Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
MARET 2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH :
Tri Kurniawan (C 111 11 323)
PEMBIMBING :
SUPERVISOR :
dr. Armyn Oesman, SpOG (K)
: C 111 11 323
Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus pada Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pembimbing
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
NAMA
: Tri Kurniawan
STAMBUK
: C111 11 323
HARI/TANGGAL :
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
JUDUL
TEMPAT
NAMA
STAMBUK
MINGGU
TTD
14
15
Mengetahui,
Supervisor
Pembimbing
: Tri Kurniawan
Tempat
Pembimbing
Minggu dibacakan
Nilai
DAFTAR ISI
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
II.
Nama
: Ny F
Tanggal Lahir
: 27/8/1987
Umur
: 28 Tahun
RM
: 7492XX
HPHT
: 29/08/2015
UK
: 27 minggu 4 hari
TP
: 05/06/2016
Status Obstetrik
: G1P0A0
MRS
: 11/03/2016
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Keluar air dari jalan lahir
B. Anamnesis Terpimpin
Ibu Masuk Rumah Sakit rujukan dari RSUD Pangkep dengan
diagnosis G1P0A0 gravid 27 minggu 4 hari + ketuban pecah dini. Riwayat
pelepasan air sejak 10 jam sebelum masuk ke rumah sakit. Air jernih tidak
berbau dan membasahi 2 sarung.
Riwayat nyeri perut tembus ke belakang tidak ada.
Riwayat perlepasan lendir dan darah tidak ada.
Status Generalis
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Status Vitalis
TD
110/70 mmHg
80 x/menit
16 x/menit
36.7C
Status Lokalis
Kepala
: normocephal
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokkan
Leher
:pembesaran
kelenjar
getah
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
B.
Thoraks
Ekstremitas:
Superior
Inferior
Status Lokalis:
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri
: 20 cm
Situs
: Memanjang
Punggung
: Kanan
Bagian terendah
: Kepala
Perlimaan
: 5/5
TBJ
: 1480 gram
DJJ
: 140 x/menit
His
: -
LP : 74 cm
bening
(-),
Tampak permukaan porsio reguler, OUE terbuka, banyak air ketuban mengalir
dari OUE, tes lakmus positif (Lakmus merah berubah jadi warna biru).
Portio
: lunak, tebal
Pembukaan
: 1 cm
Ketuban
: merembes
Bagian terendah
: Kepala
UUK
: Sulit dinilai
Penurunan
: H-I terdorong
Hasil :
Biometri Janin sesuai usia kehamilan 26 minggu 2 hari, Air ketuban kesan
kurang (AFI 3,64)
Kesan :
Gravid Tunggal Hidup 26 Minggu 2 Hari + Oligohidramnion
V.
RESUME
Seorang wanita usia 20 tahun, G1P0A0, HPHT 8-6-2015, UK 36 minggu 5
hari, TP 15-3-2016, masuk ke RS Bhayangkara dengan keluhan utama keluar air dari
jalan lahir yang dialami sejak Dialami sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Air
yang keluar tampak jernih, tidak berbau, pasien sudah 2x ganti sarung. Nyeri perut
tidak ada. Pelepasan darah tidak ada, lendir tidak ada. Demam tidak ada. Riwayat
keguguran tidak ada. Riwayat merokok tidak ada. Riwayat ANC >4x di RS Pertiwi,
suntik TT 2x. Riwayat hipertensi (-), asma (-) diabetes melitus (-), alergi (-). Riwayat
minum obat-obatan (-), riwayat trauma (-), riwayat coitus terakhir 2 hari lalu. Riwayat
keputihan ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit baik, compos mentis,
status gizi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan luar
didapatkan TFU 34 cm, lingkar perut 82 cm, TBJ 2788 gram, bagian teratas kepala,
situs memanjang, punggung kanan, bagian terendah kepala, perlimaan 4/5, his 1x10
menit durasi 10 detik, DJJ 145 x/menit, gerakan janin (+) dirasakan ibu, janin kesan
tunggal. Dari periksa dalam vagina didapatkan hasil vulva/vagina normal, portio
lunak, tebal, pembukaan 1 cm, selaput ketuban (-), bagian terbawah kepala, uuk sulit
dinilai, penurunan setinggi bidang Hodge-1, panggul dalam kesan cukup, pelepasan
lendir tidak ada, darah tidak ada, air ada.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium (21/2/2016) didapatkan leukositosis
(13.200/mm3), dan anemia (8,9 gr/dl) sedangkan parameter lain dalam batas normal.
Dari hasil USG Abdomen (21/2/2016) didapatkan gravid tunggal, hidup, presentasi
kepala, punggung kanan, plasenta di fundus grade III, cairan amnion kesan cukup
(AFI :7,3 cm), biometri janin = UK 37 minggu 2 hari, EFW : 3096 gram. Dari
pemeriksaan lakmus, didapatkan hasil positif yaitu kertas lakmus merah berubah jadi
biru.
VI.
DIAGNOSIS
G1P0A0 gravid 36 minggu belum inpartu + Ketuban Pecah Dini
VII.
PENATALAKSANAAN
- Observasi His dan DJJ serta kemajuan persalinan
- Injeksi Cefoperazone 1 gram/12 jam/iv (skin test)
- Bishop score 5. Pematangan serviks dilakukan dengan tab gastrul diberikan
secara intravaginal, kemudian dilanjutkan induksi persalinan dengan drips
Oxytocin 5 IU (1/2 ampul) dalam Ringer laktat 500 cc mulai 8 tetes/menit
dipertahankan.
VIII. PROGNOSIS
IX.
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam
: Bonam
Quo ad Sanationam
: Bonam
FOLLOW UP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Latar Belakang
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku
masih belum ada, selalu berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi
yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi
terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang
cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan,
dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan
partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama
pada pengelolaan konservatif.(1)
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera
bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus
B. Definisi
Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis premature rupture of the
membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi
proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu
hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian
tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan
klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk
melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada
kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm
(PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm
amniorrhexi)(4)
Adapun arti klinis ketuban pecah dini (2, 4, 5)
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
kemungkinan terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi
besar.
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian
terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan
tanda adanya gangguan keseimbangan fetopelvik.
3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan sehingga dapat
memicu terjadinya persalinan preterm.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of
membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterin.
5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka
panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi
pertumbuhan dan perkembangan janin.
C. Epidemiologi
eksternal berwarna putih dan terbentuk dari vili vili sel telur yang
berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi
plasenta dan melekat pada lapisan uterus.(2-4)
Dalam keadaan normal jumlah cairan amnion pada kehamilan cukup
bulan sekitar 1000 1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas, agak
manis, terdiri dari 98% - 99% air, 1- 2 % garam anorganik dan bahan organik
(protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel
-sel epitel dan sirkulasi sekitar 500cc/jam.(8)
Fungsi cairan amnion
1.
2.
3.
4.
basa (Ph)
Mekanik : Menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh
asam
ruang
5.
intrauterin
Pada persalinan, membersihkan atau melicinkan jalan lahir
dengan cairan steril sehingga melindungi bayi dari
kemungkinan infeksi jalan lahir
ketuban.
Ketidakseimbangan
kedua
enzim
tersebut
dapat
3. Ferning
4, 6)
palsu pada pemeriksaan lakmus atau nitrazine adalah darah, semen, infeksi
bacterial vaginosis, dan vaginal douching dengan antiseptik.(1, 4, 5)
2)
persalinan.
Semakin panjang fase laten, semakin besar kemungkinan
terjadinya infeksi.
Mata rantai infeksi merupakan ascendens infeksi, antara lain ;
1. Korioamnionitis:
Abdomen terasa tegang
Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis
Protein c reaktif meningkat
Kultur cairan amnion positif.
2. Desiduitis : infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.
Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG
melakukan
1. Antibiotik
Pemberian antibiotic pada pasien ketuban pecah dini dapat menekan
infeksi neonatal dan memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotik yang
digunakan meliputi ampisilin 2 gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg
setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti pemberian amoksisilin 250 mg dan
eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk lima hari. Pasien yang mendapat
kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankna kandungan selama 3
minggu setelah penghentian pemberian antibiotik setelah 7 hari. Telah
direkomendasikan juga untuk pemberian antibiotik profilaksis streptococcus
pada wanita carrier walaupun telah mendapatkan regimen di atas.(8)
2. Kortikosteroid
Pada usia kehamilan Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak
ada infeksi, tes busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi. Berikan deksamethason setidaknya satu kali selagi sempat.
rumah sakit jika terdapat pengeluaran cairan berulang, demam, nyeri perut,
gerakan janin dirasa berkurang.
sesarea.
- Bila pembukaan / skor pelviks > 5, induksi persalinan
3. Ketuban Pecah dengan Penyulit (5, 6, 11, 12)
Pada kasus ketuban pecah dini dengan penyulit, maka dibutuhkan tindakan
agresif untuk melakukan terminasi kehamilan, karena hal tersebut
membahayakan janin dan ibu. Beberapa penyulit tersebut adalah
Infeksi intrauteri
Solution plasenta
Gawat janin
Prolaps tali pusat
Evaluasi detak janin dengan KTG menunjukkan hasil gawat janin atau
redup
Keadaan janin yang premature akan menghadapi berbagai kendala umum
akibat ketidakmampuannya beradaptasi dengan kehidupan diluar kandungan.
Hal ini diakibatkan organ vital yang belum siap untuk menghadpi situasi yang
sangat berbeda dengan keadaan intrauteri sehingga menimbulkan morbiditas
dan mortalitas yang tinggi.
H. Komplikasi
Komplikasi timbul pada Ketuban Pecah Dini ini tergantung pada usia
kehamilan. Ia dapat terjadi infeksi maternal ataupon neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan Prematur(1, 2)
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten t ergantung umur kehamilan.
Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
2. Infeksi(1)
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada
ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia,
omfalitis.Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.Pada
Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat
Bentuk
Keterangan
Maternal
*Antepartum
*Sepsis
-Korioamnionitis 30-60%
jarang
karena
terjadi
pemberian
-Solusio plasenta
*Intrapartum
-Trauma persalinan akibat induksi/operatif.
*Kemungkinan retensio dari plasenta
*Postpartum
-Trauma tindakan operatif
Neonatus
komplikasi
terminasi kehamilan;
-Infeksi intrauteri
-mudah infeksi
-Solusio plasenta
*Untuk
membuktikan
amniosentesis
dilakukan
dengan
tujuan untuk;
-kultur cairan amnion
*Komplikasi postpartum;
-Penyakit Respiratory Distress Syndrome
(RDS) atau hialin membrane
-pemeriksaan glukosa
-alfa fetoprotein
-fibronektin
tumbuh
kembang
menyebabkan deformitas.
-Gangguan sirkulasi retroplasenta yang
menimbulkan asidosis dan asfiksia.
-Retraksi otot uterus yang menimbulkan
solusio plasenta.
I. Preventif
1. Pencegahan primer
Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini, dianjurkan bagi ibu
hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan awal
trimester ke tiga, serta tidak melakukan kegiatan yang membahayakan
kandungan selama kehamilan. Ibu hamil juga harus dinasihatkan supaya
berhenti merokok dan mengambil alkohol. Berat badan ibu sebelum
kehamilan juga harus cukup mengikut Indeks Massa Tubuh (IMT) supaya
tidak berlaku mana-mana komplikasi. Selain itu, pasangan juga dinasihatkan
supaya menghentikan koitus pada trimester akhir kehamilan bila ada faktor
predisposisi.(2, 4)
2. Pencegahan sekunder
Mencegah infeksi intrapartum dengan Antibiotika spektrum luas.
Pemberian
kortikosteroid
masih
kontroversi.
Di
satu
pihak
dapat
Usia kehamilan
BAB III
PEMBAHASAN
Anamnesis
Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan yang sesuai dengan
teori ,yaitu pasien mengeluhkan keluar air dari jalan lahir sejak 5 jam SMRS hingga
pasien 2 kali mengganti sarung. Air-air tersebut jernih dan tidak berbau. Selain itu,
pasien juga mengakui tidak ada nyeri perut tembus belakang, tidak ada keluar lendir
dan darah dari jalan lahir. Pasien rutin periksa kehamilan di dokter, dan sudah suntik
TT 2 kali.
Berdasarkan teori, diagnosis KPD 90% dapat ditegakkan melalui anamnesis.
Dari anamnesis didapatkan pasien merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan perlu juga
diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut. His belum teratur atau belum ada serta
belum ada pengeluaran lendir darah.
Teori
Pasien merasa basah pada vagina.
Kasus
Pasien datang dengan keluhan keluar airair dari jalan lahir
sakit.
denyut jantung janin. Hal ini untuk menilai lebih lanjut apakah janin bisa dilahirkan
pervaginam atau harus melalui seksio caesaria.
Teori
Tanda-tanda infeksi:
Kasus
Tidak ada tanda-tanda infeksi:
Nadi cepat
kertas Lakmus
dan pHnya
tanda infeksi
Seminimal
mungkin
untuk
Kasus
Pemeriksaan dalam dilakukan :
mencegah
infeksi.
Pemeriksaan
awal
untuk
memantau
kemajuan
persalinan.
menentukan
Selaput
ketuban
tidak
dapat
dievaluasi
adanya infeksi akibat ketuban pecah karena tidak disertai dengan gejala dan
pemeriksaan fisik yang mengarah ke infeksi.
Pada pasien ini dilakukan tes lakmus. Sekret vagina ibu hamil pHnya adalah
4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning dan kertas lakmus
merah akan tetap berwarna merah. Tes Lakmus atau tes nitrazin, jika kertas lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban adalah 7 7,5.
Teori
Kasus
Leukosit: 13.200
Didapatkan anemia
variabilitasnya
antara
Teori
Kasus
tanda-tanda infeksi
ringan
USG
untuk
melihat
jumlah
cairan
dalam
waktu
20
menit
4.7 Penatalaksanaan
Pada kasus ini, keluar air ketuban dari jalan lahir atau dalam hal ini pecahnya
ketuban dicurigai terjadi 5 jam sebelum masuk rumah sakit, sementara belum ada
tanda-tanda inpartu pada pemeriksaan dalam, tidak dilakukan pemeriksaan NST
untuk menilai keadaan janin dan pasien diobservasi.
Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan
dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap pasien KPD, yaitu umur kehamilan
dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Pemberian antibiotik profilaksis dapat
menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan
segera setelah diagnosis KPD ditegakkan. Beberapa penulis menyarankan bersikap
aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan
alasan pasien akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Induksi dilakukan dengan
memperhatikan Bishop score, jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya jika < 5,
dilakukan pematangan serviks, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
Pada kasus didapatkan usia kehamilan 36 minggu 6 hari (aterm) dan tidak ada
tanda-tanda infeksi, keadaan umum ibu dan janin stabil. Skor bishopnya adalah 5,
maka dilakukan pemtangan serviks terlebih dahulu, lalu kemudian dilakukan induksi
persalinan dan observasi kemajuan persalinan serta rencana persalinan normal
pervaginam.
Teori
Kasus
Pemberian antibiotik profilaksis dapat Pasien diberikan injeksi antibiotik
menurunkan infeksi pada ibu
Bila
skor
pelvik
<
5,
Cefoperazone 1/gr/12j/iv
lakukan
Observasi
His,
DJJ,
kemajuan
persalinan
drip
oxytocin
8tpm
dipertahankan
BAB IV
PENUTUP
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
adanya tanda-tanda inpartu. Jika ketuban pecah sebelum usia 37 minggu, maka
disebut sebagai ketuban pecah dini preterm (preterm premature rupture of the
membrane). Diagnosis kondisi ini bisa ditegakkan melalui anamnesis yaitu
adanya riwayat keluar air dari jalan lahir, jernih, tanpa adanya tanda-tanda
inpartu, untuk selanjutnya dari pemeriksaann inspekulo bisa ditemukan adanya
cairan di vagina dan pada pemeriksaan lakmus atau nitrazine didapatkan
perubahan warna dari merah ke biru. Pemeriksaan dalam untuk menentukan
kemajuan persalinan. Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan usg
untuk melihat ada tidaknya penyulit pada kasus kpd yang ditangani (infeksi,
oligohidramnion).
Tatalaksananya bergantung pada usia kehamilan dan ada tidaknya
penyulit. Terdiri dari tatalaksana konservatif/ekspektatif jika pecah sebelum
<37 minggu tanpa adanya komplikasi. Di mana tindakan ini bertujuan
mempertahankan
kehamilan
untuk
menghindari
resiko
prematuritas.
2.
3.
4.
Wilkins; 2008.
Jazaleri A. Premature Rupture of the Membranes. Medscape; 2015 [updated
Sep
5.
14th
2015;
cited
2016
March
16th];
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/261137-overview#a1.
Aaron B. J, N., Errol R. Contemporary Diagnosis and Management Preterm
Premature Rupture of the Membrane. Reviews of Obstetrics and Gynecology.
6.
2008;1(1):11-22.
Duff P. Management of Premature Rupture of Membrane at Term Patients.
Glob. libr. women's med; 2011 [cited 2016 March 16th ]; Available from:
http://www.glowm.com/section_view/heading/Management%20of
%20Premature%20Rupture%20of%20the%20Membranes%20in%20Term
7.
%20Patients/item/119.
Anonym. Possible Spread of Infection. Nucleus Medical Art; 2012 [cited 2016
March
17th];
Available
from:
8.
http://doctorstock.photoshelter.com/image/I00002vWpvmo1EsY.
Medina T, ,Hill, A. Preterm Premature Rupture of the Membrane : Diagnosis
9.
10.
1998;338(10):663-70.
Cunningham G. Maternal Physiology. In: al. GCe, editor. William's Obstetrics
24th Ed. New York: Mc-Graw Hill; 2014.
11.
De Franco Emily AK, Heyl Peter. Premature Rupture of the Membranes. In:
Evans A. AT, editor. Manual of Obstetrics 7th Ed. USA: Lippincot, William's
12.
13.
Strategies; 2004.
Anonym, editor. Preterm Prelabour Rupture of the Membranes. Green-Top
Guideline No44; 2006: Royal Colleges of Obstetricians and Gynecologist.