Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penurunan kesadaran atau Aletered Mental State (AMS) merupakan
kasus gawat darurat yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua
hemisfer serebri dan Ascending ReticularActivating System (ARAS). Jika
terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi
maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran
dengan berbagai tingkatan.
Tingkatan penurunan kesadaran dimulain dari kondisi sadar penuh
atau compos mentis, hingga keadaan pasien koma. Di waktu pasien
mengalami kondisi seperti ini, seringkali banyak masalah yang terjadi yang
dapat membahayakan keselamatan pasien. contohnya, pada kondisi tidak
sadar jalan nafas merupakan fokus perhatian utama perawat, karena pada
GCS <8, lidah pasien cenderung jatuh ke belakang dan menutup jalan nafas.
Oleh karena itu, pasien perlu diberikan interensi segera untuk mencegah
kondisi yang membahayakan nyawa. Dalam praktiknya, tentu saja seorang
perawat harus terlebih dahulu mengerti konsep tentang penurunan
kesadaran, sehingga nantinya dalam memberikan tindakan keperawatan
dapat secara tepat dan efisien.
Oleh karena itu, penting bagi perawat memahami konsep penurunan
kesadaran dan menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan penurunan kesadaran.
Pada seminar ini akan dibahas mengenai definisi penurunan
kesadaran, etiologi, klasifikasi. Patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan, serta komplikasi yang mungkin terjadi pada
apsien dengan penurunan kesadaran. Selain itu, akan disajikan contoh
kasus (trigger) serta diagnosa keperawatan hingga penatalaksanaan
intervensinya.
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep tentang penurunan kesadaran
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penurunan
kesadaran
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep penyakit
1. Definisi
Kesadaran adalah
pengetahuan
penuh
atas
diri,
lokasi
dan
about the etiology of altered mental status and thus improve diagnostic skills
and management in emergency setting. (Source: Hai-yu Xiao et al., 2012)
The underlying causes of an AMS presentation are varied, and several are
potentially life threatening. The causes can include structural conditions,
metabolic issues, drugs (prescription or recreational), cardiovascular
disorders, respiratory diseases and infectious diseases. One method
commonly utilized to remember the causes of AMS is the pneumonic AEIOU
TIPS.
A - Alcohol abuse
E - Epilepsy, electrolyte, endocrine, encephalopathy
I - Insulin, intoxication
O - Overdose (opiates, lead, sedatives, aspirin, and carbon monoxide)
A drug (of any category) overdose presents a difficult challenge for EMS
providers. Since it is impossible in this article to describe an adverse reaction to
every drug, I will describe five common drug categories as a representative
sample. Barbiturates tend to have a sedative effect, making the patient drowsy
or uncoordinated. Opiates are narcotics that cause respiratory depression and
loss of cognitive function. Tricyclic antidepressants may produce respiratory
depression, hallucinations, heart rhythm disturbances and hypotension.
Salicylates, such as aspirin, can lead to respiratory disturbances and can result
in delirium, hallucinations, seizures, stupor and coma.
Patient Presentation
Because of the multitude of drugs, patients may present with any
combination of signs and symptoms of AMS from confusion to coma. It is
important to expect the unexpected, as the patients mental status may change
rapidly. (Warren Porter, 2010)
3. Klasifikasi Penurunan Kesadaran
1.
Kompos mentis
Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh
asupan dari panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh
rangsangan baik dari luar maupun dalam. GCS Skor 14-15
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam
hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik. . Skor < 5 : koma
( Harsono , 1996 )
4. Patofisiologi
(TERLAMPIR)
5. Manifestasi klinis Penurunan Kesadaran
Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :
Muntah proyektil,
Papil edema,
Asimetris pupil,
Demam,
Gelisah,
Kejang,
pemeriksaan
fisik
yang
sistematis
untuk
membantu
jalan
napas
nya
baik
sendiri
atau
dengan
Respirasi Apneustic dicirikan dengan napas panjang, napas dalamdalam dipisahkan oleh apnea. Hal ini biasanya menunjukkan
stroke.
Pernapasan Biot (Ataksia) yang ditandai oleh kurangnya pola
pernapasan terkoordinasi.
Cheyne-Stokes pernapasan ditandai dengan pola napas dangkal
yang teratur, pernapasan yang cepat dan mendalam diikuti oleh
intrakranial.
Respirasi Kussmaul mungkin sangat mirip dengan respirasi
neurogenik pusat dengan pernapasan yang sangat dalam dan cepat,
atau mereka mungkin lebih lambat dan dalam. Terlepas dari apakah
lambat atau cepat, pola pernapasan ini mungkin menunjukkan
asidosis metabolik, karena tubuh berusaha untuk menghilangkan
kelebihan karbon dioksida.
Menggunakan
SAMPEL
pneumonia
dapat
membantu
terjadinya
AMS.
AMS
tidak
stabil
harus
dipertimbangkan
dan
dari
AMS.
Pemeriksaan
fisik
juga
membantu
menentukan
perkembangan kondisi. Riwayat medis, pemeriksaan fisik, sejarah masa lalu, dan
tanggapan pengobatan pasien yang penting dalam menilai penyebab AMS. CT
dapat
mengungkapkan
gambaran
abnormal
ruang-penyakit
intrakranial,
analisis cairan serebrospinal AMS akut pada orang tua memiliki tingkat positif
dari 24% untuk demam dan 18% untuk pasien demam. Penilaian AMS tetap
sangat menantang antara dokter darurat dalam hal menggabungkan empat alat
penilaian dasar dan cukup memilih metode pencitraan, biokimia darah, cairan
serebrospinal, dan penilaian EEG untuk diagnosis AMS. Dengan demikian,
eksplorasi terkait lebih lanjut diperlukan (Warren Porter, 2010).
A = Jalan napas yang tidak paten dapat menyebabkan hipoksia dan kerusakan
SSP. Membuka jalan napas, memeriksa denyut nadi, dan memberikan oksigen
tambahan
B = Ventilasi yang tidak adekuat akan menyebabkan tingginya kadar CO 2 dan
pernapasan asidosis. Bag-valve-maskventilation harus diberikan sampai
ventilasi adekuat
C = Sirkulasi yang buruk dapat menyebabkan hipoperfusi ke otak. Tanpa
darah yang menyuplai oksigen dan glukosa yang memadai, status mental
dapat menurun dalam hitungan detik. Periksa nadi, kaji warna kulit, dan cek
tekanan darah. Jika denyut nadi tidak ada, segera lakukan CPR secara terus
menerus dan defibrilasi sesuai kebutuhan. Jika denyut nadi ada, kaji penyebab
lain dari buruknya sirkulasi (MI dan cardiogenic shock, sepsis). Tempatkan
pasien dalam posisi terlentang atau trendelenberg untuk meningkatkan
sirkulasi ke otak. Sirkulasi ke otak harus segera dilakukan sebelum evaluasi
lebih lanjut dapat dilanjutkan
D = Disability level dengan mengkaji tingkat kesadaran menggunakan GCS
atau AVPU. Catat setiap gerakan spontan. Apakah ada gerakan yang kurang
pada satu sisi tubuh (stroke)? Apakah ada gerakan yang kurang di bawah
tingkat tertentu dari tubuh (cedera tulang)? Apakah ada aktivitas kejang?
Apakah pupil sama dan reaktif?
E = Expose head to toe secara cepatdalam melihat tanda-tanda trauma,
sumber infeksi, konsumsi obat secara.
sekali
untuk
mengeluarkan
cairan
Pada herniasi
a. Pasang ventilator lakukan hiperventilasi dengan target PCO2: 25-30
mmHg.
b. Berikan manitol 20% dengan dosis 1-2 gr/ kgbb atau 100 gr/iv. Selama
10 -20menit kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 gr/kgbb atau 25 gr setiap 6
jam.
c. Edema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason 10
mg/ iv lanjutkan 4-6 mg setiap 6 jam.
d. Jika pada CT scan kepala ditemukan adanya CTyang operabel seperti
epiduralhematom, konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.
Pengobatan khusus tanpa herniasi
a. Ulang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti.
Jika pada CT scan tak ditemukan kelainan, lanjutkan dengan
pemeriksaan pungsi lumbal ( LP ). JikaLP positif adanya infeksi berikan
antibiotik yang sesuai. Jika LP positif adanya perdarahan terapi sesuai
dengan pengobatan perdarahan subarachnoid.
eriksaan kadar glukosa, elektrolit, analisa gas darah, fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi tiroid, darah lengkap, sk
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
decreased
120x/mnt
Mental status
An important part of the initial assessment is determining a
baseline mental status by utilizing the pneumonic AVPU. Is the patient
alert? Is the patient responsive to verbal stimulus? Does the patient
respond only to painful stimuli? Is the patient unresponsive? Another
tool that may be utilized, depending on patient presentation, is the
Cincinnati Stroke Assessment.
GCS Nn.A E3V3M5
History
Kepala
Inspeksi
Palpasi
:
:
:
:
:
subkutis (+/-)
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
:
datar (+/-), lemas (+/-), simetris (+/-)
Palpasi :
nyeri tekan epigastrium (+/-), hepar dan limpa tidak
teraba (+/-)
Perkusi
Auskultasi
Alat kelamin
Anus
Ekstremitas :
:
:
Symptoms
Etiology
Ds : -
Problems
Biologis (Meningitis)
Do :
Impaired Gas
Exchange
- pH 6,54
- PaCO2 = 65 mmHg
tissue
- PO2 = 65%
- Somnolent
Produce toxin
- HR 120 bpm
- RR 25 x/minute
- Dyspnea
DS:
Bangun
dengan
sign
(+).
Laboratorium
WBC
Hematokrit
40,3%.
BGA
didapatkan pH 6,54,
PaCO2
65
mmHg,
HCO3 19 mEq/L.
Biologis ( Meningitis)
Sakit kepala
Nyeri akut
Nyeri Akut
Diagnosa
Intervensi
NIC: oxygen therapy
45 mmHg)
3. Lakukan pemasangan
Arterial pH
masker reservoir (isi
(7,35
reservoir dengan O2
7,45)
terlebih dahulu)
Oxygen
4. Lakukan pemasangan
Saturation
pulse oximetri
(92-95%)
5. Lakukan set monitor
1 2 3 4
5
Somnolenc
untuk evaluasi tanda
e
vital pasien
Dyspnea
6. Memantau aliran
reduce
oksigen
with RR
7. Memantau posisi masker
being 12
reservoir
20 x/min
8. Memeriksa masker
reservoir secara periodik
Vital Sign
(setiap 5 menit) untuk
memastikan bahwa
Indikator hasil
1 2 3 4 5
konsentrasi yang
Respiratory Rate (12-20
diberikan sesuai
x/min)
9.
Memantau efektivitas
Apical heart rate
kondisi memburuk
14.Berkonsultasi dengan
petugas kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan dan /
atau tidur
Nyeri akut bd
agens cedera
NOC:
Pain: Dispruptive Effect
Impaired concentration
Disruption of routine
dosis)
- Evaluasi efektivitas
Ket:
1: Severe
pemberian
- Komunikasikan pada
2: Substansial
3: Moderate
4: Mild
5: None
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita tidak sadar dalam arti
tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan
respons yang normal terhadap stimulus. Penurunan kesadaran (AMS) disebabkan
oleh berbagai macam faktor, structural conditions, metabolic issues, drugs
(prescription or recreational), cardiovascular disorders, respiratory diseases and
infectious diseases.
Penurunan kesadaran diklasifikasikan menjadi kompos mentis, somnelen /
drowsiness / clouding of consciousness, stupor , soporokoma / semikoma, dan
koma.
Pasien yang bernama Nn.A terdiagnosa mengalami meningitis hingga
menyebabkan kondisi penurunan kesadaran (somnolen). Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat, diagnosa perawatan pasien adalah
gangguan pertukaran gas dan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Made, I Bakta. Gawat Darurat di bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC, 1999.
Porter, Warren. 2010. Altered Mental Status. http://www.dshs.state.tx.us. Diakses
tanggal 30 April 2014
Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta:
ECG, 2000.
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: ECG, 2000.
Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta. Gajah Mada University Press,
1996.
Padmosantjojo. Keperawatan Bedah Saraf. Bagian Bedah Saraf FKUI. Jakarta,
2000.