Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
AYU WULAN SARI
NIM : 1110101000045
LEMBAR PERNYATAAN
Ayu Wulansari
PENYATAAN PERSETUJUAN
JUDUL SKRIPSI
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT IBU
HAMIL UNTUK MEMANFAATKAN LAYANAN VCT (Voluntary
Counseling and Testing) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT
KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2014
Mengetahui
Anggota I
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Lajang
Nomor Handphone
: ayu.wulansari80@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
2010-Sekarang
2006-2009
2003-2006
1996-2003
LEMBAR PERSEMBAHAN
I dedicate
this work to
My belove parents, My Family, and
My Honey
Whose untiring care and endles love have constantly
surrounded me and been a powerfull source of inspiration of
which this is a partial reflection.
Written by Ayuwulansari
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji serta syukur kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul FaktorFaktor Yang
Berhubungan Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
(Voluntary Counseling And Testing Hiv) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014.
Adapun skripsi ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari bahwa skripsi ini
tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA selaku penanggung jawab peminatan
promosi kesehatan serta dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, S.sn. Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, Ibu Narila Mutia Nasir, Ph.D dan Ibu Julie
Rostina, SKM, MKM yang telah menguji dan memberikan masukan yang
sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK..
ABSTRACT
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN.
iv
KATA PENGANTAR...................
vii
DAFTAR ISI..............
ix
DAFTAR TABEL.................
xiv
DAFTAR BAGAN.
xv
DAFTAR SINGKATAN..
xvi
10
12
13
2.1. HIV/AIDS
13
13
14
14
15
15
15
15
2.2.3. Penatalaksanaan................
16
16
17
17
19
20
23
25
28
29
30
30
34
36
36
38
39
41
42
2.4.1. Niat...
47
2.4.2. Sikap.........................
48
50
51
2.5. Pendidikan...
52
2.6. Umur....
54
55
2.8. Pengetahuan.
56
58
60
62
63
66
67
67
67
67
67
68
69
72
75
75
78
80
82
84
5.1. Univariat...
84
84
85
86
86
87
88
5.1.7. Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
89
90
5.2. Bivariat.....
91
92
93
94
95
96
97
99
BAB VI PEMBAHASAN......
101
101
101
102
103
104
106
108
110
112
113
115
115
119
122
125
129
134
138
141
7.1. Simpulan.......................
141
7.2. Saran.
142
DAFTAR PUSTAKA.............
145
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 3.2
Definisi Operasional
63
Tabel 4.1
Sampel Rw Terpilih
68
Tabel 4.2
78
Tabel 5.1
84
Tabel 5.2
85
Tabel 5.3
86
Tabel 5.4
87
Tabel 5.5
88
Tabel 5.6
89
Tabel 5.7
90
Tabel 5.8
91
Tabel 5.9
92
Tabel 5.10
93
Tabel 5.11
94
Tabel 5.12
96
Tabel 5.13
97
Tabel 5.14
98
Tabel 5.15
99
DAFTAR BAGAN
Nomor
Judul
Halaman
Bagan 2.1.
Kerangka Teori
59
Bagan 3.1.
Kerangka Konsep
62
Bagan 4.1.
75
DAFTAR SINGKATAN
AIDS
ANC
: Antenatal Care
ARV
: Anti Retrovirus
ELISA
HIV
IMS
KIE
ODHA
PMTCT
TB
: Tuberculosis
TPB
TRA
WHO
WPS
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner Penelitian
2. Ouput Penelitian
3. Izin Penelitian
4. Surat Permohonan Permintaan Data
BAB I
PENDAHULUAN
terhambatnya
perkembangan
ekonomi
dan
memperburuk
ke klinik VCT. Akan tetapi, hal ini tidak sebanding dengan estimasi populasi
berisiko HIV/AIDS tahun 2012 di Provinsi Banten yaitu, 20.000 orang
(Kemenkes, 2012).
Kota Tangerang Selatan, terdapat dua instansi pemerintah yang
menyediakan layanan VCT yaitu Puskesmas Jombang dan Puskesmas Ciputat.
Berdasarkan laporan tahunan Kementerian Kesehatan tahun 2013, dari 98 orang
yang memanfaatkan layanan VCT, dinyatakan 17 orang yang terdeteksi HIV
positif yang berasal dari populasi beresiko di Puskesmas Ciputat. Dari uraian data
tersebut terlihat bahwa Puskesmas Ciputat termasuk satu satunya Puskesmas di
Tangerang Selatan yang aktif menjaring infeksi HIV melalui layanan VCT.
Namun, hasil wawancara peneliti dengan bidan di Puskesmas Ciputat,
selama ini pemeriksaan VCT masih didominasi oleh kelompok populasi kunci,
terdiri dari wanita pekerja seks (WPS) yang sebelumnya telah melakukan terapi
metadon. Artinya, pelayanan tes VCT hanya dilakukan oleh sejumlah kecil
kelompok, belum secara umum dimanfaatkan oleh masyarakat luas sekitar
Ciputat. Layanan VCT di Puskesmas Ciputat sudah beroperasi dari tahun 2010,
namun terdapat hambatan dalam peningkatan layanan VCT. Hambatan tersebut
berupa rendahnya jumlah kunjungan masyarakat umum yang memanfaatkan
layanan VCT.
Di tahun 2013 Puskesmas Ciputat memperluas layanan VCT pada
kelompok ibu hamil yang melakukan layanan Antenatal care (ANC). Namun,
layanan ini belum aktif. Dari hasil wawancara dengan bidan di Puskesmas
Ciputat, hal ini dipengaruhi oleh faktor informasi mengenai layanan VCT yang
belum diterima oleh masyarakat setempat, khususnya ibu rumah tangga. Faktor
tersebut dilatarbelakangi oleh minimnya sosialisasi dari petugas kesehatan tentang
keberadaan layanan VCT dikarenakan keterbatasan SDM di Puskesmas Ciputat.
Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Ermarini (2013) terlihat
bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemanfaatan layanan
VCT yaitu keyakinan seseorang dengan pemanfaatan layanan VCT, motivasi atau
dukungan dari LSM dan petugas kesehatan serta akses ke layanan VCT.
Berdasarkan hasil analisis multivariat terdapat dua variabel yang paling
berhubungan dengan pemanfaatan layanan VCT yaitu usia dan pengetahuan
terkait VCT, yaitu tentang manfaat VCT dan tahapan dalam layanan VCT.
Menurut Kementerian Kesehatan, di tahun 2010 sebanyak 6 persen
penduduk usia di atas 15 tahun yang mengetahui tentang layanan VCT. Kelompok
dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi memiliki informasi yang lebih baik
tentang pelayanan VCT maupun penanggulangan HIV dibandingkan dengan
kelompok ekonomi rendah.
Hal di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan Abebe (2006),
melaporkan bahwa responden yang memiliki persepsi kerentanan yang tinggi
menyatakan niatnya untuk melakukan VCT dari pada mereka yang memiliki
persepsi kerentanan yang rendah (48,9%). Terlihat dari jumlah responden dengan
persepsi yang tinggi terhadap keparahan HIV/AIDS menyatakan niatnya untuk
VCT sebanyak (52,6%) orang.
Menurut Mugisha (2010) dalam Wati (2013) adapun yang diperlukan
untuk mendukung seseorang memanfaatkan layanan VCT meliputi sensitifitas
bahwa
masih rendahnya
Pertanyaan penelitian
1. Bagiamana gambaran karakteristik ibu hamil (Umur, pendidikan dan status
pekerjaan ) terhadap layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil terhadap layanan VCT di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat ?
3. Bagaimana gambaran sikap ibu hamil terhadap layanan VCT di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat ?
4. Bagaimana gambaran norma subyektif ibu hamil terhadap layanan VCT di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ?
5. Bagaimana gambaran persepsi kontrol diri ibu hamil terhadap layanan VCT di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ?
6. Bagaimana gambaran niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ?
7. Adakah hubungan antara karakteristik ibu hamil (Umur, pendidikan dan status
pekerjaan ) terhadap niatnya untuk memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat ?
8. Adakah hubungan antara sikap ibu hamil terhadap niatnya untuk memanfaatkan
layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ?
9. Adakah hubungan antara norma subyektif ibu hamil terhadap niatnya untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ?
10. Adakah hubungan antara persepsi ibu hamil terhadap niatnya untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ?
1.4.
Tujuan Penelitian
1.5.2.1. Manajemen
Sebagai masukan dalam mengembangkan manajemen yang baik
dalam efektivitas pelaksanaan program layanan VCT di Puskesmas
Ciputat khususnya pada kelompok ibu hamil.
berhubungan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan Provinsi Banten tahun 2014. Penelitian
ini dilakukan oleh Mahasiswi Promosi kesehatan Program Studi Kesehatan
Masyarakat angkatan 2010 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
bulan Januari sampai dengan Juni 2014. Populasi penelitian ini adalah semua ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan
diwilayah kerja Puskesmas Ciputat dengan alasan Puskesmas Ciputat merupakan
Puskesmas yang memiliki layanan VCT di Kota Tangerang Selatan dan sosialisasi VCT
oleh petugas kesehatan belum berjalan optimal. Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan survei cross sectional. Data ini
didapat dari data primer dan sekunder yaitu melalui kuisioner dan data kunjungan
ibu hamil pada layanan Antenatal Care (ANC).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HIV/AIDS
2.1.1. DEFINISI HIV DAN AIDS
immunodeficiency
syndrome)
merupakan
jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali (KPAN,
2012).
2.1.2. PATOGENESIS HIV/AIDS
Diagnosis
adanya
infeksi
dengan
HIV
dapat
ditegakkan
Upaya
pencegahan
HIV/AIDS
hanya
dapat
efektif
bila
politik yang tinggi untuk mencegah dan atau mengurangi perilaku risiko
tinggi terhadap penuluran HIV. Adapun upaya pencegahan meliputi :
1. Abstinence Tidak berhubungan seks (selibat)
2. Be Faithful Selalu setia pada pasangan
3.Condom Gunakan kondom disetiap hubungan seks berisiko
4. Drugs Jauhi narkoba
2.3. VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)
2.3.1. Definisi Konseling dalam VCT
Konseling
menyediakan
dalam
dukungan
VCT
adalah
psikologis,
kegiatan
informasi
konseling
dan
yang
pengetahuan
yang
HIV,
mempromosikan
perubahan
perilaku
yang
Di dalam VCT ada dua kegiatan utama yakni konseling dan tes
HIV. Konseling dilakukan oleh seorang konselor khusus yang telah dilatih
untuk memberikan konseling VCT. Tidak semua konselor bisa dan oleh
memberikan konseling VCT. Oleh karena itu, seorang konselor VCT
adalah orang yang telah mendapat pelatihan khusus dengan standar
pelatihan nasional. Konseling dalam rangka VCT utamanya dilakukan
sebelum dan sesudah tes HIV.
Konseling setelah tes HIV dapat dibedakan menjadi dua yakni
konseling untuk hasil tes positif dan konseling untuk hasil tes negatif.
Namum demikian sebenarnya masih banyak jenis konseling lain yang
sebenarnya perlu diberikan kepada pasien berkaitan dengan hasil VCT
yang positif seperti konseling pencegahan, konseling kepatuhan berobat,
konseling keluarga, konseling berkelanjutan, konseling menghadapi
kematian, dan konseling untuk masalah psikiatris yang menyertai
klien/keluarga dengan HIV dan AIDS.
2.3.2. Tujuan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Tujuan dari VCT ini merupakan suatu langkah awal yang penting
menuju program pelayanan HIV/AIDS lainnya yaitu pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak, pencegahan dan manajemen klinis
penyakit penyakit yang berhubungan dengan HIV, pengendalian
penyakit TBC (tuberculosis) serta dukungan psikologis dan hukum
(Anastasya, 2010).
2.3.3. Peran Voluntary Counselling and Testing (VCT)
a.
c.
dan
kerahasiaan, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV di
laboratoruim. Test HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami
dan menandatangani informed consent yaitu surat persetujuan setelah
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar. VCT merupakan hal
penting karena :
1.
2.
3.
4.
5.
wajib
pada
pasangan
yang
akan
menikah,
pekerja
klien perhari terbagi antara klien konseling pra testing dan klien
konseling pasca testing.
Beberapa hal yang harus diperhatikan seorang konselor :
a. Jika konselor VCT bukan seorang dokter tidak diperbolehkan
melakukan tindakan medik.
b. Tidak melakukan tugas sebagai pengambil darah klien.
c. Tidak memaksa klien untuk melakukan testing HIV
d. Jika konselor VCT berhalangan melaksanakan Pasca konseling
dapat dilimpahkan ke konselor VCT lain dengan persetujuan
klien.
3. Ruang Tunggu
Ruang tunggu layanan konseling seharusnya dilengkapi
dengan materi komunikasi, Infoemasi dan Edukasi (KIE) : Poster,
Leaflet, brosur yang berisi bahan pengetahuan tentang HIV dan
AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), Keluarga Berencana, Antenatal Care (ANC), tuberculosa (TB), hepatitis, penyalahgunaan
napza, perilaku sehat, nutrisi, pencegahan penularan dan seks
aman; Informasi prosedur konseling dan testing; Kotak Saran;
Tempat sampah, tisu dan persedian air minum; Bila mungkin
sediakan TV, video dan mainan anak; Buku catatan resepsionis
untuk perjanjian klien kalau mungkin komputer untuk mencatat
data; Meja dan kursi yang nyaman dan kalender.
kelengkapan
pengisian
formulir
klien,
klien dan
Klien
tidak
dalam
paksaan
untuk
memberikan
konseling
dan
menandatangani
informed
consent.
2.3.9.4. Konseling Pasca Testing
adalah
tersebut
mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu tindakan. Ketiga anteseden niat adalah tingkat persepsi
pengendalian perilaku yang, seperti yang kita lihat sebelumnya, mengacu
pada persepsi kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku, dan
diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa lalu sebagai
antisipasi hambatan dan rintangan (Ajzen, 1991).
belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap
umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits),
nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial
antara lain adalah usia dan jenis kelamin (gender).
2. Keyakinan perilaku atau behavioral belief yaitu hal hal yang diyakini oleh
individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap
terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif
terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku
tersebut.
3. Keyakinan Normatif yang berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan
yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field Theory. Pendapat
Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui PBT. Menurut Ajzen, faktor
lingkungan sosial khususnya orang orang yang berpengaruh bagi
kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi keputusan
individu.
4. Normatif subjektif atau Subjective Norm adalah sejauh mana seseorang
memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang
akan dilakukannya (normative beliefs). Kalau individu merasa itu adalah hak
pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan
oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan mengabikan pandangan orang
tentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishben dan Ajzen (1975)
menggunakan istilah motivation to comply untuk menggambarkan
fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang
berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.
mengatasi
menghambat
pelaksanaan perilaku.
6. Persepsi kemampuan mengontrol (perceived behavioral control), yaitu
keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah
melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk
melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas
kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzen menanamkan kondisi
ini dengan persepsi kemampuan mengontrol (perceived behavioral
control).
7. Niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan seseorang
untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini
ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku
tertentu, dan sejauh mana kalu dia memilih untuk melakukan perilaku
tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang orang lain yang
berpengaruh dalam kehidupanya.
2.4.1. Niat
juga
kepercayaan
normatif
ini
subjektif
(subjective
norm)
adalah
persepsi
atau
yang
percaya
bahwa mereka
tidak
yang
telah
berubah
yang
sikap
dan
norma
subjektif
terhadap
perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsi, semakin kuat pula niat
seseorang untuk melakukan perilaku yang
Kontrol
sedang
dipertimbangkan.
Saptari
(2013)
persepsi
kontrol
diri
seseorang
dikatagorikan menjadi persepsi kontrol diri lemah dan kuat. Hasil dari
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
persepsi kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif. Persepsi kontrol
diri berhubungan signifikan dengan niat seseorang dalam melakukan suatu
tindakan tertentu.
2.5. Pendidikan
Pendidikan
merupakan
upaya
atau
kegiatan
untuk
(Indriyani,
2012).
Menurut
penelitian
Khairrurahmi
(2009),
yang
terhadap
perubahan
perilaku
pada
pasien
HIV/AIDS.
memanfaatkan layanan VCT dikarenakan mereka tidak tahu apa itu VCT dan
untuk apa layanan VCT. Sehingga disimpulkan ketertarikan seseorang
terhadap layanan VCT dilatarbelakangi oleh pengetahuan seseorang tentang
layanan VCT.
2.9. KERANGKA TEORI
Sikap general
Kepribadian
Nilai
Emosi
kecerdasan
Sosial Demografi
-
Sikap
terhadap
perilaku
Keyakinan
normatif
Norma
subjektif
Informasi
-
Keyakinan
pada
perilaku
pengalaman
pengetahuan
eksposur media
Kemampuan
mengontrol
Persepsi
kontrol
perilaku
Niat
Perilaku
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1. KERANGKA KONSEP
variabel perilaku
Jenis kelamin
Status pernikahan
Pendapatan
Definisi
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Wawancara
Kuisioner yang
0 = Negatif ( <median)
Ordinal
VCT
1 = Positif ( median)
jawaban kuisioner
oleh responden
Norma Subyektif
Wawancara
Kuisioner yang
0 = Dorongan lemah
oleh responden
median
1 = Dorongan Kuat,
median
Ordinal
Wawancara
Kuisioner yang
0 = Persepsi Lemah,
oleh responden
median
kuisioner
Ordinal
median
Usia
Wawancara
Kuisioner yang
0= Dewasa muda 24
1 = Dewasa > 24
oleh responden
(Comenius, 2005)
Kuisioner yang
Katagori :
0 = Rendah
oleh responden
SMP/Sederajat
Ordinal
Wawancara
1 = Tinggi SMA
Ordinal
Status Pekerjaan
Wawancara
Kuisioner yang
rumah tangga,
oleh responden
pengangguran)
1 = bekerja
kuisioner
(PNS,TNI,POLRI, Swasta
Nominal
dll)
Pengetahuan
Wawancara
Kuisioner yang
oleh responden
(Saptari, 2013)
Kuisioner yang
Ordinal
kuisioner
Niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan
2)
VCT
oleh responden
1 = Berniat (skor 2)
Wawancara
Ordinal
3.3. HIPOTESIS
3.3.1. Ada hubungan antara status pekerjaan dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun
2014
3.3.2. Ada hubungan antara usia dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan
layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun 2014
3.3.3. Ada hubungan antara pendidikan dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun
2014
3.3.4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun
2014
3.3.5. Ada hubungan antara sikap ibu hamil terhadap layanan VCT dengan niat
ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2014
3.3.6. Ada hubungan antara norma subyektif ibu hamil terhadap layanan VCT
dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat tahun 2014
3.3.7. Ada hubungan antara persepsi kontrol diri ibu hamil terhadap layanan
VCT dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat tahun 2014
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
atau
Tabel 4.1
Sampel RW Terpilih dari Metode Cluster Random Sampling
No
Kelurahan
RW terpilih
Ciputat
RW 03
RW 09
RW 14
Cipayung
RW 01
RW 04
n=
)]
Keterangan :
n
Z2
Z
1-/2 : Derajat
1-
P1
: (P1+P2)/2 = 0,4695
Tabel 4.2
Perhitungan Populasi Sampel Penelitian Terdahulu
Variabel
Indikator
Baik
Buruk
P1
P2
Hasil
75,7% 18,2% 14
(Titi, 2012)
Pengetahuan tentang VCT
Baik
dengan pemanfaatan
Buruk
18,5% 78,5% 13
layanan VCT
(Indriyani, 2012)
Pendidikan dengan
Tinggi
Rendah
14,8% 85,2% 9
(Indriyani, 2012)
Umur dengan pemanfaatan
Kurang baik
layanan VCT
Baik
(Ermarini, 2013)
Keyakinan dengan
Kurang baik
Baik
(Ermarini, 2013)
1.
2
3
4
5
6
7
Rukun warga
RW 03 Kelurahan
Ciputat
RW 09 Kelurahan
Ciputat
RW 08 Kelurahan
Ciputat
RW 06 Kelurahan
Ciputat
RW 13 Kelurahan
Ciputat
RW 04 Kelurahan
Ciputat
RW 01 Kelurahan
Jumlah
Jumlah ibu
Sampel
RT
hamil per RW
10
12
10
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Ciputat
RW 02 Kelurahan
Ciputat
RW 10 Kelurahan
Ciputat
RW 14
KelurahanCiputat
RW 01 Kelurahan
Cipayung
RW 03 Kelurahan
Cipayung
RW 02 Kelurahan
Cipayung
RW 05 Kelurahan
Cipayung
RW 07 Kelurahan
Cipayung
RW 09 Kelurahan
Cipayung
RW 04 Kelurahan
Cipayung
Total
10
101
76
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder :
4.4.1. Data Primer, Adapun data yang dikumpulkan yaitu :
1. Data karakteristik ibu hamil (Usia, pendidikaan, pekerjaan) yang
bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat. Data ini di
ambil melalui kuisioner oleh responden. Kuisioner diambil dari
penelitian Ermarini et.al (2013).
2. Data pengetahuan ibu hamil mengenai layanan VCT yang bertempat
tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat. Data ini diambil melalui
Data primer
mendatangi
Bagan 4.1.
B1
B2
B3
B4
B5
Corrected
Valid atau Keterangan
item-total
tidak valid
correlation
Pengetahuan VCT
0,000
Tidak valid
Pertanyaan
diperbaiki
0,000
Tidak valid
Pertanyaan
diperbaiki
0,000
Tidak valid
Pertanyaan
diperbaiki
0,000
Tidak valid
Pertanyaan
diperbaiki
0,000
Tidak valid
Pertanyaan
diperbaiki
B6
0,000
Tidak valid
B7
0,127
Tidak valid
B8
0,000
Tidak valid
B9
B10
B11
B12
C1
C2
C3
1,000
Valid
0,632
Valid
1,000
Valid
1,000
Valid
Persepsi Kontrol Diri
0,874
Valid
0,782
Valid
0,508
Tidak valid
C4
0,191
Tidak valid
C5
0,279
Tidak Valid
C6
C7
C8
0,622
0,670
0,390
Valid
Valid
Tidak Valid
C9
0,263
Tidak Valid
C10
0,439
Tidak Valid
E1
E2
E3
E4
0,615
0,638
0,498
E5
0,669
Valid
Norma subyektif terhadap VCT
0,815
Valid
0,859
Valid
0,859
Valid
0,787
Valid
0,748
Valid
0,861
Valid
F1
F2
F3
F4
F5
F6
Valid
Valid
Tidak Valid
Pertanyaan
diperbaiki
Pertanyaan
diperbaiki
Pertanyaan
diperbaiki
-
Pertanyaan
diperbaiki
Pertanyaan
diperbaiki
Pertanyaan
diperbaiki
-
Pertanyaan
diperbaiki
Pertanyaan
diperbaiki
Pertanyaan
diperbaiki
Pertanyaan
diperbaiki
-
Pertanyaan
diperbaiki
-
F7
0,489
Tidak Valid
Pertanyaan
diperbaiki
kemudian
dijumlahkan
berdasarkan
niat
untuk
: <2
Berniat
:2
2.
3.
Data Structure
Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan
dilakukan dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat
melakukan data structure, bagi masing masing variabel perlu
ditetapkan ; nama, skala ukur variabel, jumlah digit.
4.
5.
Analisa Data
Analisa data Univariat dilakukan pada setiap variabel hasil penelitian,
dan analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel independen dan variabel
dependen yang saling berhubungan (Notoadmodjo, 2005).
1.
2.
berupa
nilai
probabilitas
(p
value).
Penelitian
ini
tersebut. Namun jika nilai p > 0,05 maka dapat dikatakan tidak ada
hubungan signifikan antara kedua variabel tersebut.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Analisis Univariat
Dewasa muda 24
21
27.6
Dewasa > 24
55
72.4
Total
76
100
Rendah
25
32.9
Tinggi
51
67.1
Total
76
100
Berdasarkan tabel 5.2. dari 76 sampel yang diteliti terlihat 67,1% ibu
hamil berpendidikan tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat berpendidikan tinggi yaitu
SMA.
Tidak bekerja
59
77.6
Bekerja
17
22.4
Total
76
100
Berdasarkan tabel 5.3. terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil tidak
bekerja. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 77,6% ibu hamil yang tidak
bekerja. Artinya sebagian besar ibu hamil berstatus sebagai ibu rumah tangga.
5.1.4. Gambaran Pengetahuan VCT Ibu Hamil
Variabel
pengetahuan
VCT
ibu
hamil
dalam
penelitian
ini
Kurang
70
92.1
Baik
7.9
Total
76
100
sedangkan ibu hamil yang memiliki sikap positif terhadap VCT apabila skor
sikap median. Distribusi frekuensi sikap ibu hamil terhadap VCT dapat
dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil Terhadap VCT
di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014
Sikap
Negatif
25
32.9
Positif
51
67.1
Total
76
100
Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Norma Subyektif Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014
Norma subyektif
Dorongan lemah
36
47.4
Dorongan kuat
40
52.6
Total
76
100
Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014
Persepsi Kontrol Diri
Lemah
32
42.1
Kuat
44
57.9
Total
76
100
Tabel 5.8.
Distribusi Frekuensi Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan
VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014
Niat Ibu Hamil Untuk
Memanfaatkan Layanan VCT
Tidak Berniat
38
50.0
Berniat
38
50.0
Total
76
100
Berdasarkan tabel 5.8. terlihat bahwa ibu hamil yang mempunyai niat
untuk memanfaatkan layanan VCT berimbang antara ibu hamil yang tidak
berniat dengan ibu hamil yang berniat. Dari 76 sampel yang diteliti terlihat
50,0% ibu hamil mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Semakin
kuatnya dorongan dari orang orang terdekat responden maka semakin kuat
persepsi kontrol diri responden sehingga mereka merasa mampu untuk
melakukan layanan VCT. Artinya untuk mencapai hal tersebut didukung
dengan pengetahuan baik responden terhadap layanan VCT maka semakin
besar niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT.
5.2. Analisis Bivariat
dua variabel tersebut. Dikatakan bermakna jika nilai p 0,05 dan tidak
bemakna jika mempunyai nilai p > 0,05.
5.2.1. Hubungan Umur dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan
VCT
Niat
Tidak niat
Dewasa
Total
Berniat
42.9
12
57.1
21
100
muda
p-
OR
value
95%CI
0.672
0.608
(0.2441.853)
Dewasa
29
52.7
26
47.3
55
100
Total
38
50.0
38
50.0
76
100
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,608 artinya Pvalue > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan
niat
ibu
hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.10. Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa responden berpendidikan tinggi mempunyai niat untuk
memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan responden
yang
Niat
Tidak niat
Total
P-value
OR
95%CI
Berniat
Rendah
13
52.0
12
48.0
25
100
Tinggi
25
49.0
26
51.0
51
100
Total
38
50.0
38
50.0
76
100
1.127
1.000
(0.4322.935)
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 1 artinya P-value >
0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Artinya
pendidikan responden tidak mempengaruhi terhadap niat untuk memanfaatkan
layanan VCT. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh jenjang pendidikan tertinggi dari
responden yaitu SMA.
5.2.3. Hubungan Status Pekerjaan dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan
Layanan VCT
Hubungan antara status pekerjaan dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.11. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa antara responden yang tidak bekerja dengan bekerja berimbang
mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Dari 59 responden yang tidak
bekerja terdapat 50,8% responden mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan
VCT sedangkan dari 17 responden yang bekerja terdapat 47,1% responden
mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.
Tabel 5.11.
Hubungan Status Pekerjaan Dengan Niat Ibu Hamil Untuk
Memanfaatkan Layanan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2014
Status
Pekerjaan
Tidak
Niat
Tidak niat
Total
P-value
OR
95%CI
Berniat
29
49.2
30
50.8
59
100
bekerja
0.859
1.000
(0.2922.532)
Bekerja
52.9
47.1
17
100
Total
38
50.0
38
50.0
76
100
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 1 artinya Pvalue > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara status pekerjaan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan
layanan VCT. Dalam hal ini status pekerjaan tidak mempengaruhi niat ibu
hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Artinya status pekerjaan bisa juga
dilihat dari jenis pekerjaanya, jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini
yaitu pegawai toko.
5.2.4. Hubungan Pengetahuan dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan
Layanan VCT
Tabel 5.12.
Niat
Total
P-value
OR
95%CI
Tidak niat
N
Kurang
38
54.3
Baik
Total
38
Berniat
N
0.467
32
45.7
70
100
0.0
100.0
100
50.0
38
50.0
76
100
(0.3540.025
0.590)
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,025 artinya Pvalue > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT.
Ibu hamil yang berpengetahuan baik sebesar 0.467 kali untuk berniat untuk
memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang
berpengetahuan buruk.
5.2.5. Hubungan Sikap dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan
VCT
Niat
Total
P-value
OR
95%CI
Tidak niat
Berniat
3.986
Negatif
18
72.0
28.0
25
100
Positif
20
39.2
31
60.8
51
100
Total
38
50.0
38
50.0
76
100
(1.4110.015
11.258)
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,015 artinya Pvalue > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara sikap dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Ibu
hamil yang bersikap positif mempunyai peluang sebesar 3.986 kali untuk
memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang bersikap
negatif.
5.2.6.
VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki norma subyektif dengan
dorongan lemah terhadap layanan VCT. Dari 36 responden yang memiliki
norma subyektif dengan dorongan lemah terhadap layanan VCT terdapat
36,1% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT sedangkan
dari 40 responden yang memiliki norma subyektif dengan dorongan kuat
terhadap layanan VCT terdapat 62,5% yang mempunyai niat untuk
memanfaatkan layanan VCT.
Tabel 5.14.
Hubungan Norma Subyektif Dengan Niat Ibu Hamil Untuk
Memanfaatkan Layanan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2014
Norma
Niat
Total
P-value
Subyektif
95%CI
Tidak niat
Dorongan
OR
Berniat
2.949
23
63.9
13
36.1
36
100
15
37.5
25
62.5
40
100
38
50.0
38
50.0
76
100
(1.1590.039
7.503)
Lemah
Dorongan
Kuat
Total
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,039 artinya Pvalue > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara norma subyektif dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan
VCT. Ibu hamil yang memiliki dorongan norma subyektif kuat mempunyai
peluang sebesar 2.949 kali untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan
dengan ibu hamil yang memiliki dorongan norma subyektif lemah.
5.2.7. Hubungan persepsi kontrol diri dengan Niat Ibu Hamil Untuk
Memanfaatkan Layanan VCT
Hubungan antara persepsi kontrol diri dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.15. Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri kuat
terhadap layanan VCT mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri lemah
terhadap layanan VCT. Dari 32 responden yang memiliki persepsi kontrol
diri lemah terhadap layanan VCT terdapat 25,0% yang mempunyai niat untuk
memanfaatkan layanan VCT sedangkan dari 44 responden yang memiliki
persepsi kontrol diri kuat terhadap layanan VCT terdapat 68,2% yang
mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.
Tabel 5.15.
Hubungan Persepsi Kontrol Diri Dengan Niat Ibu Hamil Untuk
Memanfaatkan Layanan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2014
Persepsi
Kontrol
Niat
Total
Tidak niat
Berniat
Diri
Lemah
24
75.0
25.0
32
100
Kuat
14
31.8
30
68.2
44
100
Total
38
50.0
38
50.0
76
100
P-
OR
value
95%CI
6.429
0.000
(2.31617.848)
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,000 artinya Pvalue > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara persepsi kontrol diri dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan
layanan VCT. Ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri kuat mempunyai
peluang 6.429 kali berniat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan
dengan ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri lemah.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
dalam
mencari
literatur
sehingga
peneliti
melaporkan bahwa pada tahun 1989 1990 risiko terinfeksi HIV lebih
besar pada mereka yang berpendidikan lebih tinggi, namun akhirnya
menurun pada tahun 1999 2000. Studi ini menunjukkan bahwa
penurunan itu terjadi karena mereka yang berpendidikan lebih banyak
terpapar dengan informasi terkait HIV (cara penularan dan pencegah),
termasuk bagaimana melakukan hubungan seks yang aman.
Artinya tingkat pendidikan seseorang mendukung niat seseorang
untuk melakukan upaya penularan dan pencegahan terhadap HIV/AIDS.
Hal ini sejalan dengan Setiawan (2011), seseorang dengan tingkat
pendidikan yang semakin tinggi, maka tingkat pemanfaatan klinik VCT
akan semakin baik, begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat
pendidikan seseorang, semakin rendah pula tingkat pemanfaatan layanan
VCT-nya. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat pendidikan secara tidak
langsung mempengaruhi pengetahuan seseorang. Oleh karena itu,
pendidikan yang semakin tinggi maka tingkat pemanfaatan layanan VCT
akan semakin tinggi.
6.2.3. Status Pekerjaan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
pengetahuan
kurang
45,7%
mempunyai
niat
untuk
teori
adaptasi,
apabila
seseorang
memiliki
tingkat
beberapa
pertimbangan
yang
diperoleh
dari
tingkat
pengetahuannya.
Menurut Maslow (1984) dalam Cicio (2006) juga menyatakan
bahwa individu lebih menyukai sesuatu yang dikenal atau diketahuinya
terlebih dahulu dari pada yang belum ia kenal atau diketahuinya. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cicio (2006) hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan yang ditelitinya
tidak memanfaatkan layanan VCT dikarenakan mereka tidak tahu apa itu
VCT dan untuk apa layanan VCT. Sehingga disimpulkan ketertarikan
seseorang terhadap layanan VCT dilatarbelakangi oleh pengetahuan
seseorang tentang layanan VCT.
6.2.5. Sikap Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
sampel yang diteliti terdapat 32,9% ibu hamil memiliki sikap negatif
terhadap VCT dan 67,1% ibu hamil memiliki sikap positif terhadap VCT.
Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan bahwa responden
dengan sikap positif mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT
60,8% sebaliknya 28,0% responden dengan sikap negatif mempunyai niat
untuk melakukan VCT. Menurut hasil penelitian untuk dua pertanyaan
status HIV dapat diketahui dengan cara mengunjunginya dan manfaat
VCT dapat diketahui dengan cara mengunjunginya responden cenderung
menjawab setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden bersikap positif
terhadap layanan VCT. Namun, maih ada responden yang bersikap negatig
terhadap layanan VCT.
Norma
subjektif
(subjective
norm)
adalah
persepsi
atau
orang
memanfaatkan
orang terdekatnya
layanan
VCT,
maka
berpendapat
ia tidak
perlu
responden
cenderung
tidak
6.2.7. Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Menurut
Saptari
(2013)
persepsi
kontrol
diri
seseorang
dikatagorikan menjadi persepsi kontrol diri lemah dan kuat. Hasil dari
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
persepsi kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif. Persepsi kontrol
diri berhubungan signifikan dengan niat seseorang dalam melakukan suatu
tindakan tertentu.
Dalam penelitian ini, persepsi kontrol diri (perilaku) ditanyakan
dalam kuisioner skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu yang
sudah dimodifikasi dan diuji kevalidan datanya. Pertanyan persepsi
kontrol perilaku terdiri dari 5 soal apabila responden menjawab sangat
tidak setuju diberi skor 1 sampai dengan sangat setuju diberi skor 4,
responden yang mampu menjawab median dimaukkan ke dalam kategori
persepsi kontrol kuat.
Hasil univariat terlihat bahwa dari 76 sampel ibu hamil yang
memiliki persepsi kontrol diri lemah sebanyak 42,1% sedangkan sebanyak
57,9% ibu hamil memiliki persepsi kontrol diri kuat. Artinya berimbang
antara responden dengan proporsi persepsi kontrol diri kuat dan
sebaliknya.
Responden
cenderung
setuju
jika
keputusan
untuk
layanan VCT dan yakin terhadap dirinya akan mampu mengikuti semua
proses tahapan VCT jika dinyatakan HIV.
6.2.8. Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
dibandingkan dengan penelitian Finsa (2013), tetapi hasil yang sama jika
dibandingkan dengan penelitian Titi (2012). Dari hasil penelitian Finsa
mendapati proporsi niat untuk memanfaatkan layanan VCT pada
kelompok ibu hamil di RS Soewandhi adalah 62%. Pada penelitian Titi
menemukan proporsi ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT sebesar
51,1%.
Dalam theory of planned behavior (Ajzen, 2005), niat seseorang
dipengaruhi oleh 3 faktor dominan yaitu sikap, norma subyektif, dan
persepsi kontrol diri. Selain itu, pengetahuan juga secara tidak langsung
berperan penting karena dapat mempengaruhi ketiga faktor tersebut. Jika
dilihat dari hasil penelitian Finsa (2013), menjelaskan bahwa niat ibu
hamil untuk memanfaatkan layanan VCT sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS. Hasil yang sama juga
dilakukan oleh Titi (2012), niat ibu hamil dalam memanfaatkan layanan
VCT adalah faktor pengetahuan. Kemudian disusul dengan faktor persepsi
kerentanan, persepsi halangan, persepsi manfaat,isyarat bertindak, akses
informasi, dukungan suami, dukungan bidan dan dukungan kader.
Berdasarkan penelitian yang sedang dilakukan Ilmiyah (2014),
secara umum faktor yang mempengaruhi individu untuk memanfaatkan
layanan VCT adalah diskriminasi yang timbul dari masyarakat tentang
HIV. Sebagian besar individu yang sudah diberikan penyuluhan masih
membutuhkan waktu untuk meyakinkan dirinya bahwa VCT bermanfaat
bagi dirinya. Hal ini sejalan dengan Nurlina (2009), sebagian besar
responden yang tidak memanfaatkan layanan VCT dipengaruhi oleh takut
akan hasil yang diperoleh setelah tes, tidak mengetahui adanya layanan
VCT, dan dukungan dari orang terdekat yang kurang baik terhadap VCT.
Dalam penelitian ini 50% ibu hamil sudah mempunyai niat untuk
memanfaatkan layanan VCT. Hasil penelitian ini Ibu hamil memiliki
pengetahuan rendah tentang VCT, hal ini secara tidak langsung
mempengaruhi niat ibu untuk memanfaatkan layanan VCT. Artinya ada
hubungan antara rendahnya pengetahuan ibu hamil dengan minimnya
sosialisasi yang dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas Ciputat.
6.3. Hubungan Antara Faktor Penyebab Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan
Layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
batasan umur remaja adalah rentang dari 12 24 tahun. Umur yang muda
menyebabkan mereka belum memikirkan efek dari suatu penyakit,
sehingga mereka belum berfikir kondisi lain setelah mereka dinyatakan
sakit.
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa proporsi niat ibu
hamil untuk memanfaatkan layanan VCT dengan kategori umur dewasa
muda adalah 57,1% dan proporsi niat ibu hamil untuk memanfaatkan
layanan VCT dengan kategori umur dewasa adalah 47,3%. Sehingga
disimpulkan bahwa berimbang antara ibu hamil dengan usia muda dan
usia dewasa dengan niatnya untuk memanfaatkan layanan kesehatan.
Namun menurut Andersen (1995), umur merupakan salah satu faktor yang
bisa mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan layanan kesehatan.
Dari hasil univariat didapatkan bahwa penelitian ini, didominasi oleh
kelompok umur di atas 25 tahun yaitu umur dewasa. Padahal menurut
penelitian Ermarini (2013), semakin tua umur seseorang maka semakin
mempengaruhi pemikiran mereka terhadap tindakan apa yang harus
dilakukan untuk melindungi dirinya dari ancaman penyakit. Artinya, umur
mempengaruhi tindakan seseorang dalam menyelesaikan masalah. Hal ini
didukung oleh Hurlock (1980), sekitar awal atau pertengahan umur tiga
puluh tahun kebanyakan orang dewasa telah mampu memecahkan masalah
yang dihadapi secara emosional menjadi stabil dan tenang.
Hasil uji statistik disimpulkan bahwa pada alpha 5% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara umur dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun
2014. Jika dilihat dari hasil analisis bivariat terlihat bahwa umur seseorang
tidak mempengaruhi orang tersebut untuk bertindak atau berprilaku sesuai
dengan kategori usianya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fauji (2010) yang menyatakan bahwa umur seseorang tidak ada
hubungannya dengan pemanfaatan layanan kesehatan. Faktor lain yang
mendukung seseorang untuk memanfaatkan layanan VCT seperti
lingkungan.
tinggal
maka budaya
yang
manfaat VCT. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang VCT
dapat merubah pola pikir mereka untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuaanya.
Diasumsikan
yaitu
seseorang
yang
mengetahui
lebih
baik
dalam
mengenali
penyakit
tertentu
sehingga
yang
berpengetahuan
tinggi
untuk
melakukan
upaya
memanfaatkan
tertentu
sebagai
suatu
penghayatan
terhadap
objek
Pranadji (1988) dalam Fauji (2010), bahwa sikap akan sangat berpengaruh
bagi keputusan seseorang, sebab sikap akan mengarahkan perilaku
seseorang secara langsung. Artinya sikap seseorang dapat mempengaruhi
keputusan orang tersebut untuk melakukan atau tidak melakukan dalam
hal ini yaitu memanfaatkan layanan VCT.
Beberapa hasil penelitian diatas, dapat diartikan bahwa untuk
merubah sikap negatif ibu hamil terhadap layanan VCT diberikan
pengetahuan lebih mengenai layanan VCT sebagai upaya pencegahan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Penelitian ini sejalan menurut
Getachew, (2005) yang menunjukkan bahwa sikap positif ibu hamil
didukung dengan pengetahuan yang baik tentang layanan VCT, yakni ibu
hamil akan memanfaatkan layanan VCT secara sukarela dengan alasan
untuk mengurangi risiko transmisi HIV ke anaknya. Hal tersebut diperjelas
dalam penelitian Zubairu et.al (2006), menyatakan bahwa adanya
pengetahuan yang baik tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu
ke anak melalui VCT yang menimbulkan sikap positif ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT. Oleh karena itu, pengetahuan merupakan
salah satu
faktor
yang
mempengaruhi
sikap
ibu
hamil untuk
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
terbentuknya sikap.
Namun, menurut Pusponegoro (2013), sikap negatif seseorang
terhadap layanan VCT dipengaruhi oleh stigma negatif yang berkembang
di lingkungan masyarakat. Penyakit HIV dipandang sebagai penyakit
6.3.6. Hubungan Norma Subyektif Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan
Layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
yang positif dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang lain
tersebut dan sebaliknya itu yang disebut dengan norma subjektif lemah.
Dari hasil uji statistik disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara norma subyektif dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun
2014. Hal ini didukung dengan penelitian Fathimah (2014), norma
subyektif yang memiliki dorongan kuat dari orang terdekat memberi
pengaruh yang besar dalam menentukan suatu perilaku. Menurut Ajzen
(2005), secara umum semakin seseorang mempersepsikan bahwa rujukan
sosial merekomendasikan untuk melakukan suatu perilaku maka orang
tersebut akan cenderung merasakan tekanan sosial untuk berniat
melakukan perilaku tersebut dan sebaliknya. Teori tersebut sejalan dengan
Saptari (2013), seseorang yang berada di lingkungan dorongan kuat untuk
mengambil keputusan maka proporsi niat orang tersebut akan berperilaku
positif.
Sementara itu, menurut Durkheim (1960), perubahan seseorang
terjadi dengan cepat dipengaruhi oleh semakin meningkatnya dorongan
dari lingkungan sekitar yang menghasilkan suatu kebingungan tentang
norma, sehingga akhirnya mengakibatkan simpang siurnya norma norma
sosial yang mengatur perilaku. Oleh karena itu, norma dan nilai menjadi
relatif, khususnya dalam era modern sekarang ini (Bauman, 1993) dalam
Meilisa et al (2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Meilisa et al (2010), bahwa norma subyektif tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan niat seseorang untuk sadar akan kesehatan. Ada
untuk
memanfaatkan
layanan
VCT,
misalnya
dapat
6.3.7. Hubungan Persepsi Kontrol Diri Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan
Layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
sikap
dan
norma
subjektif
terhadap
perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsi, semakin kuat pula niat
seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa proporsi niat ibu
hamil untuk memanfaatkan layanan VCT dengan persepsi kontrol diri kuat
adalah 68,2%. Ibu hamil dengan persepsi kontrol diri yang kuat lebih
cenderung berniat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan
dengan ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri yang lemah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Saptari (2013), seseorang dengan persepsi
kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif sehingga menimbulkan
perubahan perilaku yang positif. Untuk memanfaatkan layanan kesehatan
yang dianggap seseorang penting maka ia akan berpersepsi sesuai dengan
kemampuannya untuk mengontrol.
Hasil uji statistik disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi kontrol diri dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat tahun
2014. Hal ini sejalan dengan Meilisa et al (2010), dari ketiga faktor
domain yang mendukung intensi, persepsi kontrol perilaku yang
memegang peranan penting mempengaruhi seseorang dalam menentukan
minatnya untuk memanfaatkan layanan kesehatan. Menurut Achmat
dalam
berimbang dengan ibu hamil yang memiliki kontrol persepsi kuat. Artinya
untuk meningkatkan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT,
didukung dengan meningkatkan persepsi kontrol diri responden.
Berdasarkan peneltian Nuri (2012) dalam Fathimah (2014), seseorang
dapat dimotivasi untuk melakukan perubahan suatu perilaku dengan
memberikan pengetahuan. Pengetahuan yang baik tentang layanan VCT
membuat mereka merasa yakin mampu menghadapi hambatan hambatan
yang ada dalam dirinya untuk mendorongnya melakukan VCT. Adapun
hambatan yang mereka hadapi yaitu takut akan stigma negatif dari
masyarakat tentang HIV dan ODHA. Oleh karena itu, intervensi yang
sebaiknya dilakukan dengan meningkatan pengetahuan melalui media
komunikasi, bisa berupa poster, leaflet dan lembar balik terkait tahapan
tahapan dalam layanan VCT.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. SIMPULAN
5. Ibu hamil memiliki sikap positif terhadap layanan VCT 67,1%. Artinya ibu hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat menyadari bahwa layanan VCT akan dapat
diketahui dengan cara mengunjunginya.
6. Gambaran ibu hamil yang tidak berniat untuk memanfaatkan layanan VCT
berimbang dengan ibu hamil yang berniat untuk memanfaatkan layanan VCT.
Hasil yang sama juga diperoleh dari variabel norma subyektif dan persepsi
kontrol diri yang dimiliki oleh responden. Artinya untuk meningkatkan minat ibu
terhadap layanan VCT, diperlukannya dorongan norma subyketif dan persepsi
kontrol diri yang kuat dari responden.
7. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti, empat
variabel yang berhubungan secara signifikan dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat yaitu
pengetahuan, sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku.
8. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti, tiga variabel
yang tidak berhubungan secara signifikan dengan niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat yaitu umur,
pendidikan dan status pekerjaan.
7.2. SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka adapun saran yang dianjurkan
yaitu :
7.2.1. Kepada Puskesmas Ciputat
1. Mengembangkan sosialisasi Voluntary Counseling and Testing (VCT)
bekerjasama dengan instansi kesehatan swasta, kader, dan kelurahan dalam
memberikan informasi mengenai layanan VCT. melalui penyuluhan terkait
manfaat VCT, tahapan tahapan dalam layanan VCT, materi upaya
Selain
itu,
petugas
kesehatan
harus
membangun
kepercayaan kepada ibu hamil yang melakukan pelayanan VCT. Hal ini dapat
dilakukan dengan terbinanya hubungan komunikasi yang efektif antara
konselor VCT dengan pasien, seperti lakukan kontak mata, berperilaku
positif dan tunjukkan perhatian dengan isyarat. Sehingga mereka merasa
tenang dan aman dalam melakukan layanan. Pasien akan patuh
menjalankan tahapan dalam layanan VCT karena yakin bahwa semua yang
dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Keterbukaan, rasa aman, dan
jaminan kerahasiaan informasi hanya mungkin dilaksanakan pada suasana
yang bersifat pribadi. Contohnya dengan ruangan yang tertutup dan
komunikasi dilakukan oleh dua orang yaitu konselor dan pasien.
3. Media yang diberikan sesuai dengan sasaran. Misalnya dalam melakukan
komunikasi antara konselor dan pasien menggunakan media lembar balik
yang disertakan gambar dan penjelasan tentang HIV/AIDS. Sebaiknya media
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti jangan menggunakan bahasa
istilah kedokteran. Sehingga materi yang diberikan membuat penerima
pesan mengerti dan memahami.
7.2.2. Kepada Peneliti Lain
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, I. 1998. Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Depok:
Jurusan Biostatistik Dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Aswar, Shopian. 2012. Artikel. Determinan Penggunaan Pelayanan Voluntary
Counseling And Testing (Vct) Oleh Ibu Rumah Tangga Berisiko Tinggi
Hiv Positif Di Kabupaten Biak Numfor Papua. Keperawatan Poltekes
Kemenkes Jayapura Biak Numfor Papua
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kementerian Kesehatan
R.I. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Kemenkes. Jakarta.
Cicio, Elvriza. 2006. Analisis Kualitatif Perilaku Pemanfaatan Layanan VCT
Oleh Pekerja Seks Komersial Di Kota Pontianak Tahun 2006. Pontianak :
Skripsi. Program Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Cunningham CK, Chaix M-L, Rekacewicz C, Britto P, Rouzioux C, Gelber RD, et
al. 2005. Development of Resistant Mutations in Women Receiving
Standard Antiretroviral Therapy Who Received Intrapartum Nevirapine ti
Prevent Perinatal Human Immunodeficiency Virus Type-1 Transmission:
A Substudy of Pediatric AIDS Clinical Trials GroupProtocol 316. J Infect
Dis 2002;186:181-8.
Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman Pelayanan Konseling
Dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Voluntary Counselling And
Testing). Dirjen P2PL : Jakarta.
Penanggulangan
AIDS
Nasional.
2003.
Strategi
Nasional
Meilisa, M. Anwar Prabu. 2010. Peran Sikap, Norma Subyektif, Dan Persepsi
Kontrol Perilaku Dalam Memprediksi Intensi Wanita Melakukan
Pemeriksaan Payudara Sendiri Di Universitas Mercu Buana Tahun 2010.
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta.
Nayar, K.R. and Razum, Oliver, Millenium Development Goals and Health:
Another Selective Development. (Download from http://isq.sagepub.comat
University Maastricht on March 22, 2009).
Nurliana. 2009. Pemanfaatan Layanan VCT (Voluntary Counselling and Testing)
Oleh Pekerja Seks Komersial Di Kabupaten Sintang Tahun 2009. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Notoadmodjo. 2007. Perilaku Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Cetakan
Pertama PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Putri, Rindiarni inten. 2009. Pengetahuan, Sikap, Dan Niat Ibu Hamil Untuk
Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Di Kecamatan Sukaresmi
Kabupaten Garut Tahun 2009. Depok: Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.
Educ
Monogr.
Diakses
dari
http://www.med.uottawa.ca/courses/epi6181/images/Health_Belief_Model
_review.pdf. Tanggal 23 Juni 2014, Pukul 13.00 WIB.
Rogers, Shoemaker. 1971. Communication of innovation : A Cross Cultural
Approach. The Free Press. A division of macmillan publishing Co. Ine.
New York.
Safitri, Nurmalia. 2013. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Niat Untuk
Memilih Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Bogor Medical Center
Tahun 2011. Depok: Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Health
Organization,
UNAIDS
And
UNODC
(2004).
Policy
Nama Responden
:________________________________
Tanda Tangan
:_________________________________
Identitas Responden
Isilah data berikut sesuai dengan identitas diri anda yang baik dan benar !
IDENTITAS RESPONDEN
IRT1
No Responden
IRT2
No HP/Email
IDENTITAS PEWAWANCARA
IP1
Nama Pewawancara
IP2
Tanggal wawancara
KODING
Jawablah Pertanyaan Dibawah Ini Dengan Memberi Tanda ( X ) Pada Kolom Jawaban,
Sesuai Dengan Kriteria Diri Anda !
A. Demografi
A1
Berapa usia ibu saat ini ? ................................tahun
] A1
A2
] A2
] A3
A3
Petunjuk Pengisian :
Berilah Tanda Silang ( X ) Terhadap Pilihan Anda, Sesuai Dengan Pilihan Yang Tepat
Pada Jawaban Yang Tersedia.
B. Pengetahuan tentang VCT
B1
Apakah ibu pernah mendengar tentang VCT (Voluntary Counseling Test) atau [
tes dan konseling HIV secara sukarela?
]B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
1. Ya
2. Tidak Lanjut ke B3
Dari mana ibu mendengar VCT ? * boleh menjawab lebih dari satu
1. TV/Radio
2. Majalah / surat kabar
3. Bidan di Puskesmas
4. Petugas Lapangan (LSM)
5. Kader
6. Teman
7. Lain lain, sebutkan..............................................................................
Menurut ibu dengan mengikuti VCT, apakah seseorang dapat mengetahui
status HIVnya ?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu / tidak jawab
Menurut ibu, untuk mendapatkan layanan VCT seseorang memerlukan
beberapa kali pertemuan ?
1. Satu kali
3. Tiga kali
2. Dua kali
4. Tidak tahu
Apakah dalam mengikuti layanan VCT harus menandatangani informed
consent atau lembar persetujuan ?
1. Ya
2. Tidak
Sebelum pengambilan sampel darah, apakah petugas memberikan konseling
pre test atau edukasi sebelum tes ?
1. Ya
2. Tidak Lanjut ke B8
Materi apa saja yang diberikan oleh konselor VCT dalam memberikan
konseling pre test atau edukasi sebelum tes ? * boleh jawab lebih dari satu
1. Informasi perilaku pencegahan
2. Informasi prosedur VCT
3. Informasi persetujuan informed consent
4. Informasi kerahasiaan hasil tes HIV
Pada saat pengambilan hasil, apakah petugas memberikan konseling post test
atau edukasi setelah tes ?
1. Ya
2. Tidak Lanjut ke B10
Materi apa saja yang diberikan oleh konselor VCT dalam memberikan
konseling post test atau edukasi setelah tes ? * boleh jawab lebih dari satu
1. Informasi hasil test HIV
2. Informasi kepatuhan minum obat
3. Informasi strategi penularan HIV
[ ]B2
[ ]B3
[ ]B4
[ ]B5
[ ]B6
[ ]B7
[ ]B8
[ ]B9
B10
B11
Menurut ibu, apakah dengan mengikuti layanan VCT, seseorang akan aman [ ]B10
tertular HIV ?
1. Ya
2. Tidak
Bila hasil test negative apakah perlu dilakukan VCT lagi 3 bulan kemudian ?
[ ]B11
1. Ya
2. Tidak
3. Rujukan dokter
4. Ajakan teman
5. Dorongan keluarga
Pelayanan apa yang diberikan di klinik VCT ?
1. Konseling
2. Pengobatan
3. Lainnya,
sebutkan...........................................................................................
Apakah ibu akan memanfaatkan layanan VCT untuk seterusnya ?
1. Ya
2. Tidak
Mengapa ibu tidak pernah melakukan VCT ? *boleh jawab lebih dari satu
1. Tidak tahu
2. Takut akan stigma masyarakat tentang HIV dan Odha
3. Tidak ada sosialisasi dari pelayanan kesehatan
4. Lainnya, ....................................................................................
Apakah ibu bersedia untuk melakukan VCT ?
1. Ya
2. Tidak Loncat ke E1
Jika bersedia, apakah ibu akan mengikuti tahapan tahapan dalam layanan
VCT secara rutin ?
1. Ya
2. Tidak
D4
D5
D6
D7
D8
[ ]D4
[ ]D5
[ ]D6
]D7
]D8
TS
: Tidak Setuju
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
STS
(1)
E1
E2
E3
TS
(2)
S
(3)
SS
(4)
E4
E5
F1
F2
F3
Pertanyaan
F4
F6
SS
(4)
No
F5
S
(3)
Tidak
penting
(1)
Kurang
penting
( 2)
Penting Sangat
penting
(3)
(4)
No
Pertanyaan
F7
[ ] F7
dewasa
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
21
27.6
27.6
27.6
Dewasa
55
72.4
72.4
100.0
Total
76
100.0
100.0
muda
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
25
32.9
32.9
32.9
tinggi
51
67.1
67.1
100.0
Total
76
100.0
100.0
3. STATUS PEKERJAAN
kat_kerjabaru
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak bekerja
59
77.6
77.6
77.6
bekerja
17
22.4
22.4
100.0
Total
76
100.0
100.0
4. PENGETAHUAN
katagori_tahu
Frequency
Valid
kurang baik
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
70
92.1
92.1
92.1
baik
7.9
7.9
100.0
Total
76
100.0
100.0
5. SIKAP
katagori_sikap
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
negatif
25
32.9
32.9
32.9
positif
51
67.1
67.1
100.0
Total
76
100.0
100.0
6. NORMA SUBYEKTIF
katagori_norma
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
lemah
36
47.4
47.4
47.4
kuat
40
52.6
52.6
100.0
Total
76
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
lemah
32
42.1
42.1
42.1
tinggi
44
57.9
57.9
100.0
Total
76
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak niat
38
50.0
50.0
50.0
niat
38
50.0
50.0
100.0
Total
76
100.0
100.0
Count
BARU
% within UMUR_BARU
DEWASA
Total
12
21
42.9%
57.1%
100.0%
29
26
55
52.7%
47.3%
100.0%
38
38
76
50.0%
50.0%
100.0%
Count
% within UMUR_BARU
Total
Count
% within UMUR_BARU
niat
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
df
sided)
sided)
.592a
.442
.263
.608
.594
.441
N of Valid Cases
.609
.584
Association
b
.445
76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.
b. Computed only for a 2x2 table
.304
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
.672
.244
1.853
.813
.467
1.414
1.209
.760
1.922
dewasa)
For cohort
katagori_niat =
tidak niat
For cohort
katagori_niat =
niat
N of Valid Cases
76
Count
% within Kat_didikbaru
niat
Total
13
12
25
52.0%
48.0%
100.0%
25
26
51
49.0%
51.0%
100.0%
38
38
76
50.0%
50.0%
100.0%
u
tinggi
Count
% within Kat_didikbaru
Total
Count
% within Kat_didikbaru
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-
df
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
sided)
sided)
.807
.000
1.000
.060
.807
.060
Square
Fisher's Exact
1.000
Test
Linear-by-Linear
.059
Association
N of Valid Casesb
.500
.808
76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
1.127
.432
2.935
1.061
.664
1.696
.942
.578
1.535
(rendah / tinggi)
For cohort
katagori_niat =
tidak niat
For cohort
katagori_niat =
niat
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
1.127
.432
2.935
1.061
.664
1.696
.942
.578
1.535
(rendah / tinggi)
For cohort
katagori_niat =
tidak niat
For cohort
katagori_niat =
niat
N of Valid Cases
76
Count
% within kat_kerjabaru
niat
Total
29
30
59
49.2%
50.8%
100.0%
17
52.9%
47.1%
100.0%
38
38
76
50.0%
50.0%
100.0%
aru
bekerja
Count
% within kat_kerjabaru
Total
Count
% within kat_kerjabaru
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
sided)
sided)
df
a
.783
.000
1.000
.076
.783
.076
Square
Fisher's Exact
1.000
Test
Linear-by-Linear
.075
Association
N of Valid Cases
.500
.785
76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50.
b. Computed only for a 2x2
table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
.859
.292
2.532
.928
.553
1.558
1.081
.615
1.898
bekerja)
For cohort
katagori_niat =
tidak niat
For cohort
katagori_niat =
niat
N of Valid Cases
76
Count
% within katagori_tahu
Niat
Total
38
32
70
54.3%
45.7%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
38
38
76
50.0%
50.0%
100.0%
hu
baik
Count
% within katagori_tahu
Total
Count
% within katagori_tahu
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-
Continuity
b
Likelihood Ratio
sided)
sided)
.011
4.524
.033
8.833
.003
6.514
Square
Correction
df
Fisher's Exact
.025
Test
Linear-by-Linear
6.429
Association
N of Valid Cases
.011
76
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.
b. Computed only for a 2x2
table
.013
Count
% within katagori_sikap
positif
Count
% within katagori_sikap
Total
Count
% within katagori_sikap
niat
Total
18
25
72.0%
28.0%
100.0%
20
31
51
39.2%
60.8%
100.0%
38
38
76
50.0%
50.0%
100.0%
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
For cohort
katagori_niat =
.457
.354
.590
niat
N of Valid Cases
76
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
df
sided)
sided)
7.213a
.007
5.961
.015
7.401
.007
.014
7.118
.008
76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50.
b. Computed only for a 2x2 table
.007
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
3.986
1.411
11.258
1.836
1.206
2.795
.461
.237
.897
(negatif / positif)
For cohort
katagori_niat = tidak
niat
For cohort
katagori_niat = niat
N of Valid Cases
76
Value
Pearson ChiSquare
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
df
sided)
sided)
5.278a
.022
4.275
.039
5.341
.021
Fisher's Exact
.038
Test
Linear-by-Linear
5.208
Association
N of Valid Cases
.022
76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,00.
b. Computed only for a 2x2
table
.019
Count
% within katagori_norma
kuat
Count
% within katagori_norma
Total
Count
% within katagori_norma
niat
Total
23
13
36
63.9%
36.1%
100.0%
15
25
40
37.5%
62.5%
100.0%
38
38
76
50.0%
50.0%
100.0%
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
2.949
1.159
7.503
1.704
1.065
2.724
.578
.352
.949
(lemah / kuat)
For cohort
katagori_niat =
tidak niat
For cohort
katagori_niat =
niat
N of Valid Cases
76
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
sided)
sided)
df
13.818a
.000
12.145
.000
14.326
.000
.000
13.636
N of Valid Casesb
.000
.000
76
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
b. Computed only for a 2x2 table
lemah
Count
% within katagori_persepsi
tinggi
Count
% within katagori_persepsi
Total
Count
% within katagori_persepsi
niat
Total
24
32
75.0%
25.0%
100.0%
14
30
44
31.8%
68.2%
100.0%
38
38
76
50.0%
50.0%
100.0%
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
6.429
2.316
17.848
2.357
1.464
3.796
.367
.195
.691
(lemah / tinggi)
For cohort
katagori_niat = tidak
niat
For cohort
katagori_niat = niat
N of Valid Cases
76