Está en la página 1de 31

PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

LAPORAN
TRAY DRYER
Laporan ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah laboratorium
Teknik Kimia
Dosen Pembimbing : Emma Hermawati, Ir., MT

Disusun oleh:
Kelompok VII
Aldi Muhamad Ramdani

141411002

Khoirin Najiyyah Sably

141411015

Muhammad Naufal Syarief

141411019

Ummi Kultsum Ratu Luhrinjani 141411030

Kelas: 2A

Tanggal Praktikum

: 21 Maret 2016

Tanggal Penyerahan Laporan

: 28 Maret 2016

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Kendala dalam hal peningkatan produksi salah satunya oleh proses
pengeringan,

karena

masih

mengandalkan

sinar

matahari.

Sehingga

ketergantungan pada kondisi iklim saat pengeringan, menjadikan persoalan


tersendiri. Ini mengakibatkan tidak bisa mengoptimasi kapasitas produksi,karena
proses pengeringan tergantung pada intensitas cahaya matahari, yang memerlukan
tempat yang sangat luas. Selain itu hiegenis dari suatu produk juga menjadi hal
yang kurang diperhatikan dengan pengeringan yang mengandalkan matahari.
Dengan kasus seperti diatas, maka dengan semakin majunya suatu
sistem pemprosesan pada industri proses dalam mendukung proses produksi
telah terdapat berbagai bentuk alat pengering. Alat-alat pengering tersebut antara
lain tray dryer,screen conveyor, tower dryer, rotary dryer dryer dan spray dyer
(Geankoplis).
Mengingat pentingnya proses pengeringan dalam proses produksi, maka
dilakukan praktikum yang berjudul TRAY DRYER agar mahasiswa Teknik
Kimia POLBAN dapat mengetahui lebih lanjut mengenai alat pengering
berdasarkan jenis bahan dan klasifikasi pengeringan.

1.2 TUJUAN

Menentukan kandungan air kritik(Xc)

Menentukan laju pengeringan konstan(Rc)

Menentukan kandungan air kesetimbangan (X*)

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERINGAN
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air suatu bahan hingga
mencapai kadar air tertentu. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya
penguapan air bahan ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara
dengan bahan yang dikeringkan. Agar suatu bahan dapat menjadi kering, maka
udara harus memiliki kandungan uap air atau kelembaban yang lebih rendah
dari bahan yang akan dikeringkan (Trayball E.Robert, 1981).
Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan
memperhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas baik itu
berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya. Tujuan
pengeringan antara lain :
1. Agar produk dapat disimpan lebih lama.
2. Mempertahankan daya fisiologik bahan
3. Mendapatkan kualitas yang lebih baik,
4. Menghemat biaya pengangkutan.
(Mc. Cabe . 1999)
Menurut Brooker, et al., (1974), beberapa parameter yang mempengaruhi
waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan, antara lain :
a) Suhu Udara Pengering
Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh
kenaikan suhu. Bila suhu pengeringan dinaikkan maka panas yang dibutuhkan
untuk penguapan air bahan menjadi berkurang. Suhu udara pengering
berpengaruh terhadap lama pengeringan dan kualitas bahan hasil pengeringan.
Makin tinggi suhu udara pengering maka proses pengeringan makin singkat.
Biaya pengeringan dapat ditekan pada kapasitas yang besar jika digunakan
pada suhu tinggi, selama suhu tersebut sampai tidak merusak bahan.
b) Kelembaban Relatif Udara Pengering
Kelembaban udara berpengaruh terhadap pemindahan cairan dari dalam ke
permukaan bahan. Kelembaban relatif juga menentukan besarnya tingkat

kemampuan udara pengering dalam menampung uap air di permukaan bahan.


Semakin rendah RH udara pengering, maka makin cepat pula proses
pengeringan yang terjadi, karena mampu menyerap dan menampung uap air
lebih banyak dari pada udara dengan RH yang tinggi. Laju penguapan air dapat
ditentukan berdasarkan perbedaan tekanan uap air pada udara yang mengalir
dengan tekanan uap air pada permukaan bahan yang dikeringkan. Tekanan uap
jenuh ini ditentukan oleh besarnya suhu dan kelembaban relatif udara. Semakin
tinggi suhu, kelembaban relatifnya akan turun sehingga tekanan uap jenuhnya
akan naik dan sebaliknya.
c) Kecepatan Aliran Udara Pengering
Pada proses pengeringan, udara berfungsi sebagai pembawa panas untuk
menguapkan kandungan air pada bahan serta mengeluarkan uap air tersebut.
Air dikeluarkan dari bahan dalam bentuk uap dan harus secepatnya
dipindahkan dari bahan. Bila tidak segera dipindahkan maka air akan
menjenuhkan atmosfer pada permukaan bahan, sehingga akan memperlambat
pengeluaran air selanjutnya. Aliran udara yang cepat akan membawa uap air
dari permukaan bahan dan mencegah uap air tersebut menjadi jenuh di
permukaan bahan. Semakin besar volume udara yang mengalir, maka
semakin besar pula kemampuannya dalam membawa dan menampung air di
permukaan bahan.
d) Kadar Air Bahan
Pada proses pengeringan sering dijumpai adanya variasi kadar air
bahan. Variasi ini dapat dipengaruhi oleh tebalnya tumpukan bahan, RH
udara pengering serta kadar air awal bahan. Hal tersebut dapat diatasi
dengan cara : (1) mengurangi ketebalan tumpukan bahan, (2) menaikkan
kecepatan aliran udara pengering, (3) pengadukan bahan. Pengeringan yang
terlampau cepat dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu
cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air
di dalam bahan yang menuju permukaan bahan tersebut. Adanya
pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan,
selanjutnya air di dalam bahan tersebut tidak dapat lagi menguap karena
terhambat. Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas

akhir dari proses pengeringan. Kelembaban udara nisbi serta suhu udara
pada bahan kering biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada
saat kadar air seimbang, penguapan air pada bahan akan terhenti dan jumlah
molekul - molekul air yang akan diuapkan sama dengan jumlah molekul air
yang diserap oleh permukaan bahan. Laju pengeringan amat bergantung
pada perbedaan antara kadar air bahan dengan kadar air keseimbangan.
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
semakin cepat pindah panas ke bahan dan semakin cepat pula penguapan air
dari bahan. Pada proses pengeringan, air dikeluarkan dari bahan dapat
berupa uap air. Uap air tersebut harus segera dikeluarkan dari atmosfer di
sekitar bahan yang dikeringkan. Jika tidak segera keluar, udara di sekitar
bahan pangan akan menjadi jenuh oleh uap air sehingga memperlambat
penguapan air dari bahan pangan yang memperlambat proses pengeringan.

2.2 KANDUNGAN AIR KESETIMBANGAN


Pengeringan suatu bahan umumnya dilakukan menggunakan cara
pengontakkan dengan campuran udara-uap air. Udara yang digunakan
berjumlah besar sehingga kondisinya dapat dianggap tetap. Pengontakkan
yang lama akan menghasilkan kandungan air dalam padatan mencapai nilai
tertentu, yang disebut kandungan air kesetimbangan pada H dan T udara
tertentu. Kandungan air kesetimbangan untuk beberapa jenis padatan
bergantung dari arah mana kesetimbangan didekati. Kandungan air
kesetimbangan karena bahan penyerap air akan berbeda dengan kandungan
air kesetimbangan karena bahan basah dikeringkan.

2.3 MEKANISME PENGERINGAN


Mekanisme pengeringan diterangkan melalui teori tekanan uap. Air yang
diuapkan terdiri dari air bebas dan air terikat. Air bebas berada di permukaan
dan yang pertama kali mengalami penguapan. Bila air permukaan telah habi,
maka terjadi migrasi air dan uap air dari bagian dalam bahan secara difusi.
Migrasi air dan uap terjadi karena perbedaan tekanan uap pada bagian dalam
dan bagian luar bahan (Handerson dan Perry, 1976).

Sebelum proses pengeringan berlangsung, tekanan uap air di dalam bahan


berada dalam keseimbangan dengan tekanan uap air di udara sekitarnya. Pada saat
pengeringan dimulai, uap panas yang dialirkan meliputi permukaan bahan akan
menaikkan tekanan uap air, teruatama pada daerah permukaan, sejalan dengan
kenaikan suhunya. Pada saat proses ini terjadi, perpindahan massa dari bahan ke
udara dalam bentuk uap air berlangsung atau terjadi pengeringan pada permukaan
bahan. Setelah itu tekanan uap air pada permukaan bahan akan menurun. Setelah
kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian bahan, maka terjadi pergerakan air
secara difusi dari bahan ke permukaannya dan seterusnya proses penguapan pada
permukaan bahan diulang lagi. Akhirnya setelah air bahan berkurang, tekanan uap
air bahan akan menurun sampai terjadi keseimbangan dengan udara sekitarnya.
Selama proses pengeringan terjadi penurunan suhu bola kering udara, disertai
dengan kenaikan kelembaban mutlak, kelembaban nisbi, tekanan uap dan suhu
pengembunan udara pengering. Entalpi dan suhu bola basah udara pengering tidak
menunjukkan perubahan sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 1.

Gambar 1. Kurva Psikometrik Proses Pengeringan

Menurut Henderson dan Perry (1976), proses pengeringan mempunyai


dua periode utama yaitu periode pengeringan dengan laju pengeringan tetap dan
periode pengeringan dengan laju pengeringan menurun. Kedua periode utama

ini dibatasi oleh kadar air kritis. Pada periode pengeringan dengan laju tetap,
bahan mengandung air yang cukup banyak, dimana pada permukaan bahan
berlangsung penguapan yang lajunya dapat disamakan dengan laju penguapan
pada permukaan air bebas. Laju penguapan sebagian besar tergantung pada
keadaan sekeliling bahan, sedangkan pengaruh bahannya sendiri relatif kecil.
Laju pengeringan akan menurun seiring dengan penurunan kadar air selama
pengeringan. Jumlah air terikat makin lama semakin berkurang. Perubahan dari
laju pengeringan tetap menjadi laju pengeringan menurun untuk bahan yang
berbeda akan terjadi pada kadar air yang berbeda pula. Pada periode laju
pengeringan menurun permukaan partikel bahan yang dikeringkan tidak lagi
ditutupi oleh lapisan air. Selama periode laju pengeringan menurun, energi
panas yang diperoleh bahan digunakan untuk menguapkan sisa air bebas yang
sedikit sekali jumlahnya. Laju pengeringan menurun terjadi setelah laju
pengeringan konstan dimana kadar air bahan lebih kecil daripada kadar air
kritis. Periode laju pengeringan menurun meliputi dua proses yaitu :
perpindahan dari dalam ke permukaan dan perpindahan uap air dari permukaan
bahan ke udara sekitarnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Kadar Air dan Waktu Pengeringan dengan


Menggunakan Udara sebagai Media Penghantar Panas

Data yang diperoleh dari percobaan pengeringan batch biasanya berupa


berat total pada berbagai waktu. Data tersebut dikonversi menjadi laju
pengeringan dengan langkah berikut ini.
=

Xt = (W Ws) / Ws = kg air/kg padatan kering


Dimana : Xt = kandungan air setiap saat
W = berat bahan setiap saat
Ws = berat bahan bebas air
Untuk kandungan pengeringan konstan, kandungan air kesetimbangan
(X*) dalam kg keseimbangan kandungan air per kg padatan kering ditentukan.
Kemudian kelembaban air bebas (X) dalam kg air bebas per kg padatan kering
dihitung untuk masing-masing harga X
X = Xt X*
X diplot terhadap waktu seperti gambar 2. Untuk memperoleh kurva laju
pengeringan dari grafik gambar 2, slope dari yang digambarkan pada kurva
tersebut dapat dihitung dimana diberikan harga X pada harga t tertentu. Laju R
dihitung dengan cara :
=

Dimana R adalah laju pengeringan dalam kg.H2O/h.m2, Ls (kg) dari


padatan kering yang digunakan, dan A menunjukan daerah permukaan untuk
pengeringan dalam m2 (Geankoplis, 1993)

2.4 JENIS-JENIS PENGERINGAN


Tipe-tipe alat pengering berdasarkan bahan yang akan dipisahkan
diklasifikasikan menjadi :
1. Pengering untuk zat padat
a. Pengeringan talam (tray dryer)
b. Pengeringan conveyor tabir ( screen conveyor dryer)
c. Pengering menara (tower dryer)
d. Pengering Putar (rotary dryer)
e. Pengering conveyor sekrup (screw conveyor dryer)

f. Pengering hamparan fluidisasi (fluid bed dryer)


g. Pengering kilat (flash dryer)
2. Pengering larutan dan bubur
a. Pengering semprot (spray dryer)
b. Pengering film tipis ( thin-film dryer)
c. Pengering trombol (drum dryer)
(Mc. Cabe. 1999)
2.5 TEMPERATURE BOLA BASAH DAN PENGUKURAN KELEMBABAN
Sifat-sifat yang dibahas dan yang terlihat pada grafik kelembaban adalah
besaran-besaran statik atau kesetimbangan. Di samping itu, yang terpenting
adalah laju perpindahan massa dan kalor antara gas dan zat cair yang tidak
berada pada kesetimbangan. Suatu besaran yang bergantung pada kedua laju ini
adalah temperature bola basah. Temperatur bola basah adalah suatu temperatur
peralihan dari keadaan tak setimbang menjadi keadaan tunak yang dicapai bila
suatu massa yang kecil dari zat cair dicelupkan dalam keadaan adiabatik di
dalam suatu arus gas yang kontinu. Massa zat cair itu sedemikian kecil
dilembabkan dengan fasa gas, sehingga perubahan sifat-sifat gas kecil sekali
dan dapat diabaikan sehingga pengeruh proses ini hanya terbatas pada zat cair
saja. Metoda pengukuran temperatur bola basah terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Prinsip Pengukuran Temperatur Bola Basah


(Sumber : akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/.../modul-202pengeringan.pdf)

Sebuah termometer atau suatu piranti pengukur temperatur seperti


termokopeldibalut dengan sumbu yang dijenuhkan dengan zat cair murni dan
dicelupkan di dalam aliran gas yang mempunyai temperatur tertentu T dan
kelembaban . Diasumsikan awalnya temperature zat cair tersebut kira-kira
sama dengan gas. Karena gas tidak jenuh, zat cair lalu menguap dan karena
proses adiabatik, kalor laten didapatkan dari pendinginan zat cair. Jika
temperatur zat cair telah turun sampai di bawah temperatur gas, kalor sensibel
akan berpindah dari gas ke zat cair. Akhirnya akan tercapai suatu keadaan
kesetimbangan pada temperatur zat cair, dimana kalor yang diperlukan untuk
menguapkan zat cair dan memanaskan uap sampai ke temperatur gas menjadi
bersis sama dengan kalor sensible yang mengalir dari gas ke zat cair.
Temperatur ini adalah temperatur dalam keadaan tunak, ditandai dengan TW,
dan disebut temperatur bola basah. Temperatur ini merupakan fungsi T dan .
Untuk mengukur temperatur bola basah secara teliti, ada 3 hal yang harus
diperhatikan:
1. sumbu harus basah seluruhnya dan tidak ada bagian sumbu yang kering
yang kontak dengan gas
2. kecepatan gas harus cukup besar sehingga laju alir kalor radiasi dari
lingkungan yang panas ke bola basah itu dapat diabaikan terhadap laju aliran
kalor sensible yang disebabkan oleh konduksi dan konveksi dari gas ke bola
basah 3. jika harus ditambahkan zat cair pengganti ke bola basah itu, zat cair
yang ditambahkan tersebut harus berada pada temperatur bola basah. Bila
ketiga hal tersebut dipenuhi, temperatur bola basah tidak akan bergantung
pada kecepatan gas dalam rentang laju alir yang cukup luas. Untuk
campuran udara-air temperatur bola basah hampir sama dengan tempertur
jenuh adiabatik TS. Pada dasarnya temperatur bola basah berbeda dari
temperatur jenuh adiabatik.. Pada temperatur jenuh adiabatik, temperatur
dan kelembaban gas berubah selama berlangsungnya proses pengukuran
dan titik akhirnya adalah suatu kesetimbangan yang tetap dan keadaan tunak
yang dinamik. Umumnya bersama dengan termometer yang dibalut sumbat
basah digunakan pula termometer tanpa dibalut yang mengukur temperatur
T, yaitu temperatur gas nyata. T tersebut dinamakan temperatur bola kering.

2.6 TRAY DRYER

Gambar 4. Skema Tray Dryer


(Sumber : akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/.../modul-202pengeringan.pdf)
Contoh try dryer ditunjukkan pada Gambar 4. Pengering ini terdiri dari
sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi dua buah truk yang mengandung
rak-rak H. Setiap rak mempunyai sejumlah piringan sebagai penapis tempat
bahan yang akan dikeringkan diletakkan. Piringan ini umumnay berukuran 30
in2, dengan ketebalan 2 sampai 6 in. Udara panas disirkulasikan pada kecepatan
7 sampai 15 ft/detik di antara piringan dengan bantuan kipas C dan motor D,
mengalir melalui pemanas E. Sekat-sekat G membagi udara tersebut secara
seragam di atas susunan talam tadi. Sebagian udara basah diventilasikan keluar
melalui talang pembuang B; sedangkan udara segar masuk melalui pemasuk A.
Rak-rak itu disusun di atas roda truk I sehingga pada akhir siklus pengeringan
truk itu dapat ditarik keluar dari ruang pengering dan dibawa ke bagian akhir
untuk off loading bahan yang selesai dikeringkan. Try dryer sangat bermanfaat
bila laju produksi bahan kering kecil. Alat ini dapat digunakan untuk
mengeringkan segala macam bahan, tetapi karena memerlukan tenaga kerja
manual untuk loading dan off loading, biaya operasi agak mahal. Alat ini
biasanya diterapkan untuk pengeringan bahan-bahan mahal seperti zat warna
dan bahan farmasi. Pengeringan dalam sirkulasi udara menyilang lapisan zat
padat biasanya lambat sehingga siklus pengeringan pun panjang, sekitar 4

sampai 48 jam per batch. Terkadang digunakan juga sirkulasi tembus, namun
cara ini biasanya tidak ekonomis dan bahan tidak perlu pada pengeringan batch.
Pemendekan siklus pengeringan tidak mengurangi biaya tenaga kerja, namun
akan terjadi penghematan energi yang cukup signifikan.
Try dryer dapat beroperasi dalam vakum, terkadang dengan pemanasan
tidak langsung. Masing-masing try terdiri atas pelat-pelat logam bolong yang
dilalui uap atau air panas atau terkadang dilengkapi ruang khusus untuk fluida
pemanas. Uap dari zat padat dikeluarkan dengan ejektor atau pun pompa
vakum. Pengering beku (freeze drying) terdiri dari sublimasi es dari es pada
tekanan vakum dan pada temperatur di bawah 0 oC. Freeze drying dilakukan
khusus untuk mengeringkan vitamin dan berbagai bahan yang peka terhadap
panas.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Alat

Bahan

1.

Tray dryer

Buah apel

2.

Termometer basah dan kering

3.

Stopwatch

4.

Cawan pijar

3.2 SKEMA KERJA


3.2.1 Persiapan
Mengiris buah apel dengan ketebalan tidak lebih dari 3 mm
dengan bentuk kotak

Menimbang berat tray kosong

Meletakan bahan dalam tray dan mengukur luasnya

Memasangkan tray ke dalam penggantungannya

Memasangkan timbangan dan menghubungkan semua


koneksi listrik
Gambar 5. Skema kerja persiapan

3.2.2 Pengamatan Berat Kering


Menimbang cawan pijar

Mengambil sepotong sampel yang sudah diketahui luasnya

Meletakkan sampel di atas cawan pijar


dan menimbang beratnya
Memanaskan dalam oven dengan suhu 100C
sampai berat konstan
Menimbang berat cawan pijar berisi sampel kering
Gambar 6. Skema kerja pengamatan berat kering

3.2.3 Start Up
Menyalakan blower

Mengatur temperatur 80C

Menyalakan pemanas
Gambar 7. Skema kerja start up

3.2.4 Pengamatan
Mencatat berat tray setiap 5 menit

Menghentikan pengamatan jika telah teramati berat konstan


selama 20 menit berturut-turut
Gambar 8. Skema kerja pengamatan

3.2.5 Shut Down


Mematikan pemanas, membiarkan blower tetap hidup
selama 5 menit
Melepaskan tray dan membersihkannya

Mematikan blower
Gambar 9. Skema kerja shut down

BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA PENGAMATAN


1. Objek pengamatan
a. Jenis sampel

: apel

b. Luas permukaan

: 11,8 m x 14,8 m = 174,64 m2

2. Variabel operasi
a. Laju alir udara diukur di keluaran tray dryer
b. Set point temperatur pemanas

: meter3/detik
: 80

3. Tray yang dipakai

: atas

4. Kondisi udara lingkungan


a. Suhu bola kering

: 26

b. Suhu bola basah

: 24

c. Kelembaban Relatif

: 55 93%

5. Pengukuran berat kering solid


a. Berat basah sampel

: 5.42 gram

b. Berat kering sampel

: 3.2 gram

c. Temperatur oven

: 100

d. % pengeringan

: 61.24%

6. Pengamatan berat dalam tray dryer


a. Berat tray kosong

: 190 gram

b. Berat tray awal diisi sampel

: 282,6 gram

c. Berat sampel

: 92,6 gram

Perkembangan berat total sampel dan tray sepanjang waktu sesuai tabel berikut::
Tabel 2. Perkembangan Berat Total Sampel dan Tray Sepanjang Waktu
Temperatur
Waktu
(menit)

Berat
tray

Udara masuk (C)


Kering

0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140

282,6
281,9
279,7
277,3
275,1
272,4
270,5
269,5
267
265
262,9
261
259,7
258,1
255,7
254,2
253
251,4
249,8
249
247
246
245
244,1
243,2
243
242,4
242
242

25
26
26
27
25
26
26
26
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
26
26
25
26
25
25
26
25
25
25
25,5

Basah
23
24
24
24
24,5
23
23
25
23
23
23
23
23
23
23
23
24
24
24
24
24
23
23
23
23
24
24
23
23

Udara keluar (C)


Kering
26
28
27
30
30
31
30
29
31
31
32
30
30
32
31
31
31
31
30
31
30
31
30
30
30
30
31
30
30

Berat Apel
(gram)

Basah
24
24
24
25
27
26
25
27
26
25
26
25
25
26
28
25
27
25
26
26
26
25
24,5
25
26
27
25
24
25

92,6
91,9
89,7
87,3
85,1
82,4
80,5
79,5
77
75
72,9
71
69,7
68,1
65,7
64,2
63
61,4
59,8
59
57
56
55
54,1
53,2
53
52,4
52
52

Kurva 1
100
90

Berat Bersih (gr)

80
70
60
50
40
y = -0.3106x + 90.036
R = 0.9725

30
20
10
0

20

40

60

80

100

120

140

Waktu (menit)

Gambar 10. Kurva Berat Bersih Terhadap Waktu


mos (sampel solid basah) = 92,6 gr a
mas (sampel solid kering) = 52 gr b
motray basah = mo tray basah - mo tray kosong
= 282,6 -190
= 92,6 gr
Perhitungan berat kering bahan
Ls

= 0 tray
52

= 92,6 92,6
= 52 gr
Pembuatan grafik kadar air terhadap waktu
X

=
=

92,652
52

= 0,780769231

160

Pembuatan grafik kadar air terhadap waktu


Tabel 3. Kadar Air

Waktu (menit)

Berat bersih/berat bahan yang dikeringkan


(W) = berat total - berat tray kosong

X (kadar air)
Kg H2O/kgUK

0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140

92,6
91,9
89,7
87,3
85,1
82,4
80,5
79,5
77
75
72,9
71
69,7
68,1
65,7
64,2
63
61,4
59,8
59
57
56
55
54,1
53,2
53
52,4
52
52

0,780769231
0,767307692
0,725
0,678846154
0,636538462
0,584615385
0,548076923
0,528846154
0,480769231
0,442307692
0,401923077
0,365384615
0,340384615
0,309615385
0,263461538
0,234615385
0,211538462
0,180769231
0,15
0,134615385
0,096153846
0,076923077
0,057692308
0,040384615
0,023076923
0,019230769
0,007692308
0
0

Kurva 2
0.9
0.8
0.7

y = -0.006x + 0.7315
R = 0.9725

Kadar Air (X)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1

20

40

60

-0.2

80

100

120

140

160

Waktu (menit)

Gambar 11. Kurva Kadar Air


Kurva 3
Penentuan Periode Laju Konstan
0.9
0.8
0.7

y = -0.006x + 0.7315
R = 0.9725

Kadar Air (X)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1

20

40

-0.2

60

80

100

120

140

Waktu (menit)

Gambar 12. Kurva Penentuan Periode Laju Konstan


Dari kurva kadar air didapat persamaan linier yaitu :
y=-0,006x+0,7315
R = 0,9725
dengan =

= -0,006x

160

= 174,64 cm2 = 1,74 x 10-2 m2

A tray dryer

maka laju pengeringan


Rc

==-

.( )

52 103
1,74 x 102 2

. (-0,006)

= 0,0179 kg H2O/jam m2
0.0035

R (kg H2O/jam.m2)

0.003
0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
-0.1

0.1
X*

0.2
Xc

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

Xt (kg H2O/kg solid)

Gambar 13. Kurva Penentuan Harga Karakteristik

Dari kurva diatas diperoleh 3 harga karakteristik yaitu :

Kandungan air kritik (Xc)

: 0,149

Laju pengeringan konstan (Rc)

: 0,0179 kg H2O/jam m2

Kandungan air kesetimbangan (X*) : 0,158

0.8

0.9

Tabel 3. Tabel Pengamatan Berat Kering


T= 50OC
Waktu
(menit)

Berat Roti dan


cawan(gr)

Xt

24,07

0,011345

24,06

0,010924

10

24,04

0,010084

20

24

0,008403

30

23,97

0,007143

40

23,93

0,005462

50

23,88

0,003361

60

23,88

0,003361

70

23,84

0,001681

80

23,81

0,00042

90

23,8

Pada pengamatan Berat Kering berat yang dihasilkan belum konstan sehingga tidak
bisa diukur laju pengeringan konstan sampel.

4.2 PEMBAHASAN
Pembahasan Oleh Aldi Muhamad Ramdani NIM 141411002
Praktikum yang dilakukan yaitu mengeringkan buah apel dengan tray dryer.
Tray dryer merupakan alat yang digunakan untuk mengeringkan berupa bahan
lembaran. Lembaran tersebut disimpan pada tray kemudian ditiupkan udara panas
pada permukaannya, sehingga air yang terkandung di dalamnya menguap (McCabe,
1999). Bahan yang digunakan yaitu buah apel yang diiris dengan ketebalan kurang
dari 3 mm, dan dihamparkan dengan luas 1,74x10-2 m2. Buah apel yang
dihamparkan harus tersusun dengan rapat, supaya pengeringan terjadi dengan
merata dan supaya saat melakukan perhitungan lebih tepat. Karena jika tidak rapat,
maka luas yang terukur pun tidak sesuai dengan kenyataanya. Buah apel diiris tipis
bertujuan agar tidak terjadi case hardening yaitu bagian luar keras, sedangkan
bagian dalam masih lunak. Hal tersebut bisa tejadi karena bagian luar keras
sehingga panas tidak dapat melakukan penetrasi ke dalam bahan, hal ini
menyebabkan bahan mudah rusak (Sugiono, 1989).

Proses pengeringan berlangsung sampai berat bahan mengalami konstan,


selain itu juga mengukur suhu udara kering dan basah udara masuk dan keluar.
Waktu yang diperlukan yaitu 140 menit dengan suhu pengeringan 80. Sampel
dilakukan pengamatan berat kering dengan hasil 52 gram. Hasil pengamatan secara
visual buah apel berubah menjadi berwarna coklat. Warna coklat yang dihasilkan
dapat terjadi karena sebelum praktikum dimulai buah apel tidak direndam terlebih
dahulu dengan air garam.
Hasil pengamatan yang dilakukan yaitu membuat grafik berat bersih, yaitu
berat tray dengan bahan dikurangi dengan berat tray kosong, dengan waktu.
Gambar 10 menunjukkan semakin lama proses pengeringan semakin kecil berat
bersih bahan. Hal tersebut terjadi karena udara panas yang dialirkan blower
sehingga udara panas tersebut melintasi permukaan buah apel yang dihamparkan di
atas tray. Udara panas tersebut belum akan mencapai kondisi jenuh saat udara panas
bersinggungan dengan buah apel. Perbedaan kondisi permukaan padatan dengan
fasa ruah, dimana padatan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari fasa fasa ruah
menyebabkan terjadinya gaya dorong perpindahan massa, maka air yang
terkandung dalam buah apel akan berpindah ke udara.
Gambar 11 menunjukkan semakin lama waktu pengeringan maka semakin
kecil pula kadar air dalam buah apel. Hal tersebut terjadi karena berat yang hilang
saat proses pengeringan itu adalah air yang terdapat pada buah apel. Sehingga kadar
air akan menurun seiiring berkurangnya berat buah apel. Pada saat berat konstan
hal tersebut menunjukkan bahwa air yang terkandung dalam buah apel telah
berpindah ke udara.
Dari data pengamatan dapat dihitung laju pengeringan (R) yang terjadi
dengan memasukkan rumus dan didapatkan hasil 0,0179 kgH2O/jam.m2. Hal
tersebut menunjukkan setiap 1 jam maka kadar air yang hilang yaitu 0,0179 kgH 20/
m2 Untuk mendapatkan nilai kandungan ari kritik (Xc) dengan plot nilai R pada
kurva Xt terhadap R, maka hasil yang didapatkan Xc= 0,0149. Karena kondisi
pengeringan tidak mengalami konstan tidak dapat ditentukan dengan rumus X= XtX*, maka nilai kandungan air kesetimbangan (X*) didapatkan dari grafik menurun
sebelum nilai Xc, dipatkan hasilnya 0,158.

Pembahasan Oleh Khoirin Najiyyah Sably NIM 141411015


Pada praktikum kali ini dilakukan metode pengeringan menggunakan tray
dryer berjenis Parallel Flow Tray. Parallel Flow Tray merupakan satu ruang atau
cabinet yang didalamnya tersusun atas rak-rak yang digunakan untuk tempat
meletakkan bahan yang akan dikeringkan. Tray dryer jenis ini dilengkapi dengan
beberapa komponen utama yang lainnya pemanas (heater), timbangan dan blower.
Tujuan dari praktikum tray dryer adalah untuk menentukan kandungan air kritik (
Xc), laju pengeringan (Rc), dan kandungan air kesetimbangan (X*) dari kurva
karakteristik pengeringan.
Pengeringan adalah proses pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil
dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses pengeringan
adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air
keseimbangan udara (atmosfir). Proses pengeringan pada prinsipnya adalah
menurunkan kadar air suatu produk. Cara yang dilakukan dengan menurunkan
kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas disekitar bahan, sehingga
tekanan uap air pada bahan lebih besar dari pada tekanan uap air di udara.
Perbandingan tekanan tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran uap air dari
bahan ke udara yang diajdikan sebagai driving force pada praktikum tray dryer ini.
Prinsip kerja tray dryer adalah udara masuk ke dalam suatu lorong tertutup
dengan bantuan blower, kemudian udara dipanaskan dengan pemanas sehingga
udara panas mengenai permukaan suatu bahan. Pemberian panas pada bahan
mengakibatkan terjadinya perpindahan panas untuk menguapkan uap air
selanjutnya terjadi perpindahan uap air ke udara dimana terjadi perpindahan massa
yaitu pengeluaran massa uap air dari permukaan bahan ke udara yang pada satu
waktu berat bahan akan konstan yang menunjukkan bahwa air yang terkandung
pada bahan mengalami kesetimbangan dengan kelembaban udara.
Pada praktikum digunakan sampel buah apel untuk dikeringkan dengan
tebal 3 mm dan luas permukaan yang digunakan adalah 174,64 cm 2. Berat
keseluruhan sampel dan tray adalah 282,6 gram. Temperature pemanasan
menggunakan suhu 80oC dengan bukaan blower penuh. Udara pengeringan akan
dialirkan sejajar dengan permukaan tray. Tebalnya isian bahan pada tray akan
mempengaruhi waktu pengeringan. Semakin tebal sampel pada tray akan

menyebabkan critical moisture content naik sehingga waktu pengeringan akan


bertambah. Temperature basah yang dihasilkan mengalami perubahan tetapi tidak
terlalu besar, seharusnya temperature meningkat karena kadar air pada udara
meningkat dan menjadi jenuh. Ketika udara bersinggungan dengan sampel, air
dalam sampel akan menguap akibat adanya perbedaan konsentrasi air pada sampel
dan udara sehingga membuat kadar air pada udara meningkat dan menjadi jenuh.
Hal ini dibuktikan dengan temperature basah yang meningkat.
Dari percobaan didapat berat kering sampel pada tray sebesar 52 gram. Dari
data ini didapatkan nilai Ls sebesar 52 gram. Kemudian dibuat kurva kadar air
terhadap waktu diperoleh persamaan linier x = -0,006x + 0,7315. Persamaan ini
dijadikan persamaan diferensial yiatu dx/dt = -0,006. Nilai tersebut dimasukkan ke
dalam persamaan Rc sehingga diperoleh nilai laju alir pengeringan sebesar 0,0179
kg H2O/jam m2. Kemudian nilai laju alir pengeringan diplotkan pada kurva laju
pengeringan (R) terhadap kadar air (X) pada gambar 13 dari kurva diperoleh 3 nilai
karakteristik yaitu:

Kandungan air kritik (XC)

: 0,149

Laju pengeringan konstan (Rc)

: 0,0179 kg H2O/jam m2

Kandungan air kesetimbangan (X*) : 0,158


Dari perhitungan diperoleh laju pengeringan konstan sebesar 0,0179 kg

H2O/jam m2 artinya setiap 1 jam banyaknya air yang menguap adalah 0,0179 kg per
m2 apel. Dari praktikum ini dapat disimpulan semakin lama waktu yang digunakan
dalam pengeringan metode tray dryer, berat sampel akan semakin konstan karena
air yang terdapat dalam sampel sudah berada pada keseimbangannya dengan
kelembaban udara pengering yang digunakan.
Pembahasan Oleh Muhammad Naufal Syarief NIM 141411019
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengeringan dengan
menggunakan tray dryer. Tray dryer merupakan alat pengering yang terdiri atas
beberapa komponen yaitu tray, timbangan dan blower. Tujuan dari praktikum ini
yaitu untuk menentukan laju pengeringan, menentukan 3 harga karekteristik
pengeringan, yakni Xc, Rc dan X* dari kurva karakteristik pengeringan.
Pengeringan merupakan proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam
jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Proses

pengeringan dilakukan dengan cara penguapan air. Cara ini dilakukan dengan
menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling
bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar daripada tekanan uap air di udara.
Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara.
Pada praktikum pengeringan ini praktikan melakukan praktikum dari jenis
Parallel Flow Tray. Parallel flow tray atau disebut compartment dryer terdiri dari
satu ruang atau cabinet yang didalamnya tersusun atas rak-rak yang digunakan
untuk tempat meletakkan bahan yang akan dikeringkan. Parallel flow tray ini
dilengkapi dengan fan atau pemanas uap (steam heater). Alat pengeringan yang
kami gunakan dilakukan dengan cara adiabatik, yaitu bahan yang akan dikeringkan
dikontakkan secara langsung dengan udara panas. Bahan yang dikeringkan
berbentuk sheet (lembaran) yang diletakkakn diatas rak-rak yang dapat diambil dan
dipasang kembali. Bahan yang dikeringkan adalah apel yang dibentuk persegi
dengan luas permukaan sebesar 1,74 x 10-2 m2 dan berat keseluruhan sampel plus
tray adalah 282,6 gram. Udara pengering disirkulasikan dan mengalir parallel atau
sejajar dengan permukaan rak. Tebal pengisian bahan, tray spacing dan kecepatan
media pengering harus dibuat seragam pada tiap tray.
Pengeringan menggunakan tray dryer disebabkan oleh dua proses yaitu
kontak bahan dengan udara panas secara konveksi dan kontak bahan dengan tray
yang telah panas secara konduksi. Udara panas yang mengalir berasal dari pemanas
yang disirkulasikan oleh blower. Pada proses pengeringan, kandungan air yang
terdapat dalam bahan akan mengalami penguapan. Penguapan air pada bahan
terjadi dalam beberapa tahap yaitu pelepasan ikatan dari bahan, difusi air dan uap
air ke permukaan bahan. Selanjutnya terjadi perubahan tahap menjadi uap air, pada
tahap ini terjadi perpindahan panas yaitu pemberian panas pada bahan untuk
menguapkan uap air selanjutnya terjadi perpindahan uap air ke udara dimana terjadi
perpindahan massa yaitu pengeluaran massa uap air dari permukaan bahan ke udara
yang pada satu waktu berat bahan akan konstan yang menunjukkan bahwa air yang
terkandung pada bahan sudah menguap semua.
Pada praktikum ini temperatur basah menunjukan konstan walaupun kadang
temperatur meningkat atau menurun tapi perubahannya tidak terlalu besar.
Seharusnya temperatur meningkat karena kadar air pada udara meningkat dan

menjadi jenuh, disebabkan karena udara panas yang masuk belum mencapai titik
jenuh. Saat udara bersinggungan dengan apel, air dalam apel menguap akibat
adanya perbedaan konsentrasi air pada apel dan udara (konsentrasi air pada apel
lebih besar dari udara) sehingga membuat kadar air pada udara meningkat dan
menjadi jenuh. Hal ini dibuktikan dengan temperatur basah yang meningkat.
Dari hasil data percobaan dibuat kurva antara berat dan waktu. Dari
pengamatan terlihat bahwa semakin lama berat bahan semakin berkurang, hal ini
menunjukan bahwa sedang terjadi proses penguapan dan ada satu waktu dimana
berat bahan menjadi konstan hal ini menunjukan bahwa kandungan air yang
terdapat pada bahan telah menguap semua. Dan diperoleh pada waktu 140 menit
dan seterusnya terlihat berat di dalam tray sudah mulai konstan.
Praktikum ini didapatkan nilai Ws (berat kering bahan di tray) sebesar 52
gr. Lalu dibuat grafik berat apel terhadap waktu. Kemudian diperoleh nilai laju
pengeringan konstan (Rc), Kandungan air kritik (Xc), dan kandungan air
kesetimbangan (X*). Masing-masing 0,0179 kh H2O/jam m2 ; 0,149; dan 0,158.
Pembahasan Oleh Ummi Kultsum Ratu L NIM 141411030
Pada prakitkum ini dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan
tray dryer. Tujuan dari praktikum ini untuk menentukan kandungan air kritik (Xc),
menentukan laju pengringan konstan (Rc), dan menentukan kandungan air
kesetimangan. Tray dryer merupakan alat pengering yang terdiri atas beberapa
komponen,yaitu Tray, Timbangan dan Blower. Tray Dryer atau alat pengering
berbentuk rak, mempunyai bentuk persegi dan di dalamnya berisi rak-rak, yang
digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Bahan diletakkan di atas
rak (tray) yang terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang. Kegunaan
dari lubang-lubang ini untuk mengalirkan udara panas dan uap air.
Prinsip kerja alat pengering ini adalah udara pengering dari ruang pemanas
dengan bantuan blower akan bergerak menuju dasar rak dan melalui lubang-lubang
yang terdapat pada dasar rak tersebut akan mengalir melewati bahan yang
dikeringkan dan melepaskan sebagian panasnya sehingga terjadi proses penguapan
air dari bahan. Penguapan air pada bahan terjadi dalam beberapa tahap yaitu
pelepasan ikatan dari bahan, difusi air dan uap air ke permukaan bahan. Selanjutnya
terjadi perubahan tahap menjadi uap air. Pada tahap ini terjadi perpindahan panas

yaitu pemberian panas pada bahan untuk menguapkan uap air. Selanjutnya terjadi
perpindahan uap air ke udara dimana terjadi perpindahan massa yaitu pengeluaran
massa uap air dari permukaan bahan ke udara yang pada satu waktu berat bahan
akan konstan yang menunjukkan bahwa air yang terkandung pada bahan sudah
menguap semua. Semakin ke bagian atas rak suhu udara pengering semakin turun.
Penurunan suhu ini harus diatur sedemikian rupa agar pada saat mencapai bagian
atas bahan yang dikeringkan, udara pengering masih mempunyai suhu yang
memungkinkan terjadinya penguapan air. Di samping itu kelembaban udara
pengering pada saat mencapai bagian atas harus dipertahankan tetap tidak jenuh
sehingga masih mampu menampung uap air yang dilepaskan. Di dalam penggunaan
alat pengering ini perlu diperhatikan pengaturan suhu, kecepatan aliran udara
pengering, dan tebal tumpukan bahan yang dikeringkan sehingga hasil kering yang
diharapkan dapat tercapai. Saat praktikum dicatat berat awal apel sebelum
dikeringkan dan dicatat pula berat apel setiap 5 menit. Dari hasil data percobaan
dibuat grafik berat bersih terhadap waktu.
Pengeringan dengan menggunakan tray dryer ini dilakukan secara adiabatik,
yaitu bahan yang akan dikeringkan dikontakkan lagsung dengan udara panas.
Driving force dari pengeringan ini adalah perbedaan konsentrasi kelembaban antara
udara panas dan bahan yang dikeringkan. Bahan(sample) yang akan dikeringkan
adalah apel yang telah diptong hingga berbentuk lembaran-lembaran dengan luas
174,64 cm2 dan ketebalan 3mm. Proses pengeringan dilakukan pada suhu masukan
80oC dan bukaan blower penuh.
Dilihat dari grafik berat bersih terhadap waktu, semakin lama pengeringan
maka berat bersih semakin menurun. Hal ini menunjukan pengurangan kadar air
pada apel. Dari grafik didapat hasil akhir dengan berat bersih yang konstan. Hal ini
menunjukkan terjadinya kesetimbangan air pada udara dan apel. Hal terebut
menunjukan bahwa apel tidak akan mengering dengan sempurna.

Pada

pengeringan di tray dengan suhu 80 oC didapat % pengeringan sebesar 61,24 % dan


didapat kandungan air kesetimbangan (X*) sebesar 0,158.

Kemudian dibuat

kembali grafik kadar air terhadap waktu dari data kadar air yang relatif konstan.
Dari data kadar air yang relatif konstan didapat nilai Rc dengan membuat garis

linier dan didapat nilai Laju Pengeringan Konstan (Rc) sebesar 0,0179 kg H2O/jam
m2. Kemudian didapatkan pula nilai Kandungan Air Kritik (Xc) sebesar 0,149.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengeringan dengan
menggunakan Tray Dryer, yaitu luas permukaan bahan yang akan dikeringkan,
perbedaan suhu dan udara sekitar, kecepatan aliran udara, tekanan udara, dan
kelembaban udara. Secara teoritis semakin besar luas permukaan bahan, maka laju
pengeringan akan semakin cepat .Semakin besar perbedaan suhu antara medium
pemanas dengan bahan yang akan dikeringkan, maka penguapan air dalam bahan
akan lebih cepat. Kelembaban udara yang kecil akan membuat waktu pengeringan
akan semakin cepat.

BAB V
SIMPULAN

5.1 SIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Sampel

: Apel

Tebal irisan

: 3 mm

Waktu pengeringan

: 140 s

Temperatur operasi

: 80oC

Kandungan air kritik (XC)

: 0,149

Laju pengeringan konstan (Rc)

: 0,0179 kg H2O/jam m2

Kandungan air kesetimbangan (X*) : 0,158


Mekanisme yang terjadi pada percobaan ini adalah perpindahan energi dari

lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di permukaan benda padat dan
perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan.
Semakin lama waktu yang digunakan dalam pengeringan metoda tray dryer,
berat sampel akan semakin konstan karena air yang terdapat dalam sampel telah
berada pada keseimbangannya dengan kelembaban udara pengering yang
digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker DB, Bakker-arkemaand FW, Hall CW. 1974. Drying Cereal Grains. The
AVI publishing Company. Inc. Wesport
Departemen Teknik Kimia ITB. No Date. Panduan Pelaksanaan Laboratorium
Instruksional I/II. akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/.../modul202-pengeringan.pdf
Geankoplis, J, Christie, 1993,Transport Process and Unit Operation 3rd Edition,
New Jersey: University of Minnesota, chapter: drying of process material
Henderson SM, Perry RL. 1976. Agricultural Process Engineering 3th. Edition, The
AVI Publishing Company.Inc. Wesport Connecticut. USA
Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGrawHill Book Co., New York, 1993, Chapter: Humidification and Drying
Polsri.

No

date.

TINJAUAN

PUSTAKA

http://eprints.polsri.ac.id/1965/3/FIX%20BAB%20II.pdf
Sarandi R, Tindaon W, dan Surya H. 2013. Jenis-jenis Alat Pengerering.
http://westryantindaon.blogspot.co.id/2013/07/pengeringan.html

[26

maret 2016].
Sugiono. 1989. Pengantar Teknologi Makanan dan Minuman. Yogyakarta.
Treybal, R.E., Mass Transfer Operations, McGraw-Hill, 1981, Chapter:
Humidification and Drying
Undip.

No

date.

TINJAUAN

PUSTAKA.

http://eprints.undip.ac.id/45498/6/BAB_2.pdf [ 27 Maret 2016]

También podría gustarte