Está en la página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang
disebabkan karenakita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika
buih ini timbul karena adanyapenurunan tegangan permukaan pada cairan
(air). Penurunan tegangan permukaandisebabkan karena adanya senyawa sabun
(bahasa latin = sapo) yang dapatmengkacaukan iktan hidrogen pada air. Senyawa
sabun

ini

biasanya

memiliki

dua

bagianyang

tidak

sama

sifat

kepolaranya.Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang


biasa disebut saponin.Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang
ada. Saponin merupakan jenisglikosida. Glikosida adalah senyawa yang
terdiri daro glikon (Glukosa, fruktosa,dll) danaglikon (senyawa bahan aalam
lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan dapatmembentuk buih saat
dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapahewan
berdarah dingin (Najib, 2009).
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa
steroid dan triterpen.Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan
molekul karbohidrat. Steroidsaponin dihidrolisis menghasilkan suatu
aglikon yang dikenal sebagai saraponin.
Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat.

Dihidrolisismenghasilkan

suatu

aglikon

yang

disebut

sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di dalam


tumbuhan (Hartono, 2009). Tumbuhan yang mengandung sponin ini
biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae.
Senyawa saponin juga ditemui pada famili sapindaceae,curcurbitaceae, dan
araliaceae. Salah satu tumbuhan obat yang mengandung saponinadalah
gingseng yang termasuk famili araliaceae.
Biosintesis saponin ini terjadi sesuai dengan aglikon yang menempel. Baik
steroid maupun triterpen biosintesis saponin melalui jalur asam malonat
yang nanti akan DPP dan IPP yang membentuk triterpen dan steroid dengan
1

membentuk squalen terlebihdahulu dan terjadi siklisasi. Biosintesa saponin


ini akan dibahas lebih rinci. Selain itu jugamakalah ini akan membahas
klasifikasi serta peranannya dalam makhluk hidup.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.3

Apakah pengertian dari saponin ?


Bagaimana karakteristik saponin ?
Apa saja klasifikasi saponin ?
Apa saja sumber penghasil saponin ?
Bagaimana Saponin dalam etnobotani ?
Apa saja aplikasi Saponin Serta Contoh dari Jurnal Penelitian ?

Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.4

Mengetahui tentang saponin


Mengetahui karakteristik saponin
Mengetahui klasifikasi saponin
Mengetahui sumber penghasil saponin
Mengetahui Saponin dalam etnobotani
Mengetahui aplikasi serta contoh hasil penelitian

Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna
sebagai pengembangan pengetahuan tentang senyawa saponin. Secara
praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambah wawasan dan pengetahuan
khususnya tentang senyawa saponin
2. Pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang senyawa saponin
secara teoritis maupun secara praktis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian Senyawa Saponin


Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa
sapogenin. Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan
saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal
dengan air yang apabila dikocok. Saponin adalah glikosida triterpena dan
sterol, telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta
dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisis sel darah. Dari segi ekonomi, saponin penting juga karena
kadang-kadang menimbulkan keracunan pada ternak atau karena rasanya
yang manis. Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin
yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum
adalah asam glukoronat (Harborne, 1996).

Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa


sapogenin. Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan
saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal
dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin
merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan dapat menyebabkan bersin
dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, banyak di antaranya
digunakan sebagai racun ikan (Gunawan dan Mulyani, 2004). Senyawa
saponin dapat pula diidentifikasi dari warna yang dihasilkannya dengan
pereaksi Liebermann-Burchard. Warna biru-hijau menunjukkan saponin
steroida, dan warna merah, merah muda, atau ungu menunjukkan saponin
triterpenoida (Farnsworth, 1966) Saponin memiliki berat molekul tinggi,
dan berdasarkan struktur aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu tipe steroida dan tipe triterpenoida. Kedua senyawa ini
memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul
biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-satuan
isoprenoid (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa
dalam air, mempunyai sifat detergen yang baik, mempunyai aktivitas
hemolisis (merusak sel darah merah), tidak beracun bagi binatang berdarah
panas, mempunyai sifat anti eksudatif dan mempunyai sifat anti
inflamatori. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai
kegunaan yang sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa
pada alat pemadam kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan
digunakan dalam industri farmasi serta dalam bidang fotografi (Prihatman,
2001).
Pada tenak ruminansia, saponin berpotensi sebagai agen defaunasi
dalam manipulasi prosesfermentasi di dalam rumen. Penggunaan saponin
yang ditambahkan ke dalam ransum dapat menurunkan populasi protozoa
rumen secara parsial atau keseluruhan (Wiseman and Cole,1990).
2.2

Karakteristik Senyawa Saponin

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam


tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika
direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat
bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter
(Hartono, 2009).
Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber
utama saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat
menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol
menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi,
seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia,
2011).

Sifat-sifat Saponin adalah:


1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa eritrosit
4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid
lainnya
6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula
empiris yang mendekati.
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan
permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan
sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).
Pada hewan ruminansia, saponin dapat digunakan sebagai antiprotozoa,
karena mampu berikatan dengan kolesterol pada sel membran protozoa

sehingga menyebabkan membrondisis pada sel membrane protozoa.


Saponin dapat beraktivitas sebagai adjuvant pada vaksin antiprotozoa yang
nantinya mampu menghambat perkembangan sporozoit di dalam saluran
pencernaan.
2.3

Klasifikasi Senyawa Saponin


Secara umum saponin merupakan bentuk glikosida yang memiliki
aglikon berupa steroid dan triterpen. Triterpen merupakan jenis senyawa
bahan alam yang memiliki 6 monoterpen atau memiliki jumlah atom
karbon sebanyak 30. Dari aglikonnya saponin dapat bagi menjadi dua
yaitu saponin dengan steroid dan saponin dengan triterpen

A. Saponin steroid
Tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.
Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal
sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada
binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid
diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan
sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin
jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme
sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida
jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung.

Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida


(Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di dalam tumbuhan
Asparagus sarmentosus yang hidup dikawasan hutan kering afrika.
Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat anti nyeri dan rematik oleh
orang afrika (Anonim, 2009).

Gambar 1
Asparagus (Asparagus officinalis.)
B. Saponin triterpenoid
Tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis
menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu
senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat
dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).

Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatikosida. Senyawa


ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India.
Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik (Anonim, 2009).

Gambar 2
Gatu kola / Pegagan (Centella asiatica)

2.4

Sumber Penghasil Senyawa Saponin


Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman
makanan ternak seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah .

Saponin umumnya mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi


mucosal, sifat penyabunan, dan sifat hemolitik dan sifat membentuk
komplek dengan asam empedu dan kolesterol.
1. Bunga Kembang Sepatu

Gambar 3
Nama tanaman

Bunga kembang sepatu

Nama latin

Hibiscus rosa-sinensis

Kingdom

Plantae(Tumbuhan)

Subkingdom

Tracheobionta

Super Divisi

Spermatophyta

Divisi

Magnoliophyta

Subdivisi

Angiospermae

Kelas

Magnoliopsida

Ordo

Malvales

Famili

Malvaceae

Genu

Hibiscus

(Tumbuhan

berpembuluh)

(Menghasilkan
(Tumbuhan

(suku

biji)

berbunga)

kapas-kapasan)

Kandungan senyawa :
bunga sepatu mengandung berbagai senyawa seperti flavonoida, cyanidin
diglucosid, taraxeryl acetat, saponin, polifenol, tanin, saponin, hibisetin,
Ca-oksalat, dan peroxidase.
Manfaat :
Senyawa-senyawa ini pada penyakit tertentu dapat membantu melemahkan
berbagai jenis organisme penyebab penyakit diantaranya penyakit kencing

10

nanah, batuk lendir, batuk berdarah, demam, bronkitis, gondongan,


melancarkan haid, sariawan, mengatasi masalah keputihan, menghentikan
darah mimisan, radang usus, dan TBC (Wikipedia, 2014)
2. Bunga Matahari

Gambar 4
A. Klasifkasi
Nama Tumbuhan

Bunga matahari

Nama Latin

Helianthus annuus L

Ordo

Asteralis

Famili

Asteraceae

Upfamily

Helianthoideae

Bangsa

Heliantheae

Genus

Heliantus

B. Kandungan senyawa kimia :


Akar bunga matahari mengandung polisakarida dan helianthoside 2.
Batang mengandung chlorogenic acid, neochlorogenic acid, dan
scopolin. Daun mengandung neochlorogenic acid, isochlorogenic,
fumaric acid, camphor dan luteolin. Bunga mengandung triterpenoid
saponines, helianthoside A, B, C. Biji mengandung minyak lemak dan
asam organik. Hasil skrining fitokimia biji bunga matahari
menunjukkan

kandungan

alkaloid,

fitosterol,

flavonoid, steroid, karbohidrat, lemak, dan minyak.

tanin,

saponin,

11

C. Manfaat :
Bunga matahari berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah,serta
merupakan pereda nyeri alami. Oleh karena itu bunga matahari dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri saat sakit gigi, sakit kepala, nyeri
haid, dan nyeri lambung.
Biji bunga matahari bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan,
mengatasi kelesuan, dan meredakan sakit kepala.
Akar tanaman bunga matahari bermanfaat untuk meluruhkan air seni,
mengatasi infeksi saluran kencing, batuk rejan, dan keputihan, serta
dapat meredakan batuk, dan juga mengurangi rasa nyeri. Daunnya
berkhasiat

untuk

meredakan

radang,

mengurangi

nyeri,

dan

antimalaria.
Batang bunga matahari (bagian sumsumnya) dapat digunakan untuk
meningkatkan vitalitas, membantu kerja liver

3. Kacang Tanah

Gambar 5
A. Klasifikasi
Nama Tanaman

kacang Tanah

Nama Latin

Arachis hypogea

Kingdom

Plantae

12

Ordo

Leguminales

Family

Fabaceae

Upfamily

Faboidae

Genus

Arachis

B. Kandungan senyawa kimia :


Secara umum untuk famili Fabaceae (Arachis) memiliki ciri-ciri kimia
yaitu

mempunyai

bahan

cadangan,

kandungan

protein

adalah

fithemaglutinin(lektin). Selain itu terdapat pula saponin, isoflavon dan


asam amino non protein (Sutrisno, 1998)
C. Manfaat :
Biji kacang tanah banyak mengandung minyak lemak, maka kacang tanah
dapat digunakan sebagai sumber minyak nabati. Fithemaglutinin yang
terdapat dalam kacang tanah, atau biasa disebut lektin dapat digunakan
untuk penetapan golongan
darah (Sutrisno, 1998). Kulit ari (testa) kacang tanah (A.hypogaeaL)
digunakan secara tradisional sebagai obat sakit sendi, aprodisiak, pencahar,
obat bermacammacam pendarahan dan leukemia (Ozoraet al., 2006)
2.5

Saponin dalam etnobotani


Kebanyakan saponin, yang mudah larut dalam air, yang beracun
bagi ikan Oleh karena itu, dalam etnobotani, saponin terutama dikenal
untuk penggunaannya oleh masyarakat adat dalam memperoleh sumber
makanan akuatik. Sejak zaman prasejarah, budaya di seluruh dunia telah
menggunakan tanaman piscicidal, sebagian besar mereka mengandung
saponin, untuk memancing
Meskipun dilarang oleh hukum, racun ikan tumbuhan masih
banyak digunakan oleh suku-suku asli di Guyana. Di sub-benua India,

13

suku-suku Gond dikenal untuk penggunaan ekstrak tanaman dalam


penangkapan racun ikan
Banyak suku-suku asli California Amerika secara tradisional
digunakan soaproot, (genus Chlorogalum), yang berisi saponin, sebagai
racun ikan. Mereka akan menghancurleburkan akar, pencampuran dalam
air untuk membuat busa, dan kemudian menambahkan busa ke sungai.
Hal ini akan membunuh atau melumpuhkan ikan, yang dapat
diperoleh dengan mudah dari permukaan air. Di antara suku-suku
menggunakan teknik ini adalah Lassik, yang Luiseo, para Yuki, Yokut,
para Chilula, yang Wailaki, Miwok tersebut, Kato itu, Mattole itu,
Nomlaki dan Nishinam tersebut.
Salah satu penelitian penggunaan saponin kelas produk alami
melibatkan kompleksasi mereka dengan kolesterol untuk membentuk poripori di bilayers membran sel, misalnya, dalam sel darah merah (eritrosit)
membran, di mana kompleksasi menyebabkan lisis sel darah merah
(hemolisis) pada injeksi intravena. Selain itu, sifat amphipathic kelas
memberi mereka aktivitas sebagai surfaktan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan penetrasi makromolekul seperti protein melalui membran
sel. Saponin juga telah digunakan sebagai adjuvan dalam vaksin.
Saponin dari tanaman Gypsophila paniculata (Nafas Bayi) telah
terbukti sangat signifikan menambah sitotoksisitas immunotoxins dan
racun ditargetkan lain ditujukan terhadap sel kanker manusia. Kelompok
penelitian Profesor Hendrik Fuchs (Universitas Charite, Berlin, Jerman)
dan Dr David Flavell (Southampton General Hospital, Inggris) bekerja
sama menuju pengembangan saponin Gypsophila untuk digunakan dalam
kombinasi dengan immunotoxins atau racun lainnya yang ditargetkan
untuk pasien dengan leukemia , limfoma dan kanker.lainnya.

14

Gambar 6
Nafas Bayi (Gypsophila paniculata)
Ada yang luar biasa, promosi komersial didorong dari saponin
sebagai suplemen diet dan nutriceuticals. Ada bukti dari kehadiran saponin
dalam persiapan obat tradisional, di mana administrasi lisan mungkin
diharapkan mengarah kepada hidrolisis glikosida dari terpenoid (dan
obviation dari setiap toksisitas terkait dengan molekul utuh). Tapi seperti
yang sering terjadi engdan luas klaim terapi komersial untuk produk alami:
1.

Klaim untuk manfaat organisme / manusia sering didasarkan pada s


angat awal studi biologi biokimia atau sel.

2.

Menyebutkan umumnya dihilangkan dari kemungkinan sensitivitas


kimia individu, atau toksisitas umum agen khusus, dan toksisitas
tinggi kasus yang dipilih.
Sementara pernyataan semacam itu memerlukan tinjauan konstan

(dan meskipun web segudang mengklaim sebaliknya), tampak bahwa ada


sangat terbatas AS, Uni Eropa, dll lembaga-disetujui peran untuk saponin
dalam terapi manusia. Dalam penggunaan mereka sebagai adjuvant dalam
produksi vaksin, toksisitas terkait dengan kompleksasi sterol tetap menjadi
isu utama untuk menarik perhatian.
Bahkan dalam kasus digoksin, manfaat terapeutik dari cardiotoxin
adalah hasil administrasi hati-hati dosis yang tepat. Perawatan yang sangat
besar harus dilakukan dalam mengevaluasi atau bertindak atas klaim
spesifik dari manfaat terapeutik dari memakan produk alami saponin-jenis
dan lainnya.

15

Tumbuhan lain penghasil saponins adalah bunga mahkota dewa,


dan dalam beberapa penelitian dengan komposisi yang pas dari ekstrak
tumbuhan mahkota dewa dapat menghambat dan menangkal flu burung,
kemudian dari banyak penelitian dipastikan vaksin flu burung dibuat dari
tumbuhan dengan kandungan saponins inilah.

Gambar 7
Bunga Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
A. Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Thymelaeaceae

Genus

: Phaleria

Spesies

: Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.

B. Kandungan senyawa
Pada daun : Antihistamin, Alkaloid, Sapoin dan Polifenol (lignan)

16

Pada kulit buah: Alkaloid, Saponin, dan Flavonoid


Pada buah: Alkaloid, Tanin, Flavonoid, fenol,saponin, lignan, minyak
C. Manfaat
Tanaman mahkota dewa memang telah lama dikenal sebagai tumbuhan
obat yang ampuh melawan penyakit seperti eksim, tumor, kangker
payudara, kangker rahim, diabetes mellitus, hepatitis, kolesterol, lemah
syahwat, disentri, leukemia dan masih banyak lagi lainnya.
Mahkota dewa juga memiliki sifat detoks sehingga baik untuk
membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh.

2.6

Aplikasi Saponin Serta Contoh dari Jurnal Penelitian


Jurnal penelitian saponin
Secara

kimiawi,

proses

pembilasan

lidah

buaya

dengan

menggunakan pelarut air dapat dijelaskan sebagai berikut : air yang


bersifat polar selain mengisolasi saponin, juga dapat mengisolasi bahanbahan lain yang terdapat pada permukaan daging lidah buaya, seperti
vitamin B, vitamin C, beberapa asam amino, dan beberapa mineral
lainnya.
Di dalam batang lidah buaya terkandung saponin , yaitu suatu
komponen yang bersifat and nutnsi dan merugikan tubuh Sebenarnya
saponin mempunyai kemampuan untuk membersihkan, atau berfungsi
sebagai bahan pencuci yang baik sekali, sehmgga senng digunakan untuk
industri

sabun.

Sifat

saponin

yang

merugikan

adalah

dapat

menghaemolisis sel darah merah ketika disuntikkan ke dalam aliran darah


di tubuh. Jika di masukkan kedalam tubuh secara oral, saponin tidak dapat

17

terabsorpsi

dengan

baik,

bahkan

dapat

menyebabkan

iritasi

"gastrointestinal tract" dan dapat menyebabkan muntah. Saponin juga


dapat mempengaruhi fungsi dari organ-organ dan janngan tubuh, termasuk
syaraf sehingga kurang dapat bekerja dengan optimal.
Produk lidah buaya yang dapat dikonsumsi dan telah berada di
pasaran ternyata masih mengandung saponin dalam jumlah yang
bervariasi. Berdasarkan uraian diatas, sebelum lidah buaya dikonsumsi
manusia sebagai makanan ataupun minuman , maka saponin yang terdapat
di dalamnya hams diisolasi terlebih dahulu tanpa mengurangi kandungan
mineralnya. Berdasarkan literatur, pelarut yang bersifat tidak terlalu polar
juga dapat digunakan untuk membersihkan lendir pada permukaan daging
lidah buaya Maksudnya agar tidak banyak bahan bermanfaat yang ikut
terlarut dalam pelarut yang digunakan, selain saponin yang memang ingin
dihilangkan. Isolasi dapat dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan
pelarut larutan NaCI atau CaCI2 dengan variabel konsentrasi dan waktu
yang telah ditentukan.
Pembahasan jurnal pengamatan:
Secara umum pemisahan saponin dari lidah buaya dapat dilakukan
dengan menggunakan air. karena saponin larut dalam air Kelarutan
tersebut disebabkan oleh persamaan sifat polaritas dan air dan saponin,
namun |umlah saponin terlarut relatif hanya sedikit. Untuk mengurangi
jumlah saponin yang terdapat dalam lidah buaya yang akan dikonsumsi,
perlu ditambahkan bahan aditif kedalam air pada proses pemisahan
saponin. Pada "penelitian ini air digunakan sebagai pelarut namun
dilakukan

penambahan

NaCI dan CaCl? dengan memvariasikan

konsentrasinya. Penambahan NaCI dan CaCI2 kedalam air tersebut akan


meningkatkan kelarutan saponin pada kondisi tertentu tetapi komponen
lain yang bermanfaat tetap dipertahankan didalam lidah buaya.
Uraian hasil penelitian pemisahan saponin dari lidah buaya dengan
variasi konsentrasi NaCI dan CaCI2 adalah sebagai berikut:

18

Variasi konsentrasi NaCI.


Pengaruh konsentrasi NaCI terhadap kelarutan saponin. Variasi
kosentrasi NaCI yang digunakan adalah 0.5%, 1%, 2%, 4%, dan 6 %
dengan waktu ekstraksi 1 jam Jumlah saponin yang terekstraksi dan Lidah
Buaya mengalami kenaikkan dan konsentrasi NaCI 0,5 % ke 1 % .dan
pada konsentrasi selanjutnya saponin yang terekstraksi mengalami
penurunan seperti ditunjukan pada gambar 2

% NaCl
Terjadinya kenaikkan kelarutan saponin diduga karena terjadi penurunan
polaritas air akibat penambahan' NaCI khususnya pada konsentrasi 0,5 %
dan 1 % sedangkan pada konsentrasi NaCI yang lebih tinggi terjadi efek
salting out sehingga akan menurunkan kelarutan saponin.

19

BAB III
SIMPULAN
3.1

Kesimpulan
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.
Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi
Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air,
mempunyai sifat detergen yang baik, mempunyai aktivitas hemolisis
(merusak sel darah merah), tidak beracun bagi binatang berdarah panas,
mempunyai sifat anti eksudatif dan mempunyai sifat anti inflamatori.
Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan
ternak seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah

20

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid
I ,Jakarta: Penebar Swadaya.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi,edisi keenam, 71-72
ITB, Bandung
Sudjadi, 2010, Kimia Farmasi Analisis,91, 122, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Amirth,Pal,Singh,2002. A Trestie on Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.
Depkes RI,1995. Materia Medika Indonesia, Depkes RI : Jakarta.
Harbrone.J.B.,1987.Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menaganalisis
Tumbuhan,
Morrisey JP dan Ousbon AE, 1999. Fungal Resistence to Plant Antibiotic as a
Mechanism of Phatogenesis. Mikrobiologi and molecular biologi.
Reviw 63, 708-729
Robinson ,T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB :
Bandung
Yoshiki Y, Kudo & Okobo K,1998. Relationship Between Cemical Structure and
Biologica

21

Activities

of

Triterpenoid

Saponin

from

Biotechnology and Biochemistry. 62. 2291-2292.

Soybean

(Reviw)

Biosience

También podría gustarte