Está en la página 1de 23

7

BAB I
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Supervisi Klinis
a. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi memiliki pemahaman yang luas (Purwanto, 2004: 76).
Menurut Purwanto menjelaskan bahwa supervisi adalah segala bantuan
dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan
kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan,
dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru,
serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan
dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan
metode pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang
sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya
(2004:76). Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi
adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam
Piet A. Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi
bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara
sehingga kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E,
menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran
yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti
pengawasan utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan (2002:1107).
Sedangkan klinis memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan
pengamatan klinik (575). Sedangkan supervisi klinis termasuk bagian
dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur
pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau
kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan langsung
pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau
kekurangan tersebut (Purwanto, 2004:90)

Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi


klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran
melalui siklus yang sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan,
dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajaran guru
dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran (John Bolla
dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). Purwanto juga menjelaskan
bahwa Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis
sebagai berikut:
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada
perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif
terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk
mengadakan modifikasi yang rasional
Adapun Keith Anderson dan Meredith D. Gall mengemukakan
bahwa supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil
ketidaksesuaian atau kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang
nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknik mereka
mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang
terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan
pertemuan balik. Supervisi klinis adalah supervisi yang terfokus pada
penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai
peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut (Mukhtar
dan Iskandar, 2009:61)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk
membantu

pengembangan

professional

guru, khususnya

dalam

penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara


objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar
tersebut .
b. Karakteristik Supervisi Klinis

Untuk memandu pelaksanaan supervisi pendidikan, karakteristik


yang akan dipaparkan dalam makalah ini yaitu pada supervisi
pengajaran (klinis) karena ini sangat urgen terutama bagi supervisor
dan guru, agar arah yang ditempuh sejalan dengan perencanaan
(planning) yang telah ditentukan sebelumnya. Mukhtar dan Iskandar
menjelaskan bahwa supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru
dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya, dan
dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru dalam pendidikan pra
jabatan maupun latihan dalam jabatan (2009:59) yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan
pengajaran mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu
pertemuan pendahuluan (pre-conference), observasi mengajar, dan
pertemuan balikan (post-conference)
2) Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru
maupun supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan
menilai tingkah laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar
kemampuannya sendiri untuk mengubah tingkah laku mengajarnya
di kelas ke arah yang lebih baik dan terampil, sedangkan bagi
supervisor untuk menambah pengetahuan, pengalaman serta
kemampuannya dalam memberikan bimbingan.
3) Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah
pendekatan profesional dan humanis
4) Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki
keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
5) Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan
pengajaran kepada guru
6) Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor
dengan guru
7) Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara
obyektif
8) Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih
dahulu.

10

La Sulo dalam Purwanto (2004:91) mengemukakan ciri-ciri


supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah
atau instruksi
2) Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru,
disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor
3) Sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu
4) Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif
5) Dalam diskusi atau pertemuan balikan, guru diminta terlebih
dahullu untuk mengevaluasi penampilannya
6) Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada
memerintah atau mengarahkan
7) Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka
8) Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan,
observasi dan diskusi atau pertemuan balikan
9) Supervisi dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan
dan perbaikan keterampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam
konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan
c. Tujuan Supervisi Klinis
Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan
mengajar yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar
ditujukan kepada pencapian tujuan akhir dari pendidikan yaitu
pembentukan pribadi anak secara maksimal.
Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah yang ada sekarang ini
menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kompleksnya
keadaan yang ada ini adalah akibat faktor-faktor obyektif yang saling
mempengaruhi sehingga mengakibatkan penurunan hasil belajar. Oleh
karena

itu perlu

adanya

penyelesaian

yang

dilakukan

untuk

mengembalikan semangat dan situasi belajar mengajar yang lebih baik.


(Maunah, 2009:26)
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
1) Membantu guru dengan jelas dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan.
2) Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid

11

3) Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern,


metode-metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
4) Membantu guru dalam menilai kemajuan murid murid dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri.
5) Membantu guru-guru baru disekolah sehingga mereka merasa
gembira dengan tugas yang diperolehnya.
6) Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan
sepenuhnya dalam membina sekolah.
Sedangkan Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan
supervisi klinis yaitu:
1) Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian
terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber
masyarakat dan seterusnya.
2) Membina guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja
guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
(Sahertian, 2000:25)
Menurut Acheson dan Gall (1987:1) dalam Syaiful Sagala
(2010:200) tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan
menyediakan
membantu

umpan
guru

balik,

dapat

mengembangkan

memecahkan
kemampuan

permasalahan,
dan

strategis,

mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk berprilaku yang baik


sebagai uapaya pengembangan profesioanal para guru.
Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah :
1) Menyediakan feedback bagi guru yang objektif dari kegiatan
mengajar guru yang baru saja dijalankan.
2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah
mengajar
3) Membantu

guru

mengembangkan

keterampilan

dalam

menggunakan strategi belajar


4) Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan,
promosi jabatan atau pekerjaan mereka
5) Membantu guru mengembangkan sikap

positif

terhadap

pengembangan diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi


mereka secara mandiri

12

d. Fungsi Supervisi Klinis


Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah
ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A.
Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan
terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga
kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E,
menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran
yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Fungsi supervisi menurut Swearingen yang dikutip oleh Binti
Maunah ada delapan sebagai berikut:
1) Mengkoordinir semua usaha sekolah
2) Memperlengkapi kepala sekolahMemperluas pengalaman guru3)
4)
5)
6)

guru
Menstimulir usaha-usaha yang kreatif
Memberikan fasilitas dan penlaian yang terus menerus
Menganalisa situasi belajar mengajar
Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staff,
mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan

kemampuan mengajar guru-guru. (Maunah, 2009:30)


e. Teknik Supervisi Klinis
Tahapan pelaksanaan supervisi klinis

dalam bentuk siklus

dimulai dengan kegiatan pra-observasi atau pertemuan awal pra siklus


dan dilanjutkan pada siklus 1, mengamati (observasi) guru atau siklus 2,
dan sesudah pengamatan (post observasi) melakukan umpan balik
siklus 3. Pada semua tahapan ini supervisor dan guru berusaha
memahami dan mengerti mengenai pengamatan dan perekaman data
adalah untuk perbaikan pengajaran yang dilakukan oleh guru.
1) Pra Siklus
Tahap-tahap pelaksanaan supervise klinis pada tahap pra
siklus dimulai dengan guru merasa butuh bantuan untuk
meningkatkan kualitas mengajar. Kebutuhan ini muncul, karena
guru butuh pelayanan dari supervisor agar guru mengetahui,
memahami kelebihan dan kelemahan dibidang ketrampilan

13

mengajar untuk selanjutnya berusaha meningkatkannya kearah


yang lebih baik lagi. Pada tahap ini supervisor meyakinkan guru
bahwa melalui bantuan supervisor guru akan dapat mengetahui
kelebihan,

kelemahan

dan

atau

kekurangan

dalam

(1)

mempersiapkan kegiatan pembelajaran (rencana pelaksanaan


pembelajaran).

(2)

membelajarkan

peserta

didik

mencapai

kompetensi yang ditentukan dalam silabus dan RPP dengan


menampilkan keterampilan menngajar yang sesuai dengan materi
pelajaran; dan (3) secara terus menerus memperbaiki keterampilan
mengajardan/atau mengembangkan diri dalam menggunakan model
dan strategi pembelajaran.
2) Siklus pertama
Kegiatan siklus pertama ini adalah guru dengan supervisor
bersama sama melakukan review dokumen pembelajaran dengan
cara memeriksa dokumen kurikulum yang terdiri dari standar isi,
silabus dan rencana pembelajaran. Dari hasil review tersebut,
selanjutnya supervisor menjelaskan hal-hal yang penting untuk
diperbaiki. Secara bersama-sama pula antara guru dengan
supervisor memperbaiki dokumen kurikulum sampai memenuhi
persyaratan baik dilihat dari substansi maupun mekanisme
pembelajaran dan dokumen tersebut siap untuk digunakan dalam
kegiatan mengajar. (Syaiful Sagala, 2010:204)
Pada siklus 1 ini kontrak dan isi kontrak yng dirumuskan
bersama antara supervisor dengan guru terdiri dari (1) supervisor
meyakinkan guru hal yang perlu diamatai tentang proses
pembelajaran yang akan dilakukannya di kelas; (2) menetapkan
jenis ketrampilan dan aspek education touch yang akan dilatihkan;
(3) supervisor bersama guru membicarakan dan menyepakati jenis
ketrampilan dan aspek education touch yang akan dilatihkan oleh
guru latih selama proses pembelajaran berlangsung dikelas; dan (4)
ketrampilan yang disepakati dapat dipilih antara lain ketrampilan

14

bertanya, memberi penguatan, variasi, menjelaskan, membuka dan


menutup pelajaran, memimpin kelompok kecil, mengelola kelas,
mengajar kelompok kecil dan perorangan. Setelah ada kesepakatan
bersama

antara

supervisor

dengan

guru

mengenai

aspek

ketrampilan apa saja yang akan diamati atau oservasi saat kegiatan
belajar

mengajar

berlangsung,

maka

kedua

belah

pihak

menandatangani kontrak tersebut dan siap untuk melaksanakan


kegiatan mengajar yang diamati oleh supervisor.
3) Siklus kedua Observasi
Sesuai kontrak yang telah disepakati bersama antara
supervisor dengan guru, maka dilanjutkan dengan kegiatan
observasi dikelas. Guru mengajar dan supervisor mengamati guru
mengajar sesuai kontrak yang disepakati bersama. Dalam kegiatan
observasi ini supervisor mencatat dan merekam dengan cermat
berbagai data dan informasi penting prihal guru mengajar sesuai
kontrak yang disepakati. Supervisor mengamati guru mengajar
dengan cara menggunakan lembar observasi atau merekam dengan
handycam jika peralatan tersedia atau dengan cara lainnya yang
memungkinkan untuk kegiatan observasi aktivitas mengajar guru.
(Syaiful Sagala, 2010:210)
4) Siklus ketiga Refleksi
Pertemuan setelah pengamatan merupakan bagian penting
dari perilaku postobservasi. Pertemuan balikan dalam bentuk
refleksi yang dilakukan bersama supervisor dengan guru dilakukan
dengan cara menciptakan suasana santai dan akrab dalam suasana
keikhlasan dan obyektif dari kedua belah pihak. Dengan penuh
antusias, kejujuran dan keikhlasan supervisor menanyakan
perasaan guru yang diobservasi secara keseluruhan.
Setelah analisa data dalam kegiatan refleksi para
supervisor dan guru bisa mendapatkan (1) perbandingan perilaku
guru dan siswa (2) mengidentifikasi perbedaan-perbedaan perilaku

15

siswa dan guru (3) menyelesaikan perbedaan keputusan antara guru


dan siswa (4) membandingkan penggunaan isi, bahan-bahan,
peralatan, ruang, fisik dan lingkungan social sesuai dengan
penggunaan identifikasi dan merencakanan masa depan mereka;
dan (5) membandingkan hasil belajar yang diharapkan dengan hasil
belajar yang nyata dalam konteks yang sesuai situasi seperti yang
diuraikan dalam pengamatan. (Syaiful Sagala, 2010:220).
2. Konsep Dasar Pengawas Sekolah
a. Pengertian Pengawas Sekolah
Pengawas

sekolah

adalah

jabatan

fungsional

yang

mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang


untuk

melaksanakan

kegiatan pengawasan

akademik

dan

manajerial pada satuan pendidikan. Sujana (2011:7) Pengawas


adalah

pegawai

negeri

pengwas sekolah,
pengawas

sipil

Sedangkan

sekolah

yang

diangkat

kepengawasan

dalam menyusun

dalam
adalah

program

jabatan
kegiatan

pengawasan,

melaksanakan program pengawasan, mengevaluasi hasil pelaksanaan


program dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional
guru. Menurut Sagala (2011:200) pengawas sekolah di kabupaten
dan kota adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung
jawab dan wewenang oleh Bupati atau Walikota untuk melakukan
pengawas sekolah, mengacu pada peraturan perundang-undangan
yang

ada,

pengawas

satuan pendidikan adalah sebagai pejabat

fungsional.
Dalam Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 dijelaskan
bahwa seorang kepala sekolah atau pengawas harus mempunyai
lima

kompetensi

yaitu kompetensi

kepribadian,

manajerial,

kewirausahaan, supervisi akademik dan sosial. Dengan kelima


kompetensi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja kepala
sekolah atau pengawas dalam mengelola sekolahnya sehingga visi,
misi dan tujuan sekolah tersebut dapat tercapai secara optimal.

16

Pengawas

sekolah

berdasarkan

keputusan

Menteri

Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118/1996 adalah pegawai


negeri yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuholeh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan
dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan sekolah dasar
dan menengah.
Peran pengawas sekolah dalam sistem penjaminan mutu sangat
penting, walaupun bukan yang terpenting. Sekolah tanpa pengawas
pun dapat berjalan, namun harus diakui pula siapa yang dapat
mengukur perkembangan sekolah dari waktu ke waktu secara objektif
dan secara berkala jika tidak dilakukan oleh pengawas. Dalam
penerapan standar yang mensyaratkan adanya sejumlah indikator dan
target pencapaian yang terukur jelas memerlukan orang yang memiliki
kompetensi untuk mengukur. Pengawas diangkat khusus untuk
mengukur dengan menerapkan alat ukur yang renik dan halus
sehingga dapat mengevaluasi tingkat pencapaian. Dari kegiatan itu
akan

diperoleh

informasi

tentang

efektivitas

sekolah dalam

mewujudkan keunggulan yang diharapkannya. Untuk menunjang


pekerjaan pengawas yang semakin bertambah menantang akibat dari
semakin cepatnya pertambahan penerapan kebijakan baru dalam
peningkatan mutu pendidikan, telah berdampak pada tumbuhnya
kebutuhan untuk melakukan mengawal penjaminan mutu program
agar terdapat kepastian bahwa program terlaksana dan berhasil
mewujudkan tujuan. Dalam menjaga mutu, diperlukan adanya quality
controll yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen
pendukungnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007
Tentang

Standar

Pengawas

Sekolah/Madrasah

berisi

standar

kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah/madrasah. Standar


kualifikasi menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk

17

diangkat

menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi memuat

seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas


sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawabnya. Dengan memenuhi standar kompetensi inilah maka
pengawas sekolah/supervisor dapat dikatakan profesional. Hal ini
senada dengan Depdiknas (2008:4) yang menyatakan bahwa
supervisor

adalah

seorang

yang

profesional.

Menurut

Suci

profesionalisme adalah bentuk kebebasan yang tidak begitu saja


diberikan tetapi harus di upayakan. Dalam menjalankan tugasnya,
pengawas sekolah bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Untuk melakukan

supervise

diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap


permasalahan peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan
untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan
penglihatan mata biasa. Ia membina peningkatan mutu akademik
melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik, baik dalam hal
fisik maupun lingkungan non fisik. Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut maka pengawas sekolah yang profesional adalah pengawas
sekolah yang memiliki kebebasan untuk meningkatkan kompetensinya
dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan bertindak atas dasar
kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan
Uraian di atas dapat disimpulkan pengawas sekolah adalah
pejabat fungsional
berwewenang

yang

untuk

di

angkat

oleh

pejabat

yang

melakukan pengawasan dan penilaian serta

bimbingan kepada kepala sekolah dan guru.


b.

Jenjang Jabatan dan Pangkat, Kedudukan, Bidang Pengawasan dan


Tugas Pokok Pengawas Sekolah
1) Jenjang Jabatan Pengawas Sekolah
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi
Sekolah

dan

tentang

Angka

Jabatan

Fungsional

Pengawas

Kreditnya pasal 13, jenjang jabatan

18

fungsional pengawas sekolah dari yang terendah sampai dengan


yang tertinggi, yaitu: (1) pengawas sekolah muda; (2) pengawas
sekolah madya; dan (3) pengawas sekolah utama. Jenjang
pangkat

pengawas

sekolah sesuai dengan jenjang jabatannya,

yaitu (1) pengawas sekolah muda: (a) Penata, golongan ruang III/c
dan (b) Penata tingkat I golongan ruang III/d. (2) pengawas sekolah
madya: (a) Pembina golongan ruang IV/a, (b) Pembina tingkat I
golongan ruang IV/b, dan (c) Pembina utama muda golongan ruang
IV/c dan (3) pengawas sekolah utama: (a) Pembina utama madya
golongan ruang IV/d dan (b) Pembina utama golongan ruang IV/e.
2) Kedudukan Pengawas
Pengawas

sekolah

berkedudukan

sebagai

pelaksana

teknis fungsional dibidang pengawasan akademik dan manajerial


pada sejumlah satuan pendidikan yang

ditetapkan.Pengawas

sekolah adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh


guru yang bersatus sebagai PNS.
3) Bidang Kepengawasan
Bidang pengawasan meliputi pengawas taman kanakkanak

atau setingkatnya,

sekolah

dasar

atau

setingkatnya,

pengawasan rumpun mata pelajaran/mata pelajaran, pendidikan


luar biasa/pendidikan khusus dan bimbingan konseling.
4) Kewajiban, Tugas Pokok dan Wewenang Pengawas Sekolah
a) Kewajiban Pengawas Sekolah
Kewajiban
tugasnya

adalah

melaksanakan
pelaksanaan

pengawas
(a)

program
program

sekolah

menyusun

dalam

menjalankan

program

pengawasan,

pengawasan,
pengawasan

melakukan
dan

evaluasi

membimbing

sertamelatih profesionalisme guru, (b) meningkatkan dan


mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan

sejalan

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni, (c) menjujung tinggi peraturan

19

perudang-undangan, hukum, nilai agama dan etika, (d)


memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
b) Tugas Pokok Pengawas Sekolah
Tugas pengawas sangatlah banyak. Namun, peneliti
hanya membatasi penelitian ini pada tugas pengawas muda.
Permenegpan &RB No 21/2010 tentang Jabatan

Fungsional

Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Memerumuskan


tugas-tugas pengawas muda sebagai berikut: (a) penyusunan
program

pengawasan,

(b)

pelaksanaan

pembinaan,

(c)

pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) SNP, (d) penilaian, (e)


pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, (f) evaluasi hasil
pelaksanaan program pengawasan, (g) pelaksanaan tugas
kepengawasan di daerah khusus.
c) Wewenang Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah berwenang memilih dan menentukan
metode kerja, menilai kinerja guru dan kepala sekolah,
menentukan dan mengusulkan program pembinaan serta
melakukan pembinaan.
c.

Ruang Lingkup Kepengawasan


Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan akademik
dan manajerial. Kepengawasan akademik dan manajerial tersebut
tercakup

dalam kegiatan

pelaksanaan

program

penyusunan

program

pengawasan, evaluasi

pengawasan,

hasil

pelaksanaan

pengawasan, membimbing dan melatih profesionalisme guru atau


kepala sekolah.
3. Keterampilan Dasar Mengajar
a. Pengertian keterampilan dasar mengajar
Istilah
belajar,

atau

mengajar

sering

sebaliknya belajar

mengajar,

sehingga

sudah

kegiatan

belajar-mengajar

digandengkan
selalu

menjadi
(KBM),

dengan

digandengkan
satu kalimat

proses

belajar

istilah
dengan

majemuk
mengajar

20

(PBM), dan untuk menyebut kedua istilah tersebut, saat ini


disatukan menjadi pembelajaran. Dengan demikian jika disebut
pembelajaran

itu

berartimenunjukkan proses kegiatan yang

melibatkan dua unsur: 1) belajar; 2) mengajar. Mengajar merupakan


kegiatan

atau

aktivitas

yang

dilakukan

oleh

guru,

dosen,

instruktur, atau widyaiswara dalam mengatur dan mengelola


lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa/pebelajar.
Sedangkan belajar

merupakan kegiatan yangdilakukan oleh

siswa/pebelajar merespon lingkungan belajar untukmencapai tujuan


yang diharapkan. Fokus pembahasan dalam tulisan ini diarahkan pada
unsur mengajar, kalaupun ada unsur belajar yang dibahas semata
dimaksudkan

untuk

lebih

mempertegas

dan

memperjelas

pembahasan mengajar itu sendiri.


Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai
dari

pengertian

yang sudah

lama

(tradisional)

sampai

pada

pengertian yang terbaru (kontemporer).Secara deskriptif mengajar


diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau pengetahuan
dari

guru,

dosen,

instruktur,

atau

widyaiswara

kepada

siswa/pebelajar. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti


dari

mengajar adalah

proses

menyampaikan

(transfer),

atau

memindahkan. Memang dalam mengajar ada unsur menyampaikan


atau transfer dari guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara kepada
siswa/pebelajar. Akan tetapi pengertian transfer atau memindahkan
tersebut bukan seperti seseorang memindahkan air minum dari satu
cangkir ke cangkir yang lain. Air yang dipindahkan dari satu cangkir
ke cangkir yang lain, volumenya akan tetap sama bahkan karena
mungkin

terjadi

proses penguapan,

maka

volume

air

yang

dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan


sebelumnya. Oleh karena itu mengajar yang diartikan proses
menyampaikan (transfer), maknanya adalah menyebarluaskan,

21

memperkaya

pengalaman

belajar

siswa

sehingga

dapat

mengembangkan potensi siswa/pebelajar secara maksimal.


Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses
menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan
pengalaman

belajar

siswa/pebelajar,

dan

memperkaya

ialah menanamkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanam satu pohon


mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang
dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari
ilustrasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah
menanamkan

pengetahuan,

sikap

dan keterampilan,

sehingga

potensi berfikir (pengetahuan), sikap, keterampilan, kebiasaan dan


kecakapan yang dimiliki siswa/pebelajar akan berkembang secara
optimal (teaching is imparting knowledge or skill) Smith 1987.
Perkembangan berikutnya pengertian mengajar, yang kini
banyak dianut yaitu suatu proses mengatur atau mengelola
lingkungan belajar agar berinteraksi dengan siswa/pebelajar untuk
mencapai

tujuan

pembelajaran.

Inti

pengertian mengajar

(tradisional maupun kontemporer), keduanya sama yaitu untuk


merubah perilaku

siswa/pebelajar,

yakni

dimiliki

dan

terkembangkannya pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan,


dan

keterampilan

perubahan

atau kecakapan,

berkenaan

dengan:

atau

yang

lebih

pengetahuan, sikap,

populer
dan

keterampilan. Perbedaannya terletak pada proses upaya merubah


tingkah

laku

tersebut.

Pandangan

menyampaikan (transfer) yang


sempit,

hanya

terbatas

lama

melalui

proses

kadang-kadang sering diartikan

sebagai

proses menyampaikan atau

memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja; sedangkan pada


pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut dilakukan
dengan cara mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi
dengan siswa/pebelajar.

22

Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus


dikuasai oleh guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara, yaitu: 1)
menguasai materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to
teach),

2)

menguasai

metodologi

atau

cara

untuk

membelajarkannya (haw to teach). Keterampilan dasar mengajar


termasuk kedalam aspek nomor 2 yaitu cara membelajarkan
siswa.

Keterampilan

dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan

dikuasai oleh setiap guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara, kerena


dengan

keterampilan

dasar

mengajar

bahwa

mengajar bukan

sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi


menyangkut aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap,
emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah
kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific
instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen,
instruktur,

atau

widyaiswara

agar

dapat melaksanakan tugas

mengajar secara efektif, efisien dan profesional (As. Glicman, 1991).


Dengan demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan
beberapa kemamapuan atau keterampilan yang bersifat mendasar
dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh setiap guru,
dosen, instruktur, atau widyaiswara dalam melaksanakan tugas
mengajarnya.
b.

Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar


Allen

dan

Ryan

(1987)

mengemukakan

jenis-jenis

keterampilan dasar mengajar adalah sebagai berikut:


1) Keterampilan membuka dan menutup (set of induction and
closure)
Kegiatan membuka dan menutup pembelajaran adalah
dua kegiatan yang berbeda, pertama kegiatan membuka dan
kedua kegiatan menutup pembelajaran. Perbedaan tersebut bisa
dilihat dari beberapa aspek, seperti dari segi pengertian, fungsi,

23

maupun penerapannya. Pertama kegiatan membuka pembelajaran


(set induction); adalah usaha yang dilakukan oleh guru, dosen,
instruktur, atau widyaiswara pada saat mengawali pembelajaran
(kegiatan pembuka) untuk menciptakan prakondisi belajar bagi
siswa agar mental, perhatian dan motivasinya terpusat dan
bangkit

untuk melakukan

aktivitas

belajar

yang

akan

diikutinya. Adapun tujuan membuka pembelajaran antara lain


yaitu: 1) menarik perhatian siswa; b) menumbuhkan motivasi
belajara siswa; 3) memberikan acuan atau rambu-rambu
tentang pembelajaran yang akan dilakukan.Kedua

kegiatan

menutup pembelajaran (closure) yaitu kegiatan yang dilakukan


guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara untuk mengakhiri
pembelajaran. Tujuan dari kegiatan menutup pembelajaran
yaitu

untukmemberikan

gambaran

menyeluruh

mengenai

pengalaman belajar (hasil belajar) yang telah dikuasainya.


Kegiatan-kegiatan
merangkum
dibahas;

dalam

menutup pembelajaran misalnya:

atau membuat

mengonsolidasikan

dianggap pokok;

garis besar permasalahan yang


siswa

mengorganisasikan

terhadap
kegiatan

hal-hal

yang

yang

telah

dilakukan untuk membuat pemahaman baru; memberikan tindak


lanjut, dll.
2) Keterampilan memberikan variasi stimulus (stimulus variation)
Variasi

stimulus

adalah

memberikan

respon

yang

bervariasi (berbeda atau berganti-ganti). Melalui variasi stimulus


ini dimaksudkan untuk menjaga agar suasana

pembelajaran

selalu menarik, tidak membosankan, sehingga siswa selalu


menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh perhatian, dan
selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.Pada
garis besarnya ada tiga jenis (bentuk) variasi stimulus yang
dapat dilakukan
widyaiswara,

oleh

yaitu:

guru,
1)

dosen,

variasi dalam

instruktur,
pola

atau

interaksi

24

pembelajaran;

2)

variasi

penggunaan

media/alat

bantu

pembelajaran; dan 3) variasi penggunaan metode serta gaya


mengajar.
3) Keterampilan bertanya (question)
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada
dalam

proses

komunikasi, termasuk dalam komunikasi

pembelajaran.

Bertanya

adalah

mengungkapkan pertanyaan

penyampaian

sebagai

stimulus

atau
untuk

memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari siswa


terhadap yang ditanyakan. Dengan bertanya dapat meningkatkan
aktivitas

belajar

kemampuan

seperti:

berfikir,

meningkatkan partisipasi

membangkiktkan

memusatkan perhatian siswa, dll.Agar

rasa

ingin

bertanya

siswa,
tahu,
dapat

meningkatkan aktivitas belajar, maka dalam menyampaikan


pertanyaan antara lain mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:

antusiasme

secukupnya,
pertanyaan

dan

kehangatan,

pola lalulintas
ganda,

pemberian

pertanyaan,

pertanyaan

waktu

menghindari

secara berjenjang, dan

menggunakan pertanyaan pelacak.


4) Keterampilan menggunakan isyarat (silence and non verbal clue)
Pembelajaran

pada

dasarnya

adalah

suatu

proses

komunikasi, dalam komunikasi terdapat beberapa jenis atau


bentuk komunikasi yaitu: lisan, tulisan dan isyarat. Fokus
keterampilan menggunakan isyarat, merupakan penerapan dari
bentuk atau jenis komunikasi selain lisan dan tulisan. Tujuan dari
penggunaan

bahasa

isyarat

ini

terutama

adalah

untuk

memusatkan perhatian dan motivasi belajar siswa. Untuk


memelihara

perhatian

dan motivasi

belajar

siswa,

dalam

kondisi tertentu kadang-kadang tidak bisa dengan cara lisan


atau tulisan. Oleh karena itu perlu keterampilan lain, yaitu melalui
keterampilan menggunakan bahasa isyarat.

25

5) Keterampilan memberikan ilustrasi/contoh (illustration and use of


example)
Tidak semua materi atau bahan ajar yang disajikan kepada
siswa, baik melalui penjelasan lisan, melalui bahasa tulisan
atau isyarat dapat dengan cepat danmudah dipahami dan
dikuasai oleh siswa. Dengan demikian untuk mempermudah
siswa menangkap, memahami dan menguasai materi ajar yang
diberikan perlu bantuan atau menggunakan contoh-contoh atau
ilustrasi yang dapat memperjelas terhadap bahan ajar atau
penjelasan yang disampaikan.
Penggunaan contoh atau ilustrasi dalam pembelajaran
harus

disesuaikan dengan karakteristik materi dan tingkat

pengalaman siswa itu sendiri. Contoh dan

ilustrasi

yang

diberikan selalu diorientasikan untuk menjembatani siswa


dalam memahami terhadap materi yang sedang dipelajari,
atau tercapainya kompetensi pembelajaran.
6) Keterampilan memberikan balikan dan penguatan (feed back
and reinforcement)

Pemberian

penguatan

(reinforcement)

adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari


modifikasi

tingkah

laku

guru,

dosen,

instruktur,

atau

widyaiswara terhadap tingkah laku siswa. Tujuanya yaitu untuk


memberikan informasi atau umpan balik (feed back) sebagai
suatu dorongan atau koreksi bagi siswa atas perbuatan atau
responsnya. Pada garis besarnya terdapat dua bentuk atau teknik
pemberian penguatan, yaitu: 1) penguatan verbal; yaitu bentuk
penguatan melalui kata-kata (lisan), seperti bagus, cantik, tampan,

c.

dll; 2)

penguatan

dengan

isyarat,

nonverbal;

yaitu

pemberian

penguatan

seperti dengan anggukan kepala, gelengan

kepala, mengacungkan jempol, dll.


Prinsip-prinsip pelaksanaan keterampilan dasar mengajar
1) Kesesuaian (relevant)

26

Kesesuaian atau relevan yaitu dalam memilih dan


menentukan unsur-unsur jenis keterampilan dasar mengajar
yang akan dilaksanakan harus memperhatikan dan disesuaikan
dengan

seluruh

komponen

sangat

penting,

agar

pembelajaran

tersebut

pembelajaran. Penyesuaian

dalam
dapat

menerapkan
lebih

setiap

meningkatkan

ini

unsur
kualitas

proses dan hasil pembelajaran. Misalnya ketika menerapkan


keterampilan memberikan stimulus melalui penggunaan multi
media dan metode yang bervariasi, hendaknya penggunaan
tersebut disesuaikan dengan tujuan (kompetensi) pembelajaran
yang ingin dicapai, sesuain dengan kondisi siswa, materi
pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya baiki
intern maupun ekstern.
2) Kreativitas dan inovatif
Kreativitas dan inovatif dalam meggunakan unsurunsur keteranpiloan dasar mengajar sangat diperlukan agar
suasan pembelajaran selalu menarik dan menyenangkan bagi
siswa. Kreativitas berari bahwa unsur-unsur keterampilan dasar
mengajar yang digunakan dikemas lebih menarik, dan biasanya
melalui kreativitas akan muncul hal-hal atau kegiatan yang baru
dan berbeda dengan cara

yang

dilakukan

sebelumnya

(inovatif). Misalnya ketika menerapkan keterampilan membuka


pembelajaran, kegiatan yang dilakukan oleh guru, dosen,
instruktur, atau widyaiswara tidak selalu harus dengan cara
memberikan free test, akan tetapi secara kreatif dan inovatif bisa
dengan cara lain, misalnya memberikan ilustrasi, memberikan
kondisi yang mempertentangkan, dll.
3) Ketepatan (akurasi)
Penggunaan setiap unsur keterampilan dasar mengajar
dimaksudkan

agar proses pembelajaran bisa berjalan secara

efektif dan efisien. Oleh karena itu penggunaan

unsur-unsur

27

keterampilan

dasar

mengajar

harus

memperhatikan aspek

ketepatan atau akurasi, sehingga dapat mencapai sasaran


pembelajaran yang diharapkan. Misalnya ketika menggunakan
keterampilan dasar bertanya, jika
diajukan

oleh

guru,

dosen,

melalui

instruktur,

pertanyaan

yang

atau widyaiswara,

ternyata tidak memancing respon siswa berarti mungkin cara


atau materi pertanyaan yang diajukan kurang tepat sehingga
perlu diganti dengan cara bertanya yang lain.
4) Kebermanfaatan
Seperti halnya dengan prinsip-prinsip keterampilan dasar
mengajar yang telah dibahas sebelumnya, yang tidak kalah
pentingnya bahwa unsur-unsur keterampilan dasar mengajar
yang diterapkan harus memiliki nilai manfaat atau kegunaan
terhadap penegembangan potensi siswa. Pembelajaran adalah
proses merubah perilaku siswa meliputi pengetahun, sikap
maupun keterampilan.
keterampilan

dasar

Dengan

demikian

mengajar harus

penggunaan

memiliki

nilai

atau

manfaat untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran.


5) Membangkitkan perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi

termasuk kedalam prinsip

pembelajaran, sebagai suatu prinsip


motivasi termasuk untuk yang

artinya

perhatian

dan

sangat menentukan terhadap

kualitas pembelajaran. Mengingat pentingnya perhatian dan


motivasi,

maka

penerapan

unsur-unsur

atau

aspek

pembelajaran harus membangkitkan perhatian dan motivasi


siswa.

Sehingga

selama

proses pembelajaran

berlangsung

perhatian dan motivasi siswa selalu terjaga dan tercurah pada


kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
6) Menyenangkan
Suasana pembelajaran

yang menyenangkan (joyfull

learning) termasuk salah satu unsur pembelajaran yang harus

28

selalu

diciptakan

oleh

guru,

dosen, instruktur,

atau

widyaiswara dalam membimbing proses pembelajaran. Melalui


pembelajaran yang menyenangkan siswa akan merasa betah,
semangat, bahkan mungkin siswa akan merasa bebas untuk
melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan potensi dan
bakat yang dimilikinya. Oleh karena itu penggunaan unsur-unsur
keterampilan dasar mengajar harus dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang akrab dan menyenangkan bagi siswa.
B. Kerangka Pikir
Beberapa kenyataan di lapangan menunjukkan, ada guru-guru
yang mengalami kesulitan dalam menerapkannya, hal ini terjadi karena tidak
semua guru yang dididik di lembaga pendidikan dapat terlatih dengan
baik. Dari berbagai penelitian tentang guru diketahui bahwa tingkat
penguasaan bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode
mengajar yang inovatif masih kurang. Kondisi ini mendasari perlunya
guru

memperoleh bantuan dan bimbingan dari kepala sekolah berupa

kegiatan supervisi. Kepala sekolah selaku supervisor hendaknya dapat


memilih dan menggunakan model supervisi yang sesuai dengan kebutuhan
guru, bagi guru yang keterampilan dasar mengajarnya sangat lemah dapat
dibantu dengan teknik supervisi klinis.
Supervisi Klinis Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan
paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena guru wring
dijadikan tokoh teladan siswa, bahkan menjadi tokoh identifikasi dire.
Sasaran Supervisi Klinis adalah guru dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran bisa terjadi di dalam kelas, diluar kelas dan atau di
laboratorium. Kelas dalam pengertian ini adalah kelompok belajar siswa
bukan ruangan belajar. Bidang garapan supervisi klinis sekurang-kurangnya
terdiri atas : (a) penyusunan dan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, (b) penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran,
(c) pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran (pendekatan, metode,

29

dan teknik), (d) penggunaan media dan teknologi informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran, (e) merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan
kelas. Kelima aspek tersebut erat kaitannya dengan tugas pokok dan tanggung
jawab guru sebagai agen pembelajaran. Karena itu dalam penelitian ini diteliti
bagaimana meningkatkan kompetensi pedagogik guru melalui penerapan
supervisi klinis. Oleh sebab itu diperlukan adanya supervisi klinis yang
dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dengan mempertimbangkan masalah
pembelajaran yang dihadapi guru serta faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya
Pelaksanaan pembelajaran yang kurang optimal akan menyebabkan
hasilnya juga tidak optimal. Pembelajaran akan terlaksana dengan baik bila
ada pengawasan yang intensif dari atasan baik kepala sekolah maupun
pengawas pembina. Pengawasan ini salah satunya dilakukan dengan supervisi
klinis oleh pengawas sekolah.
Peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru diperlukan supervisi
klinis. Hal ini pengawas selaku pembina berkewajiban membina guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran menggunakan berbagai cara. Salah satu
cara yang digunakan adalah mengefektifkan pelaksanaan supervisi klinis.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka
hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah
bahwa melalui tindakan mengefektifkan supervisi klinis dapat meningkatkan
keterampilan dasar mengajar bagi guru-guru di SDN . Kecamatan
.. Kabupaten .. Tahun Pelajaran

También podría gustarte