Está en la página 1de 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi


kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya ( Undangundang no. 23 tahun 1997 ).
Peran manusia dalam lingkungan hidup ini sangat besar, karena manusia telah diberikan
akal untuk berfikir bagaimana cara untuk mengelola bumi agar daya tampung bumi untuk
menopang kehidupan manusia dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama. Dalam setiap
aktivitasnya manusia selalu membutuhkan air, udara, dan teknologi. Pada zaman dahulu,
manusia menggunakan teknologi konvensional seperti berburu, beternak, dan meramu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Lalu seiring bertambahnya zaman, pola pikir manusia pun
semakin maju. Hal ini terlihat di abad 21 ini manusia mulai membuat inovasi-inovasi terhadap
teknologi yang dimaksudkan untuk lebih mempermudah hidup manusia. Misalnya saja, dahulu
orang menggunakan sepeda, sampan, dan balon udara untuk bepergian ke tempat-tempat yang
jauh, tetapi seiring bertambahnya zaman manusia mulai mencari cara bagaimana agar jarak yang
jauh itu bisa ditempuh dalam waktu singkat dan aman hingga akhirnya dibuatlah motor, mobil,
kapal, jet, pesawat terbang yang teknologinya sangat rumit dan canggih. Begitu pula di bidang
telekomunikasi sekarang banyak beredar jenis handphone dengan berbagai model, mulai dari
yang hanya digunakan untuk telepon dan mengirim pesan saja sampai ada yang untuk internet,
menonton televisi, dan mendengarkan radio. Belum lagi perkembangan teknologi yang melanda
bidang industri, yang diawali dengan ditemukannya sumber energi lain ( sumber alternative
pengganti migas ) , dibuatnya robot dan alat canggih lainnya seperti cor, dan diproduksinya
bahan-bahan yang tidak dapat membusuk seperti plastik, karet, kaleng, dan botol. Namun, tidak
dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi itu tidak hanya membawa dampak positif saja,
tetapi juga diiringi dengan munculnya dampak negatif. Contohnya saja, akhir-akhir ini suhu di
bumi menunjukkan adanya peningkatan karena terjadi global warming.

Pemanasan global ini terjadi karena kenaikan rata-rata konsentrasi karbondioksida


( CO2 ) secara perlahan-lahan sebab pembakaran kurang sempurna bahan bakar fosil.
Peningkatan CO2 menimbulkan efek rumah kaca. Kemudian dengan makin besarnya jumlah
populasi manusia, makin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi, dan hal ini mendorong
bermunculannya pabrik-pabrik yang memproduksi kebutuhan manusia. Akat tetapi, sangat
disayangkan sekali banyak pabrik di Indonesia itu tidak sehat, karena tidak ditunjang dengan
IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ) dan tidak adanya daur ulang limbah hasil produksi,
bahkan limbah itu langsung dibuang ke aliran irigasi ( selokan, sungai ) sehingga sungai itu
menjadi berwarna hitam, bau, dan kotor. Padahal sungai ini masih banyak digunakan manusia
untuk MCK, mencuci pakaian, dan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada kesehatan
manusia jika mengkonsumsi air tersebut. Selain itu, asap pabrik itu sangat berbahaya apabila
terhirup manusia, karena dapat menimbulkan iritasi alat-alat pernapasan. Dan masih banyak lagi
kasus yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan.
Oleh karena itu, makalah ini mengangkat topic tentang pencemaran lingkungan yang
terjadi di daerah Kaligawe, Semarang. Dan diharapkan agar masyarakat dapat lebih kritis dan
tanggap terhadap perubahan lingkungan yang melanda bumi dan alam semesta seisinya.

1.2

Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan bahas, antara lain :
1. Pencemaran lingkungan apa saja yang terjadi di daerah Kaligawe, dan faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya pencemaran lingkungan tersebut ?
2.

Apa pengaruh berbagai pencemaran tersebut terhadap pola hidup masyarakat,


keseimbangan lingkungan, dan kesehatan masyarakat ?

3. Usaha-usaha apa saja yang harus dilakukan, baik oleh masyarakat sekitar ataupun dari
pemerintah daerah/kota untuk mengatasi pencemaran lingkungan di daerah Kaligawe
tersebut ?

1.3

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jenis-jenis pencemaran lingkungan yang terjadi di daerah Kaligawe


2. Mengetahui faktor-faktor yang memicu munculnya berbagai pencemaran lingkungan hidup.
Terutama di daerah Kaligawe
3. Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari pencemaran lingkungan
4. Mengetahui usaha-usaha apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi pencemaran
lingkungan

BAB II
PEMBAHASAN

Pencemaran lingkungan adalah perubahan yang tidak diinginkan mengenai karakter fisik
( biotic atau abiotik ), kemis ( senyawa-senyawa kimia ), dan biologis dari udara, air, atau tanah
yang dapat merugikan kesehatan, kehidupan, atau aktivitas manusia dan organisme hidup
lainnya. (Miller, 1986)
Pencemaran air terjadi apabila substansi kondisi ( termasuk panas ) menurunkan kualitas
badaan air sehingga air tidak dapat memenuhi kualitas standar atau tidak dapat digunakan untuk
tujuan tertentu. ( Harsoyo, 2006 )
Limbah sebagai bagian dari lingkungan abiotik, merupakan salah satu mata rantai
pemindahan energi dan materi di antara komponen komunitas, secara alamiah alam cenderung
mendahulukan buangan yang lebih mudah untuk dirombak sedangkan selebihnya dalam batasbatas tertentu akan ditenggang oleh alam. Akan tetapi, bila kuantitas limbah yang tidak mudah
dirombak mulai membengkak, tentunya kesetimbangan dinamis tadi tidak dapat lagi
dipertahankan. Di sinilah andil tanah sebagai pemeran pembantu dalam meredam kegoyahan di
lingkungan, sebagai system penyaring, penyangga, maupun sebagai sistem transformasi bahan
pencemar ( limbah ). ( Schoeder, 1984 )
2.1

Pencemaran Lingkungan yang Terjadi Di Daerah Kaligawe


Dewasa ini perkembangan teknologi di Indonesia berjalan dengan sangat cepat. Hal ini

terbukti dengan semakin banyaknya alat-alat modern yang ada dan maraknya industrialisasi.
Mulanya, teknologi ini diciptakan untuk mempermudah kehidupan manusia tetapi di dalam
perjalannya ternyata teknologi juga menimbulkan efek negatif bagi kehidupan manusia itu
sendiri. Misalnya saja, di daerah Pelabuhan Tanjung Mas dimana dermaga yang ada terletak
lebih rendah daripada muka laut, sehingga akan menyebabkan terjadinya rob. Di daerah ini
hampir setiap kali terjadi pasang air laut, dapat dipastikan airnya akan meluap dan meresap ke
dalam tanah dalam jumlah besar dan air ini akan masuk ke beberapa sungai di Semarang, dank
arena rembesan air ini terlalu banyak, maka sungai akan meluap dan membanjiri wilayah di
sekitar sungai tersebut. Salah satunya adalah di Daerah Kaligawe.
6

Di Kaligawe rob terjadi hamper setiap hari, dan biasanya air akan menggenangi jalan
raya, bahkan sampai masuk ke rumah-rumah warga. Menurut warga di daerah ini, rob yang
terjadi disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan, sehingga
mereka dengan seenaknya membuang sampah ke sungai. Akibatnya, sungai akan dangkal
sehingga apabila terjadi pasang air laut maka sungai tidak akan mampu menampung air
rembesan ini dan air sungai akan meluap ke daerah sekitarnya. Di samping itu, rob juga bisa
disebabkan oleh konsolidasi tanah di bawah kota Semarang yang belum tuntas, umur tanah yang
masih muda sehingga cenderung labil dan akan terus mengalami pemadatan serta penurunan,
atau bisa juga disebabkan karena pengambilan air bawah tanah secara berlebihan, baik untuk
industri ataupun untuk air minum sehingga terjadi penurunan permukaan air tanah. Namun, rob
yang terjadi di Kaligawe ini tidak separah dengan yang terjadi di kawasan Pelabuhan Tanjung
Mas, kerena letaknya lebih dekat maka daerah in pun lebih besar dan lebih tinggi genangan
airnya. Selain beberapa faktor di atas, rob juga bisa terjadi karena padatnya pemukiman sehingga
tanah yang seharusnya digunakan sebagai tempat resapan air justru tertutupi oleh aspal ( jalan
raya ) dan rumah-rumah penduduk yang saling berdekatan satu sama lain.
Selain rob, di Kaligawe juga masih banyak masalah pencemaran lain yang tidak kalah
memprihatinkan, seperti masalah sampah yang menumpuk dan air selokan yang berbau tidak
sedap. Di Kaligawe, sebagian besar dalam satu rumah tangga terdiri dari 5 orang. Dan dari
informasi dari salah satu petugas TPS, diketahui bahwa dalam satu hari setiap orang bisa
menghasilkan 300 kg sampah. Di daerah ini ada lebih dari 50 rumah tangga sehingga dapat
dibayangkan berapa banyak sampah yang akan dihasilkan. Biasanya sampah yang terkumpul
oleh petugas TPS akan dipisah-pisahkan antara sampah organik dan anorganik. Untuk sampah
organik, setelah dipisahkan lalu dimasukkan ke dalam container dan selanjunya dibuang ke TPA
Pucung di Jalan Untung Suropati. Sedangkan sampah anorganik seperti kaleng, botol, aqua gelas,
dan aqua botol ini akan dikumpulkan lalu dijual ke pengumpul dengan harga 3000/kg. namun,
sangat disayangkan sekali karena minimnya jumlah petugas TPS menyebabkan sering terjadinya
keterlambatan dalam proses pemisahan dan pengiriman sampah sehingga akan terjadi
penumpukan sampah. Selain itu, rata-rata masyarakat di daerah ini kurang mengerti arti
pentingnya kebersihan bagi kehidupan manusia sehingga masyarakat sering terlambat dalam
membayar iuran sampah. Akibatnya, petugas TPS pun enggan untuk mengambil sampah mereka
dan dibiarkan menumpuk begitu saja. Dampak lain yang timbul adalah jika musim hujan tiba,
7

maka sampah ini nantinya akan terbawa oleh aliran air dan masuk ke selokan, jadinya air selokan
di sini juga tertutup sampah dan mengeluarkan bau tidak sedap seperti gas H2S dan Amoniak
yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu, sampah yang menumpuk juga
berakibat buruk pada sumur-sumur warga yang menjadi tidak layak konsumsi walaupun jernih
dan tidak berbau, tetapi apabila dikonsumsi akan sakit perut. Yang lebih parah lagi, di sekitar
TPS yang sangat kumuh ini masih ada beberapa orang yang tinggal di sana.
Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup yang
umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun kering, plastic, dan lain-lain. Jenis sampah
dapat dibedakan berdasarkan :
1. Sumbernya, dibedakan menjadi :

Sampah Alam, yang berasal dari kehidupan liar seperti daun kering

Sampah Manusia, berupa hasil dari pencernaan manusia seperti urin dan feses

2. Sifatnya, dibedakan menjadi :

Sampah Organik ( sampah basah ), yang sifatnya dapat diuraikan oleh mikroorganisme
pengurai. Contohnya sisa sayuran, buah, daun, dan lain-lain

Sampah anorganik ( sampah kering ), sifatnya sukar teruraikan oleh mikroorganisme


pengurai. Contohnya botol, kaleng, plastik dan lain-lain ( Soerjani, 1987 )

2.2

Dampak Negatif yang diakibatkan oleh Pencemaran Lingkungan Di Kaligawe


Polusi adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lain yang merugikan

ke dalam lingkungan akibat aktifitas manusia atau proses alami. Dan segala sesuatu yang
menyababkan polusi disebut polutan. Dampak adalah setiap perubahan yang terjadi di dalam
lingkungan akibat adanya aktivitas manusia. Dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan
yang disebabkan oleh suatu kegiatan. ( Harsoyo, 2006 )
Dari hasil pengamatan di Kaligawe dapat diketahui beberapa dampak yang disebabkan
oleh rob, sampah yang menumpuk, dan air selokan yang berbau tidak sedap yaitu sebagai berikut
:
8

1.

Dampak Ekologi/Lingkungan
Bila industri besar membuang limbahnya ke sungai, maka semua sungai yang bermuara

di laut akan menumpahkan limbahnya ke laut. Sudah tidak khayal lagi laut dan pesisir sebagai
kawasan pariwisata akan hancur dan suram karena pencemaran. Rusaknya pesisir yang utama
disebabkan oleh hancurnya hutan bakau yang berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap
gelombang laut, penahan angin, dan memberikan perlindungan berbagai jenis biota laut seperti
ikan, udang, kepiting, dan lain-lain. ( Siswanto, 2005 )
Setiap hari jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan yang besar,
tetapi karena lahan yang ada tidak mencukupi akhirnya manusia mulai mencari cara bagaimana
memperoleh lahan buatan. Salah satunya dengan melakukan reklamasi pantai. Reklamasi pantai
yaitu proses perubahan fungsi lautan menjadi daratan dengan cara mengeruk lumpur yang ada di
sungai untuk kemudian digunakan sebagai penutup pada bibir pantai. Dan karena jumlah tanah
atau lumpur yang dibutuhkan banyak, maka akan berakibat pada pendangkalan sungai.
Contohnya daerah pelabuhan Tanjung Mas. Di sini lahan hasil reklamasi pelabuhan Tanjung Mas
dibangun pemukiman penduduk menyebabkan terjadinya banjir pada musim hujan dan yang
disebabkan oleh air pasang laut ( rob ) karena tidak semua air hujan bisa terserap dalam tanah,
tetapi sebagian ada yang menjadi air larian ( run off ) yang berpotensi menimbulkan rob, seperti
di Kaligawe. Rob di Kaligawe menyebabkan jalan raya tergenang, bahkan terkadang sampai
masuk ke dalam rumah. Lingkungan menjadi tidak indah, airnya keruh, dan apabila bercampur
dengan air selokan bisa menjadikan penyakit kulit.
Jumlah sampah yang sangat banyak, ketika hujan cairan dari rembesan sampah yang
masuk ke dalam drainase ( sungai ) akan mencemari air. Dan bila sampah dibuang ke sungai,
akan menutupi permukaan sungai, sehingga menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air.
Akibatnya, tumbuhan air tidak bisa melakukan proses fotosintesis yang menyebabkan turunnya
kadar oksigen, dan karena jumlah O2 yang ada sedikit, maka organisme air seperti ikan banyak
yang mati. Lalu endapan bahan organik di dasar sungai akan mengubah tekstur substrat dan
menimbulkan habitat yang tidak sesuai bagi biota endemik di perairan.
2.

Dampak Kesehatan

Rob yang menggenangi tanah dapat mengakibatkan munculnya berbagai penyakit kulit,
karena air ini mengandung berbagai jenis bakteri dan virus. Rob ini jika jumlahnya sangat
banyak dan bercampur dengan air selokan maka bisa digunakan sebagai tempat
perkembangbiakkan nyamuk demam berdarah, malaria, yang jika masuk ke perumahan warga
bisa mengakibatkan munculnya wabah demam berdarah. Ada juga karena air rob ini mengairi
seluruh daerah pemukiman warga, maka bisa menimbulkan penyakit pess akibat tercampur
dengan air seni tikus. Jumlah sampah yang menumpuk bisa menimbulkan gangguan besar bagi
organisme perairan serta terbentuk gas amonia yang nantinya merusak indera penciuman.
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3, berupa gas dengan bau tajam yang khas.
3.

Dampak Ekonomi
Dengan lingkungan yang kotor, banyak sampah-sampah yang tidak pada tempatnya

menyebabkan sarang berbagai penyakit. Dan pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi biasanya
biaya yang dikeluarkan karena sakit. Uang yang seharusnya untuk makan, tapi karena sakit maka
harus dialihkan untuk membeli obat. Rata-rata penduduk di Kaligawe termasuk golongan
menengah bahkan ada beberapa yang ekonominya masih rendah, jadi jika sakit mereka hanya
berobat ala kadarnya saja. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kerusakan harta
benda misalnya untuk membeli karung dan pasir guna dijadikan penghalang air rob masuk ke
rumah juga turut mengurangi bagian uang untuk makan. Karena kurangnya kesadaran warga
dalam membuang sampah pada tempatnya akan menjadikan rob yang timbul bertambah parah,
dan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk memperbaiki fasilitas umum yang rusak
akibat genangan rob semakin membengkak. Jadi, biaya yang seharusnya bisa digunakan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan justru dialihkan untuk membeli lebih
banyak gerobak sampah yang harganya sangat mahal.

4.

Dampak Sosial Budaya


Dari hasil pengamatan di daerah Kaligawe ini, dapat diketahui bahwa lingkungan yang

senantiasa tergenang air ( rob ), kotor, sampah dimana-mana dan berbau tidak sedap akan
10

membuat warga di daerah ini menjadi lebih mudah mengalami stress ( ketegangan batin ) dan
menjadi malas untuk melakukan berbagai aktivitas di luar rumah.
2.3

Usaha-usaha Untuk Mengatasi Berbagai Macam Pencemaran Lingkungan yang


ada di Kaligawe
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui para warga sudah melakukan berbagai upaya

untuk mengatasi masalah rob, yakni dengan menggali lubang di tanah sebagai tempat bagi aliran
air hujan sehingga ketika hujan air tidak menggenang dan ada juga warga yang meninggikan
permukaan tanah rumahnya agar ketika terjadi rob, air tidak sampai masuk ke dalam rumah.
Begitu pula dari pihak pemerintah ( dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang ) sudah membuat
beberapa buah tumpukan karung plastik yang berisi pasir untuk mencegah air rob masuk ke
pemukiman warga. Namun, karena banyaknya rob yang ada dan alirannya yang deras, maka
hanya membuat usaha tersebut sia-sia belaka dan rob tetap bebas menggenangi wilayah
Kaligawe, dan hal ini terjadi hamper setiap hari sehingga lama-kelamaan warga menjadi terbiasa
dengan kondisi seperti ini sambil terus menanti sikap dari pemerintah yang lebih serius dalam
menangani kasus ini. Lalu untuk mengurangi jumlah sampah yang ada di daerah Kaligawe,
pemerintah telah membeli beberapa buah gerobak sampah baru dan telah memberikan gaji
bulanan kepada para petugas TPS. Akan tetapi, gaji yang diberikan masih minim sehingga daya
hidup petugas TPS pun menjadi kurang memadai, bahkan sampai ada petugas TPS yang
membangun rumah di atas tumpukan sampah, dan sangat rawan akan terjangkit beberapa
penyakit.

BAB III
PENUTUP

11

3.1

Kesimpulan
1. Di daerah Kaligawe terjadi pencemaran lingkungan berupa rob, sampah yang
menumpuk, dan air selokan yang berbau tidak sedap
2. Dampak negatif akibat pencemaran lingkungan yang terjadi di Kaligawe meliputi :
Dampak Ekologi ( lingkungan menjadi kotor dan tidak sedap di pandang mata ),
Dampak Kesehatan ( munculnya berbagai penyakit seperti DBD, malaria, pess, dan
penyakit kulit serta iritasi pernapasan lainnya ), dampak Ekonomi ( bertambahnya
pengeluaran warga untuk membeli atau membuat alat-alat yang dapat mengurangi
dampak pencemaran lingkungan ), dan Dampak Sosial Budaya ( warga menjadi
mudah stress, dan menjadi malas untuk melakukan aktivitas di luar rumah akibat
lingkungannya kotor)
3. Usaha-usaha yang dilakukan warga untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan
di daerah Kaligawe yaitu dengan menggali lubang di tanah untuk mengalirkan air ke
sungai, lalu usaha dari pemerintah kota semarang masih sangat minim yakni dengan
memberi tumpukan karung berisi pasir dan menambah jumlah gerobak sampah
4. Rob yang terjadi di Kaligawe akibat luapan air pasang dari Pelabuhan Tanjung Mas.
Sampah yang menumpuk disebabkan karena kurangnya kesadaran warga akan
pentingnya kebersihan dank arena kelesuan dari para petugas TPS dalam menjalankan
tugasnya akibat minimnya gaji yang diterima, dan karena banyaknya sampah, maka
ketika turun hujan akan membuat air selokan berwarna hitam, berbau tidak sedap, dan
berwarna hitam

3.2

Saran
1. Pemerintah harus mengkaji ulang proyek reklamasi pantai di daerah Pelabuhan
Tanjung Mas.
2. Warga harus meningkatkan kesadarannya dalam membuang sampah di tempatnya dan
jangan membuang sampah di sungai serta warga harus tepat waktu dalam membayar
iuran sampah. Pemerintah harus sering melakukan sosialisasi tentang dampak negatif
yang akan ditimbulkan apabila membuang sampah sembarangan.
12

3. Melakukan penyemprotan pada tempat-tempat yang kumuh dan penuh dengan sampah
guna menghindari terjadinya wabah DBD

DAFTAR PUSTAKA
Harsoyo, dkk. 2006. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Penerbit Pustaka
Widyatama. Jakarta.

13

M.H. Miller. 1986. Behavioral Rationality in Finance: The Case of Dividends. Journal
of Business, hal. 451-468.
Schroeder, 1984. Justice within social dilemmas. Personality and Social Psychology
Review
Soerjani dkk, 1987, Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia.

14

También podría gustarte