Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1.1 Pendahuluan
Tujuan utama dari metodologi adalah membantu mencari kebenaran. Islam
meyakini bahwa terdapat 2 sumber kebenaran mutlak yang berlaku untuk setiap
aspek kehidupan pada setiap ruang dan waktu, yaitu Alquran dan Sunnah.
Kebenaran suci ini akan mendasari pengetahuan dan kemampuan manusia dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi.1 Metodologi didapat dari Pengetahuan,
namun pengetahuan ini harus dapat dibuktikan apakah hipotesa-hipotesanya bisa
dibuktikan kebenarannya atau tidak. Ilmu pengetahuan merupakan suatu cara yng
sistematis untuk memecahkan masalah kehidupan manusia yang mendasarkan
segala
aspek
tujuan
(ontologis),
metode
penurunan
kebenaran
ilmiah
Melalui tiga pendekatan tersebut, maka ekonomi Islam dibangun dan mempunyai
ruh serta kekuatan dalam memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan
umat.3
1.2 Fiqih
Fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat, mengenai perilaku
manusia dalam kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil Islam secara rinci.
Ruang lingkup fiqih adalah pada hukum-hukum Islam yang berupa peraturanperaturan yang berisi perintah atau larangan, seperti: wajib, sunnah, haram,
makruh, dan mubah (boleh).
Ruang lingkup fiqih mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti
sosial, ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian
fiqih sering disebut dalam bahasa arab, dengan istilah iqtishady. Fiqih ekonomi
(fiqih iqtishady) dalam Islam, mencakup tentang aturan-aturan atau rambu-rambu
yang diperoleh dari hasil ijtihad manusia yang didasarkan pada wahyu Ilahi (AlQuran dan Al-Hadist), berkenaan dengan bagaimana manusia (individu-individu
dan masyarakat) dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dengan membuat
pilihan-pilihan dalam menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia. Kajian
fiqih ekonomi terfokus pada bidang-bidang yang ada dalam ilmu ekonomi, yaitu
peraturan mengenai hak milik individu, teori produksi, teori konsumsi, dan
berbagai prinsip-prinsip ekonomi yang ada di dalamnya, seperti prinsip keadilan,
prinsip ihsan (berbuat kebaikan), prinsip masuliyah (pertanggungjawaban),
prinsip kifayah (kecukupan), prinsip wasathiyah (keseimbangan), prinsip
waqiiyah (realistis), prinsip kejujuran, dan sebagainya.4
Para ulama bersepakat bahwa fiqih itu bermacam-macam jenisnya, seperti
fiqih ibadah, fiqih munakahat (perkawinan), fiqih muamalah, fikih siyasah
(politik) dan lainnya. Walaupun fiqih berhubungan dengan hukum-hukum Islam
yang bersifat praktis, tetapi teori-teorinya dapat diterapkan dan dikembangkan
3 Sumarin, S.EI, M.S.I, Ekonomi Islam: Sebuah Pendekatan Ekonomi
Mikro Perspektif Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 18.
4 http://mrasyidin.blogspot.co.id/2008/07/dasar-fiqh-ekonomiislam.html
dalam masalah ekonomi yang tercakup di bawah fiqih muamalah. Selain itu, para
ahli tafsir, fiqih dan ilmu kalam juga telah menjelaskan nilai-nilai Islam dan
penerapannya dalam masalah ekonomi.5
Berikut diantaranya penafsiran dari bermacam jenis fiqih, meliputi:
a. Fiqih Muamalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang
berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam
kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci. Ruang
lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia
berdasarkan hukum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang
berisi perintah atau larangan seperti wajib,sunnah,haram,makruh dan
mubah. Hukum-hukum fiqih terdiri dari hukum-hukum yang menyangkut
urusan ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertical antara manusia
dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya.
Di antara kaidah dasar fiqh muamalah adalah sebagai berikut :
b.
berat-ringannya hukuman.
Qishah, yakni hukuman yang sama dengan tindak kejahatannya. Ada yang
ketetapan hakim.
c. Fiqih
Munakahat,
Syaikh
Abdurrahman
bin
Nashir
As
ushul fiqh berpendapat bahwa tujuan utama ushul fiqh adalah untuk mengetahui
dalil-dalil syara yang menyangkut permasalahan akidah, ibadah, muamalah,
uqubah (sangsi) dan akhlak. Pengetahuan tentang dalil-dalil tersebut pada
gilirannya dapat diamalkan sesuai dengan hukum yang terdapat dalam Alquran
dan Hadis. Oleh karena itu, para ulama ushul fiqh menyatakan bahwa ushul fiqh
bukan merupakan tujuan, tapi hanya sebagai sarana untuk mengetahui hukumhukum Allah SWT pada setiap kasus. Sehingga, dapat dipedomani dan diamalkan
sebaik-baiknya. Dengan demikian, yang menjadi tujuan sebenarnya adalah
mempedomani dan mengamalkan hukum-hukum Allah SWT yang diperoleh
melalui kaidah-kaidah ushul fiqh tersebut.8
Pengembangan yang digunakan dalam metodologi Islam berbeda dengan
pengembangan yang digunakan dalam metodologi konvensional. Pengembangan
yang digunakan dalam metodologi ekonomi konvensional berdasarkan kepada
gejala-gejala ekonomi yang muncul dan bagaimana pengamatan yang telah
dilakukan oleh para ahli ekonomi. Metodologi ekonomi konvensional
dikembangkan dari interpretasi manusia tentang manusia dan realita kehidupan.
Sedangkan dalam Islam, metodologi dikembangkan dari pemahaman bahwa alam
dan isinya adalah ciptaan Allah, maka peraturan-Nyalah yang paling pantas untuk
dilaksanakan.9
Penerapan
ushul
fiqh
dalam
metodologi
ekonomi
Islam
dapat
karena ada persamaan illat antara kedua peristiwa tersebut.10 Qiys ada dua
macam, yaitu qiys jli dan qiys khafi. Jika qiys jli tidak mampu
menyelesaikan permasalah yang ada, maka penyelesainnya dapat menggunakan
qiys khafi. Tujuannya adalah untuk memberi kemudahan kepada umat Islam dan
menegakkan kemaslahatan dan keadilan. Sungguhpun demikian, jika semua
metode-metode hukum di atas, belum dapat menyelesaikan permasalahan
ekonomi dan keuangan, maka dapat menggunakan metode maslahah mursalah
atau istislh yang populerkan penggunaannya oleh Imam al-Shtibi dari mazhab
Maliki. Metode ini juga digunakan oleh sebagian ulama mazhab Shfii, seperti
Imam al-Tufail, al-Ghazali dan al-midi. Penerapan metode istislh dalam
ekonomi Islam, seperti penerapan teori kepuasan masyarakat dalam ekonomi
konvensional.11
1.3.1
kontemporer
yang
merasakan
tekanan,
kemiskinan
dan
Quran dan
Sunnah
Aqidah
Sejarah
Islam
Syariah
Akhlak
Nilai ekonomi
islam
Prinsip ekonomi
Fiqh
Muamalah
Metode
deduksi
Konsumsi
Realitas
ekonomi
Metode
Induksi
Produksi
Teori
ekonomi
Distribusi
Makroekonomi
Dalam pandangan islam kebenaran dan kebaikan mutlak hanya dari Allah
SWT, baik yang berbentuk ayat qauliyah ataupun kauniyah. Dalam AlQuran Allah memerintahkan manusia untuk membaca kejadian di alam
semesta untuk menemukan kebenaran dengan petunjuk Al-Quran.
b. Metodologi ilmu alam versus ilmu sosial
Dalam ilmu alam, perilaku subjek didasarkan pada aturan-aturan yang ada
dalam tatanan jagad raya yang sudah tertentu sifatnya. Sedangkan dalam
ilmu ekonomi adalah mengidentikkan ekonomi dengan proses yang terjadi
dalam ilmu fisika. Anggapan inilah yang telah menjebak ilmu ekonomi
dalam perangkap determinisme (tekanan). Selanjutnya penilaian kebenaran
dengan hanya menggunakan pendekatan pada metode ini melahirkan faham
positifistik.
c. Objek ekonomi islam
Ekonomi islam merupakan manifestasi ajaran islam dalam perilaku ekonomi
baik mulai penentuan tujuan kegiatan ekonomi, sikap, analisis dan respon
terhadap fenomena sosial. Dalam tatanan empiris, perilaku ekonomi islam
secara parsial dapat dijumpai pada sekelompok masyarakat muslim ataupun
1.3.2
nonmuslim.12
Isu-Isu Seputar Islamisasi Ilmu Ekonomi
terdapat 3 (tiga) isu-isu penting dalam proses Islamisasi ilmu
Ekonomi, yaitu (1) perbedaan worldview (pandangan dunia), (2)
hubungan wahyu dan akal; dan (3) persoalan metodologi. 10 1.
Perbedaan Worldview Worldview berfungsi sebagai dasar bagi
keseluruhan bangunan teori pengetahuan. Dalam worldview
itulah konsep, aksioma, hukum dan teori ekonomi dimapankan,
dan setiap sistem sosial memiliki visinya sendiri. Worldview
Barat sangat dipengaruhi oleh falsafah darwinisme sosial,
materialisme dan determinisme (Ahmadiono, 2003: 208). Tolok
ukur kebenaran, kesenangan dan aspek-aspek lain dalam hidup
ditentukan oleh parameter kebendaan. Oleh karena itu, apapun
yang berada di luar jangkauan indera, sudah pasti akan ditolak.
Worldview Barat ini terefleksikan oleh visi Adam Smith, Karl Marx
mewacanakan
pemuasan
self-interest
dan
keseimbangan
(economic
equilibrium).
Teoretisasi
Karl
Marx
mengoreksi
visi
ini
bahwa
dominasi
secara
empiris.
Dalam
ekonomi
konvensional,
institusi
Pandangan
pada
lain
alokasi
yang
dan
menjadi
distribusi
pilar
sumber
paradigma
daya.
ekonomi
berjalan
sendiri
tanpa
adanya
campur
tangan
guna
(utilitarianisme)
sebagai
nilai
yang
sejalan
dengan
untuk
mekanisme
mendapatkan
pasar.
Meski
barang
ataupun
jasa
dalam
demikian,
memang
tidak
dapat
rasio,
hidup
untuk
idealita
dengan
hidup
untuk
dan
terencana.
Penciptaan
alam
ditundukkan
Allah
ekonomi
melalui
mekanisme
syirkah,
qirad,
dan
dalam
mengemban
sumber-sumber
misinya
pemberian
secara
Allah
efektif.
itu
harus
falsafah
ekonomi
konvensional.
Karenanya,
untuk
Adanya
dorongan
persaudaraan
universal
dan
membedakannya
dari
konsep
rasionalitas
ekonomi
persaudaraan dan
kesejahteraan
manusia,
adanya
campur
tangan
pemerintah
dalam
kesejahteraan
keseimbangan
antara
dengan
kepentingan
memantapkan
pribadi
dan
sosial,
Islam
ini
dipandang
sangat
strategis
dalam
wahyu
(revelation)
dan
akal
(reason)
adalah
isu
(2)
akal
metodologis,
menolak
posisi
wahyu
keduanya
dari
luar.
berbeda;
Tetapi,
yang
secara
pertama
cara
pandang
sekuler
(Hasan,
1998:
12).
sumber
pengetahuan
dan
berpendapat
bahwa
sederajat
dengan
hukum-hukum
yang
mengatur
memperoleh
penghormatan
sebagai
sarana
untuk
proses
Islamisasi
ilmu
ekonomi
diharapkan
dapat
yang
menyebabkan
banyak
lontaran
kritik
yang
dengan
apa yang
saat ini
disebut sebagai
dalam
pendekatan
positivisme
logis,
dan
(2)
atomistik
dan
terpaku
kepada
pemikiran
analogis
pragmatis.
Pendekatan
ini
lebih
menekankan
pada
Islamisasi
ekonomi
menempuh
pendekatan
ini
1.3.3
mewarnai penerapan ilmu ekonomi di era modern. Akan tetapi, hal ini diperlukan
adanya elaborasi metodologi ekonomi yang tepat. Kemudian, metodologi ini
dikembangkan dalam ilmu usl fiqh lalu dikaitkan dengan ilmu ekonomi
konvensional, seperti halnya pada beberapa disiplin ilmu yang lain.13 Munculnya
metodologi dalam ilmu ekonomi konvensional dimulai ketika ilmu ekonomi ini
sendiri relatif mapan dan telah mengalami perkembangan yang cukup berarti.
Oleh karena itu, keberadaan metodologinya adalah untuk menjustifikasi atau
mengabsahkan keberadaan ilmu ekonomi sekaligus dengan praktek-praktek
empirisnya. Situasi yang selalu berubah, menjadi dasar dari pentingnya
13 Masyhudi Muqorobin, Beberapa Persoalan Metodologi dalam Ilmu
Ekonomi: Antara Sekuler dan Islam, dalam Jurnal Ekonomi Sosial
Pembangunan, Vol. 2,No. 2, ( Desember,2001), Hlm 15.