kesadaran sampai koma.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA.
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah
mengalami stroke.
PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI.
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu
klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari
bantuan sebagaian sampai total.Meliputi :
mandi
makan/minum
bab / bak
berpakaian
berhias
aktifitas mobilisasi
PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSERVASI.
BI ( Bright / pernafasan).
Perlu di kaji adanya :
25
B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan
Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.
B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya pupil unilateral,
Observasi tingkat kesadaran .
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda inkontinensia uri.
B5 ( Bowel : Pencernaan )
Tanda-tanda inkontinensia alfi.
B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena
tirah baring lama.Kekuatan otot.
SOSIAL INTERAKSI.
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian
diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang
pengobatan dan kesembuhannya.
B.DIAGNOSA YANG MUNCUL.
1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak
sekunder terhadap perdarahan otak .
2. Intoleransi
aktifitas
(ADL)
berhubungan
dengan
kehilangan
kesadaran,kelumpuhan.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan
kelumpuhan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan
kelumpuhan.
5. Kecemasan (ancaman
kematian) berhubungan dengan kurang
informasi prognosis dan terapi.Kurang pengetahuan prognosis dan
terapi berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi.
6. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan,
penurunan kesadaran.
7. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan
dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
8. Inkoninensia uri berhubungan dengan defisit neurologis.
9. Inkontinensia alfi berhubungan dengan
kerusakan mobilitas dan
kerusakan neurologis.
10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
mobilitas, parise dan paralise.
11. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan
bicara verbal atau tidak mampu komunikasi.
12. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan
penekanan pada saraf sensori.
26
C.INTERVENSI KEPERAWATAN.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1.RESIKO PENINGKATAN TIK BERHUBUNGAN DENGAN PENAMBAHAN
ISI OTAK SEKUNDER TERHADAP HIPOKSIA, EDEMA OTAK.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami
peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
Peningkatan tekanan darah.
Nadi melebar.
Pernafasan cheyne stokes
Muntah projectile.
Sakit kepala hebat.
Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.
Intervensi.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK
Deteksi dini peningkatan
tekanan darah
TIK untuk melakukan
tindakan lebih lanjut.
nadi
GCS
Respirasi
Keluhan sakit kepala hebat
Muntah projectile
Pupil unilateral
2.
Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat
Meninggikan kepala dapat
kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah membantu drainage vena
posisi dengan cepat.
untuk mengurangi
kongesti vena.
3.
Hindari hal-hal berikut :
Masase karotid
Masase karotid
memperlambat frekuensi
jantung dan mengurangi
sirkulasi sistemik yang
diikuti peningkatan
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat.
sirkulasi secara tiba-tiba.
Fleksi atau rotasi ekstrem
leher mengganggu cairan
cerebrospinal dan
Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan drainage vena dari rongga
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem
intra kranial.
panggul dan lutut.
Aktifitas ini menimbulkan
manuver valsalva yang
merusak aliran balik vena
dengan kontriksi vena
jugularis dan peningkatan
TIK.
4.
Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak
Mencegah konstipasi dan
Asuhan Keperawatan I C U Hal
27
5.
6.
mengedan yang
menimbulkan manuver
valsalva.
Meningkatkan istirahat
dan menurunkan
rangsangan membantu
menurunkan TIK.
Anti koagulan.
Anti tukak.
Roborantia.
Analgetika.
Vasodilator perifer.
Menurunkan tekanan
darah.
Mencegah
terjadinya
trombus.
Mencegah
defisit
cairan.
Mencegah obstipasi.
Mencegah stres ulcer.
Meningkatkan
daya
tahan tubuh.
Mengurangi nyeri.
Memperbaiki sirkulasi
darah otak.
2. Ajarkan
klien
untuk
melakukan latihan gerak aktif
pada ekstrimitas yang tidak
sakit
RASIONAL
Menurunkan
resiko
terjadinnya
iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan
Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan
kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung
dan pernapasan
Otot volunter akan kehilangan tonus dan
kekuatannya
bila
tidak
dilatih
untuk
digerakkan
28
fungsionalnya
5. Tinggikan kepala dan tangan
6. Kolaborasi
dengan
ahli
fisioterapi untuk latihan fisik
klien
29
1.
2. Kaji
kesadaran
sensori,
seperti2.
membedakan
panas/dingin,
tajam/tumpul,
posisi
bagian
tubuh/otot, rasa persendian
3. Berikan
stimulasi
terhadap
rasa3.
sentuhan, seperti memberikan klien
suatu
benda
untuk
menyentuh,
meraba. Biarkan klien menyentuh
dinding atau batas-batas lainnya.
4. Lindungi
klien
dari
suhu
yang4.
berlebihan, kaji adanya lindungan yang
berbahaya. Anjurkan pada klien dan
keluarga
untuk
melakukan
pemeriksaan terhadap suhu air dengan
tangan yang normal
5. Anjurkan klien untuk mengamati kaki5.
dan
tangannya
bila
perlu
dan
menyadari posisi bagian tubuh yang
sakit. Buatlah klien sadar akan semua
bagian tubuh yang terabaikan seperti
stimulasi sensorik pada daerah yang
sakit, latihan yang membawa area yang
sakit melewati garis tengah, ingatkan
individu untuk merawata sisi yang
sakit.
6. Hilangkan
kebisingan/stimulasi6.
eksternal yang berlebihan.
RASIONAL
Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang
mengalami
gangguan,
sebagai
penetapan rencana tindakan
Penurunan
kesadaran
terhadap
sensorik
dan
perasaan
kinetik
berpengaruh
terhadap
keseimbangan/posisi dan kesesuaian
dari
gerakan
yang
mengganggu
ambulasi,
meningkatkan
resiko
terjadinya trauma.
Melatih kembali jaras sensorik untuk
mengintegrasikan
persepsi
dan
intepretasi diri. Membantu klien untuk
mengorientasikan bagian dirinya dan
kekuatan
dari
daerah
yang
terpengaruh.
Meningkatkan keamanan klien dan
menurunkan resiko terjadinya trauma.
7. Lakukan
klien
validasi
terhadap
1. Tentukan
2.
3.
4.
5.
32
Mencari
posisi yang
pertukaran udara.
nyaman
yang
memudahkan
peningkatan
RASIONAL
efektif
dan
mengapa
terdapat
33
R/ Pernapasan diafragma
menurunkan frek. napas dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
detik
kemudian
secara
perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui
mulut.
Lakukan napas ke dua , tahan dan
batukkan dari dada dengan melakukan
2 batuk pendek dan kuat.
7. Ajarkan
9.
klien batuk.
klien
tindakan
untuk
menurunkan
viskositas
sekresi
:
mempertahankan hidrasi yang adekuat;
meningkatkan masukan cairan 1000
sampai 1500 cc/hari bila tidak
kontraindikasi.
yang baik setelah batuk.
5.
DIABETIK KETOACIDOSIS
34
Pengertian
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai
gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini
terkadang disebut akselerasi puasa dan merupakan gangguan
metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
Etiologi
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat
hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor :
- Infeksi
- Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress
mendorong peningkatan proses katabolik . Menolak terapi insulin
Pengkajian
(Menurut pengumpulan data base oleh Doengoes)
1. Aktivitas / Istrahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
Letargi/disorientasi, koma
Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut
Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
Nadi yang menurun/tidak ada
Disritmia
Krekels, Distensi vena jugularis
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK
baru/berulang
Nyeri tekan abdomen, Diare
Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat)
Urin berkabut, bau busuk (infeksi)
Abdomen keras, adanya asites
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan
Mual/muntah
Tidak mematuhi diet, peningkattan masukan
glukosa/karbohidrat
35
36
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rencana Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah;
pembatasan intake akibat mual
Batasan karakteristik :
- Peningkatan urin output
- Kelemahan, rasa haus, penurunan BB secara tiba-tiba
- Kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit jelek
- Hipotensi, takikardia, penurunan capillary refill
Kriteria Hasil :
- TTV dalam batas normal
37
Intervensi
1.Kaji riwayat durasi/intensitas mual,
muntah dan berkemih berlebihan
Rasional
Membantu memperkirakan
pengurangan volume total. Proses
infeksi yang menyebabkan demam
dan status hipermetabolik
meningkatkan pengeluaran cairan
2.Monitor vital sign dan perubahan
insensibel.
tekanan darah orthostatik
Hypovolemia dapat dimanifestasikan
oleh hipotensi dan takikardia.
Hipovolemia berlebihan dapat
ditunjukkan dengan penurunan TD
lebih dari 10 mmHg dari posisi
3.Monitor perubahan respirasi:
berbaring ke duduk atau berdiri.
kussmaul, bau aceton
Pelepasan asam karbonat lewat
respirasi menghasilkan alkalosis
respiratorik terkompensasi pada
ketoasidosis. Napas bau aceton
disebabkan pemecahan asam keton
4.Observasi kulaitas nafas, penggunaan dan akan hilang bila sudah terkoreksi
otot asesori dan cyanosis
Peningkatan beban nafas
menunjukkan ketidakmampuan
5.Observasi ouput dan kualitas urin.
untuk berkompensasi terhadap
asidosis
6.Timbang BB
Menggambarkan kemampuan kerja
ginjal dan keefektifan terapi
7.Pertahankan cairan 2500 ml/hari jika Menunjukkan status cairan dan
diindikasikan
keadekuatan rehidrasi
8.Ciptakan lingkungan yang nyaman,
Mempertahankan hidrasi dan
perhatikan perubahan emosional
sirkulasi volume
Mengurangi peningkatan suhu yang
menyebabkan pengurangan cairan,
9.Catat hal yang dilaporkan seperti mual, perubahan emosional menunjukkan
nyeri abdomen, muntah dan distensi
penurunan perfusi cerebral dan
lambung
hipoksia
Kekurangan cairan dan elektrolit
mengubah motilitas lambung, sering
10.Obsevasi adanya perasaan kelelahan menimbulkan muntah dan potensial
yang meningkat, edema, peningkatan BB, menimbulkan kekurangan cairan &
nadi tidak teratur dan adanya distensi
elektrolit
pada vaskuler
Pemberian cairan untuk perbaikan
Kolaborasi:
yang cepat mungkin sangat berpotensi
-Pemberian NS dengan atau tanpa
menimbulkan beban cairan dan GJK
dextrosa
Pemberian tergantung derajat
-Albumin, plasma, dextran
kekurangan cairan dan respons
pasien secara individual
38
BUN/Kreatinin
Osmolalitas darah
Natrium
Kalium
ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
Batasan karakteristik :
- Klien melaporkan masukan butrisi tidak adekuat, kurang
nafsu makan
- Penurnan berat badan, kelemahan, tonus otot buruk
- Diare
Kriteria hasil :
- Klien mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
- Menunjukkan tingkat energi biasanya
- Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan
sesuai rentang normal
Intervensi
1.Pantau berat badan setiap hari atau
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang
39
sesuai indikasi
2.Tentukan program diet dan pola
makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dihabiskan
3.Auskultasi bising usus, catat adanya
nyeri abdomen/perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum
dicerna, pertahankan puasa sesuai
indikasi
6.
A. Konsep dasar
Gagal nafas yang terjadi pada klien dengan hard heart failure
merupakan suatu proses sistematis yang biasanya merupakan peristiwa
40
yang panjang dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung yang memicu
terjadinya bendungan pada paru sehingga terjadi "dead space" yang
berakibat kegagalan ventilasi alveolar.(Paul L.Marino 1991)
B Pengkajian
a. Identitas:
b.Keluhan utama
c. Riwayat keperawatan
:
Klien merasakan jantungnya sering berdebar-debar dan nafas menjadi
sesak dan terasa lelah jika beraktivitas.. Riwayat hipertensi , DM, ,
Asthma ,Riwayat MRS
d. Data keperawatan
(a) Sistem pernafasan
Data
S : Sesak nafas sejak,
pusing PaO2 < 95 %
bertambah sesak jika
bergerak atau kepala
agak rendah, batuk (+)
sekret berbuih, AGD
tidak normal
O : RR >20 X/mnt, Rh ,
Wh , Retraksi otot
pernafasan, produksi
sekret banyak
Etiologi
Diagnose
Dekompensasi ventrikel Resiko tinggi terjadi
kiri
ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
Bendungan paru
Resiko tinggi gangguan
(odem paru)
pertukaran gas b.d
adanya odem paru
sekunder dekompensasi
ventrikel kiri
41
C. Rencana Tindakan
Dx: Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan kontraktilitas otot
jantung
Tujuan : Setelah dirawat selama 3X 24 jam T : 120/80, N : 88X/mnt, Urine
40-50 cc/jam, pusing hilang
Rencana Tindakan
Rasional
- Berikan posisi syok
- Memenuhi kebutuhan pefusi otak
- Observasi vital sign (N : T : S ) dan
- Untuk mengetahui fungsi jantung
kapilarri refill setiap jam
dalam upaya mengetahui lebih awal
jika terjadi gaguann perfusi
- Kolaborasi:
- Pemberian infus RL 28 tts/menit
42
Rasionalisasi
- Memantau keefektifan jalan nafas
- Jalan nafas bersih, sehingga mencegah
hipoksia, dan tidak terjadi infeksi
nasokomial.
- Membantu mengencerkan sekret
- Mencegah sekret mengental
- Memudahkan pelepasan sekret
- Deteksi dini adanya kelainan
43
Rasional
- Membinan hubungan saling percaya
- Mengurangi stress adaptasi
- Menggali perasaan dan masalah klien
- Mengurangi cemas dan meningkatkan
daya tahan klien
- Untuk meningkatkan semangat dan
- Berikan keluarga mengunjungi pada motivasi
saat-saat tertentu
- Berikan informasi realistis sesuai
- Agar klien memahami tujuan
dengan tingkat pemahaman klien
perawatan yang dilakukan.
44
7.
45
46
B 2 : Bleeding : Kardiovaskuler
1. Irama jantung : Frekuensi .........x/m, reguler atau irreguler
2. Distensi Vena Jugularis
3. Tekanan Darah : Hipotensi dapat terjadi akibat dari penggunaan
ventilator
4. Bunyi jantung : Dihasilkan oleh aktifitas katup jantung
S1 : Terdengar saat kontraksi jantung / sistol ventrikel. Terjadi
akibat penutupan katup
mitral dan trikuspid.
S2 : Terdengar saat akhir kotraksi ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup pulmonal dan katup aorta.
S3 : Dikenal dengan ventrikuler gallop, manandakan adanya
dilatasi ventrikel.
Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah.
Biasanya terdengar pada pasien gangguan katup atau CHF.
B 3 : Brain : Persyarafan/Neurologik
1. Tingkat kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan respirator dapat
terjadi akibat penurunan PCO2 yang menyebabkan vasokontriksi
cerebral. Akibatnya akan menurunkan sirkulasi cerebral.
Untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala
pengkuran yang disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS).
GCS memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien
terhadap lingkungan. Komponen yang dinilai adalah : Respon terbaik
buka mata, respon motorik, dan respon verbal. Nilai kesadaran pasien
adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen tersebut. Seperti terlihat
pada tabel berikut.
RESPON
KETERANGAN
NILAI
Buka mata (Eye)
E4
Spontan
E3
Terhadap
E2
panggilan
E1
Terhadap nyeri
Respon Motorik terbaik
Respon Verbal
Tak berespon
Sesuai perintah
Melokalisasi
Menarik
Fleksi abnormal
Ekstensi
Tak berespon
Orientasi
Bingung
Pembicaraan
M
M
M
M
M
M
6
5
4
3
2
1
V5
V4
V3
kacau
V2
Pengeluaran
bunyibunyian
V1
yang
tidak
mengandung arti.
Tak berespon
2. Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu
3. Sensorik- motorik pada ekstremitas.
4. Refleks pupil :
Reaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri)
Ukuran pupil (kanan dan kiri; 2-6mm)
Dilatasi pupil dapat disebabkan oleh : stress/takut, cedera neurologis
penggunaan atropta, adrenalin, dan kokain. Dilatasi pupil pada pasien
yang menggunakan respirator dapat terjadi akibat hipoksia cerebral.
Kontraksi pupil dapat disebabkan oleh kerusakan batang otak,
penggunaan narkotik, heroin.
B 4 : Bladder Perkemihan Eliminasi Uri/Genitourinaria
Kateter urin
Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis
urine.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
Distesi kandung kemih
B 5 : Bowel : Pencernaan Eliminasi Alvi/Gastrointestinal
Rongga mulut
Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
Bising usus
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum
melakukan palpasi abdomen. Bising usus dapat terjadi pada
paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising usus selama
2 menit. Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat tertelannya
udara yang berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nasotrakeal.
Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat diketahui
dengan memeriksa adanya gelombang air pada abdomen. Distensi
abdomen dapat juga terjadi akibat perdarahan yang disebabkan
karena penggunaan IPPV. Penyebab lain perdarahan saluran cerna
pada pasien dengan respirator adalah stres, hipersekresi gaster,
penggunaan steroid yang berlebihan, kurangnya terapi antasid, dan
kurangnya pemasukan makanan.
Nyeri
Dapat menunjukan adanya perdarahan gastriintestinal
Pengeluaran dari NGT : jumlah dan warnanya
Mual dan muntah.
B 6 : Bone : Tulang Otot - Integumen
NILAI NORMAL
7,40 (7,35 - 7,45)
80 - 100
95 %
35 - 45
22 - 26 m Eq / L
-2 + 2
Hasil penilaian CVP harus selalu dikaitkan dengan keadaan klinis pasien
seperti :
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suara napas dan jantung
Pemasukan cairan
Pengeluaran urine
Pada pasien yang memiliki fungsi paru dan jantung yang normal,
perubahan CVP dapat menjadi petunjuk tentang volume darah. Pembacaan
kurang dari 4 biasanya menunjukan adanya hipovolemik, sedangkan
pembacaan lebih dari 11 menunjukan adanya overhidrasi (kelebihan cairan)
atau gagal jantung.
Kesalahan pembacaan CVP dapat terjadi jika ada trombosis vena,
perubahan tekanan intra thorak dan peningkatan tekanan abdomen.
Positif Pressure Breathing dapat meningkatkan CVP sebesar 2 cm H2O.
Hal
52
Rencana Tindakan:
INTERVENSI
INDEPENDENT
RASIONALISASI
Hal
53
Tujuan:
Mempertahankan jalan napas tetap bersih dan mencegah aspirasi
Kriteria: Identifikasi kemungkinan terjadinya infeksi dan tentukan
recana tindakannya.
Rencana Kperawatan
INTERVENSI
INDEPENDENT
Kaji keadaan jalan napas
RASIONALISASI
Hal
54
RASIONALISASI
Untuk mencegah dan mengidentifikasi
secara dini terjadi kelebihan cairan
Untuk dapat menetapkan keakuratan
dari intake dan output
Peningkatan berat badan merupakan
Asuhan Keperawatan ICU
Hal
55
Hal
56
RASIONALISASI
Berbagai macam alasan untuk
menunjang selama pemasangan
ventilator sangat bervariasi seperti;
pasien dapat memberi isarat dan
menggunakan tulisan (misalnya: pasien
COPD dengan kemampuan yang
kurang) atau kelemahan, comatosa,
atau paralisis. Komunikasi dengan
pasien ini bersifat individual.
Mempertahankan kontak mata akan
membuat pasien interes selama
komunikasi; Jika pasien dapat
menggerakkan kepala, mengedipkan
mata, atau senang dengan isarat-isarat
sederhana, lebih baik dengan
menggunakan pertanyaan ya / tidak.
Kemampuan menulis kadang-kadang
me- lelahkan pasien, selain itu dapat
Hal
57
Hal
58
Rencana Keperawatan:
INTERVENSI
RASIONALISASI
INDEPENDENT
Identifikasi persepsi pasien untuk
Menegaskan batasan masalah individu
menggambarkan tindakan sesuai
dan pengaruhnya selama diberikan
situasi.
intervensi.
Monitor respon fisik, seperti;
Digunakan dalam mengevaluasi
kelemahan. perubahan tanda vital,
derajat/ tingkat kesadaran /
gerakan yang berulang-ulang, Catat
konsentrasi, khususnya ketika
kesesuaian respon verbal dan nonverbal melakukan komunikasi verbal.
selama komunikasi
Anjurkan pasien atau SO untuk meng Memberikan kesempatan untuk
-ungkapkan dan mengekspresikan rasa berkonsentrasi, kejelasan dari rasa
takutnya
takut, dan mengurangi cemas yang
berlebihan.
Akuilah situasi yang membuat cemas Mengvalidasi situasi yang nayata tanpa
dan takut.
mengurangi pengaruh emosional.
Hindari perasaan yang tak berarti
Berikan kesempatan bagi pasien/SO
seperti mengatakan semuanya akan
untuk menerima apa yang tejadi pada
menjadi baik.
dirinya serta mengurangi kecemasan.
Identifikasi/kaji ulang bersama
Membesarkan/menetramkan hati
pasien/SO tindakan pengaman yang
pasien untuk membantu
ada, seperti : kekuatan dan suplai
menghilangkan cemas yang tak
oksigen, kelengkapan suction
berguna, mengurangi konsentrasi yang
emergency. Diskusikan arti dari bunyi tidak jelas dan menyiapkan rencana
alarm.
sebagai respon dalam keadaan darurat.
Catat reaksi dari SO. Berikan
Anggota keluarga dengan responnya
kesempatan untuk mendiskusikan
pada apa yang terjadi, dan
perasaannya/ konsentrasinya, dan
kecemasannya dapat disampaikan
harapan masa depan
kepada pasien.
Identifikasi kemampuan koping
Memfokuskan perhatian pada
pasien/SO sebelumnya dan mengontrol kemampuan sendiri dapat
penggunaannya.
meningkatkan pengertian dalam
penggunaan koping.
Demonstrasikan/anjurkan pasien
Pengaturan situasi yang aktif dapat meuntuk melakukan tehnik relaksasi,
ngurangi perasaan tak berdaya.
seperti; mengatur pernapasan,
Hal
59
RASIONALISASI
Identifikasi masalah dengan cepat dapat
memberikan tindakan/pencegahan
dengan tepat.
Mencegah kekeringan/lecet pada
membran mukosa dan mengurangi
medium tempat perkembangan bakteri.
Membuat perasaan enak/nyaman.
Mempertahankan kelembaban dan
mencegah kekeringan.
Mengurangi resiko perlukaan pada bibir
dan mukosa mulut.
Hal
60
Tujuan
Pasien dapat:
Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium
Rencana Keperawatan
INTERVENSI
INDEPENDENT
Evaluasi kemampuan makan pasien
RASIONALISASI
Pasien dengan trakheostomy mungkin
sulit untuk makan, tetapi pasien
dengan endotrakeal tube dapat
menggunakan mag slang atau memberi
makanan parenteral
Tanda kehilangan berat badan (7 - 10
%) dan kekurangan intake nutrisi
menunjang terjadinya masalah
katabolisma, kandungan glikogen
dalam otot dan kepekaan terhadap
pemasangan ventilator.
Menunjukan indikasi kekurangan
energy otot dan mengurangi fungsi otototot pernapasan.
Nafsu makan biasanya berkurang dan
nutrisi yang masukpun berkurang.
Menganjurkan pasien memilih makanan
yang disenangi dapat dimakan (bila
sesuai anjuran)
Mencegah terjadinya kelelahan,
memudah- kan masuknya makanan,
dan mencegah gangguan pada lambung.
Fungsi sistem gastrointestinal sangat
Asuhan Keperawatan ICU
Hal
61
RASIONALISASI
Intubasi, penggunaan ventilator yang
lama, kelemahan umum, malnutrisi
merupakan faktor-faktor yang
memungkinkan terjadinya infeksi dan
penyembuhan yang lama.
Kuning / hijau, bau sputum yang
purulen merupakan indikasi infeksi.
Asuhan Keperawatan ICU
Hal
62
Hal
63
Tujuan
Partisipasi dalam proses belajar
Kriteria :
Menunjukan peringatan interes yang ditunjukan isu verbal dan
nonverbal.
Menunjukan respon dalam proses belajar mengajar dengan banyak
bertanya
Mengerti tentang indikasi pemakaian ventilator
Mendemonstrasikan pemasangan ventilator sesuai keperluan individu
Rencana Keperawatan:
INTERVENSI
INDEPENDENT
Tentukan kemampuan dan kemauan
belajar
RASIONAL
Hal
64
8.
TETANUS
A. KONSEP DASAR
Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara
proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini
selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.
Etiologi
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh
genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini
mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang
mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat.
Timbulnya teteanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung
oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.
patofisiologi
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat
disebabkan berbagai keadaan antara lain :
a. luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan
kaleng, pisau, cangkul dan lain-lain.
b. Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
c. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
Cara kerja toksin
Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik
masuk ke sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin
bersifak antigen , sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam
keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin
yang bebas dalam darah sangat mudah dinetrakan oleh antitoksin spesifik.
Hal
65
Faktor predisposisi
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
1.
2.
Prognosa
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.
Pemeriksaan diagnostik
Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis
kekakuan otot rahang.
Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman
sulit
Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
x.
Penatalaksanaan
Hal
66
Umum
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan
harus segera diberikan :
Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus
disekitar luka 9tidak boleh diberikan IV)
Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV
drip; Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau
PO tiap 3-6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6
jam.
Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam,
dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24
jam untuk dewasa.
Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total
dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik,
digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi
rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat
penenang.
Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti
dengan tetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida
vegetatif.
Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Diit tKTP melalui oral/ sounde/parenteral
Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.
Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.
Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi
optot dan ambulasi selama penyembuhan.
b. Pembedahan
Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu;
intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.
Hal
67