Está en la página 1de 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Selama dalam proses tumbuh kembang, memerlukan asupan gizi yang adekuat
penanaman nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang konsisten dan
upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui
pemberian imunisasi, pemahaman tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada anak sehat dan konsep
imunisasi pada saat merawat anak sakit, khususnya tuberkolosis, difteri , pertusis,
tetanus, folio, campak, dan hepatitis PD31 ( Yupi Supartini, 2004 )
menunjukkan bahwa setiap tahunnya didunia terdpat 1,5 juta kematian bayi
berusia 1 minggu dan 1, 4 juta bayi lahir mati (Tinker, 1997 dalam WHO- Depkes
FKMUI, 1998) akibat tidak mendapatkan imunisasi.
(http//www.google.com diakses 29 September 2007).
berdasarkan data dari departemen AS, stastistik menunjukkan penurunan penyakit
dan kematian. Misalnya saja pada tahun 1936 1945 lebih dari 21.000 orang
terinfeksi difteri dan menelan koraban jiwa 1.800 orang tiap tahunnya. Namun
kasus penyakit ini sudah tidak ditemukan lagi pada tahun 2006.
Antara tahun 1953 dan 1962, lebih dari 500.000 orang menderita cacar air tiap
tahunnya dan 440 orang meninggal karenanya. Ditahun 2006 hanya ada 55 kasus
penyakit cacar air ditemukan penurunan kasus penyakit gondok mencapai 95, 9 %
tetanus 92, 9 % dan penyakit pertusis turun 92, 2 %. Kematian akibat tetanus dan
pertusis menurun hingga 99 %.

Data yang ada menyebutkan kematian akibat campak di dunia yang dilaporkan
pada tahun 2002 mencapai 777.000 orang, 202.000 diantaranya berasal dari
ASEAN, serta 15 % kematian akibat campak berasal dari Indonesia. Setiap tahun
diperkirakan 30.000 anak Indonesia meninggal karena komplikasi yang
diakibatkan campak. (kdedy@yahoo.com).
Angka kematian bayi di Indonesia menurut hasil sensus penduduk tahun 1990
masih cukup tinggi, yaitu 74 per 1000 kelahiran hidup. Hasil survei kesehatan
Rumah tangga ( SKRT ) tahun 1986 dan 1992 menunjukkan bahwa penyebab
utama kemtian bayi. (http://www.google.com, Diakses 29 September 2007).
Namun berdasarkan data 2002 2003 angka cakupan Imunisasi anak usia 12 13
bulan di Indonesia baru sebesar 52 %. Angka ini masih kecil dibandingkan di
negara 80 % angka cakupan imunisasi lengkap yang ditargetkan oleh UCI
(Universal Childhood Immunization).
(kdedy-c@ yahoo.com).

Indeks campak di Indonesia selama tahun 1992 1998 dari data rutin rumah sakit
dan puskesmas untuk semua kelompok umur cenderung menurun dengan
kelengkapan laporan rata-rata kurang lebih 60% dan rumah sakit 40%. Namun
beberapa desa masih sering terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) campak. Dari
sejumlah kasus tersebut pada umumnya > 70% balita
(http://www.dr.suririnah//www.info ibu.com, 2007).
Di peroleh data dari Puskesmas Kenten di kelurahan Bukit Sangkal Palembang
tahun 2007 pemberian Imunisasi BCG tercatat 685 bayi, Imunisasi DPT / HB1
tercatat 694 bayi, Imunisasi Polio 2 tercatat 712 bayi, Imunisasi Polio 3 tercatat

685 bayi, Imunisasi Campak tercatat 685 bayi, Imunisasi Hepatitis B tercatat 604
bayi dengan jumlah bayi 6849 bayi.
Dari data diatas tersebut dapat diperkirakan Imunisasi masih rendah dan masih
banyak penyakit menular dan infeksi yang menyerang anak anak. Ini karena
ketidaktahuan ibu mengenai pemberian Imunisasi karena alasan inilah penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang Imunisasi
pada bayi di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas. Maka rumusan masalah yang dapat diangkat
oleh penulis adalah belum diketahuinya pengetahuan ibu tentang Imunisasi pada
bayi di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian imunisasi pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
2. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang tujuan imunisasi pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
3. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang jenis dan manfaat imunisasi pada

bayi di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.


4. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi pada bayi
di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
5. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang waktu / vaksinasi pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan pengetahuan secara jelas tentang Imunisasi pada bayi yang meliputi
definisi, tujuan Imunisasi, jenis dan manfaat imunisasi, efek samping Imunisasi
dan waktu pemberian Imunisasi.

1.4.2 Manfaat Praktis


Dengan adanya penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi,
dapat mengurangi angka kesakitan pada bayi karena ketidaktahuan ibu tentang
Imunisasi.

1.5 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo, 2002).
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi,
ditujukan pada ibu yang bayinya akan di Imunisasi di Puskesmas Kenten

Palembang tahun 2008. Penelitian ini direncanakan pada bulan Juni 2008.
1.5.2 Populasi dan sampel
a. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan ibu yang bayinya akan di imunisasi
di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
b. Sampel penelitian
Sampel diambil secara accidental sampling dari responden yang kebetulan ada
selama penelitian berlangsung yaitu 30 responden.

1.5.3 Tehnik pengambilan sampel


Pengambilan sampel atau sampling pada penelitian dilakukan dengan cara non
probality dengan metode perposire sampling yaitu suatu tehnik penempatan
sample dengan cara memilih sample diantaranya populasi sesuai dengan yang
dikehendaki penelitian sehingga dapat mewakili populasi yang telah dikenal
sebelumnya ( Nursalam, 2003 ).
1.5.4 Informan
Penelitian informan di pilih sesuai dengan prinsip yang berlaku pada penelitian
kuantitatif berdasarkan kesesuaian (appropriatiness) dan kecukupan (adequacy)
(Hadi, 2000).
Kriteria informan adalah :
1. Ibu yang memiki bayi yang berusia 0 11 bulan
2. Tidak mengalami gangguan jiwa / sehat fisik dan mental
3. Bersedia menjadi informan dalam penelitian ( kooperatif)
Adapun sumber informan dalam penelitian ini adalah :

Dokter, bidan, perawat, yang bertugas di Puskesmas Kenten Palembang tahun


2008.
1.5.5 Cara pengumpulan data
Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan dari orang lain misalnya:
keluarga atau orang terdekat pasien (Ali, 2002)

1.5.6 Tehink Analisa data


Data yang dianalisis dengan tabulasi pada tabel distribusi frekuensi yang
dilakukan terhadap variabel hubungan antara pengetahuan ibu terhadap imunisasi
pada bayi.
Cara Ukur = wawancara
Alat Ukur = Kuesioner
Skala Ukur = Ordinal
Hasil Ukur =
1. Baik Jika > 75% menjawab benar
2. Cukup Jika 60% - 75% menjawab benar
3. Kurang Jika <>
(Arikunto, 2002)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1 KONSEP DASAR

2.1.1 Definisi Pengetahuan


Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting membentuk tindakan seseorang, sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo,
2007 : 139).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat selalu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahasan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis

menunjukkan

kepada

suatu

kemampuan

untuk

melekatkan

atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau


kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. (Notoadmodjo, 2003 : 140 - 142).
2.1.3 Faktor yang mempegaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi atas dua macam yaitu :
Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul
dari diri seseorang yang berupa keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu,
sedangkan faktor - faktor eksternal adalah faktor yang didapat dari luar, yaitu : (1)
media cetak, berupa leaflet, flip, chart, rubrik / tulisan tulisan pada surat kabar /
majalah, poster (2) media papan yang dipasang di tempat - tempat yang berisi
pesan pesan kesehatan (Notoatmojo, 2003)
2.2 Konsep Imunisasi
2.2.1 Imunisasi

Imunisasi adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan


anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (A.Aziz Alumul Hidayat, 2005 :101).
Kekebalan manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu kekabalan pasif
dan kekebalan aktif
a. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif terdiri atas dua klasifikasi, yaitu menurut terbentuknya dan
menurut lokasi dalam tubuh.
1. Menurut terbentuknya
Ada dua kategori menurut klasifikasi yaitu kekebalan pasif bawaan (passive
conegnital) dan pasif didapat.
Kekebalan pasif didapat (passive ecquired immunity) didapat dari luar, misalnya,
campak, tetanus, gigitan ular berbisa, rabies). Umumnya imunisasi berupa serum
dan pemberian serum ini menimbulkan efek samping berupa reaksi optik,
anafilaktik, dan alergi
Kekebalan pasif bawaan

Kekebalan pasif bawaan ini terdapat pada neonatus sampai dengan bulan, yang
didapat dari ibu berupa antibodi melalui vaskularisasi pada plasenta, misalnya
difetri, tetanus, dan campak, antibodi tersebut dapat melindungi bayi dari penyakit
tetanus sampai usia 12 bulan.

2. Menurut lokasi dalam tubuh


Menurut lokasinya, ada dua jenis imunisasi yaitu humoral dan seluler imunitas
humoral (humoral imunity) terdapat imuno-globulin (19), yaitu lg 6, A, dan M.
Sedangkan imunitas seluler terdiri atas fagisitosis oleh sel sel sistem
retikuloendoteial.
Pada dasarnya, imunitas seluler berhubungan dengan kemampuan sel tubuh untuk
menolak benda asing dan dapat ditunjukkan dengan adanya alergi kulit terhadap
benda asing.
b. Kekebalan aktif
Ada dua jenis kekebalan aktif yaitu kekebalan aktif didapat secara alami dan
kekebalan yang disengaja dibuat
1. Kekebalan didapat secara alami (naturally acauired)
Misalnya anak yang terkena difteri atau polielitis dengan proses anak terkena
infeksi kemudian terjadi siolent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap
penyakit tersebut, jadi bila seorang menderita suatu penyakit, apabila sembuh, ia
akan kebal terhadap penyakit tersebut.
2. Kekebalan yang sengaja dibuat
Kekebalan ini dikenal dengan imunisasi dasar ulangan (booster), berupa
pemberian vaksin (misalnya, cacar dan polio) yang kumannya masih hidup, tetapi
sudah dilemahkan, virus kolera, tipus, dan pertusis, toksoid (foksin). Vaksin

tersebut akan berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan


respon imun. Hasil yang diperoleh akan sama dengan kekebalan seseorang yang
mendapat penyakit tersebut secara alamiah.
(Yupi Supartini, 2004: 176-177)
c. Faktor faktor yang mempengaruhi kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, sex, kehamilan,
gizi dan trauma
1. Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua lebih
mudah terserang, karena pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang
kebal terhadap penyakitpenyakit menular tertentu. Mungkin disebabkan karena
kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2. Sex
Untuk penyakitpenyakit menular tertetntu seperti polio dan diphteria lebih parah
terjadi pada wanita dari pada pria.
3. Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit
penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pnemonia, malaria serta
amublasis.

4. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap
penyakitpenyakit

infeksi.

Tetapi

sebaliknya

kekurangan

gizi

berakibat

kerentanan seseorang terhadap penyakit


5. Trauma
Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab seseorang terhadap suatu
penyakit infeksi tertentu (Notoatmojo, 2003:28)
2.2.2 Tujuan Imunisasi
Untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit
dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit (http://www.infeksi.com/articel, 2005)
Vaksinasi adalah tindakan dengan sengaja memberikan paparan pada
antigen dari suatu patogen, tidak menimbulkan sakit namun meproduksi liposit
yang peka antibiotik sel memori meberikan kekebalan
Secara konvesional upaya pencegahan terhadap penyakit maupun cidera dan
keracunan dapat dilakukan dalam 3 kategori :
Pencegahan Primer adalah upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian
yang mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cidera dan cacat.
Memperhatikan gizi yang baik sanitasi lingkungan, pengamanan terhadap segala
macam cedera dan keracunan serta imunisasi terhadap penyakit.

Pencegahan sekunder adalah deteksi dini pada adanya suatu penyimpangan


kesehatan seorang bayi atau anak sehingga intervensi dan pengobatan dapat
dilakukan untuk koreksi secepatnya, yaitu tindakan pada seseorang yang telah
menderita sakit sehingga memerlukan upaya penyembuhan agar tidak terjadi suatu
bekas, sekuele, maupun cacat fisik atau mental.
Pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya suatu penyakit atau kecacatan
dengan upaya agara dapat hidup mandiri. Seperti rehabilitasi medik (Ranuh dkk,
2001:2)
2.2.3 Jenis dan Manfaat Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Vaksin BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit Tuberculosis atau
lebih dikenal dengan istilah penyakit TBC. Penyakit TBC merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jenis bakteri yang berbentuk batang yang disebut
Mycobacterium Tuberculosis atau basil tahan asam (BTA) (Achmadi, 2006 : 52).
BCG merupakan imunisasi yang digunakan utuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang
ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan
imunisasi BCG untuk BCG yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC miller
(pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi ini merupakan vaksin
yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.

Penularan penyakit TBC dapat terjadi melalui droplet atau percikan air
ludah penderita. Pemberian imunisasi BCG satu kali dan waktu pemberian
imunisasi BCG pada umur 0 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan
pada bayi umur 2 atau 3 bulan, pemberian imunisasi BCG melalui intra dermal
(Hidayat, 2005 : 103).
2. Imunisasi DPT (Depteri, pertusis, tetanus )
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
corynebakterium Diftheriae. Mudah menular dan menyerang saluran nafas bagian
atas dengan gejala : adanya demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, nyeri
kepala, anoreksia (gejala tidak mau makan), dan lemah (Achmadi, 2006 : 57-58).
Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah DPT pada
anak dibawah satu tahun (imunisasi dasar) dan DT pada anak kelas I dan VI SD
(Booster) (Yupi Supartini, 2004:178).
Penyakit pertusis atau yang dikenal dengan batuk rejan adalah penyakit
infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejala
awal adalah batu-batuk ringan pada siang hari, pilek, serak, anoreksia (tidak mau
makan). Gejala penyakit ini sering menimbulkan komplikasi gangguan penyakit
lainnya, pencegahan paling efektif dengan imunisasi bersama dengan tetanus dan
difteri sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan.
Penyakit tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular dari manusia
ke manusia secara langsung. Penyebabnya adalah bakteri Clostridium Tetani.

Gejala yang timbul : kesulitan membuka mulut, dinding otot-otot perut menjadi
kaku, kejang otot wajah dengan alis tertarik keatas (Achmadi, 2006 : 61-63).
3. Imunisasi polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit
ini disebabkan oleh virus, menyebar melalui tinja / kotoran yang terinfeksi
( http/www.mediaindonesia.com).
Sesuai dengan namanya penyebab infeksi ini adalah virus polio tipe 1, 2
dan 3,yang menyerang mielin atau serabut otot, gejala awal tidak jelas, dapat
timbul gejala demam ringan dan infeksi saluran nafas atas (ISPA). kemudian
timbul gejala paralisis yang bersifat flaksit yang mengenai sekelompok serabut
hingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan,
saluran nafas, dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah melalui droplet
atau fekal, dan reservoarnya adalah manusia yang menderita polio.
Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan
vaksin polio (Yupi Supartini, 2004:179).
Vaksin polio ada 2 jenis yakni vaksin inactivated (IPV) dan vaksin polio
oral (OPV) vaksin ini diberikan kepada bayi baru lahir 2,4,6,18 bulan dan 5 tahun
(http://www.google.co.id)
4. Imunisasi campak

Penyakit ini dikenal dengan hasba dalam bahasa Arab maksudnya adalah
erruption yakni pemunculan bintik-bintik kemerahan diseluruh badan. Dalam
bahasa latin disebut Rubeola dan Morbilli dari kata Morbus artinya penyakit.
Penyakit campak secara klinik dikenal dengan tiga stadium atau tingkatan
yaitu :
a. Stadium Katara
Biasanya berlangsung 4 5 hari, ditandai panas, malaise, batuk, fotofobia (takut
terhadap suasana terang atau cahaya).
b. Erupsi
Batuk bertambah, timbul bintik-bintik dikulit
c. Konvalensi atau penyembuhan
Seperti penyakit virus lainnya, penyakit campak akan sembuh dengan sendirinya,
mula-mula bintik hitam menghilang dan suhu badan menurun. Bila tidak terjadi
komplikasi.
Penyakit campak timbul dengan gejala awal berupa demam, malaise atau lemah,
kemerahan pada mata dan gejala radang tenggorokan saluran nafas bagian atas.
Vaksin ini diberikan secara subkutan 0,5 ml pada umur 9 bulan dan diberikan
sebagai vaksin tunggal (hanya campak) vaksin ini memberikan imunitas yang
cukup lama hingga umur 8 10 tahun, namun setelah itu kekebalan akan menurun

lagi, oleh sebab itu pada anak kelas 1 SD dapat diberikan vaksin campak ulang
(Achmadi, 2006 : 90-92)
5. Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit liver (hati) kronik hingga akut, selain itu juga
dapat menyebabkan kanker dan pengerasan hati (serosis). Tidak ada obat yang
spesifik untuk penyakit ini obat yang ada hanya meningkatkan kekebalan untuk
mengurangi atau menghentikan perkembangan virus namun tidak menghabisinya.
Penularan melalui kulit, misalnya tukar-menukar jarum suntik, hubungan
seksual antara orang sehat dan penderita. Vaksin hepatitis B diberikan secara
intramuskular yaitu pada otot paha. Hepatiti B juga direkomendasikan untuk
diberikan pada orang dewasa. Dengan 3 kali pemberian, vaksin hepatitis B dapat
memberikan perlindungan sebesar 90% (Achmadi, 2006 : 98-100).
Untuk imunisasi ini diperlukan 3 suntikan dalam jangka waktu 6 bulan
(Edward, 2004 : 199).
2.2.4 Manfaat Imunisasi
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit mendorong


pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan perkembangan negara.
(http://suririnah//www.infoibu.com.2007)
2.2.5 Kontra indikasi Imunisasi
Kontra indikasi adalah keadaan pada bayi / anak yang dapat meningkatkan
kemungkinan besar terjadianya efek samping yang serius apabila dilakukan
imunisasi.
a. Vaksin BCG kontra indikasi
Reaksi tuberkulin > smm
Menderita HIV, resiko HIV radiasi, keganasan
Menderita gizi buruk
Demam tinggi
Infeksi kulit yang luas
Pernah sakit TBC

b. Vaksin DPT kontra indikasi


Riwayat anafilaksi
Ensepalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya
Riwayat hiperpireksia
Keadaan hipotonik hiporesponik dalam 48 jam paska DPT
kejang dalam 3 hari paska DPT
Menangis terus menerus selama 3 jam

c. Vaksin hepatitis B kontra indikasi


Tidak ada kontar indikasi
Reaksi anafilaksis terhadap ragi

d. Vaksin polio oral, kontra indikasi


Muntah
Diare
Demam
Pemakian kortikosteroid

Keganasan

e. Vaksin campak kontar indikasi

am tinggi

il

ng dalam pengobatan imunosupresif


2.2.6 Efek Samping Pemberian Imunisasi
Membutuhkan bahwa vaksin betul betul bekerja secara tepat, efek samping yang
terjadi sebagai berikut :
a. BCG, Sekolah 2 6 minggu setelah imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil
( papula) yang semakin membesar dan terjadi ubserasi selama 2 4 bulan,
kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut.
b. DPT, kebanyakan bayi akan demam tinggi, rewel setelah mendapat imunisasi DPT,
tetapi panas akan turun dalam waktu 2 hari akan merasa nyeri, sakit, merah dan
pembengkakan ditempat suntikan akan sembuh sendiri.
c. Polio / oral , jarang terjadi reaksi sesudah pemberian Imunisasi polio
d. Campak, reaksi yang dapat terjadi pasca vaskinasis campak berupa rasa tidak
nyaman dibekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejalagejala lain
yang timbul 5 12 hari setelah penyuntikan yaitu demam tinggi atau erupsi kulit
haus / tipis yang berlangsung kurang dari 48 jam

e. Hepatitis B reaksi yang dapat terjadi pasca Imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi,
tapi setelah imunisasi biasanya adapat timbul demam yang tidak tinggi, pada
tempat penyuntikan timbul kemerah merahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual
dan nyeri sendi (Ranuh dkk, 2002 : 31 33)
2.2.7 Waktu Imunisasi / vaksinasi
Tabel. 2.1. jadwal imunsisasi dasar

No

Vaksinasi

Jadwal usia

Booster / ulangan

Untuk melawan

BCG

waktu lahir

Tuberkolosis

Hepatitis B

waktu lahir 1

1 tahun pada bayi Hepatitis B


yang lahir dari ibu

DPT dan Polio

1 bulan 2

Dipteria,
dengan Hep B
tetanus, dan

6 bulan 3
18 bulan 1
polio
3 bulan 1
6 tahun 2
campak
4 bulan 2
12 tahun 3
5 bulan 3
9 bulan
Sumber : Imunisasi, at http Dr. Suririnah //www.infoibu.com, 2007
Tabel 2.2

pertusis

jadwal pemberian Imunisasi pada bayi menurut frekuensi selang waktu dan umur
pemberian

No

Vaksin

BCG

Pemberian

Selang waktu Umur

Imunisasi

pemberian

pemberian

1x

0 - 11 bulan

Keterangan

Untuk bayi lahir di RS


/ Puskesmas, hep B,

DPT

3x

4 minggu

2 - 11 bulan
BCG, dan polio dapat

Polio

4x

4 minggu

0 - 11 bulan

Campak

1x

0 - 11 bulan

Hib

3x

4 minggu

0 - 11 bulan

diberikan segera

Sumber : Yupi Supartini, 2004 : 181


2.3 Kerangka konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat keterkaitan antara
variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep
akan membantu peneliti dalam menghubungkan penemuan dengan teori
(Nursalam, 2003).
Kerangka konsep yang dibuat berdasarkan masalah yang akan dibahas yaitu
pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi.

Dibawah ini skematis kerangka konsep pengetahuan ibu terhadap imunisasi


dasar pada bayi

2.4 Definisi Istilah


2.4.1 Variabel Independent
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat
penting membentuk tindakan seseorang, sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007 : 139).
2.4.2 Variabel Dependen
Imunisasi dasar adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2005:1).

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Umar Fahmi Prof. 2006. Imunisasi. Kompas : Jakarta
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian.. Jakarta : Rineka Cipta
Hadi, Ela Nurlela. 2000. Pencegahan dan Penyakit Menular. Jakarta : FMUI
Hidayat, Azis Alimur.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta :
Salemba Medika.
http://www.google.com/infoibu.com.index.html.2007
http://www.google.com/infeksi.com/articel.2007
http://www.google.com/mediaindonesia.com.2007
http://www.google.com/suplemen.2007
http://www.google.co.id.2006
http://yahoo.com/kontrak.co.id.2008
Noto Atmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Noto Atmojo, Soekidjo.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT
Rineka Cipta

Nursalam.

2003.

Konsep

dan

Penerapan

Metodologi

Penelitian

Ilmu

Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika.


Prambudi. 2008. Kumpulan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Palembang, Akademi
Kebidanan Mitra Adiguna.
Ranuh,dkk. 2001. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakart

También podría gustarte