Está en la página 1de 29

PENDAHULUAN

Amenore adalah tidak terjadinya atau abnormalitas siklus menstruasi seorang


wanita pada usia reproduktif.7

Menstruasi merupakan tanda penting maturitas organ

seksual seorang wanita. Dimana definisi menstruasi adalah keluarnya darah, mukus
dan debris debris seluler yang berasal dari uterus secara periodik dengan siklus
7
teratur. Siklus menstruasi pada wanita normal berlangsung teratur, yaitu 21 35 hari
dengan volume darah yang dikeluarkan selama menstruasi sebanyak 40 ml dan cairan
serosa sebanyak 35 ml.

Secara umum amenore dibedakan menjadi 2 yaitu amenore primer dan


sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi pertama kali (menarche)
pada usia 13 tahun dengan pertumbuhan seks sekunder normal atau tidak terjadinya
menarche dalam waktu lima tahun setelah pertumbuhan payudara, apabila terjadi
9
sebelum usia 10 tahun. Sedangkan, amenore sekunder adalah berhentinya siklus
menstruasi yang teratur selama 3 bulan atau berhentinya siklus menstruasi yang tidak
teratur selama 6 bulan.

Pubertas mewakili sebagian periode dari kehidupan yang ditandai dengan


perubahan hormonal, fisik dan psikologis. Selama periode ini, menarche mewakili
peristiwa yang paling penting yang terjadi pada wanita. Usia saat menarche berbedabeda di tiap populasi. Selama dua tahun pertama setelah menarche, lamanya
menstruasi sering tidak teratur atau abnormal dikarenakan belum matangnya
hipotalamus-pituitary-ovarium. 10
Amenore didefinisikan sebagai tidak adanya atau penghentian anomali siklus
menstruasi pada wanita selama masa reproduksi. Hanya dalam tiga kondisi amenore
dianggap fisiologis: selama kehamilan, menyusui dan menopause.2
Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan
lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan
genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul

kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme,


tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.11
Telah diperkirakan bahwa amenore yang bukan karena kondisi fisiologis
memiliki prevalensi berkisar antara 3% sampai 4% (Bachmann & Kemmann, 1982;
Pettersson et al, 1973.). Penyebab paling sering dari amenore ada empat: amenore
yang disebabkan oleh hipotalamus, hiperprolaktinemia, kegagalan ovarium, dan
sindrom ovarium polikistik.7
Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan di mana tidak tampak adanya
haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi, misalnya pada
ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain.11
Selanjutnya ada pula amenorea fisiologis, yakni yang terdapat dalam masa
sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause.11

PEMBAHASAN
MENSTRUASI
A. DEFINISI
Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan.2
Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Panjang siklus yang biasa pada manusia
adalah 25-32 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak
teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulator). Lama haid biasanya antara
3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang
sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap.2
B. FISIOLOGI HAID
Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan
membentuk siklus menstruasi. Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri
sering terjadi pada usia 11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada
rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada
kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari menarce sampai terjadinya
menopause.1
Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1
dan berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus
menstruasi yang terjadi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang
memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi
sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause.1

Siklus menstruasi sebagian besar wanita terjadi pada pertengahan usia


reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang
siklus adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal
menstruasi hingga ovulasi bervariasi lamanya. Lama keluarnya darah menstruasi juga
bervariasi; pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari
masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmenfragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya
tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu
besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan
darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang
aktif di dalam endometrium.1
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu
periode menstruasi yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan
kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan
menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk
setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun.1

REGULASI HORMONAL PADA SIKLUS REPRODUKSI WANITA


Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) disekresi oleh hipotalamus dan
berfungsi mengkontrol siklus ovari dan uterus. GnRH menstimulasi pelepasan
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari pituitari
anterior. Pertumbuhan folikel diinisiasi oleh FSH manakala perkembangan lanjut
folikel distimulasi oleh LH. Kedua-dua hormone FSH dan LH menstimulasi folikel
ovari untuk mensekresi estrogen. Androgen dihasilkan dari sel teka pada folikel yang
berkembang, distimulasi oleh LH. Di bawah pengaruh FSH, androgen digunakan oleh
sel granulosa pada folikel dan dikonversikan menjadi estrogen. Dipertengahan siklus,
terjadi ovulasi yang dipicu oleh LH dan seterusnya menyebabkan adanya
pembentukan korpus luteum. LH menstimulasi korpus luteum untuk mensekresi
estrogen, progesteron, relaksin dan inhibin.12
Estrogen yang disekresi oleh folikel ovari mempunyai beberapa peran penting
yaitu memicu dan mempertahankan perkembangan struktur reproduktif wanita,
4

karakteristik seks sekunder dan payudara. Karakteristik seks sekunder termasuk


distribusi tisu adiposa pada payudara, abdomen, mons pubis dan pinggul, pelebaran
pinggul dan pertumbuhan rambut di kepala dan tubuh. Estrogen juga meningkatkan
anabolisme protein. Selain itu juga, estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam darah. Kadar estrogen yang moderat juga dapat menginhibisi pelepasan GnRH
dari hipotalamus dan sekresi LH dan FSH dari pituitari anterior.1
Progesteron disekresi terutama dari sel-sel di korpus luteum. Pada progesteron
dan esterogen membantu persediaan dan pertahanan untuk endometrium dalam
implantasi ovum yang telah disenyawakan. Persediaan kelenjar mamae untuk
mensekresi air susu juga dibantu oleh kedua hormon ini. Kadar progesteron yang
tinggi juga akan menginhibisi sekresi GnRH dan LH. Pada Korpus luteum
menghasilkan relaksin dalam jumlah yang sedikit saat setiap siklus bulanan. Relaksin
akan menginhibisi kontraksi miometrium dan menghasilkan efek relaksasi pada
uterus. Inhibin pula disekresi oleh sel granulosa dari folikel yang berkembang selepas
ovulasi.Inhibin menginhibisi sekresi FSH dan LH.12

C. FAKTOR SIKLUS MENSTRUASI


Ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain:13
1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim- enzim
hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asamasam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan
endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada
pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat
mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak
permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir
ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi
kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar
progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam
metabolisme

endometrium

yang

mengakibatkan

regresi

endomentrium

dan

perdarahan.
5

2. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteriarteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluransaluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan
desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya
miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

D.SIKLUS MENSTRUASI
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,
namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi
indikasi adanya masalah kesuburan. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari
pertama periode menstruasi hari dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari
pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu 1 hari sebelum
perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.12
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan
sekitar 200.000 hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel. Normalnya, hanya
satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke
14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel
telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba
fallopi untuk kemudian dibuah, yang disebut ovulasi.12
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon
yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga
membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel
telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominan

hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan
kedalam aliran darah. Hormon estrogen dan hormone FSH membantu sel telur yang
dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar
mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormon estrogen tersebut juga
menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan
hidup sperma setelah berhubungan intim. Ketika sel telur telah matang, sebuah
hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH).
Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur
yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma
masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan
yang besar untuk dibuahi. Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari
untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya menanamkan
diri didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan
memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormon tersebut
membantu pertumbuhan embrio didalam rahim. Jika sel telur yang telah dilepaskan
tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan terjadilah proses
menstruasi.12
Dalam proses ovulasi harus ada kerja sama antara korteks serebri,
hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea, glandula suprarenalis, dan kelenjar
kelenjar endokrin yang lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses
tersebut adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Hipotalamus
mengawasi sekresi hormon gonadrotopin oleh adenohipofisis melalui sekresi
neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat portal yang khusus.
Hipotalamus menghasilkan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat
merangsang Luteneizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari
hipofisis.12
Siklus Haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua
fase dan 1 saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi dan fase luteal. Perubahan kadar
hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback)
antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik
negatif jika kadarnya rendah, dan umpan balik negatif terhadap FHS, sedangkan
terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negatif bila kadarnya rendah, dan

umpan balik posotif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap
hormon gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus.12
1. Fase Folikular
Secara fisiologis, hari pertama menstruasi dianggap hari pertama siklus
menstruasi. 13 hari berikut dari siklus ditujukan fase folikuler. Sebagai tingkat
progesteron, estradiol, dan inhibin menurun 2-3 hari sebelum menstruasi,
hipofisis mulai melepaskan tingkat yang lebih tinggi dari follicle-stimulating
hormone (FSH), yang merekrut oosit untuk siklus menstruasi berikutnya.
Hipotalamus adalah inisiator dari fase folikular.1
Gonadotropin Releasing hormone (GnRH) adalah pompa yang terletak di
hipotalamus, melepaskan GnRH secara pulsatil ke dalam sistem pembuluh
portal yang mengelilingi kelenjar hipofisis anterior. GnRH berinteraksi dengan
kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan FSH dalam fase folikuler. FSH
disekresi ke dalam sirkulasi akan berinteraksi dengan sel-sel granulosa yang
mengelilingi oosit yang sedang berkembang.1
Sebagai FSH meningkat selama bagian awal dari fase folikuler , berinteraksi
dengan sel-sel granulosa untuk merangsang perubahan hormon androgen
menjadi estradiol. Peningkatan estradiol dan FSH menyebabkan peningkatan
kadar FSH reseptor di banyak folikel yang sedang berkembang. Selama
beberapa hari berikutnya, peningkatan yang stabil dari tingkat estradiol ( E2 )
memberikan pengaruh penekan semakin besar pada hipofisis rilis FSH . Hanya
satu yang dipilih memimpin folikel , dengan reservoir terbesar dari estrogen,
dapat menahan lingkungan FSH menurun. Oosit yang tersisa yang awalnya
direkrut dengan folikel memimpin mengalami atresia . Segera sebelum
ovulasi, kombinasi E2 dan FSH menyebabkan produksi luteinizing hormon
( LH ) reseptor pada sel-sel granulosa yang mengelilingi folikel.1
Selama akhir fase folikuler, estrogen memiliki pengaruh positif pada sekresi
LH, bukannya menekan sekresi LH hipofisis seperti halnya di awal fase
folikuler. Untuk memiliki efek positif ini, tingkat E2 harus mencapai
ketinggian berkelanjutan selama beberapa hari. Lonjakan LH meningkatkan
pematangan oosit dominan, pelepasan oosit dan kemudian luteinisasi dari sel
granulosa dan sel teka sekitarnya folikel dominan sehingga produksi
progesteron. Tingkat yang tepat dari progesteron yang timbul dari folikel

dominan jatuh tempo berkontribusi pada waktu yang tepat lonjakan


pertengahan siklus LH. E2 mendorong pertumbuhan kelenjar endometrium
rahim, yang memungkinkan untuk implantasi.1
2. Fase Ovulasi
Adanya lonjakan LH merupakan indikator yang paling penting terjadinya
ovulasi. Ovulasi terjadi kira-kira 34-36 jam setelah terjadinya lonjakan LH
atau 10-12 jam setelah puncak LH dan 24-36 jam setelah tingkat puncak E2.
Kenaikan progesteron meningkatkan distensibility dinding folikel dan
meningkatkan aktivitas enzimatik proteolitik, yang akhirnya memecah dinding
folikel kolagen.3
Setelah sel telur dilepaskan, sel-sel granulosa bertambah besar dan lutein
menjadi bentuk yang memiliki karakteristik yaitu dengan pigmen yang
berwarna kekuningan yang disebut dengan korpus luteum. Korpus luteum
kemudian menghasilkan estrogen, progesteron, dan androgen dan menjadi
semakin banyak.1
3. Fase luteal
Umur dan kapasitas steroidogenik korpus luteum tergantung pada sekresi LH
lanjutan dari kelenjar pituitari. Korpus luteum mengeluarkan progesteron yang
berinteraksi dengan endometrium rahim untuk mempersiapkan untuk
implantasi. Proses ini disebut desidualisasi endometrium. Pada siklus
menstruasi ovulasi normal, korpus luteum menurun dalam fungsi 9-11 hari
setelah ovulasi . Jika korpus luteum tidak diselamatkan oleh human chorionic
gonadotropin (hCG) hormon dari plasenta berkembang, menstruasi andal
terjadi 14 hari setelah ovulasi. Jika pembuahan terjadi, hCG plasenta
berinteraksi dengan reseptor LH untuk mempertahankan fungsi luteal sampai
produksi progesteron plasenta mapan.1
Siklus menstruasi adalah sistem yang kompleks tetapi terkoordinasi dalam
mengatur perubahan hormonal serta respon dari organ. tujuan utama dari
siklus menstruasi adalah untuk merangsang pertumbuhan folikel untuk
melepaskan telur dan mempersiapkan sebuah situs untuk implantasi jika
pembuahan harus terjadi. Apabila dalam suatu siklus tidak terjadi proses
pembuahan, akan terjadi proses pelepasan oleh endometrium, yang disebut
menstruasi.3

Saat lahir, bayi perempuan memiliki jumlah folikel primordial yang telah
ditetapkan yang ditangkap selama meiosis 1 pada tahap diplotene dari profase
sampai stimulasi pada pubertas. Sampai pubertas, hipotalamus dalam keadaan
diam. Pada sekitar usia 8 tahun, GnRH disintesis di hipotalamus dan
dilepaskan. Korteks adrenal mulai menghasilkan dehydroepiandrostenedione
untuk memulai awal adrenarche (yaitu pertumbuhan rambut seksual). Awal
dari pubertas dimulai dengan tumbuhnya payudara (thelarche), percepatan
pertumbuhan, dan menstruasi (menarche). Pubarche, hasil dari fungsi GnRH,
biasanya terjadi antara mulai tumbuhnya payudara dan percepatan
pertumbuhan yang dapat terjadi di mana saja sepanjang waktu pubertas. Di
Amerika Serikat, usia rata-rata anak perempuan menarche adalah 12,8 tahun,
dengan kisaran 9-16 tahun.3
E.FAKTOR RESIKO VARIABILITAS SIKLUS MENSTRUASI
Faktor risiko dari variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:12
F

1. Berat badan
1

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi


menstruasi.

Penurunan

berat

badan

akut

dan

sedang

menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung


derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat
badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus
dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat
badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.
F

2. Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi.
3. Stress
Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem persarafan
dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau endogen opiat yang dapat
memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein (LH) yang

10

menyebabkan amenorrhea.
F 4. Diet
F Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan
anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek, tidak
normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak
berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet
rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan
amenorrhea.
F 5. Paparan lingkungan dan kondisi kerja
F Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang
dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang.
1

6. Gangguan endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta hipertiroid yang


berhubungan

dengan

gangguan

menstruasi.

Prevalensi

amenorrhea

dan

oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit polikistik ovarium


berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea
dan oligomenorrhea pada perempuan dengan penyakit polystic ovarium berhubungan
dengan insensitivitas hormone insulin dan menjadikan perempuan tersebut obesitas.
Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi
amenorrhea. Hipotiroid berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.
F 7. Gangguan perdarahan
F Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu: perdarahan yang berlebihan/banyak,
perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang sering. Dysfungsional Uterin Bleding
(DUB) adalah gangguan perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan
dengan kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi menopause.

F. GANGGUAN MENSTRUASI

11

Siklus menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari
hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya). Jika
lamanya perdarahan kurang dari 7 hari dan jika jumlah darah yang hilang kurang dari
80 ml. Perlu dicatat bahwa discharge menstruasi terdiri dari cairan jaringan (20-40
persen dari total discharge), darah (50-80 persen), dan fragmen-fragmen
endometrium. Namun, bagi wanita discharge menstruasi tampak seperti darah.
Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif,
yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39 tahun. Gangguan ini mungkin
berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi, atau jumlah dan lamanya menstruasi.
Seorang wanita dapat mengalami kedua gangguan itu.7
a. Gangguan Pada Lamanya Siklus Menstruasi: 7
1. Polimenore atau Epinore
Pada polimenore siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya yaitu terjadi dengan
interval kurang dari 21 hari (Jones, 2002). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih
banyak dari biasa. Polimenore dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang
mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain
adalah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
2. Oligomenore
Siklus menstruasi lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari. Perdarahan pada
oligomenore biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenore kesehatan
wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya
ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya.
3. Amenore
Amenore adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga bulan berturut-turut.
Amenore primer terjadi apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah
mendapatkan menstruasi, sedangkan pada amenore sekunder penderita pernah
mendapatkan menstruasi tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenore primer (dialami
oleh 5 persen wanita amenore) mungkin disebabkan oleh defek genetik seperti

12

disgenensis gonad, yang biasanya ciri-ciri seksual sekunder tidak berkembang.


Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan duktus Muller, seperti tidak ada uterus,
agenesis vagina, septum vagina transversal, atau himen imperforata. Pada tiga
penyebab terakhir, menstruasi dapat terjadi tetapi discharge menstruasi tidak dapat
keluar dari traktus genitalis. Keadaan ini disebut kriptomenore, bukan amenore.
Penyebab yang paling umum pada amenore sekunder adalah kehamilan.
b Gangguan Jumlah Darah Menstruasi dan Lamanya Perdarahan13
1. Hipomenore
Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau kurang dari biasa dengan discharge
menstruasi sedikit atau ringan (Jones, 2002). Hipomenore disebabkan oleh karena
kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal. Adanya hipomenore tidak mengganggu fertilitas.
2. Hipermenore atau Menoragia
Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih
dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya
mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan
kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium
pada waktu haid, dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya
terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan
pelepasannya pada waktu haid (Simanjuntak, 2009). Menoragia mungkin terjadi
disertai dengan suatu kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan
yang nyata pada uterus. Hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional, dengan kata
lain disebabkan oleh perubahan endokrin atau pengaturan endometrium lokal pada
menstruasi.
Ada pula gangguan menstruasi yang berhubungan dengan adanya gangguan pada
siklus dan jumlah darah menstruasi yaitu metroragia. Pada keadaan ini, terdapat
gangguan siklus menstruasi dan sering berlangsung lama, perdarahan terjadi dengan
interval yang tidak teratur, dan jumlah darah menstruasi sangat bervariasi. Pola
menstruasi seperti ini disebut metroragia. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
kondisi patologik di dalam uterus atau organ genitalia interna. Perlu bagi dokter untuk

13

mengadakan investigasi lebih lanjut. Investigasi meliputi histeroskopi dan biopsi


endometrium atau kuretase diagnostik.

AMENOREA
A. DEFINISI
Amenore ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturutturut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder.
Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah dapat
haid; sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi
kemudian tidak dapat lagi.2
Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan
lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan congenital dan kelainan-kelainan
genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.2

14

Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan di mana tidak tampak adanya


haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi, misalnya pada
ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain.2
Selanjutnya ada pula amenorea fisiologis, yakni yang terdapat dalam masa
sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause.2

B. INSIDENSI
Dewasa ini, insidensi terjadinya amenore primer mengalami peningkatan.
Berdasarkan data penelitian, insidensi amenore primer di Amerika < 1%.Sedangkan,
di Indonesia pada tahun 2009, insidensi amenore primer sebesar 11,83%. Menurut
sejumlah penelitian menyebutkan bahwa persentase frekuensi penyebab amenore
primer antara lain abnormalitas gonadal (50,4%), abnormalitas hipotalamus dan
kelenjar pituitari (27,8%), abnormalitas saluran genitalia (21,8%), dan hymen
imperforata atau septum transversal vagina (3%-5%).

Pada 50,4% pasien dengan amenore primer karena abnormalitas gonadal,


disebabkan adanya kelainan kromosom. Berdasarkan analisis kromosom, penyebab
amenore primer pada 45% kasus disebabkan karena disgenesis gonadal, adanya
abnormalitas kromosom atau agenesis duktus mlleri Pada 46% - 62% pasien
amenore primer mengalami abnormalitas kromosom antara lain X aneuploidi atau
15

abnormalitas struktur kromosom X yaitu isochromosome X, isodisentric, rings, delesi


dan inversi kromosom X.

Faktor resiko terjadinya abnormalitas kromosom adalah usia maternal,


lingkungan, nutrisi, perilaku individu, dan paparan bahan kimia.Usia maternal >35
tahun mempunyai resiko sebesar 1,80% untuk melahirkan anak dengan abnormalitas
kromosom dan subfertil. Sedangkan usia paternal tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kejadian abnormalitas kromosom.

Pemeriksaan sitogenetika mempunyai peran yang penting untuk mengetahui


kariotipe penderita dan menentukan jenis kelainan kromosom sebagai penyebab
amenore primer. Selain itu, untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan
penyebab amenore primer, perlu dilakukan adanya observasi data sekunder pasien
amenore primer.8

C. KLASIFIKASI
Amenorea primer dan sekunder masing masing mempunyai sebab-sebab sendiri;
pada amenorea primer kelainan gonad memegang peranan penting. Akan tetapi
banyak sebab ditemukan pada kedua jenis amenorea; oleh karena itu, klasifikasi
dibawah ini mencakup sebab-sebab pada amenorea primer dan amenorea sekunder.2
Prinsip dasar yang mendasari fisiologi dari fungsi menstrual memungkinkan
penyusunan dari beberapa sistem kompartemen yang tepat di mana menstruasi yang
sesuai bergantung. Prinsip ini berguna untuk mendapatkan evaluasi diagnostik yang
memisahkan penyebab dari amenore ke dalam kompartemen berikut ini:
Kompartemen I:
Gangguan dari saluran keluar dari organ target uterus
Kompartemen II:
Gangguan dari ovarium

16

Kompartemen III:
Gangguan dari pituitari anterior
Kompartemen IV:
Gangguan dari faktor sistem syaraf pusat (hipotalamus)
o Gangguan Organik Pusat1
Sebab organik: tumor, radang, destruksi
o Gangguan kejiwaan
a. Syok emosional
b. Psikosis
c. Anoreksia nervosa
d. Pseudosiesis
o Gangguan poros hipotalamus-hipofisis
a. Sindrom amenore-galaktorea
b. Sindrom Syein-Leventhal
c. Amenore hipotalamik
o Gangguan Hipofisis
a. Sindrom Sheehan dan penyakit Simmonds
b. Tumor;
1) Adenoma basofil (penyakit Cushing)
2) Adenoma asidofil
3) Adenoma kromofob (sindrom Forbes-Albright)
o Gangguan gonad
a. kelainan congenital
b. menopause premature
c. the insensitive ovary
d. penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang dan
sebagainya
e. tumor sel-granulosa, sel-teka, sel-hilus, adrenal, arenoblastoma.
o Gangguan glandula suprarenalis
a. sindrom adrenogenital
b. sindrom Cushing
c. oenyakit Addison
o Gangguan glandula tiroidea
Hipotireoidi, hipertireoidi, kretinisme
o Gangguan pancreas
Diabetes mellitus
o Gangguan uterus, vagina
a. aplasia dan hipoplasia uteri
b. sindrom Asherman
c. endometritis tuberkulosa
d. histerektomi
e. aplasia vaginae
o Penyakit penyakit umum
a. penyakit umum
17

b. gangguan gizi
c. obesitas
D. ETIOLOGI
Amenore bisa terjadi karena berbagai alasan. Sebagian kasus merupakan hal
yang normal, sedangkan kasus lain muncul akibat efek samping dari suatu obat atau
tanda masalah medis.7

Berikut adalah beberapa penyebab utama amenore.


1. Amenore alami7
Selama masa hidupnya, seorang wanita mungkin mengalami amenore karena alasan
alami, seperti:
1. Kehamilan
2. Menyusui
3. Menopause
2. Kontrasepsi7
Sebagian wanita yang minum pil KB mungkin tidak mengalami menstruasi. Ketika
kontrasepsi dihentikan, akan memakan waktu tiga sampai enam bulan agar ovulasi
dan menstruasi kembali berjalan normal. Kontrasepsi yang disuntikkan atau
ditanamkan juga dapat menyebabkan amenore.
3. Obat-obatan7
Obat-obat tertentu bisa memicu berhentinya periode menstruasi, termasuk obat dari
jenis:
1. Antipsikotik
2. Kemoterapi kanker
3. Antidepresan
4. Obat tekanan darah
4. Faktor gaya hidup7
Faktor gaya hidup yang bisa memicu amenore antara lain:

18

Stres
Stres mental dapat mengubah sementara fungsi hipotalamus atau area otak
yang mengontrol hormon yang mengatur siklus menstruasi. Akibatnya, ovulasi dan
menstruasi dapat berhenti. Periode menstruasi umumnya kembali normal setelah
tingkat stres mereda.7

Berat badan rendah


Berat badan yang terlalu rendah akan menghambat banyak fungsi hormonal
dalam tubuh sehingga berpotensi menghentikan ovulasi. Wanita yang memiliki
gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia, sering mengalami berhenti
menstruasi akibat terjadinya perubahan hormonal.7
Olahraga berlebihan
Wanita yang berpartisipasi dalam olahraga yang membutuhkan aktivitas fisik
keras, seperti balet, lari jarak jauh, atau senam, mungkin mengalami gangguan siklus
menstruasi.7
5. Ketidakseimbangan hormon
Banyak masalah kesehatan menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang
memicu amenore, termasuk.7
o Sindrom ovarium polikistik ( polycystic ovary syndrome)
Sindrom ini menyebabkan tingkat hormon yang tetap tinggi, dibandingkan
dengan tingkat berfluktuasi yang terlihat dalam siklus menstruasi normal.
o Kerusakan tiroid
Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) atau kurang aktif
(hipotiroidisme) dapat menyebabkan ketidakteraturan menstruasi, termasuk
amenore.
o Tumor pituitary
Tumor jinak pada kelenjar pituitary dapat mengganggu keseimbangan
o

hormon menstruasi.
Menopause dini
Menopause biasanya terjadi antara usia 45 hingga 55 tahun. Pada beberapa
wanita, produksi sel telur mulai berkurang sebelum usia 40 tahun sehingga

19

memicu berhentinya menstruasi.


6. Masalah struktural7
Masalah dengan organ seksual itu juga bisa menyebabkan amenore,
diantaranya:
o Jaringan parut di uterus
Sindrom Asherman, suatu kondisi di mana jaringan parut menumpuk di
lapisan rahim bisa memicu amenore.
o Organ reproduksi yang tidak lengkap
Seorang wanita mungkin mengalami masalah yang muncul selama
perkembangan janin yang menyebabkannya lahir tanpa beberapa bagian
utama sistem reproduksi, seperti rahim atau leher rahim. Karena terdapat
ketidaklengkapan sistem reproduksi, orang tersebut tidak akan memiliki
siklus menstruasi
E. PATOFISIOLOGI
Siklus menstruasi adalah perkembangan berturut-turut peristiwa hormonal
dalam tubuh wanita yang menghasilkan pelepasan telur. Menstruasi terjadi ketika
telur dilepaskan oleh ovarium tetap belum dibuahi, kemudian, desidua basah
endometrium (yang prima untuk menerima sel telur yang dibuahi) sloughed dalam
aliran menstruasi dalam persiapan untuk siklus lain.3

20

Siklus menstruasi dapat dibagi menjadi 3 fase fisiologis: folikular, ovulasi, dan
luteal. Setiap fase memiliki lingkungan yang berbeda sekresi hormonal. Ketika salah
satu diagnosa proses penyakit yang bertanggung jawab untuk amenore, pertimbangan
organ target ini hormon reproduksi (hypothalamus, pituitary, ovarium, rahim) sangat
membantu.3
F. DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama, harus diketahui
apakah amenorea itu primer atau sekunder. Selanjutnya perlu diketahui apakah ada
hubungan antara amenorea dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan
emosional; apakah ada kemungkinan kehamilan; apakah penderita menderita penyakit
akut atau menahun; apakah ada gejala-gejala penyakit metabolik, dan lain-lain.2
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan tanda-tanda vital, termasuk tinggi dan berat
badan, dan dengan penilaian kematangan seksual . Temuan pemeriksaan fisik
meliputi:3

Umum
o Anorexia - Cachexia, bradikardia, hipotensi, hipotermia, kulit kuning
( carotenemia ), indeks massa tubuh ( BMI ) kurang dari 18.
o Tumor hipofisis - perubahan pada funduskopi, gangguan lapang
pandang , tanda-tanda saraf kranial
o Ovarium polikistik ( PCO ) sindrom - Jerawat, acanthosis nigricans,
hirsutisme, BMI lebih dari 30 ( umum)
o Radang usus - Fissure, tag kulit , darah yang tersembunyi ditemukan
pada pemeriksaan rektal
o Disgenesis gonad ( misalnya, Turner syndrome ) - leher Webbed,

meningkat membawa sudut, kurangnya perkembangan payudara.


Payudara
o Galaktorea - palpasi payudara
o Terlambatnya pubertas - Tertinggal dengan rambut kemaluan jarang
o Disgenesis gonad (misalnya, sindrom Turner) - tidak berkembangnya
payudara dengan pertumbuhan normal rambut kemaluan
Rambut kemaluan dan genitalia eksternal
o Hiperandrogenisme - distribusi rambut kemaluan, kelebihan rambut
wajah.
o Terlambatnya pubertas - Tanpa perkembangan payudara

21

o Tumor adrenal atau ovarium - klitoromegali, virilisasi.


o Pelvic kepenuhan - Kehamilan, massa ovarium, anomali genital.
Vagina
o Selaput dara imperforata - menggembung atau vagina eksternal
o Agenesis ( Rokitansky - Hauser syndrome ) - menyempitnya vagina
dengan rahim yang belum sempurna atau tidak ada, rambut kemaluan
yang normal
o Androgen sindrom ketidakpekaan - foreshortened vaginanya tanpa

rahim , rambut kemaluan absen.


Uterine: Jika rahim diperbesar, kehamilan harus disingkirkan.
Serviks
o Menilai saluran vagina, efek estrogen pada mukosa vagina, dan
sekresi lendir.
o Kehadiran lendir menunjukkan bahwa indung telur memproduksi E2
(dihambat oleh progesteron).
o Jelas, lendir yang berlebihan setelah siklus hari 20 menunjukkan
anovulasi.
o Kurangnya lendir dan kering, vagina pucat menunjukkan bahwa E 2
tidak di produksi. 3

Pemeriksaan Laboratorium3
Riwayat dan temuan fisik membantu dalam memilih tes pada pasien wanita
dengan amenore . Tes mungkin termasuk tes endocrinologik dan kimia untuk
mendeteksi proses penyakit kronis .3
Jika riwayat dan temuan fisik menunjukkan masalah ovarium - axis dengan yang
normal pubertas , thyroid- stimulating hormone (TSH), pengukuran prolaktin,
FSH, LH dan adalah baris pertama dari pengujian. Jika hirsutisme dominan
setelah

pemeriksaan,

dehydroepiandrosterone

termasuk
sulfate

pengujian

(DHEAS),

androgen

androstenedion,

testosteron,
dan

17-OH

progesteron untuk menentukan organ penyebab (misalnya, kelenjar adrenal vs


ovarium).3
Jika riwayat atau temuan fisik menunjukkan proses penyakit kronis, berikut ini
dapat diindikasikan termasuk pengukuran laju endap darah (LED), tes fungsi hati,
penentuan BUN, kreatinin tekad, dan urinalisis.3
Jika riwayat dan temuan fisik menunjukkan keterlambatan dalam masa pubertas,
menilai FSH dan LH dan menentukan usia tulang yang penting dalam
membedakan penundaan pubertas sebagai penyebab.3
Untuk mengevaluasi SSP, sela tursika atau MRI hipofisis ditunjukkan. Banyak
ahli lebih memilih MRI.3
22

G. TATALAKSANA
Selain kehamilan, keterlambatan konstitusional, anovulasi, dan penyakit
kronis, kebanyakan gangguan lain yang menyebabkan amenore mungkin memerlukan
rujukan ke subspesialist untuk pengobatan. Banyak metode pengobatan memerlukan
operasi atau terapi tertentu. Untuk remaja dengan keterlambatan konstitusional dan
anovulasi, tujuannya harus pemulihan siklus ovulasi. Jika siklus ovulasi tidak spontan
dipulihkan, terapi estrogen-progestin diindikasikan. Yakinkan pasien karena diagnosis
amenore dapat menyebabkan kecemasan yang luar biasa. 3

Dalam pengelolaan keseluruhan perempuan dengan amenore, mengingat


kemungkinan penyebab yang mungkin hadir dalam pengaturan rawat jalan sangat
membantu. Informasi berikut adalah panduan untuk mengelola penyebab paling
umum. Meskipun, diagnosis banding untuk amenore bervariasi, sebagian besar pasien
yang hadir dalam pengaturan rawat jalan dengan amenore primer atau sekunder
memiliki 1 dari 5 umum masalah medis: sindrom PCO, amenore hipotalamus,
hiperprolaktinemia, kegagalan ovarium, atau disfungsi tiroid. 3
Untuk wanita dengan amenore primer ketat, kelainan Mllerian untuk kedua
kegagalan ovarium prematur sebagai diagnosis yang paling mungkin. Pilihan
manajemen proses penyebab yang paling umum adalah di bawah ini. Faktor penyebab

23

yang tidak biasa dan jarang amenore, seperti sarkoidosis, memerlukan rujukan dan
evaluasi oleh dokter spesialis. 3

H. KOMPLIKASI
Infertilitas adalah komplikasi signifikan amenore bagi wanita yang ingin
hamil. Osteopenia (penurunan kepadatan tulang) atau osteoporosis adalah komplikasi

24

tingkat estrogen rendah, yang mungkin terjadi dengan amenore berkepanjangan.


Komplikasi lain amenore tergantung pada penyebab amenore tersebut.9
I. PENCEGAHAN
Amenore adalah gejala dan bukan penyakit itu sendiri. Oleh karena itu,
amenorrhea dapat dicegah hanya sejauh bahwa penyebab yang mendasari dapat
dicegah. Misalnya, amenore yang dihasilkan dari kondisi genetik atau bawaan tidak
dapat dicegah. Di sisi lain, amenore yang dihasilkan dari diri dikenakan diet ketat atau
olahraga intensif biasanya dicegah.9
1. Hypomenorrhea atau periode menstruasi kemudian dapat menyebabkan
amenore, aktif sembuh hypomenorrhea, dapat mengurangi kejadian amenore.10
2. Membuat jelas penyebab dan lokasi amenore , dapat membantu untuk
pengobatan dan prognosis amenore . Jika hipotalamus amenore , atau amenore
yang disebabkan oleh faktor perubahan lingkungan, kekurangan gizi, obatobatan akan memiliki prognosis yang lebih baik. Jika amenore yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan endometrium rahim telah
dihancurkan, sehingga kemungkinan kurang dari kembalinya menstruasi. Jika
amenore dengan uji progesteron positif , akan memiliki prognosis yang lebih
baik .10
3. Amenore dan infertilitas karena keluarga , lingkungan menyebabkan depresi,
pemeriksaan klinis dan tes laboratorium tidak normal yang signifikan, untuk
pasien menggunakan obat-obatan, dan pada saat yang sama memberikan
semangat dan dorongan kenyamanan, sekali meringankan penghambatan
korteks serebral , dapat melanjutkan periode menstruasi dan kehamilan.10
4. Beberapa wanita menggunakan pil penurun berat badan dan menyebabkan
amenore, atau karena obesitas untuk melakukan diet , menyebabkan anoreksia
dan amenore. Selain itu banyak kali aliran pejalan kaki dapat menyebabkan
amenore, yang amenore di atas dapat dicegah.10

KESIMPULAN

25

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endokrin. Panjang siklus haid adalah antara tanggal
mulainya haid yang lalu dan mulai haid berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita
normal berlangsung teratur, yaitu 21 35 hari dengan volume darah yang dikeluarkan
selama menstruasi sebanyak 40 ml dan cairan serosa sebanyak 35 ml. Panjang siklus
haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja pada beberapa perempuan tetapi juga pada
perempuan yang sama.13
Menstruasi merupakan suatu proses yang kompleks, karena melibatkan
berbagai organ, sistem endokrin, hormon hormon reproduksi dan enzim. Proses
menstruasi diregulasi oleh sistem endokrin dan perubahan hormonal yang terjadi
melalui mekanisme timbal balik (feed back mechanism) antara hipotalamus, pituitari
dan ovarium atau yang dikenal dengan axis endokrin Hipotalamus Pituitary
Ovarium (HPO).

12

Secara umum amenore dibedakan menjadi 2 yaitu amenore primer dan


sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi pertama kali (menarche)
pada usia 13 tahun dengan pertumbuhan seks sekunder normal atau tidak terjadinya
menarche dalam waktu lima tahun setelah pertumbuhan payudara, apabila terjadi
sebelum usia 10 tahun.

Sedangkan, amenore sekunder adalah berhentinya siklus

menstruasi yang teratur selama 3 bulan atau berhentinya siklus menstruasi yang tidak
teratur selama 6 bulan.

12

Pada awal masa pubertas, kadar hormone luteinizing hormone (LH) dan
follicle-stimulating

hormone

(FSH)

akan

meningkat,

sehingga

merangsang

pembentukan hormon seksual. Pada remaja putri, peningkatan kadar hormon tersebut
menyebabkan pematangan payudara, ovarium, rahim, dan vagina serta dimulainya

26

siklus menstruasi. Di samping itu juga timbulnya ciri-ciri seksual sekunder, misalnya
tumbuh rambut kemaluan dan rambut ketiak. Usia pubertas dipengaruhi oleh faktor
kesehatan dan gizi, juga faktor sosial- ekonomi dan keturunan. Menstruasi merupakan
pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari
menarche (menstruasi pertama) sampai terjadinya menopause.13
Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja pada beberapa perempuan tetapi
juga pada perempuan yang sama. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12
tahun adalah 25 hari, pada perempuan usia 43 tahun panjang siklus haidnya 27,1 hari
dan pada perempuan usia 55 tahun siklus haidnya adalah 51,9 hari. Panjang siklus
haid yang biasa pada manusia antara 25-32 hari, dan sekitar 97% perempuan yang
berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang atau lebih
dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatior) .12
Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yag 1-2 hari diikuti darah sedikitsedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada umumnya lamanya 4-6 hari,
tetapi antara 2-8 hari masih dianggap normal. Pada setiap perempuan biasanya lama
haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 16 cc. Pada perempuan yang
lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Perempuan dengan enemia
defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak (Hanifah, 2004). Kebanyakan
perempuan tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi sebagian kecil
merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenore). Usia gadis remaja pada waktu
pertama kalinya mendapat haid bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rataratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor
keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum.13
Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi yang dihasilkan
oleh ovarium adalah sebagian estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan
tumbuhnya lapisan darah dan jaringan yang tebal diseputar endometrium.
Dipertengahan siklus, ovarium melepas sebuah sel telur yang dinamakan ovulasi.
Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu antara pertengahan sampai datang menstruasi
berikutnya, tubuh wanita menghasilkan hormon progesteron yang menyiapkan uterus
untuk kehamilan.1
27

Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium. Di


ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di
endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase
proliferasi dan fase ekskresi.13

DAFTAR PUSTAKA
28

1. Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia. Edisi 6. Jakarta : Kedokteran


ECG.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. Chiavaroli, V., DAdamo, E., Diesse, L., and friends. Primary And Secondary
Amenorrhea.
4. Bielak, Kenneth M. MD, Harris, Gayla S. MD, March 2008, Amenorrhea
5. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Obstetri Fisiologi. Bandung: FK
Unpad.
6. repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf
7. Master-Hunter, T., & Heiman, D. L. (2006). Amenorrhea: Evaluation and
treatment. American Family Physician. 73, 13741382. Volume 73, No. 8
8. http://www.nichd.nih.gov/health/topics/amenorrhea/conditioninfo/Pages/causes.a
spx
9. http://www.unmc.edu/obgyn/docs/Evaluation_and_Management_of_Primary_A
menorrhea_Delaney_8.11.pdf
10. http://www.medicinenet.com/amenorrhea/page5.htm
11. http://www.ahealthstudy.com/diseases/amenorrhea-prevention
12. Ganong, W.F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC.
13. Guyton dan hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9 Revisi. Jakarta :
Kedokteran EGC.

29

También podría gustarte