Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dibagi menjadi dua
yaitu mikosis profunda dan superfisialis, dimana angka kejadian mikosis superfisialis lebih
tinggi terjadi karena dapat menyerang masyarakat secara luas.
Mikosis superfisialis dibagi menjadi dua yaitu dermatofitosis dan nondermatofitosis.
Dermatofitosis adalah penyakit yang mengandung zat tanduk misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.
Beberapa mikosis superfisialis dermatofita sering ditemukan di kehidupan sehari-hari
misalnya tinea korporis, tinea cruris, tinea kapitis, tinea pedis et manum, tinea barbe dan tinea
unguiu. Tetapi diantaranya terdapat juga tinea yang jarang sekali ditemukan dan memiliki
bentuk khusus misalnya tinea imbrikata. Tinea imbrikata merupakan infeksi jamur superfisial
yang menyerang kulit dengan gambaran khas berupa skuama kasar yang tersusun konsentris
sehingga tampak seperti atap genting.
Tinea Imbrikata merupakan penyakit tropis yang ditemukan di pulau-pulau Pasifik
dan Oceania, Asia Timur dan Tengah, Meksiko, Amerika Tengah dan Selatan yang biasanya
menyerang populasi suku terasing. Penyakit ini mempunyai gambaran morfologi khas berupa
papuloskuamosa yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran konsentris. Penyakit ini pertama
kali dilaporkan di Filipina tepatnya di pulau Mindanao pada tahun 1789 oleh Dampier.
Penyakit Tinea Imbrikata di Indonesia sendiri ditemukan tersebar endemis, seperti
yang terlihat di Kalimantan pada suku Dayak, pada suku Sakai di Sumatera Tengah, suku
Papua di Irian dan sebagainya. di Indonesia pada tahun 1970-an pernah ada dilaporkan kasus
tinea
yang mana
ditemukan
Penyakit ini sering dikaitkan dengan hygine yang buruk yang sering terjadi didaerah
pedalaman tertentu. Tetapi beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh genetik yang
berperan dalam terjadinya penyakit ini mengingat bahwa ternyata hanya orang-orang tertentu
saja dalam satu keluarga yang bisa terkena.
2|tinea imbrikata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tinea imbrikata disebut juga Tokelau ringworm, chimber, grill, and roa adalah
dermatofitosis kronik rekuren dan merupakan bentuk khas dari tinea korporis yang
disebabkan oleh Trychophyton concentricum.
Penyakit ini merupakan infeksi jamur superficial yang jarang dan menyerang kulit
dengan gambaran khas berupa skuama kasar yang tersusun konsentris sehingga tampak
seperti atap genting.
ETIOLOGI
Tinea imbrikata disebabkan oleh Trychophyton concentricum yang merupakan
dermatofit antropofilik yang pertumbuhannya lambat dan menyebabkan penyakit kulit kronis,
luas, non inflamasi. Pada trichophyton secara mikroskopis terlihat hifa bersepta/bersekat, hifa
spiral, ditemukan makrokonidia berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari 6-12 sel juga
ditemukan mikrokonidia seperti tetes air. Sedangkan secara makroskopis ditemukan koloni
kasar beserbuk/radier pada bagian tengah menonjol.
Trychophyton concentricum terutama terlihat pada individu ras atau penduduk asli
yang berada dalam kondisi primitive terpencil dan sering dikaitkan dengan hygine yang
buruk.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya peran genetic yang terlibat dalam infeksi ini
dimana meskipun dengan kontak erat yang berkepanjangan dan hidup secara bersamaan,
hanya penduduk atau individu yang tertentulah yang dapat terserang penyakit ini. Modus
yang tepat dari keturunan belum diketahui.
3|tinea imbrikata
EPIDEMIOLOGI
-
Penyakit ini dapat mnyerang semua umur tetapi lebih sering menyerang orang
dewasa.
Tersebar endemik di beberapa pulau seperti Pacifik selatan and Oceania (misalnya
Papua New Guinea, Mindanao, Malaysia, Fiji, Samoa, Borneo, Indonesia, New
Zealand, pulau Tokelau). Di indonesia di temui di Kalimantan , Sulawesi, Irian Barat,
Kepulauan Aru dan Kei dan Sulawesi Tengah, juga di Pulau Jawa.
4|tinea imbrikata
PATOGENESIS
Transmisi dermatofit ke manusia dapat melalui 3 sumber, masing-masing memberikan
gambaran tipikal. Karena dermatofit tidak memiliki virulensi secara khusus dan khas hanya
menginvasi bagian luar stratum korneum dari kulit. Lingkungan kulit yang sesuai merupakan
factor penting dalam perkembangan klinis dermatofitosis. Infeksi alami disebabkan oleh
deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan kulit yang mudah dimasuki dan umumnya
tinggal distratum korneum, dengan bantuan panas, kelembapan dan kondisi lain yang
mendukung seperti trauma, keringat yang berlebih dan juga maserasi.
Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperature dan keringat
sehingga mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak
langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat
dan lain-lain. Infeksi dimulai dari terjadinya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan difusi
ke dalam jaringan epidermis dan merusak keratinosit.
Setelah masa inkubasi sekitar 1-3 minggu respon jaringan terhadap infeksi semakin
jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasi bagian perifer kulit. Respon
terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan meningkatkan proses proliferasi sel epidermis dan
menghasilkan skuama. Banyak individu dalam populasi yang terinfeksi menunjukkan agen Tcell spesifik yg hiporeaktif dari jamur.
Itu juga telah mengansumsikan bahwa kerentanan dalam populasi ini dapat
diwariskan sebagai sifat resesif autosomal. Pada masa inkubasi dermatofit tumbuh dalam
stratum korneum,
kadang-kadang
disertai
dermatofit pada kulit yang normal dapat diketahui dengan pemeriksaan KOH atau kultur.
5|tinea imbrikata
GEJALA KLINIS
Tinea Imbrikata biasanya menyerang seluruh permukaan kulit berupa lingkaranlingkaran yang bersisik kasar dan tampak menyerupai lingkaran-lingkaran bermata satu
(polisiklik). Sisik sisik melingkar yang satu menutup yang lain seperti lapisan genting,
dapat disertai perasaan yang sangat gatal.
Efloresensi/sifat- : Makula berwarna seperti kulit normal, ber-sifatnya bentuk
lingkaran dan ditutupi sisik-sisik kasar, atau beberapa lingkaran dapat mcnyalu (polisiklis);
skuama saling menindih seperti susunan atap genting
6|tinea imbrikata
7|tinea imbrikata
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan KOH 10- 20%
Denga cara pemeriksaan sedian langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 10%,
dipanaskan sebentar tidak sampai mendidih.
Hasil : Hifa yaitu double counture (dua garis lurus sejajar dan transparan), dikotomi
(percabangan dua) dan bersepta, antrokonidia (deretan spora diujung hifa).
Catatan : KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong.
2. Kultur
a. Dengan media Sabourauds Dextrose Agar (SDA) + khloramfenikol +
sikloheksimid (Actidion)
Hasil : Mycobiotik, Mycosel, tumbuh rata-rata 10-14 hari
b. Biakan skuama pada media Sabourauds Dextrose Agar (SDA)
Hasil : Koloniragi
DIAGNOSIS
Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dan lokasinya atau
pemeriksaan sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 10-20%, dipanasi sebentar
tidak sampai mendidih. Dapat ditemukan hifa yaitu double counture (dua garis lurus sejajar
dan transparan), dikotomi (bercabang dua) dan bersepta. Antrokonidia yaitu deretan spora di
ujung hifa. KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong. Kultur dilakukan
dengan media sabourauds dextrose agar (SDA) + khloramfenikol + sikloheksimid
( Actidion) ; mycobiotik, mycosel, tumbuh rata-rata 10-14 hari. Biakan skuama pada media
sabourauds dextrose agar menghasilkan koloniragi.
DIAGNOSIS BANDING
Tinea imbrikata merupakan varian dari tinea korporis. Gejala klinisnya sulit
dibedakan dengan beberapa kelainan kulit yang lainnya, antara lain dermatitis kontak,
8|tinea imbrikata
dermatitis seboroik, dan psoriasis. Untuk alasan ini, tes laboratorium sebaiknya dilakukan.
Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai tineakorporis, biasanya
dapat terlihat pada tempat-tempat predileksinya, misalnya dikulit kepala, lipatan-lipatan kulit
yaitu belakang telinga, nasolabial, dan sebagainya.
Psoriaris dapat dikenal dari kelainan kulit yang mempunyai tempat predileksi yaitu di
daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung. Pemeriksaan laboratoriumlah yang
dapat memastikan diagnosisnya.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan Sistemik :
Griseofulvin dengan dosis 500 mg sehari selama 4 minggu sering terjadi kambuh
setelah pengobatan, sehingga memerlukan pengobatan ulang yang lebih lama.
Obat sistemik yang lain adalah ketokonazol 200 mg sehari, itrakonazol 100 mg sehari, dan
terbifanin 250 mg sehari selama 4 minggu
Pengobatan topical tidak begitu efektif karena daerah yang terserang luas. Dapat
diberikan preparat yang mengandung
whitfield, castellani paint, atau campuran salisilat 5 % dan sulfur presipitatum 5 %, serta
obat-obat antimikotik berspektrum luas.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan badan serta lingkungan.
Keadaan yang lembab dan panas dapat mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Oleh karena
itu hindari mengenakan pakaian yang tidak menyerap keringat. Selain itu, mandilah secara
teratur menggunakan sabun antiseptik
PROGNOSA
Sering kali resisten terhadap pengobatan dan sering kambuh.
9|tinea imbrikata
LAPORAN KASUS
10 | t i n e a i m b r i k a t a
Telah datang pasien laki-laki bernama Wirasono usia 30 tahun, pekerjaan buruh, suku
jawa beragama islam ke poliklinik kulit dan kelamin RSPM tanggal 21 maret 2014. Pasien
datang dengan keluhan utama yaitu kulit yang menyerupai sisik yang beralur seperti batik
sejak 20 tahun yang lalu. Awalnya timbul kemerahan dipaha lalu digaruk sehingga timbul
bintil-bintil dan lama kelamaan mengenai seluruh tubuh kulit pasien setelah itu muncul sisik
seperti yang dikeluhkan pasien tersebut. Pasien mengaku gatalnya lebih terasa jika
berkeringat namun hilang setelah keringatnya kering. Os mengaku berobat kampung dan ada
perbaikan. Namun jika pasien kembali bekerja dan berkeringat maka gatalnya kembali terasa.
Os juga mengaku gatal yang dirasakan sekarang tidak separah waktu pertama kali os
terserang penyakit ini.
Karena sisik putih yang berada ditubuhnya semakin banyak dan gatal maka os memutuskan
untuk datang berobat ke poli kulit dan kelamin RSUPM. Riwayat penyakit keluaga tidak
dijumpai, riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai, riwayat pemakaian obat kampung (+).
Dari pemeriksaan fisik, didapati keadaan umum dan status gizi baik, pada pemeriksaan
dermatologi dijumpai ruam primer berupa makula eritema.,sementara ruam sekunder berupa
skuama seperti tato/ batik diseluruh tubuh . Telah dilakukan pemeriksaan KOH 10% dengan
hasil spora dan hifa negatif. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik ,pemeriksaan
dermatologis,maka diagnosis sementara pada pasien ini adalah tinea imbrikata penatalaksaan
dari pasien terdiri dari penatalaksanaan umum dan khusus.
DISKUSI
11 | t i n e a i m b r i k a t a
Keluhan Utama
KASUS
KEPUSTAKAAN
: Kulit bersisik disertai rasa gatal Tinea Imbrikata biasanya
dialami OS di seluruh tubuh sejak menyerang
20 tahun yang lalu
seluruh
permukaan
kulit
berupa
lingkaran-lingkaran
yang
lingkaranbermata
satu
(polisiklik)
Umumnya generalisata.
: Generalisata
Ruam
kulit
sifatnya bentuk
normal,
berlingkaran
saling
menindih
susunan
atap
: KOH 10 %
genting.
1. Pemeriksaan KOH 10%
Hifa (-)
Spora (-)
sedian langsung
kerokan
dan
dikotomi
dua)
transparan),
(percabangan
dan
bersepta,
diagnosis
DIAGNOSA BANDING
1. Tinea imbrikata
2. Psoriasis
3. Dermatitis Seboroik
klinisnya
sulit
lain
dermatitis
tes
laboratorium
sebaiknya
dilakukan.
Kelainan
kulit
pada
menyerupai
tineakorporis,
biasanya
predileksinya,
misalnya
dikulit
kepala,
telinga,
dapat
dan
punggung.
Pemeriksaan
laboratoriumlah yang dapat
memastikan diagnosisnya.
DIAGNOSA SEMENTARA
: TINEA IMBRIKATA
14 | t i n e a i m b r i k a t a
PENATALAKSANAAN
UMUM
keringat
Mandi secara teratur
Jangan
menggunakan
dapat
mempengaruhi
KHUSUS
Sistemik
a. Griseofulvin
mg/hari
500 mg sehari selama 4
minggu
kambuh
sering
terjadi
setelah
pengobatan,
sehingga
Topikal
a. Mikonazol 2%
memerlukan
pengobatan
b. Ketokonazol 2 %
Gunakan 2x sehari selama 1 3
ulang yang lebih lama
minggu
Obat sistemik yang lain
adalah ketokonazol 200 mg
15 | t i n e a i m b r i k a t a
preparat
mengandung
kuat
yang
keratolitik
dan
antimikotik,
paint,
atau
berspektrum luas.
Sering
kali
sering kambuh.
resisten
16 | t i n e a i m b r i k a t a
17 | t i n e a i m b r i k a t a
BAB III
KESIMPULAN
Tinea imbrikata disebut juga Tokelau ringworm, chimber, grill, and roa adalah
dermatofitosis kronik rekuren dan merupakan bentuk khas dari tinea korporis yang
disebabkan oleh Trychophyton concentricum.
Penyakit ini merupakan infeksi jamur superficial yang jarang dan menyerang kulit
dengan gambaran khas berupa skuama kasar yang tersusun konsentris sehingga tampak
seperti atap genting.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan badan serta lingkungan.
Keadaan yang lembab dan panas dapat mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Oleh karena
itu hindari mengenakan pakaian yang tidak menyerap keringat. Selain itu, mandilah secara
teratur menggunakan sabun antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA
18 | t i n e a i m b r i k a t a
Budi Mulja, Unandar. Mikosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi kelima.
FK UI. 2007 ; 92-95
Prof.Dr.R.S. Siregar, Sp.KK (K). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit ; Penyakit
Jamur. EGC. 2013 ; 20- 23
Satter, Elizabeth. K. Tinea Imbricata. Continuing Medical Education Volume 8. 2009.
(Diakses : 26 Maret 2014. Tersedia di www.jfponline.com)
Benedict, Lamuel & Dofitas, Belen. Tinea Imbricata : Case Series on Three Patients
in Sarangani, Philippines. Acta Medica Philippina Volume 44 No 3. 2010. (Diakses : 26
Maret 2014. Tersedia di : actamedicaphilippina.com.ph)
Norton, Scott. Tokelau on Naboo. BMJ Volume 321. 2000. (Diakses : 26 Maret 2014.
Tersedia di www.researchgate.net)
Rohmawati, Indah. Tinea Imbrikata. FK Universitas Malahayati. Batam. 2013
19 | t i n e a i m b r i k a t a