Está en la página 1de 13

ADVANCE DIRECTIVE DAN

LIVINGLIL

Kelompok 1 :

Panji Yuga Basuki


Andriani
Rindi indriani abdulah
Icha Fatima
Dewi kuntuamas
Dewi larasati
Nurhidayah
Abd Rahim
Silde visca
Wayan purnawan
Moh reynaldi adiyatma

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU


2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya
kepada kita semua sehingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam mudahmudahan senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta para pengikutnya yang
setia menemani hingga akhir zaman.
Makalah yang diberi judul ADVANCE DIRECTIVE DAN LIVINGLIL ini merupakan
sebuah makalah yang terbentuk merupakan aspek penilaian mata kuliah Penulisan makalah.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala
kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga tugas makalah ini dapat diambil manfaaatnya oleh pembaca.

Palu , 14 januari 2016

Penyusun

Pengertian
Advance Directive adalah Instruksi spesifik yang dipersiapkan pada penyakit serius
yang sudah lanjut. Dimaksudkan untuk menuntun pelayan kesehatan berdasarkan keinginan
pasien jika pada suatu saat mereka tidak dapat menyatakan pilihan perawatan kesehatan yang
mereka inginkan untuk masa depan. Advance Directive adalahdokumen tertulis di mana
seseorang dengan jelas menentukan bagaimana keputusan medis yang mempengaruhi dirinya
harus diambil jika dia tidak mampu untuk melakukannya, atau untuk mengizinkan orang
tertentu untuk membuat keputusan tersebut untuk dirinya
Advance directive dibuat pada saat pasien masih sadar penuh dan dapat mengambil
keputusan secara rasional. Sedapat mungkin instruksi tersebut di dokumentasikan secara
tertulis.
Advance Directive meliputi : living will, durable (or special) medical power of attorney ,
verbal advance directive. Manfaat Advance Directiveadalah:
menghargai otonomi pasien
menghindari keluarga pasien untuk mengambil keputusan yang sulit
sebagai arahan dan pegangan bagi dokter dan prawat untuk melakukan terapi yang
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien. Untuk mengambil keputusan
sebelumnya pasien harus diberikan suatu pengarahan atau informasi.

Jenis-Jenis Advance Directive


a. Living Will (Surat Wasiat)
Dokumen legal yang ditandatangani oleh pasien yang dilakukan dihadapan saksi,
berisikan instruksi tentang intervensi pelayanan kesehatan yang diinginkan dan yang tidak
diinginkan ketika pasien dalam kondisi terminal atau irreversible dan ia sudah tidak dapat
berkomunikasi dan menyampaikan tentang keinginannya mengenai perawatan kesehatan.
b. Durable (or special) Medical Power of Attorney

Dokumen legal, dimana pasien menunjuk orang yang diberitanggung jawab (health
care surrogate / proxy) dan diberi kekuatan untuk membuat keputusan mengenai pelayanan
kesehatan jika pasien tersebut sudah tidak dapat membuat keputusan dan tidak dapat
berkomunikasi lagi. Wali tersebut hanya diberi kekuasaan untuk mengambil keputusan
yang berhubungan dengan tindakan medis, ia tidak diberi kekuasaan untuk membuat
keputusan legal dan finansial.
c. Verbal Advance Directive
Merupakan bentuk advance directive yang paling banyak dijumpai. Pasien menyatakan
keinginannya tentang perawatan menjelang akhir kehidupannya kepada orang-orang
terdekatnya, misalnya: keluarga, healthcare provider, teman, dll.

Keuntungan Advance Directive

Keuntungan Bagi Pasien:


Pasien dapat mengemukakan autonominya.
Kebebasan dari pasien untuk menentukan diri terhadap pilihan-pilihan alternatif
terapi berdasarkan informasi yang diberikan oleh health care provider.
Mengurangi kecemasan pasien terhadap tindakan-tindakan perawatan yang tidak
ia inginkan.
Mengurangi kecemasan dan rasa bersalah anggota keluarga. Dengan adanya
advance directive dapat membantu mengambil keputusan terbaik yang sesuai
dengan keinginan pasien
Keuntungan Bagi Health Care Provider:
Mengetahui apa yang diharapkan oleh pasien.
Mengurangi tindakan terapi dan intervensi diagnostik yang tidak diperlukan.
Mengurangi biaya perawatan.
Mengurangi masalah tentang medikolegal.

Tindakan Dokter Untuk Membantu Pasien dalam Membuat Advance Directive:


Sebaiknya dokter melakukan diskusi advance directive kepada pasien,
terutama pasien penyakit kronis yang memiliki resiko kelemahan fisik dan mental
yang bersifat progresif, agar ia dapat membuat advance directive sebelum ia menjadi
tidak dapat mengambil keputusan.
Dalam diskusi ini perlu diperhatikan kapan membicarakan masalah advance
directive. Sebaiknya pembicaraan advance directive dilakukan sebelum
mendiskusikan kabar buruk.
Hal-hal yang perlu diperhatikan tentang advance directive:
a.

Pemberian Informasi Kepada Pasien

Seberapa banyak informasi yang dibutuhkan pasien agar mereka mampumembuat


persetujuan yang sah?. Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal
informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu :

a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis


b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

Dengan mengacu kepada kepustakaan, KKI melalui buku manual ini memberikan 12 kunci
informasi yang sebaiknya diberikan kepada pasien :
a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak diobati.
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) termasuk
pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan.
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya, termasuk
pilihan untuk tidak diobati.
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau
pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti penanganan nyeri,
bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami
pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan
yang serius.
e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang kelebihan/keuntungan
dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang kemungkinan risiko
yang serius atau sering terjadi, dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan
tersebut.
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih eksperimental.
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan dimonitor atau
dinilai kembali.
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan
tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya.
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan, maka
sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang akan dilakukan.
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu.
Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas konsekuensi
pembatalan tersebut.

k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.

Bagaimana cara memberikan informasi kepada pasien?


Bagaimana cara anda memberikan informasi kepada pasien sama pentingnya dengan
informasi apa yang akan anda berikan kepada pasien. Pasien tidakdapat memberikan
persetujuan yang sah kecuali mereka telah diberitahu sebelumnya. Untuk membantu mereka
membuat keputusan anda diharapkan mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
A. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka. Sehingga
menghadirkan seorang interpreter mungkin merupakan suatu sikap yang penting, baik
dia seorang profesional ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat bahwa
dibutuhkan persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan interpreter
bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi.
B. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apabila hal
itu dapat membantu memberikan informasi yang bersifat rinci. Pastikan bahwa alat
bantu tersebut sudah berdasarkan informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah leaflet
yang menjelaskan tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan membuat jelas
kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk berpikir lebih lanjut,
tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada diskusi.
C. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau
teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder
D. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress ) agar diberikan
dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka untuk konseling bila diperlukan.
E. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi,
misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada pasien maupun untuk
turut membantu memberikan penjelasan.
F. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.
G. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang diberikan,
dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat klarifikasi, sebelum kemudian
diminta membuat keputusan
Sampai berapa lama persetujuan berlaku?
Tidak ada satu ketentuan pun yang mengatur tentang lama keberlakuan suatu
persetujuan tindakan kedokteran. Teori menyatakan bahwa suatu persetujuan akan tetap sah
sampai dicabut kembali oleh pemberi persetujuan atau pasien.

Namun demikian, bila informasi baru muncul, misalnya tentang adanya efek samping
atau alternatif tindakan yang baru, maka pasien harus diberitahu dan persetujuannya
dikonfirmasikan lagi. Apabila terdapat jedah waktu antara saat pemberian persetujuan hingga
dilakukannya tindakan, maka alangkah lebih baik apabila ditanyakan kembali apakah
persetujuan tersebut masih berlaku. Hal-hal tersebut pasti juga akan membantu pasien,
terutama bagi mereka yang sejak awal memang masih ragu-ragu atau masih memiliki
pertanyaan.

pastikan bahwa persetujuan dibuat secara sukarela


Persetujuan harus diberikan secara bebas, tanpa adanya tekanan dari manapun, termasuk
dari staf medis, saudara, teman, polisi, petugas rumah tahanan/ Lembaga Pemasyarakatan,
pemberi kerja, dan perusahaan asuransi. Bila persetujuan diberikan atas dasar tekanan maka
persetujuan tersebut tidak sah. Pasien yang berada dalam status tahanan polisi, imigrasi, LP
atau berada di bawah peraturan perundangundangan di bidang kesehatan jiwa/mental dapat
berada pada posisi yang rentan. Pada situasi demikian, dokter harus memastikan bahwa
mereka mengetahui bahwa mereka dapat menolak tindakan bila mereka mau.
Issu Etik: Kasus Advance Directive
Sebuah kasus baru-baru ini terjadi di Carolina Utara membahas masalah apakah
harus menghormati keinginan pasien yang tidak mau mempertahankan kehidupannya. Kasus
nya saat ini masih di tingkat pengadilan, dan pihak keluarga mengajukan banding ke
pengadilan yang lebih tinggi sebelum mendapatkan jawaban pasti. Kasus ini dialami oleh
wanita berusia 27 tahun yang bernama Tina, yang berada dalam keadaan mati serebral
dimana terjadi kematian jaringan diotak besar sebagai akibat dari komplikasi setelah
menjalani operasi. Sebelum operasi, Tina telah menandatangani dokumen Living Will (surat
wasiat) untuk menunjukkan bahwa dia tidak ingin menggunakan alat pembantu atau
pendukung agar ia tetap hidup jika situasi buruk terjadi. Orangtuanya menggugat rumah sakit
dengan tuduhan malpraktek dan meminta ganti rugi sebesar $ 48 juta untuk nyeri dan
penderitaan putri mereka serta untuk biaya pengobatan yang berlangsung selama masa
hidupnya diproyeksikan nya 50 tahun lagi. Rumah sakit memutuskan untuk mengabaikan
permintaan sebesar $ 48 juta, dengan alasan bahwa orang tua Tina hanya menginginkan
bantuan hidup dengan meminta uang yang sangat banyak dari rumah sakit. Hakim pengadilan
memutuskan bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab untuk membayar sekitar $ 48 juta
dalam kasus tersebut. Masalah ini naik banding, tetapi gugatan malpraktek yang mendasari
gugatan ini tidak mempengaruhi putusan yang telah dibuat.
Jika kasus ini naik banding ke pengadilan yang lebih tinggi, banyak pengacara, penyedia
layanan medis, dan warga negara yang tertarik untuk menunggu hasilnya. Kasus ini memiliki
potensi menjawab setidaknya beberapa pertanyaan hukum dan etika, juga memberi petunjuk
terhadap masalah kehidupan yang telah diperdebatkan di Carolina Utara selama bertahuntahun. Beberapa masalah hukum / etika potensial yang mungkin timbul antara lain:

Apakah peran keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengakhiri kehidupan?

Apakah peran dari advance directive dalam pelayanan kesehatan disaat kondisi pasien
memburuk?

Apakah yang dimaksud dengan living will (surat wasiat)?

Haruskah surat wasiat itu wajib dilakukan?

Jika ada konflik antara surat wasiat dan kuasa hukum tenaga kesehatan, dokumen apa
yang harus jadi patokan atau kontrol?

Apa peran keluarga dalam mengambil keputusan end-of life?


Jika pasien tidak memiliki advance directive, anggota keluarga (diprioritas anggota
keluarga yang paling dekat) memiliki hak untuk mengambil keputusan medis, termasuk hak
untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri sistem pendukung kehidupan. Jika ada
advance directive,bagaimana peran nya, apakah anggota keluarga berhak merubahnya? di
Carolina Utara tidak ada undang-undang yang membahas peran anggota keluarga jika
advance directive sudah dibuat, dan bisa dikatakan keluarga memiliki peran apapun.
Bagaimanapun, keluarga sering memainkan peran penting dalam mengambil keputusan endof-life, terlepas dari apakah ada advance directive atau tidak. Bukti menunjukkan bahwa
banyak dokter akan menunda melaksanakan surat wasiat jika keluarga menolak tindakan
tersebut. Banyak dokter melaporkan bahwa mereka melakukannya karena kasihan kepada
keluarga, dan memberi waktu beberapa hari kepada keluarga untuk memikirkan kembali
sehingga membantu mereka membuat keputusan. Dokter juga mengatakan mereka khawatir
akan dituduh melakukan malpraktek jika mereka memutuskan mengakhiri sistem pendukung
kehidupan terlalu dini.
Seperti yang terjadi pada kasus Tina, keluarga menolak tindakan untuk mengakhiri
sistem pendukung kehidupan mungkin didorong oleh faktor ekonomi. Kasus Tina layak
dipertaruhkan dengan jutaan dolar, tetapi semakin keluarga melaporkan kasus tersebut dan
menentang mengakhiri sistem pendukung kehidupan maka keluarga akan kehilangan
penyedia pelayanan kesehatan, Jaminan Sosial pasien atau cek kecacatan. Untuk alasan yang
sama, beberapa keluarga juga menolak memindahkan pasien untuk dirawat dirumah dan
memilih untuk tetap dirawat dirumah sakit karena dibiayai oleh program Medicare. Medicaid,
yang meliputi perawatan rumah, akan mengalihkan pendapatan pasien untuk membayar
biaya. Jadi, apakah itu untuk jutaan dolar atau cek subsisten, keluarga mungkin memiliki
motif ekonomi di balik keputusan end of life yang mereka buat untuk orang-orang terkasih.
Kasus Tina menjanjikan penyelesaian masalah ini, setidaknya dalam kasus di mana ada
penyelesaian mengenai surat wasiat. .

Di sisi lain, keluarga adalah pihak yang paling berhak dan mengikuti kehendak hidup
orang yang dicintainya. Sementara beberapa keluarga termotivasi oleh keinginan tulus untuk
menghormati keinginan orang yang dicintainya tersebut, beberapa juga termotivasi oleh
karena masalah ekonomi. Pertimbangan kasus berikut, yang semuanya didasarkan pada
informasi yang diberikan kepada penulis oleh seseorang terlibat dalam kasus ini :
Seorang anggota keluarga tidak membawa anggota keluarganya yang terkena serangan
jantung ke pelayanan Darurat Medis karena pasien memiliki surat wasiat. Penyedia layanan
kesehatan kemudian menemukan bahwa anggota keluarga akan mewarisi banyak harta jika
pasien telah meninggal (jika dibawa ke rumah sakit pasien akan pulih dari serangan jantung).
Sebuah keluarga bersikeras bahwa suami mereka / ayah tidak lagi menggunakan sistem
pendukung kehidupan seperti yang diungkapkan dalam surat wasiat, meskipun kekhawatiran
dokter bahwa itu terlalu dini untuk membuat penentuan itu. Keluarga mengancam akan
membuat gugatan dan tidak akan melunasi tagihan medis. Ketika Pasien sudah pulih, dokter
akan menjelaskan bagaimana keluarganya bersikeras melakukan tindakan tersebut untuk
menghormatisurat wasiat.
Seorang pekerja sosial rumah sakit menemukan kasus dimana mereka meyakini surat wasiat
pasien dibuat oleh anggota keluarga yang berharap untuk mewarisi mobil pasien.
Mendefinisikan peran keluarga dalam pengambilan keputusan end-of-life adalah masalah
yang kompleks yang akan membutuhkan solusi kreatif untuk menemukan keseimbangan
antara mengakomodasi keprihatinan yang sah keluarga dan mencegah penyalahgunaan
proses.
Apakah peran dari advance directive dalam pelayanan kesehatan disaat kondisi pasien
memburuk?
Kasus Tina menyoroti masalah yang semakin sering ditanyakan oleh politisi, penyedia
layanan medis, ekonom, dan pembayar pajak. Dimana kebutuhan untuk perawatan medis jauh
melebihi dari kemampuan untuk membayar. Untuk itu, bagaimana sistem memprioritaskan
kebutuhan? Apakah etis untuk menyelamatkan seseorang yang berada dalam keadaan mati
serebrum dengan sistem pendukung kehidupan selama 50 tahun ketika sumber daya dapat
digunakan untuk membantu orang lain untuk menjaga kualitas hidup? Namun pengadilan
akhirnya dapat membuat keputusan dalam kasus Tina, kebijakan publik cenderung memiliki
pengaruh yang signifikan.
Apakah yang dimaksud dengan surat wasiat?
Pengacara di Carolina Utara telah memperdebatkan selama beberapa tahun tentang
apakah surat wasiat harus memenuhi persyaratan hukum yang ditetapkan dalam undangundang. Beberapa berpendapat bahwa cukup hanya dengan pernyataan verbal yang
disampaikan ke dokter untuk melaksanakan keinginan pasien dan sanksi dari akibat terhadap
penyedia medis yang gagal untuk menghormati pernyataan verbal tersebut. Posisi ini ekstrim
dan tidak didukung oleh otoritas. Pengacara sebagian besar setuju bahwa persyaratan hukum
harus dipenuhi, tapi ada ruang untuk berdebat atas apa arti dari persyaratan tersebut.

Dalam kasus Tina, pengacara yang mewakili orang tuanya sepertinya mencari alasan
atas banding untuk mendiskreditkan surat wasiat tersebut. Jika tidak memenuhi semua
persyaratan di bawah hukum Carolina Utara, akankah surat wasiat itu tetap dilaksanakan,
atau akankah keinginan orangtua Tina akan menang? Kasus ini menggambarkan pentingnya
melaksanakan advance directive sehingga sesuai dengan hukum negara. Benar, dalam banyak
kasus mungkin tidak masalah. Keluarga dan dokter setuju untuk mengakhiri sistem
pendukung kehidupan yang memungkinkan pasien untuk pergi secara perlahan.

Haruskah surat wasiat itu wajib dilakukan?


Haruskah penyedia layanan medis diminta untuk mengikuti isi surat wasiat pasien? Bahasa
hukum di Carolina Utara adalah diskresioner cara yang luar biasa atau nutrisi buatan atau
hidrasi, sebagaimana ditentukan oleh pemberitahu, dapat ditangguhkan atau dihentikan pada
arah dan di bawah pengawasan dokter yang hadir. (N.C.G.S. 90-321 (b) (2)) (penekanan
ditambahkan).
Beberapa negara telah mengadopsi skema wajib, yang memungkinkan penyedia layanan
medis menolak untuk menjalankan surat wasiat pasien atas dasar keyakinan agama yang
tulus atau keyakinan moral yang tulus. Penyedia medis harus segera memberitahu orang
yang tepat dari penolakan-nya untuk menghormati keputusan dan membantu dalam
memindahkan pasien ke penyedia layanan kesehatan lainnya. (General Statutes of West
Virginia 16-30,12).
Legislasi Carolina Utara tidak memiliki ketentuan yang serupa, mungkin karena
pembuat draft bermaksud bahwa itu menjadi keputusan dalam kebijaksanaan penyedia
medis. Dalam kasus Tina, penyedia medis dalam peran sebaliknya, dengan alasan bahwa hal
itu bertentangan dengan kebijakan publik dengan mengesampingkan keinginan tertulis
pasien. Keluarga ada dalam posisi yang menyatakan bahwa menghormati keinginan hidup
Tina akan sangat diskresioner. Menarik untuk melihat apakah pengadilan dalam kasus Tina
akan mencoba untuk mendamaikan bahasa discretionary undang-undang Carolina Utara
dengan hak konstitusional pasien untuk menolak mendukung kehidupan dan perawatan
medis.
Jika ada konflik antara surat wasiat dan kuasa hukum tenaga kesehatan, dokumen apa
yang harus jadi patokan atau kontrol?
Menurut hukum Carolina Utara, jika pasien memiliki keduanya yaitu surat wasiat dan
pengacara penyedia pelayanan kesehatan, surat wasiat akan mengontrol jika ada konflik
antara keduanya. Aturan ini berasal dari kondisi dimana pengacara semakin banyak
menyarankan klien mereka untuk mengeksekusi keinginan hidup yang mendukung kekuatan
pengacara penyedia layanan kesehatan. Pengacara penyedia layanan kesehatan memberikan
fleksibilitas lebih untuk surat wasiat, memberikan ruang kepada klien untuk mengontrol pada
kondisi dimana sistem pendukung kehidupan dapat dihentikan. Selama agen perawatan
kesehatan bersedia untuk melakukan advokasi pada kepentingan pasien, kuasa pengacara
penyedia layanan kesehatan, tanpa surat wasiat, memberikan asuransi terbesar bahwa
keinginan pasien akan dihormati.

Apa yang terjadi jika agen perawatan kesehatan memilih untuk tidak melakukan
advokasi atas kepentingan pasien? Dalam kasus Tina, perwakilan hukumnya (orang tua)
memiliki kepentingan yang merugikan keinginannya untuk tidak mempertahankan sistem
pendukung kehidupan, artinya orang tua Tina ingin tetap menggunakan alat sebagai
pendukung kehidupan nya.Surat wasiat berbicara sebaliknya, dan tanpa surat wasiat
keinginan Tina tidak akan didengarkan. Apakah orangtuanya memiliki hak untuk mencabut
surat wasiat? Masih diperdebatkan. Apakah kekuatan ini meluas ke perwakilan hukum
lainnya?
Kembali kepada pertanyaan dokumen mana yang harus mengontrol? Saat ini di
Carolina utara, surat wasiat akan mengontrol jika ada konflik antara dua dokumen. Namun,
jika agen perawatan kesehatan atau perwakilan hukum lainnya dapat mencabut surat wasiat,
apa artinya mengatakan bahwa surat wasiat akan mengontrol jika ada konflik? Mungkin
pertanyaan yang paling penting adalah apakah orang yang melaksanakan dokumen dapat
mengandalkan agen perawatan kesehatan untuk memfasilitasi keinginannya agar dapat
dilakukan.

Kesimpulan
Kasus Tina, jika mengajukan banding, dapat membantu mengatasi beberapa pertanyaan yang
muncul dalam editorial ini. Reformasi legislatif juga diperlukan. Sementara itu, pikiran dan
doa-doa kita untuk Tina, yang sama sekali tidak menyadari dampak yang ia hadapi di hukum
Carolina Utara.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Advance Directive adalahdokumen tertulis di mana seseorang dengan jelas
menentukan bagaimana keputusan medis yang mempengaruhi dirinya harus diambil
jika dia tidak mampu untuk melakukannya, atau untuk mengizinkan orang tertentu
untuk membuat keputusan tersebut untuk dirinya.
2. Advance directive dibuat pada saat pasien masih sadar penuh dan dapat mengambil
keputusan secara rasional. Sedapat mungkin instruksi tersebut di dokumentasikan
secara tertulis.
3. Advance Directive meliputi : living will, durable (or special) medical power of
attorney , verbal advance directive. Manfaat Advance Directiveadalah: menghargai
otonomi pasien, menghindari keluarga pasien untuk mengambil keputusan yang sulit,
sebagai arahan dan pegangan bagi dokter dan prawat untuk melakukan terapi yang
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien. Untuk mengambil keputusan
sebelumnya pasien harus diberikan suatu pengarahan atau informasi.
4. Kasus advance direktive masih jarang ditemukan di Indonesia, dan masih jadi
perdebatan karena belum adanya Undang-undang yang jelas untuk mengatur tindakan
Advance directive.
5. Kasus Tina, jika mengajukan banding, dapat membantu mengatasi beberapa
pertanyaan yang muncul dalam editorial ini. Reformasi legislatif juga diperlukan.
Sementara itu, pikiran dan doa-doa kita untuk Tina, yang sama sekali tidak menyadari
dampak yang ia hadapi di hukum Carolina Utara.

DAFTAR PUSTAKA
American Medical Association, Shape Your Health Care Future With Health Care Advance
Directives. www.ama-assn.org.
AARP Webplace. Advance Directives: How Do I Get Started? www.aarp.org.
Charles P. Sabatino, ABA Commission on Legal Problems of the Elderly, 10 Legal Myths
About Advance Medical Directives. www.abanet.org.
Philip Hebert, Doing Right: A Practical Guide to Ethics for Medical Trainees & Physicians.
(Oxford U. Press, 1996)
Steven W. Rickard, Advance Medical Directives: Your Wishes for Future Medical Care.
(Kraves Communications, 1996) .

También podría gustarte