Está en la página 1de 17

Pengertian

Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal.
Sinus merupakan suatu rongga/ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membrane
mukosa. (Charlene, 2000, hal 27)
Sinusitis adalah radang sinus paranasal, bila terjadi pada beberapa sinus, disebut
multisinusitis, sedangkan bila mengenai seluruhnya disebut pansinusitis. (Mansyoer, 2000, hal
102)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. (Arjatmo, 1999, hal 133)
Post operasi sinusitis adalah suatu insisi pada bagian fosa kanina, lateral hidung, jaringan
lunak, dan periostium termasuk sakus lakrimalis dan kantus media dielevasi yang mengangkat
sepotong

tulang

dinding

dan

sel

udara

yang

sakit.

(George,

2002,

hal

251)

2. Etiologi
Penyebabnya dapat virus, atau jamur. Menurut Glueckman, kuman penyebab sinusitis
akut tersering adalah Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenze yang ditemukan pada
70% kasus. Dapat disebabkan rhinitis akut : infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis,
tonsillitis akut, infeksi gigi molar M1, M2, M3, atas, serta premolar P1, P2, : berenang dan
menyelam : trauma dan barotraumas. Factor predisposisi mekanik, seperti devisi septum, beda
asing di hidung, tumor, atau polip. Juga rhinitis alergi, rhinitis kronk, polusi lingkungan, udara
dingin dan kering. (Mansyoer 2000, hal 102)
3. Patofisiologi
Untuk memahami bagaimana terjadinya sinusitis bakterialis, harus diketahui bahwa
biasanya ada factor-faktor predisposisi. Sewaktu mengobati penderita sinusitis, coba mencari
adanya factor-faktor predisposisi, local, regional atau sistemik. Setiap infeksi traktus
resipiratorius atas (rhinitis virus atau common cold) biasanya mengenai mukosa sinus, karena
epitel sinus merupakan epithelium kuboid bertingkat bersilia yang mirip dengan epithelium
kolumner bertingkat pada hidung.
Sebab-sebab local : sebab-sebab local sinusitis supurative mencakup patologi septum nasi,
edema yang terjadi sekunder akibat infeksi traktus respiratorius atas serta menimbulkan obstruksi
ostium sinus dan memungkinkan bakteri, baik flora setempat atau bakteri lain, masuk dan
mengkomplikasikan infeksi traktus respiratorius dapat menjadi predisposisi sinusitis supurativ.
Diathesis alegrgika, barotraumas, polip nasi, benda-benda asing seperti tampon, rinolith, material

yang terinfeksi seperti air terinfeksi yang berkontak selama berenang atau menyelam
menyebabkan gangguan intranasal local yang lazim, yang menjadi factor prdisposisi bagi
berkembangnya bakterialis.
Factor-faktor predisposisi regional : munngkin factor terlazim yang mempredisposisi untuk
berkembangnya sinusitis, secara khusus sinusitis maksilaris, meliputi gigi geligi yang buruk,
karies gigi atau abses apical. Gigi-gigi premolar atau molar atas yang tersering karea gigi geligi
tersebut di dekat dasar sinus maksilaris.
Factor-faktor sistemik
Mencakup keadaan umum yang lemah seperti mal nutrisi, diabetes yang tidak terkontrol, terapi
steroid jangka lama, diskrasia darah, kemoterapi dan keadaan deplesi metabolism lainnya.
(Petrus, 1999, hal 230)
4. Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic.
Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi
akut.
Komplikasi yang dapat terjadi ialah :
a) Osteomielitis dan abses subperiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya
ditemukan pada anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
b) Kelainan otbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang
paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi
terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat ditimbulkan ialah edem
palpera, selulitis orbita, abses subperiotal, abses orbita, dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis
sinus kavernosus.
c) Kelainan intracranial, seperti meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan
thrombosis sinus kavernosus.
d) Kelainan paru, seperti bronchitis kvronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal
disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Disamping itu dapat timbul asma
bronchial. (Arjatmo, 1999, hal 141).
5. Manifestasi Klinis
Dari anamnesis biasanya didahulu oleh infeksi saluran pernapasan atas (terutama pada
anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih 7 hari. Gejala subjektif terbagi atas gejala
sistemik, yaitu demam dan rasa lesu, serta gejala local, yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang
kadang berbau dan mengalir ke nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih

berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain.
Pada sinusitis maksila, nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus,
hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan didepan telinga. Pada sinusitis etmoid,
nyeri di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bola mata atau belakangnya,
terutama bila mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis. Pada sinusitis frontal, nyeri terlokslisasi di
dahi atau di seluruh kepala. Pada sinusitis sphenoid, rasa nyeri di vertex, oksipital, retro orbital,
dan di sphenoid. Gejala objektif, tampak pembengkakan di daerah muka. Pada sinusitis maksila
terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata
atas, pada sinusitis etmoid jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi. Pada rinoskopi anterior
tampak mukosa konka hiperemisis dan edema. Pada sinusitis maksila, frontal, dan etmoid
anterior tampak mukopus di meatus medius. Pada sinusitis etmoid posterior dan pada sphenoid,
tampak nanah keluar dari meatus superior. (Mansyoer, 2000. Hal 102)
6. Penatalaksanaan/Therapi
Penatalaksanaan sinusitis berupa bedah minor, pembedahan di poliklinik atau intervensi
di ruangan operasi. Penatalaksanaan pembedahan harus dipertimbangkan untuk mempermudah
drainase sinus yang terkena serta mengeluarkan mukosa yang sakit. Hal ini diperlukan bila
terancam komplikasi, untuk menghilangkan nyeri hebat dan bila pasien tidak berespon terhadap
terapi medis. Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotic selama 10-14 hari, namun dapat
diperpanjang sampai semua gejala hilang. Pemilihannya hamper selalu empiric karena kultur
nasal tidak dapat diandalkan dan aspirasi sinus maksila merupakan kontra indkasi. Jenis
amoksilin,

ampisilin,

eritromisin,

sefaklor

moohidrat,

asetil

sefuroksium,

trimenetopiumsulfametoksazol, amoksilin asam klavikulanat, dan klaritromisin telah terbukti


secraklinis. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis, diganti dengan antibiotic untuk
kuman yang menghasilkan betalaktamase, yaitu amoksilin atau ampisilin dikombinasi dengan
asam klavulnat. Diberikan pula dekongestan untuk memperlancar drainase sinus. Dapat
diberikan sistemik maupun topical. Khusus yang topical harus dibatasi selama 5 hari untuk
menghindari terjadinya rhinitis medikamentosa. Dekongenstan sistemik yang sering digunakan
hanya dua jenis, yaitu pseudoefedrin dan fenilpropanolamin. efek sampingnya adalah stimulasi
susunan saraf pusat dan kardiovaskular. Serta peningkatan tekanan darah pada pasien dengan
hiprtensi yang labil. Sebaiknya jangan diberikan sebagai dosis malam hari dan kurangi dosis
beberapa jam sebelum tidur. Pemberian antihistamin pada sinusitis akut purulen tidak dianjurkan.
Karena merupakan penyakit infeksi dan dapat menyebabkan secret menjadi kental dan
menghambat drainasessinus. Bila perlu,diberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri,

mukolitik untuk mengencerkan secret, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan
fibrin. (Mansyoer, 2000. Hal 102)
B. Asuhan Keperawatan
Menurut Doengoes, (2000, hal 900-919) pengkajian, diagnosa keperawatan dan perencanaan
pada pasien dengan post operasi sinusitis adalah sebagai berikut :
Dasar data pengkajian pasien.
Data tergantung pada durasi/keparahan dari masalah-masalah dasar dan keikutsertaan dari
system tubuh lainnya. Mengacu kepada rencana khusus perawatan untuk data dan studi diagnosa
yang relevan dengan prosedur dan diagnosa keperawatan tambahan.
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vaskuler perifer, atau stasis
vaskuler (peningkatan risiko pembentukan thrombus)
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apati. Factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat beristirahat ketegangan/peka rangsang. Stimulasi
simpatis.
c.

Makanan/Cairan

Gejala : infusiensi pancreas/DM (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosi), malnutrisi


(termasuk obesitas). Membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukan/periode puasa
praoperasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan. Defisiensi imun
(peningkatan risiko infeksi sistemik dan penundaan penyembuhan). Munculnya kanker/terapi
kanker terbaru. Riwayat keluarga tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi. Riwayat penyakit
hepatic (efek dari detokfikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi). Riwayat transfusi
darah/reaksi transfusi. Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan, demam.
f. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glikosid,
antidisritmia. Bronkodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau

tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol.
(resiko akan kerusakan ginjal yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anestesi dan juga
potensial bagi penarikan diri pascaoperasi).
g. Pemeriksaan Diagnostik
Kebutuhan praoperasi general mungkin meliputi : Urinalisis, JDL, PT, PTT, sinar x dada. Studistudi lainnya bergantung pada tipe prosedur operasi, medikasi saat ini. Urinalisis : Munculnya
SDM atau bakteri yang mengindikasikan infeksi. Tes kehamilan : hasil positif akan
mempengaruhi waktu prosedur dan pilihan zat-zat farmakologis. JDL : peningkatan JDL adalah
indikasi dari proses inflamasi, penurunan JDL dapat mengarah kepada proses-proses viral.
Elektrolit : Ketidakseimbangan akan mengganggu fungsi organ. GDA : Mengevaluasi status
pernapasan terakhir.
h. Prioritas Keperawatan
1. Mengurangi ansietas dan trauma emosianal
2. Menyediakan keamanan fisik.
3. Mencegah komplikasi.
4. Meredakan rasa sakit
5. Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
6. Menyediakan informasi mengenai proses penyakit/prosedur pembedahan, prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
i.

Tujuan Pemulangan
1. Pasien menghadapi situasi ada secara realities
2. Cedera dicegah
3. Komplikasi dicegah/diminimalkan
4. Rasa sakit dihilangkan/dikontrol
5. Luka sembuh/fungsi organ berkembang kea rah normal.

6. Proses penyakit/prosedur pembedahan, prognosis, dan regimen terapetik dipahami.


2. Diagnosa dan Perencanaan
Menurut Doengoes, (2000), diagnosa keperawatan dan perencanaan pada pasien dengan post
op sinusitis adalah sebagai berikut :
1. Tidak efektif pola nafas dapat dihubungkan dengan neuromuscular, ketidakseimbangan
perceptual/kognitif. peningkatan ekspansi paru, energy, obstruksi trakeobronkial. Kemungkinan
dibuktikan oleh perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan. Pengurangan kapasitas

vital, apnea, sianosis, pernapasan yang gaduh. Tujuan :Perubahan pada frekuensi dan
kedalaman pernapasan, pengurangan kapasitas vital. Kriteria Hasil : Menetapkan pola
napas yang normal/efektif dari bebas sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepda, hiperekstensi, aliran udara faringeal
oral. Rasional : mencegah obstruksi jalan nafas. Auskultasi suara pernapasan. Dengarkan
adanya

kumur-kumur,

mengi,

crow,

dan/atau

keheningan

setelah

ekstubasi. Rasional : kurangnya suara napas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mucus
atau lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun penghisapan. Berkurangnya
suara pernapasan diperkirakan telah terjadinya atelektasis. Suara mengi menunjukkan adanya
spasme bronkus. Dimana suara crowg dan diam menggambarkan spasme laring parsial sampai
total. Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan,
perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran
udara. Rasional : dilakukan untuk memastikan efektifitas pernapasan sehingga upaya
memperbaiki dapat segera dilakukan. Pantau tanda-tanda vital secara terus menerus. Rasional :
Meningkatkan pernapasan, takikardia, dan/atau bradikardia menunjukkan kemungkinan
terjadinya hipoksia. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan
pernapasan dan jenis pembedahan. Rasional : elevasi kepala dan posisi miring akan
mencegah terjadinya aspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada
lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma. Observasi pengembalian
fungsi otot, terutama otot-otot pernapasan. Rasional : setelah pemberian obat-obat selama
masa intraoperatif, pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada diafragma, otot-otot
abdominal, selanjutnya diikuti oleh otot-otot berukuran sedang abdominal, selanjutnya diikuti
oleh otot-otot berukuran sedang sepeti lidah, faring, otot-otot ekstensi dan fleksi dan diakhiri
oleh mata, mulut, wajah dan jari-jari tangan. Lakukan latihan nafas gerak sesegera mungkin pada
pasein yang reaktif dan lanjutan pada periode pascaoperasi. Rasional : ventilasi dalam aktif
membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, meningkatkan pengangkutan oksigen, membuang gas
anestesi : batuk membantu pengeluaran secret dari system pernapasan. Obsevasi terjadinya
somnolen yang berlebihan.Rasional : induksi arkotik akan menyebabkan terjadinya depresi
pernapasan. Kedua hal ini mungkin terjadi dan membentuk siklus yang memberikan pola depresi
dan keadaan darurat kembali. Selain itu, pentoral diabsorbsi dalam jaringan lemak dan dengan

pergerakan sirkulasi. Lakukan penghisapan lendir jika diperlukan. Rasional :obstruksi jalan
napas dapat terjadi karena adanya darah atau mucus dalam tenggorokan atau trakea.
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen sesuai diperlukan. Rasional : Dilakukan untuk meningkatkan atau
memaksimalkan pengambilan oksigen yang diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas
anestesi dan mendorong pengeluaran gas tersebut melalui zat-zat inhalasi. Berikan obat-obatan
IV seperti Nalokson (Narkan) atau Dokspram (Dopram). Rasional : Narkan akan mengubah
induksi

narkotik

yang

pernapasan.Rasional

menekan

: dilakukan

susunan

saraf

tergantung

pada

pusat.
penyebab

Berikan
depresi

alat

bantu

pernapasan.

Berikan/pertahankan alat bantu pernapasan (ventilator). Rasional : Dilakukan tergantung pada


penyebab depresi pernapasan atau jenis pembedahan selang endotrakeal mungkin tetap pada
tempat dan penggunaan mesin pernapasan dipertahankan untuk jangka waktu tertentu. Bantu
dalam menggunakan alat bantu pernapasan lainnya.Rasional : latihan pernapasan maksimal
akan menurunkan terjadinya atelektasis dan infeksi.
2. Perubahan persepsi/sensori : (uraikan/proses pikeir) dapat dihubungkan dengan perubahan
kimia, penggunaan obat-obatan farmasi, hipoksia, lingkungan teurapetik yang terbatas, stimulus
sensori yang berlenihan, stress fisiologis. Kemungkinan dibuktikan oleh : Disorientasi terhadap
orang. Tempat, waktu, perubahan dalam memberikan respon terhadap stimulus. Gangguan
kemampuan berkonsentrasi, membuat alasan, dan menentukan keputusan, kegagalan koordinasi
motorik. Tujuan

: meningkatkan

tingkat

kesadaran. Kriteria

Hasil

: Mengenali

keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai kebutuhan.


Intervensi/Rasional
Mandiri
Orientasi kembali pasien secara terus menerus setelah keluar dari pengaruh anestesi, nyatakan
bahwa operasi telah selesai dilakukan.Rasional

: karena pasien telah meningkat

kesadarannya, maka dukungan dan jaminan akan membantu menghilangkan ansietas. Bicara
pada pasien dengan suara jelas dan normal tanpa membentak.Rasional : tidak dapat
ditentukan kapan pasien akan sadar penuh. Evaluasi sensasi/pergerakan ekstremitas dan batang
tenggorokan yangs esuai. Rasional : pengembalian fungsi setelah dilakukan blok saraf spinal
atau local yang bergantung pada jenis atau junlah obat yang digunakan lamanya prosedur
dilakukan.

Gunakan

bantalan

pada

tepi

tempat

tidur,

lakukan

pengikatan

jika

perlu. Rasional :berikan keamanan pada pasien selama tahap darurat, mencegah terjadinya
cedera pada kepala dan ekstremtad bila pasien melakukan perlawanan selama masa disorientasi.

Periksa

aliran

infuse,

selan

endotrakeal,

kateter,

bila

dipasang

dan

pastikan

kepatenannya.Rasional : pada pasien yang mengalami disorientasi, mungkin akan terjadi


bendungan pada aliran infuse dan system pengeluaran lainnya, terlepas atau tertekuk.
Pertahankan lingkungn yang tenang dan nyaman. Rasional : stimulus eksternal seperti suara
bising, cahaya, sentuhan mungkin menyebabkan abrasi psikis keitak terjadi disorientasi obatobatan anestesi yang telah diberikan. Observasi akan adanya halusinasi, dilusi, depresi, atau
keadaan

berlebihan. Rasional

yang

: keadaan-keadaan

ini

mengikuti

trauma

dan

mengidentifikasikan adanya keadaan delirium. Pada pasien yang meminum alcohol secara
berlebihan diperkirakan akan mengalami delirium yang hebat Kaji kembali pengembalian
kemampuan

sensorik

dan

proses

berpikir

untuk

persiapan

pulang

sesuai

indikasi.Rasional : pasien yang mengalami pembedahan dan telah melakukan ambulasi harus
dapat merawat dirinya sendiri dengan bantuan orang yang dekat untuk mencegah terjadinya
perlukaan setelah pulang.
Kolaborasi
Pertahankan untuk tinggal di dalam ruang pascaoperasi sebelum pulang. Rasional : masa
disorientasi mungkin timbul dan orang yang dekat dengan pasien mungkin tidak akan dapat
menolong pasien apabila ini terjadi di rumah.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan
cairan secara oral (proses penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual). Hilangnya cairan tubuh
secara tidak normal seperti melalui kateter, selang, jalur normal seperti muntah. Pengeluaran
integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah. Usia dan berat
badan

yang

berlebihan. Tujuan

: Mendemostrasikan

keseimbangan

cairan

yang

adekuat. Criteria Hasil : Sebagaimana ditunjukan dengan adanya tanda-tanda vital stabil,
palpitasi denyut nadi dengan kualitas yang baik. Turgor kulit normal, membrane mukosa lembab,
dan pengeluaran urin individu yang sesuai.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal) tinjau
ulang catatan intraoperasi. Rasional :dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi

pengeluaran

cairan/kebutuhan

penggantian

dan

pilihan-piliha

yang

mempengaruhi intervensi. Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang
dilakukan. Rasional : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah

prosedur pada system genitourinarius dan/atau struktur yang berdekatan. Berikan bantuan
pengukuran berkemih sesuai kebutuhan, mis. Privasi, posisi duduk, air yang mengalir dalam bak,
mengalirkan air hangat perineum. Rasional : meningkatkan relaksasi otot perinieal dan
memudahkan upaya pengosongan. Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Hipotensi, takikardia,
peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan, mis, dehidrasi/hipovolemia. Catat
munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk jalanan. Rasional : wanita, pasien dengan
obesitas, dan mereka yang memiliki kecenderungan mabuk perjalanan penyakit memiliki risiko
mual/muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi. Periksa pembalut, alat drein
intervalreguler, kaji luka untuk terjadinya pembengkakan. Rasional :Perdarahan yang
berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan local mungkin
mengindikasikan

formasi

hematoma/perdarahan.

Pantau

suhu

kulit,

palpasi

denyut

perifer. Rasional : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.

Kolaborasi
Berikan cairan parental, produksi darah dan/atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan
kecepatan IV jika diperlukan. Rasional
didokumentasikan.

Pasang

kateter

: gantikan kehilangan cairan yang telah

urinarius

dengan

atau

tanpa

urimeter

sesuai

kebutuhan.Rasional : memberikan mekanisme untuk memantau pengeluaran urinarius secara


akurat.

Berikan

kembali

petunjuk. Rasional
gastrointestinal.

pemasukan

: pemasukan

Berikan

oral

antipiretik

oral

secara

bergantung

sesuai

berangsur-angsur

kepada

pengembalian

kebutuhan. Rasional

sesuai
fungsi

: menghilangkan

mual/muntah, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan pemasukan, membantu kehilangan


cairan. Pantau studi laboratorium. Misal, Hb, Ht. bandingkan tudi darah praoperasi dan
pascaoperasi.Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi. Anemia praoperasi dan/atau Ht
yang rendah dikombinasikan dengan kehilangan cairan memperburuk potensial deficit.
4. Nyeri (Akut) dapat dihubungkan dengan gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot,
trauma musculoskeletal/tulang. Munculnya saluran dan selang. Kemungkinan dibuktikan oleh
melaporkan rasa sakit, perubahan pada tonus otot, masker wajah rasa sakit, distraksi,
penjagaan/tingkah

laku

autonomic. Tujuan

protektif,

: mengatakan

pemfokuskan

diri,

pandangan

bahwa

sakit

telah

rasa

yang

sempti,respon

terkontrol/hilang. Kriteri

hasil : tampak santai. Dapat bersitirahat/tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensitifitas
idiosinkratik analgesic dan proses intraoperasi.Rasional : Pendekatan pada manajemen rasa
sakit pascaoperasi berdasarkan kepada factor-faktor variasi multiple. Ulangi rekaman
itraoperasi/ruang

penyembuhan

untuk

tipe

anestesi

dan

medikasi

yang

diberikan

sbelumnya. Rasional : munculnya narkotik dan droperidol pada system dapat menyebabkan
analgesia narkotik dimana pasien dibius dengan flothane dan ethane yang tidak memiliki efek
anelgesik residual. Evaluasi rasa sakit secara regular.Rasional : sediakan mengenai
kebutuhan/efektivitas intervensi. Catat munculnya rasa cemas. Rasional : perhatikan hal-hal
yang tidak diketahui mis hasil biopsi. Kaji tanda-tanda vital. Perhatikan Takikardia, hipertensi
dan

peningkatan

pernapasan,

bahkan

jika

pasien

menyangkal

adanya

rasa

sakit. Rasional : dapat mengidentifikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyaman. Kaji
penyebab

ketidaknyaman

yang

mungkin

selain

dari

prosedur

operasi.Rasional : ketidaknyaman mungkin disebabkan dengan penekanan pada kateter


indwelling yang tidak tetap, selang Ng, jalur parental. Lakukan resposisi sesuai petunjuk, mis
semi fowler, miring.Rasional : mungkin mengurangi rasa sakit dan meningktakan sirkulasi.
Posisi semi fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung atritis,
sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal. Dorong penggunaan tehnik relaksasi, misalnya
tehnik latihan nafas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.Rasional : lepaskan tegangan
emosional dan otot, tingkatkan perasaan control yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan
koping. Berikan perawatan oral regular. Rasional : mengurangi ketidaknyamanan yang
dihubungkan dengan membrane mukosa yang kering pada zat-zat anestesi, retriksi oral.
Observasi efek analgesic. Rasional : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik,
dan mungkin menimbulkan efek-efek sinergistik dengan zat-zat anestesi.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai petunjuk. Analgesic IV (setelah mengulangi catatan anestesi untuk
kontraindikasi dan atau/munculnya zat-zat yang dapat menyebabkan analgesia) menyediakan
analgesia setiap saat dengan dosis penyelamat yang intermiten. Rasional : analgesic IV
dengan

segera

mecapai

pusat

rasa

sakit.

Analgesic

dikontrol

pasien

(ADP). Rasional : penggunaan ADP mengharuskan instruksi secara detail pada metode

penggunaanya dan harus dipatanu secara ketat, namun dianggap sangat efektif mengatasi rasa
sakit pascaoperasi dengan jumlah narkotik yag lebih sedikit. Anestesi local, misalnya blok
epidural. Rasional : analgesic mungkin diinjeksikan kedalam lokasi operasi atau saraf ke
lokasi yang mungkin tetap terlindungi pada pascaoperasi yang segera untuk mencegah rasasakit.
5. Kerusakan jaringan integritas kulit dapat dihubungkan dengan interupsi mekanis pada
kulit/jaringan. Perubahan sirkulasi, efekefek yang ditimbulkan oleh medikasi : akumulasi drein,
perubahan status metabolism kemungkina dibuktikan oleh gangguan pada permukaan/lapisan
kulit

dan

jaringan. Tujuan

: mencapai

luka. Kriteria

penyembuhan

hasil : mendemonstrasikan tingkah laku/tehnik untuk menngkatkan kesembuhan dan untuk


mencegah komplikasi.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Beri penguatan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan tehnik aseptic yang
ketat. Rasional : lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi
cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi. Secara hati-hati lepaskan perekat(sesuai arah
pertumbuhan rambut) dan pembalut pada waktu yang ketat. Rasional : mengurangi resiko
trauma kulit dan gangguan pada luka. Gunakan sealant/barier kulit sebelum perekat jika
diperlukan. Gunakan perekat yang halus/silk (hipoalergik atau perekat Montgoumery) elastic
untuk

membalut

luka

yang

membutuhkan

pergantian

balutan

yang

sering. Rasional :menurunkan risiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan
perlindungan tambahan untuk kulit jaringan yang halus. Periksa tegangan balutan.beri perekat
pada pusat insisi menuju ke tepi luar dari balutan luka. Hindari menutup pada seluruh
ekstremitas. Rasional : dapat menganggu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus
bagian distal dari ekstremitas. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas
kulit. Rasional :pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/pengembagan
komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius. Kaji jumlah dan
karakteristik cairan luka. Rasional : menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari
proses

penyembuhan.

Pertahankan

ketepatan

saluran

pengeluaran

cairan

yang

berbau. Rasional : fasiltas dekat kantog luka, menurunkan resiko terjadinya infeksi dan
kecelakaaan secara kimiawi pada jaringa/kulit. Tinggikan daerah yang dioperasi sesuai
kebutuhan. Rasional

: meningkatkan

pengembalian

aliran

vena

dan

menurunkan

pembentukan edema. Tekan areal atau insisi abdominal dan dada dengan menggunakan bantal
selama batuk atau bergerak.Rasional : menetralisasi tekanan pada luka, meminimalkan risiko

terjadinya

rupture/dehisens.

Ingatkan

pasien

untuk

tidak

menyentuh

daerah

luka. Rasional : mencegah kontaminasi luka. Biarkan tarjadi kontak antara luka dengan udara
sesegera

mungkin

atau

tutup

denga

kasa

tipis/bantalan

telfa

sesuai

kebutuhan. Rasional : membantu mengeringkan luka dan menfasilitasi proses penyembuhan


luka. Pemberin cahaya mungkin diperlukan untuk mencegah iritasi bila tepi luka/sutura
bergesekan dengan pakaian linen. Bersihkan permukaan kulit dengan menggunakan hydrogen
peroksida

atau

dengan

air

mengalir

dan

sabun

lunak

setelah

daerah

insisi

ditutup. .Rasional : menurunkan kontaminasi kulit. Membantu dalam membersihkan eksudat.


Kolaborasi
Berikan es pada daerah luka jika dibutuhkan. Rasional :menurunkan pembentukan edema
yang mungkin menyebabkan tekanan yang tidak dapat diidentifikasi pada luka. Gunakan korset
pada abdominal bila dibutuhkan. Rasional : memberi pengencangan tambahan pada insisi
yang berisiko. Irigasi luka. Rasional :membuang jaringan nekrotik/luka.
6. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran vena, arteri,
hipovolemik. Tujuan :mendemonstrasikan adanya perfusi jaringan yang adekuat. Criteria
Hasil : tanda-tanda vital yang stabil, adanya denyut nadi perifer yang kuat, kulit hangat/kering.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Ubah posisi secara perlahan di tempat tidur dan pada saat pemindahan (terutama pada pasien
yang mendapatkan obat anestesi Fluothane). Rasional : mekanisme vasokontriksi ditekan dan
akan bergerak dengan cepat pada kondisi hipotensi. Bantu latihan rentang gerak meliputi latihan
aktif kaki dan lutut. Rasional : menstimulasi sirkulasi perifer, membantu mencegah
terjadinya vena stasis sehingga menurunkan resiko pembentukan trombus. Bantu dengan
ambulasi awal. Rasional : meningkatkan sirkulasi dan mengembalikan fungsi normal organ.
Cegah dengan menggunakan bantal yang di diletakakn ke bawah lutut. Ingatkan pasien agar
tidak menyilangkan kaki atau duduk dengan kaki tergantung lama.Rasional : mencegah
terjadinya sirkulasi vena statis menurunkan risiko tromboflebitis. Kaji ekstrenitas bagian bawah
sperti adanya eritema, tanda Homan positif. Rasional : sirkulasi mungkin harus dibatasi
untuk beberapa posisi selama proses operasi. Sementara itu obat-obatan anestesi dan menurunya
aktvitas dapat mengganggu tonusitas vasomotor, kemungkinan bendungan vaskuler dan
peningkatan pembentukan thrombus. Pantau tanda-tanda vital : palpasi denyut nadi perifer, catat
suhu/warna kulit dan pengisian kapiler. Evaluasi waktu dan pengeluaran cairan urin. Rasional
:merupakan indicator dari volume sirkulasi dan fungsi organ/perfusi jaringan yang adekuat.

Kolaborasi
Beri cairan IV/produk-produk sesuai kebutuhan. Rasional :mempertahankan volume
sirkulasi. Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Rasional : meningkatkan pengembalian aliran
dan mecegah aliran vena statis pada kaki untuk menurunkan risiko trombosisi.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi/kurang

mengenal

mengingat. Tujuan

sumber

penyakit,

:pengetahuan

klien

keterbatasan
dan

kognitif/pemajanan

keluarga

atau

betambah. Criteria

Hasil :Menuturkan pemahaman kondisi, efek prosedur dan pengobatan. dengan tepat
menunjukkan prosedur yang diperlukan menjelaskan alasan suatu tindakan. Memulai perubahan
gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam program perawatan.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Tinjau ulang pembedahan prosedur khusus yang dilakukan dengan harapan masa
depan. Rasional : sediakan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan. Tinjau
ulang dan minta pasien orang terdekat untuk menunjukkan perawatan luka/balutan jika
diindikasikan. Identifikasi sumber-sumber untuk persendian.Rasional

: meningkatkan

kompetensi perawatan diri dan meningkatkan kemandirian. Tinjaun ulang penghindaran factorfaktor

resiko,

misalnya

pemajanan

pada

lingkungan/orang

yang

terinfeksi. Rasional : Mengurangi potensial untuk infeksi yang diperoleh. Diskusikan terapi
obat-obatan,

meliputi

penggunaan

resep

dan

analgesic

yang

dijual

bebas. Rasional : meningkatkan kerja sama dengan regimen mengurangi resiko reaksi
merugikan/efek-efek yang tidak menguntungkan. Identifikaskan keterbatasan aktivitas
khusus. Rasional

: mencegah

regangan

yang

tidak

diingnkan

di

lokasi

operasi.

Rekomendasikan rencana/latihan progretif. Rasional : meningkatkan pengembalian ke fungsi


normal

dan

meningkatkan

perasaan

sehat.

Jadwalkan

periode

istirahat

adekuat. Rasional :mencegah kepenatan dan mengumpulkan enegri untuk kesembuhan.


mencegah kepenatan dan mengumpulkan energy untuk kesembuhan. Ulangi pentingnya diet
nutrisi dan pemasukan cairan adekuat.Rasional : sediakan elemen yang dibutuhkan untuk
regenerasi/penyembuhan jaringan dan mendukung perfusi jaringan dan fungsi organ. Dorong
penghentian merokok. Rasional :meningkatkan risiko infeksi pulmonal. Menyebabkan
vasokontriksi kapasitas penjepitan oksigen oleh darah, yang mengakibatkan selular dan potensial
penyimpangan penyembuhan. Identifikasi tanda-tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi
medical misalnya, mual/muntah, kesulitan dalam berkemih, demam drein luka yang

berlanjut/berbau, pembengkakan insisional, eritema atau pemisahan tepi, karakteristik rasa sakit
yang tidak terpecahnya komplikasi (misalnya ileus, retensi uirnarius, infeksi, penundaan atau
membahayakan jiwa. Tekankan pentingnya kunjungan lanjutan.Rasional : memantau
perkembangan penyembuhan dan engevaluasi keefektifan regimen. Libatkan orang terdekat
dalam

program

pengajaran.

Menyediakan

instruksi

tertulis/materi

pengajaran.Rasional : memberikan sumber-sumber tambahan untuk referensi setelah


penghentian. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia, misalnya perawatan di rumah, kunjungan
perawat, makana pada baki, terapi luar, nomor telepon untuk saling berhubunga dan bertanya dan
memberikan evaluasi tambahan pada kebutuhan yang sedang berjalan/perhatian baru.
3. Implementasi
Menurut Carpenito, (2000). Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi
kegiatan-kegiatan : 1. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan,
2. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan, 3. Mengetahui
komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul, 4. menentukan dan mempersiapkan
peralatan yang diperlukan, 5. mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang
akan dilaksanank, 6. mengidentifikasi aspekhukum dan etik terhadap resiko dari potensial
tindakan.
4. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannyasudah

berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Carpenito,
2000, Hal. 71)

Doenges,

M.

G.

Rencana

Asuhan

Keperawatan,

Edisi

EGC,

Jakarta

2000

Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan
Terapi

Rumah

sakit

Umum

Daerah

Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

dr

Soetom

FK

Unair,

Surabaya

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit
Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

También podría gustarte