Está en la página 1de 11

ASURANSI KENDARAAN UMUM (DARAT)

Asuransi kecelakaan jasa raharja merupakan jaminan sosial yang


diberikan oleh pemerintah kepada pengguna jalan melalui PT JASA
RAHARJA (Persero).PT Jasa Raharja sendiri 100% adalah milik Negara
Republik Indonesia. PT Jasa Raharja bergerak pada bidang usaha Asuransi
Sosial yang merujuk pada undang-undang pemerintah yang ada.
Asuransi kecelakaan jasa raharja adalah jaminan (Asuransi) yang diberikan
oleh pemerintah melalui PT Jasa Raharja yang di atur berdasarkan UU No. 33
dan 34 Tahun 1964. Jika kita mengalami kecelakaan di jalan umum, maka
kita bisa melakukan penngajuan santunan (Klaim) ke PT Jasa Raharja. Jika
saat terjadi kecelakaan kita memenuhi syarat-syarat dalam pengajuan
santunan, maka kita berhak mendapatkan santunan seperti biaya berobat
hingga biaya paska insiden.

Catatan : Yang kami tulis diatas adalah berdasarkan Undang-Undang yang


berlaku pada saat tulisan ini kami buat. Website resmi Jasa
Raharja : http://www.jasaraharja.co.id

Besar Santunan Jasa Raharja


Jika anda pengguna kendaraan umum baik itu darat, laut, maupun udara,
maka dari setiap insiden yang terjadi, anda berhak mendapatkan santunan
dari PT Jasa Raharja. Adapun undang-undang yang mengatur besar kecilnya
santunan adalah UU No 33 dan 34 tahun 1964 yang didasarkan pada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 36/PMK.010/2008 dan
nomor 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008. Rincian besar santunan
tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori kendaraan umum
Darat/Laut dan kategori Kendaraan umum udara. Adapun besar santunan
dari dua kategori tersebut adalah :

1. Angkutan Umum Darat/Laut :


Jika terjadi kecelakaan disaat menggunakan angkutan umum darat/laut,
maka anda berhak mendapatkan santunan dari PT Jasa Raharja. Adapun
besar nominal santunan tersebut adalah :
o Jika dalam kecelakaan tersebut korban meninggal dunia, maka
berhak mendapatkan santunan sebesar 25.000.000 (25 juta)
Rupiah disertai biaya penguburan sebesar 2.000.000 (2 Juta)
Rupiah.
o Jika dalam kecelakaan tersebut korban dinyatakan cacat tetap,
maka maksimal bisa mendapatkan santunan sebesar 25.000.000
(25 Juta) Rupiah.
o Jika di dalam kecelakaan tersebut korban tidak meninggal dunia
dan tidak mengalami cacat tetap atau cacat seumur hidup, maka
berhak mendapatkan santunan biaya perawatan yang nilai
maksimalnya adalah sebesar 10.000.000 (10 Juta) Rupiah.
2. Angkutan Umum Udara :
o Jika terjadi kecelakaan disaat menggunakan kendaraan umum
udara seperti pesawat publik, maka berdasarkan undang-undang
yang tersebut diatas korban berhak mendapatkan santunan yang
dibagi menjadi 3 kategori
o Jika terjadi kecelakaan dan korban dinyatakan meninggal dunia,
maka berhak mendapatkan santunan sebesar 50.000.000 (50
Juta) Rupiah serta mendapatkan biaya penguburan sebesar
2.000.000 (2 Juta) Rupiah.
o Jika dalam kecelakaan tersebut korban dinyatakan cacat
permanen (cacat tetap) maka berhak mendapatkan santunan
maksimal 50.000.000 (50 Juta) Rupiah.
o Jika dalam kecelakaan tersebut korban hanya mengalami lukaluka parah maupun ringan, dan tidak dinyatakan meninggal
maupun cacat tetap, maka berhak mendapatkan santunan
maksimal 10.000.000 (10 Juta) Rupiah.

Cara Mendapatkan Santunan dari Jasa Raharja


1. Jika terjadi kecelakaan baik itu tunggal atau non tunggal, segera mintalah
laporan tentang kecelakaan lalu lintas dari Unit Laka Satlantas yang
biasanya ada di Polres setempat atau juga bisa menghubungi instansi yang
berwenang lainnya.
2. Jika sudah mendapatkan keterangan atau laporan tentang kecelakaan dari
Polres setempat, mintalah keterangan kesehatan dari dokter/rumah sakit
yang merawat.
3. Adapun yang perlu disiapkan berikutnya adalah KTP Identitas korban atau
identitas ahli waris korban.
4. Isilah formulir pengajuan dari Jasa Raharja (Gratis). Formulir tersebut bisa
didapatkan di kantor Jasa Raharja terdekat atau mendownloadnya dari situs
resmi Jasa Raharja. Download Formulir Pengajuan Santunan Jasa Raharja.
5. Setelah mengisi formulir tersebut, maka serahkan formulir beserta laporan
kepolisian, laporan kesehatan, dan identitas tersebut ke kantor Jasa Raharja
terdekat.
6. Siapkan bukti-bukti yang diperlukan lainnya, diantaranya adalah :
- Jika korban mengalami luka-luka mintalah kuitansi biaya perawatan dan
biaya pengobatan yang asli dan sah.
- Jika korban meninggal dunia, bawalah Kartu Keluarga dan Surat Nikah jika
korban telah menikah.
Jangka Waktu Pengajuan Klaim
Jika terjadi kecelakaan, maka segeralah melakukan pengajuan santunan ke
dinas Jasa Raharja. Sebab, kita tidak bisa meng-klaim santunan jika
pengajuan santunan ini dianggap sudah kadaluarsa. Permintaan pengajuan
ini dianggap kadaluarsa atau gugur jika :
1.
Pengajuan santunan dilakukan lebih dari 6 bulan setelah terjadinya
kecelakaan.
2.
Uang santunan tidak diambil atau tidak dilakukan penagihan dalam
waktu 3 bulan setelah hak santunan disetujui oleh Jasa Raharja.
JASA RAHARJA (Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Dan
Penumpang Umum)
UU No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965

1. Korban yang berhak atas santunan


Setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang
mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat
angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada
dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan
sampai turun di tempat tujuan
2. Jaminan Ganda
Kendaraan bermotor Umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila
kapal ferry di maksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis
yang menjadi korban diberikan jaminan ganda
3. Penumpang mobil plat hitam
Bagi penumpang mobil plat hitam yang mendapat izin resmi sebagai
alat angkutan penumpang umum, seperti antara lain mobil pariwisata ,
mobil sewa dan lain-lain, terjamin oleh UU No 33 jo PP no 17/1965
4. Korban Yang mayatnya tidak diketemukan
Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak diketemukan
dan atau hilang didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri
UU No 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965
1. Korban Yang Berhak Atas Santunan, adalah pihak ketiga yaitu :

Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang
menimbulkan kecelakaan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari
penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut, contoh : Pejalan
kaki ditabrak kendaraan bermotor

Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan


bermotor dan ditabrak, dimana pengemudi kendaran bermotor yang
ditumpangi dinyatakan bukan sebagai penyebab kecelakaan, termasuk
dalam hal ini para penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor
pribadi

1. Tabrakan Dua atau Lebih Kendaraan Bermotor

Apabila dalam laporan hasil pemeriksaan Kepolisian dinyatakan bahwa


pengemudi yang mengalami kecelakaan merupakan penyebab
terjadinya kecelakaan, maka baik pengemudi mapupun penumpang
kendaraan tersebut tidak terjamin dalam UU No 34/1964 jo PP no
18/1965

Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak Kepolisian belum


diketahui pihak-pihak pengemudi yang menjadi penyebab kecelakaan
dan atau dapat disamakan kedua pengemudinya sama-sama sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan, pada prinsipnya sesuai dengan
ketentuan UU No 34/1964 jo PP No 18/1965 santunan belum daat
diserahkan atau ditangguhkan sambil menunggu Putusan
Hakim/Putusan Pengadilan

1. Kasus Tabrak Lari


Terlebih dahulu dilakukan penelitian atas kebenaran kasus kejadiannya
2. Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Kereta Api

Berjalan kaki di atas rel atau jalanan kereta api dan atau menyebrang
sehingga tertabrak kereta api serta pengemudi/penumpang kendaraan
bermotor yang mengalami kecelakaan akibat lalu lintas perjalanan
kerata api, maka korban terjamin UU No 34/1964

Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang


dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang sedang
difungsikan sebagaimana lazimnya kerata api akan lewat , apabila
tertabrak kereta api maka korban tidak terjamin oleh UU No 34/1964

PENGECUALIAN
1. Dalam hal kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan

Jika korban atau ahli warisnya telah memperoleh jaminan berdasarkan


UU No 33 atau 34/1964

Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain pada
pihak korban atau ahli waris

Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban sedang dalam


keadaan mabuk atau tak sadar, melakukan perbuatan kejahatan
ataupun diakibatkan oleh atau terjadi karena korban memiliki cacat
badan atau keadaan badaniah atau rohaniah biasa lain.

1. Dalam hal kecelakaan yang terjadi tidak mempunyai hubungan dengan


resiko kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan

Kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan sedang


dipergunakan untuk turut serta dalam suatu perlombaan kecakapan
atau kecepatan

Kecelakaan terjadi pada waktu di dekat kendaraan bermotor


penumpang umum yang bersangkutan ternyata ada akibat gempa
bumi atau letusan gunung berapi, angin puyuh, atau sesuatu gejala
geologi atau metereologi lain.

Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak langsung


mempunyai hubungan dengan, bencana, perang atau sesuatu keadaan
perang lainnya, penyerbuan musuh, sekalipun Indonesia tidak
termasuk dalam negara-negara yang turut berperang, pendudukan
atau perang saudara, pemberontakan, huru hara, pemogokan dan
penolakan kaum buruh, perbuatan sabotase, perbuatan teror,
kerusuhan atau kekacauan yang bersifat politik atau bersifat lain.

Kecelakaan akibat dari senjata-senjata perang

Kecelakaan akibat dari sesuatu perbuatan dalam penyelenggaraan


sesuatu perintah, tindakan atau peraturan dari pihak ABRI atau asing
yang diambil berhubung dengan sesuatu keadaan tersebut di atas,
atau kecelakaan yang disebabkan dari kelalaian sesuatu perbuatan
dalam penyelenggaraan tersebut.

Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan penumpang umum


yang dipakai atau dikonfliksi atau direkuisisi atau disita untuk tujuan
tindakan angkatan bersenjata seperti tersebut di atas

Kecelakaan yang diakibatkan oleh angkutan penumpang umum yang


khusus dipakai oleh atau untuk tujuan-tujuan tugas angkatan
bersenjata.

Kecelakaan yang terjadi sebagai akibat reaksi atom

PENGERTIAN AHLI WARIS


1. Ketentuan Ahli Waris
Dalam hal korban meninggal dunia, maka santunan meninggal dunia
diserahkan langsung kepada ahliwaris korban yang sah, yaitu :

Janda atau dudanya yang sah

Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anak-anaknya


yang sah

Dalam hal tidak ada janda/dudanya dan anak-anaknya yang sah


kepada orangtuanya yang sah

1. Disamakan kedudukannya dengan anak dan orangtua sah

Pengertian dari anak dan orangtau sah tidak selalu pengertian anak
kandung dan orangtua kandung, akan tetapi anak tiri dan orangtua tiri
disamakan kedudukannya sebagai ahliwaris sah

Demikian juga anak angkat dan orangtua angkat disamakan


kedudukannya sebagai ahliwaris sah apabila telah mendapat putusan
dari pengadilan Negeri atau instansi berwenang lainnya

Prosedur Santunan
1. CARA MEMPEROLEH SANTUNAN

Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat

Mengisi formulir pengajuan dengan melampirkan :


o Keterangan kecelakaan Lalu Lintas dari Kepolisian dan atau dari
instansi berwenang lainnya.
o Keterangan kesehatan dari dokter / RS yang merawat.
o KTP / Identitas korban / ahli waris korban.
o Formulir pengajuan diberikan Jasa Raharja secara cuma-cuma

2. BUKTI LAIN YANG DIPERLUKAN

Dalam hal korban luka.luka


o Kuitansi biaya rawatan dan pengobatan yang asli dan sah.

Dalam hal korban meninggal dunia


o Surat kartu keluarga / surat nikah ( bagi yang sudah menikah )

3. KETENTUAN LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN

Jenis Santunan
o Santunan berupa penggantian biaya rawatan dan pengobatan
(sesuai ketentuan)
o Santunan kematian
o Santunan cacat tetap

Ahli Waris
o Janda atau dudanya yang sah.
o Anak-anaknya yang sah.
o Orang tuanya yang sah

Kadaluarsa
Hak santunan menjadi gugur / kadaluwarsa jika :
o Permintaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 bulan setelah
terjadinya kecelakaan.
o Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah hak
dimaksud disetujui oleh jasa raharja.

Jumlah Santunan
Besarnya santunan UU No 33 & 34 tahun 1964, ditetapkan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No
36/PMK.010/2008dan 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008
Jenis Santunan

Angkutan Umum
Darat/Laut

Udara

Meninggal Dunia

Rp.25.000.000,-

Rp.50.000.000,-

Catat Tetap (maksimal)

Rp.25.000.000,-

Rp.50.000.000,-

Biaya Rawatan (maksimal)

Rp.10.000.000,-

Rp.25.000.000,-

Biaya Penguburan

Rp.2.000.000,-

Rp.2.000.000,-

Sistem Pembayaran Premi


Dasar Hukum Pelaksanaan

UU No.33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan


Penumpang jo. PP No.17 Tahun 1965 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.

UU No.34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan jo.
PP No.18 Tahun 1965 tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan.

Pembayaran Premi dalam program asuransi kecelakaan pada PT Jasa


Raharja dikenal dengan 2 (dua) bentuk yaitu Iuran Wajib (IW) dan
Sumbangan Wajib (SW).

Iuran Wajib dikutip atau dikenakan kepada penumpang alat


transportasi umum seperti kereta api, pesawat terbang, bus dan
sebagainya (pasal 3 (1) a UU No.33/1964 jo pasal 2 (1) PP No.17/1965).
Sedangkan khusus penumpang kendaraan bermotor umum di dalam
kota dan Kereta Api jarak pendek (kurang dari 50 km) dibebaskan dari
pembayaran iuran wajib tersebut

Sumbangan Wajib dikutip atau dikenakan kepada pemilik/pengusaha


kendaraan bermotor (pasal 2 (1) UU No.34/1964 jo pasal 2 (1)
PP No.18/1965).

Untuk Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan


Santunannya di atur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Untuk Iuran Wajib dan santunannya diatur berdasarkan Peraturan


Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan
dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang
Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau,
Ferry/Penyeberangan, Laut dan Udara.

Iuran Wajib
Setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum
membayarkan iuran wajib yang disatukan dengan ongkos angkut pada
saat membeli karcis atau membayar tarif angkutan dan pengutipan ini
dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola) alat transportasi
tersebut

Sumbangan Wajib
Pembayaran SW dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor
Samsat pada saat pendaftaran atau perpanjangan STNK

Besaran Premi dan santunan

Untuk Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan


Santunannya di atur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Untuk Iuran Wajib dan santunannya diatur berdasarkan Peraturan


Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan
dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang
Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau,
Ferry/Penyeberangan, Laut dan Udara.

Iuran Wajib
Setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum
membayarkan iuran wajib yang disatukan dengan ongkos angkut pada
saat membeli karcis atau membayar tarif angkutan dan pengutipan ini
dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola) alat transportasi
tersebut

Sumbangan Wajib
Pembayaran SW dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor
Samsat pada saat pendaftaran atau perpanjangan STNK

Teknis Pengutipan Premi

Iuran Wajib
Setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum
membayarkan iuran wajib yang disatukan dengan ongkos angkut pada
saat membeli karcis atau membayar tarif angkutan dan pengutipan ini
dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola) alat transportasi
tersebut

Sumbangan Wajib
Pembayaran SW dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor
Samsat pada saat pendaftaran atau perpanjangan STNK

También podría gustarte