Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal.
Sinus merupakan suatu rongga/ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membrane
mukosa. (Charlene, 2000, hal 27)
Sinusitis adalah radang sinus paranasal, bila terjadi pada beberapa sinus, disebut
multisinusitis, sedangkan bila mengenai seluruhnya disebut pansinusitis. (Mansyoer, 2000, hal
102)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. (Arjatmo, 1999, hal 133)
Post operasi sinusitis adalah suatu insisi pada bagian fosa kanina, lateral hidung, jaringan
lunak, dan periostium termasuk sakus lakrimalis dan kantus media dielevasi yang mengangkat
sepotong
tulang
dinding
dan
sel
udara
yang
sakit.
(George,
2002,
hal
251)
2. Etiologi
Penyebabnya dapat virus, atau jamur. Menurut Glueckman, kuman penyebab sinusitis
akut tersering adalah Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenze yang ditemukan pada
70% kasus. Dapat disebabkan rhinitis akut : infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis,
tonsillitis akut, infeksi gigi molar M1, M2, M3, atas, serta premolar P1, P2, : berenang dan
menyelam : trauma dan barotraumas. Factor predisposisi mekanik, seperti devisi septum, beda
asing di hidung, tumor, atau polip. Juga rhinitis alergi, rhinitis kronk, polusi lingkungan, udara
dingin dan kering. (Mansyoer 2000, hal 102)
3. Patofisiologi
Untuk memahami bagaimana terjadinya sinusitis bakterialis, harus diketahui bahwa
biasanya ada factor-faktor predisposisi. Sewaktu mengobati penderita sinusitis, coba mencari
adanya factor-faktor predisposisi, local, regional atau sistemik. Setiap infeksi traktus
resipiratorius atas (rhinitis virus atau common cold) biasanya mengenai mukosa sinus, karena
epitel sinus merupakan epithelium kuboid bertingkat bersilia yang mirip dengan epithelium
kolumner bertingkat pada hidung.
Sebab-sebab local : sebab-sebab local sinusitis supurative mencakup patologi septum nasi,
edema yang terjadi sekunder akibat infeksi traktus respiratorius atas serta menimbulkan obstruksi
ostium sinus dan memungkinkan bakteri, baik flora setempat atau bakteri lain, masuk dan
mengkomplikasikan infeksi traktus respiratorius dapat menjadi predisposisi sinusitis supurativ.
Diathesis alegrgika, barotraumas, polip nasi, benda-benda asing seperti tampon, rinolith, material
yang terinfeksi seperti air terinfeksi yang berkontak selama berenang atau menyelam
menyebabkan gangguan intranasal local yang lazim, yang menjadi factor prdisposisi bagi
berkembangnya bakterialis.
Factor-faktor predisposisi regional : munngkin factor terlazim yang mempredisposisi untuk
berkembangnya sinusitis, secara khusus sinusitis maksilaris, meliputi gigi geligi yang buruk,
karies gigi atau abses apical. Gigi-gigi premolar atau molar atas yang tersering karea gigi geligi
tersebut di dekat dasar sinus maksilaris.
Factor-faktor sistemik
Mencakup keadaan umum yang lemah seperti mal nutrisi, diabetes yang tidak terkontrol, terapi
steroid jangka lama, diskrasia darah, kemoterapi dan keadaan deplesi metabolism lainnya.
(Petrus, 1999, hal 230)
4. Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic.
Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi
akut.
Komplikasi yang dapat terjadi ialah :
a) Osteomielitis dan abses subperiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya
ditemukan pada anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
b) Kelainan otbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang
paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi
terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat ditimbulkan ialah edem
palpera, selulitis orbita, abses subperiotal, abses orbita, dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis
sinus kavernosus.
c) Kelainan intracranial, seperti meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan
thrombosis sinus kavernosus.
d) Kelainan paru, seperti bronchitis kvronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal
disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Disamping itu dapat timbul asma
bronchial. (Arjatmo, 1999, hal 141).
5. Manifestasi Klinis
Dari anamnesis biasanya didahulu oleh infeksi saluran pernapasan atas (terutama pada
anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih 7 hari. Gejala subjektif terbagi atas gejala
sistemik, yaitu demam dan rasa lesu, serta gejala local, yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang
kadang berbau dan mengalir ke nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih
berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain.
Pada sinusitis maksila, nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus,
hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan didepan telinga. Pada sinusitis etmoid,
nyeri di pangkal hidung dan kantus medius, kadang-kadang nyeri di bola mata atau belakangnya,
terutama bila mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis. Pada sinusitis frontal, nyeri terlokslisasi di
dahi atau di seluruh kepala. Pada sinusitis sphenoid, rasa nyeri di vertex, oksipital, retro orbital,
dan di sphenoid. Gejala objektif, tampak pembengkakan di daerah muka. Pada sinusitis maksila
terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata
atas, pada sinusitis etmoid jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi. Pada rinoskopi anterior
tampak mukosa konka hiperemisis dan edema. Pada sinusitis maksila, frontal, dan etmoid
anterior tampak mukopus di meatus medius. Pada sinusitis etmoid posterior dan pada sphenoid,
tampak nanah keluar dari meatus superior. (Mansyoer, 2000. Hal 102)
6. Penatalaksanaan/Therapi
Penatalaksanaan sinusitis berupa bedah minor, pembedahan di poliklinik atau intervensi
di ruangan operasi. Penatalaksanaan pembedahan harus dipertimbangkan untuk mempermudah
drainase sinus yang terkena serta mengeluarkan mukosa yang sakit. Hal ini diperlukan bila
terancam komplikasi, untuk menghilangkan nyeri hebat dan bila pasien tidak berespon terhadap
terapi medis. Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotic selama 10-14 hari, namun dapat
diperpanjang sampai semua gejala hilang. Pemilihannya hamper selalu empiric karena kultur
nasal tidak dapat diandalkan dan aspirasi sinus maksila merupakan kontra indkasi. Jenis
amoksilin,
ampisilin,
eritromisin,
sefaklor
moohidrat,
asetil
sefuroksium,
mukolitik untuk mengencerkan secret, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan
fibrin. (Mansyoer, 2000. Hal 102)
B. Asuhan Keperawatan
Menurut Doengoes, (2000, hal 900-919) pengkajian, diagnosa keperawatan dan perencanaan
pada pasien dengan post operasi sinusitis adalah sebagai berikut :
Dasar data pengkajian pasien.
Data tergantung pada durasi/keparahan dari masalah-masalah dasar dan keikutsertaan dari
system tubuh lainnya. Mengacu kepada rencana khusus perawatan untuk data dan studi diagnosa
yang relevan dengan prosedur dan diagnosa keperawatan tambahan.
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vaskuler perifer, atau stasis
vaskuler (peningkatan risiko pembentukan thrombus)
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apati. Factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat beristirahat ketegangan/peka rangsang. Stimulasi
simpatis.
c.
Makanan/Cairan
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol.
(resiko akan kerusakan ginjal yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anestesi dan juga
potensial bagi penarikan diri pascaoperasi).
g. Pemeriksaan Diagnostik
Kebutuhan praoperasi general mungkin meliputi : Urinalisis, JDL, PT, PTT, sinar x dada. Studistudi lainnya bergantung pada tipe prosedur operasi, medikasi saat ini. Urinalisis : Munculnya
SDM atau bakteri yang mengindikasikan infeksi. Tes kehamilan : hasil positif akan
mempengaruhi waktu prosedur dan pilihan zat-zat farmakologis. JDL : peningkatan JDL adalah
indikasi dari proses inflamasi, penurunan JDL dapat mengarah kepada proses-proses viral.
Elektrolit : Ketidakseimbangan akan mengganggu fungsi organ. GDA : Mengevaluasi status
pernapasan terakhir.
h. Prioritas Keperawatan
1. Mengurangi ansietas dan trauma emosianal
2. Menyediakan keamanan fisik.
3. Mencegah komplikasi.
4. Meredakan rasa sakit
5. Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
6. Menyediakan informasi mengenai proses penyakit/prosedur pembedahan, prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
i.
Tujuan Pemulangan
1. Pasien menghadapi situasi ada secara realities
2. Cedera dicegah
3. Komplikasi dicegah/diminimalkan
4. Rasa sakit dihilangkan/dikontrol
5. Luka sembuh/fungsi organ berkembang kea rah normal.
vital, apnea, sianosis, pernapasan yang gaduh. Tujuan :Perubahan pada frekuensi dan
kedalaman pernapasan, pengurangan kapasitas vital. Kriteria Hasil : Menetapkan pola
napas yang normal/efektif dari bebas sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepda, hiperekstensi, aliran udara faringeal
oral. Rasional : mencegah obstruksi jalan nafas. Auskultasi suara pernapasan. Dengarkan
adanya
kumur-kumur,
mengi,
crow,
dan/atau
keheningan
setelah
ekstubasi. Rasional : kurangnya suara napas adalah indikasi adanya obstruksi oleh mucus
atau lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun penghisapan. Berkurangnya
suara pernapasan diperkirakan telah terjadinya atelektasis. Suara mengi menunjukkan adanya
spasme bronkus. Dimana suara crowg dan diam menggambarkan spasme laring parsial sampai
total. Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan,
perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran
udara. Rasional : dilakukan untuk memastikan efektifitas pernapasan sehingga upaya
memperbaiki dapat segera dilakukan. Pantau tanda-tanda vital secara terus menerus. Rasional :
Meningkatkan pernapasan, takikardia, dan/atau bradikardia menunjukkan kemungkinan
terjadinya hipoksia. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan
pernapasan dan jenis pembedahan. Rasional : elevasi kepala dan posisi miring akan
mencegah terjadinya aspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada
lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma. Observasi pengembalian
fungsi otot, terutama otot-otot pernapasan. Rasional : setelah pemberian obat-obat selama
masa intraoperatif, pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada diafragma, otot-otot
abdominal, selanjutnya diikuti oleh otot-otot berukuran sedang abdominal, selanjutnya diikuti
oleh otot-otot berukuran sedang sepeti lidah, faring, otot-otot ekstensi dan fleksi dan diakhiri
oleh mata, mulut, wajah dan jari-jari tangan. Lakukan latihan nafas gerak sesegera mungkin pada
pasein yang reaktif dan lanjutan pada periode pascaoperasi. Rasional : ventilasi dalam aktif
membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, meningkatkan pengangkutan oksigen, membuang gas
anestesi : batuk membantu pengeluaran secret dari system pernapasan. Obsevasi terjadinya
somnolen yang berlebihan.Rasional : induksi arkotik akan menyebabkan terjadinya depresi
pernapasan. Kedua hal ini mungkin terjadi dan membentuk siklus yang memberikan pola depresi
dan keadaan darurat kembali. Selain itu, pentoral diabsorbsi dalam jaringan lemak dan dengan
pergerakan sirkulasi. Lakukan penghisapan lendir jika diperlukan. Rasional :obstruksi jalan
napas dapat terjadi karena adanya darah atau mucus dalam tenggorokan atau trakea.
Kolaborasi
Berikan tambahan oksigen sesuai diperlukan. Rasional : Dilakukan untuk meningkatkan atau
memaksimalkan pengambilan oksigen yang diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas
anestesi dan mendorong pengeluaran gas tersebut melalui zat-zat inhalasi. Berikan obat-obatan
IV seperti Nalokson (Narkan) atau Dokspram (Dopram). Rasional : Narkan akan mengubah
induksi
narkotik
yang
pernapasan.Rasional
menekan
: dilakukan
susunan
saraf
tergantung
pada
pusat.
penyebab
Berikan
depresi
alat
bantu
pernapasan.
: meningkatkan
tingkat
kesadaran. Kriteria
Hasil
: Mengenali
kesadarannya, maka dukungan dan jaminan akan membantu menghilangkan ansietas. Bicara
pada pasien dengan suara jelas dan normal tanpa membentak.Rasional : tidak dapat
ditentukan kapan pasien akan sadar penuh. Evaluasi sensasi/pergerakan ekstremitas dan batang
tenggorokan yangs esuai. Rasional : pengembalian fungsi setelah dilakukan blok saraf spinal
atau local yang bergantung pada jenis atau junlah obat yang digunakan lamanya prosedur
dilakukan.
Gunakan
bantalan
pada
tepi
tempat
tidur,
lakukan
pengikatan
jika
perlu. Rasional :berikan keamanan pada pasien selama tahap darurat, mencegah terjadinya
cedera pada kepala dan ekstremtad bila pasien melakukan perlawanan selama masa disorientasi.
Periksa
aliran
infuse,
selan
endotrakeal,
kateter,
bila
dipasang
dan
pastikan
berlebihan. Rasional
yang
: keadaan-keadaan
ini
mengikuti
trauma
dan
mengidentifikasikan adanya keadaan delirium. Pada pasien yang meminum alcohol secara
berlebihan diperkirakan akan mengalami delirium yang hebat Kaji kembali pengembalian
kemampuan
sensorik
dan
proses
berpikir
untuk
persiapan
pulang
sesuai
indikasi.Rasional : pasien yang mengalami pembedahan dan telah melakukan ambulasi harus
dapat merawat dirinya sendiri dengan bantuan orang yang dekat untuk mencegah terjadinya
perlukaan setelah pulang.
Kolaborasi
Pertahankan untuk tinggal di dalam ruang pascaoperasi sebelum pulang. Rasional : masa
disorientasi mungkin timbul dan orang yang dekat dengan pasien mungkin tidak akan dapat
menolong pasien apabila ini terjadi di rumah.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan
cairan secara oral (proses penyakit/prosedur medis/adanya rasa mual). Hilangnya cairan tubuh
secara tidak normal seperti melalui kateter, selang, jalur normal seperti muntah. Pengeluaran
integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah. Usia dan berat
badan
yang
berlebihan. Tujuan
: Mendemostrasikan
keseimbangan
cairan
yang
adekuat. Criteria Hasil : Sebagaimana ditunjukan dengan adanya tanda-tanda vital stabil,
palpitasi denyut nadi dengan kualitas yang baik. Turgor kulit normal, membrane mukosa lembab,
dan pengeluaran urin individu yang sesuai.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal) tinjau
ulang catatan intraoperasi. Rasional :dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi
pengeluaran
cairan/kebutuhan
penggantian
dan
pilihan-piliha
yang
mempengaruhi intervensi. Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang
dilakukan. Rasional : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah
prosedur pada system genitourinarius dan/atau struktur yang berdekatan. Berikan bantuan
pengukuran berkemih sesuai kebutuhan, mis. Privasi, posisi duduk, air yang mengalir dalam bak,
mengalirkan air hangat perineum. Rasional : meningkatkan relaksasi otot perinieal dan
memudahkan upaya pengosongan. Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Hipotensi, takikardia,
peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan, mis, dehidrasi/hipovolemia. Catat
munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk jalanan. Rasional : wanita, pasien dengan
obesitas, dan mereka yang memiliki kecenderungan mabuk perjalanan penyakit memiliki risiko
mual/muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi. Periksa pembalut, alat drein
intervalreguler, kaji luka untuk terjadinya pembengkakan. Rasional :Perdarahan yang
berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan local mungkin
mengindikasikan
formasi
hematoma/perdarahan.
Pantau
suhu
kulit,
palpasi
denyut
perifer. Rasional : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan
sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.
Kolaborasi
Berikan cairan parental, produksi darah dan/atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan
kecepatan IV jika diperlukan. Rasional
didokumentasikan.
Pasang
kateter
urinarius
dengan
atau
tanpa
urimeter
sesuai
Berikan
kembali
petunjuk. Rasional
gastrointestinal.
pemasukan
: pemasukan
Berikan
oral
antipiretik
oral
secara
bergantung
sesuai
berangsur-angsur
kepada
pengembalian
kebutuhan. Rasional
sesuai
fungsi
: menghilangkan
laku
autonomic. Tujuan
protektif,
: mengatakan
pemfokuskan
diri,
pandangan
bahwa
sakit
telah
rasa
yang
sempti,respon
terkontrol/hilang. Kriteri
hasil : tampak santai. Dapat bersitirahat/tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Catat umur dan berat pasien, masalah medis/psikologis yang muncul kembali, sensitifitas
idiosinkratik analgesic dan proses intraoperasi.Rasional : Pendekatan pada manajemen rasa
sakit pascaoperasi berdasarkan kepada factor-faktor variasi multiple. Ulangi rekaman
itraoperasi/ruang
penyembuhan
untuk
tipe
anestesi
dan
medikasi
yang
diberikan
sbelumnya. Rasional : munculnya narkotik dan droperidol pada system dapat menyebabkan
analgesia narkotik dimana pasien dibius dengan flothane dan ethane yang tidak memiliki efek
anelgesik residual. Evaluasi rasa sakit secara regular.Rasional : sediakan mengenai
kebutuhan/efektivitas intervensi. Catat munculnya rasa cemas. Rasional : perhatikan hal-hal
yang tidak diketahui mis hasil biopsi. Kaji tanda-tanda vital. Perhatikan Takikardia, hipertensi
dan
peningkatan
pernapasan,
bahkan
jika
pasien
menyangkal
adanya
rasa
sakit. Rasional : dapat mengidentifikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyaman. Kaji
penyebab
ketidaknyaman
yang
mungkin
selain
dari
prosedur
segera
mecapai
pusat
rasa
sakit.
Analgesic
dikontrol
pasien
(ADP). Rasional : penggunaan ADP mengharuskan instruksi secara detail pada metode
penggunaanya dan harus dipatanu secara ketat, namun dianggap sangat efektif mengatasi rasa
sakit pascaoperasi dengan jumlah narkotik yag lebih sedikit. Anestesi local, misalnya blok
epidural. Rasional : analgesic mungkin diinjeksikan kedalam lokasi operasi atau saraf ke
lokasi yang mungkin tetap terlindungi pada pascaoperasi yang segera untuk mencegah rasasakit.
5. Kerusakan jaringan integritas kulit dapat dihubungkan dengan interupsi mekanis pada
kulit/jaringan. Perubahan sirkulasi, efekefek yang ditimbulkan oleh medikasi : akumulasi drein,
perubahan status metabolism kemungkina dibuktikan oleh gangguan pada permukaan/lapisan
kulit
dan
jaringan. Tujuan
: mencapai
luka. Kriteria
penyembuhan
membalut
luka
yang
membutuhkan
pergantian
balutan
yang
sering. Rasional :menurunkan risiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan
perlindungan tambahan untuk kulit jaringan yang halus. Periksa tegangan balutan.beri perekat
pada pusat insisi menuju ke tepi luar dari balutan luka. Hindari menutup pada seluruh
ekstremitas. Rasional : dapat menganggu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus
bagian distal dari ekstremitas. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas
kulit. Rasional :pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/pengembagan
komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius. Kaji jumlah dan
karakteristik cairan luka. Rasional : menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari
proses
penyembuhan.
Pertahankan
ketepatan
saluran
pengeluaran
cairan
yang
berbau. Rasional : fasiltas dekat kantog luka, menurunkan resiko terjadinya infeksi dan
kecelakaaan secara kimiawi pada jaringa/kulit. Tinggikan daerah yang dioperasi sesuai
kebutuhan. Rasional
: meningkatkan
pengembalian
aliran
vena
dan
menurunkan
pembentukan edema. Tekan areal atau insisi abdominal dan dada dengan menggunakan bantal
selama batuk atau bergerak.Rasional : menetralisasi tekanan pada luka, meminimalkan risiko
terjadinya
rupture/dehisens.
Ingatkan
pasien
untuk
tidak
menyentuh
daerah
luka. Rasional : mencegah kontaminasi luka. Biarkan tarjadi kontak antara luka dengan udara
sesegera
mungkin
atau
tutup
denga
kasa
tipis/bantalan
telfa
sesuai
atau
dengan
air
mengalir
dan
sabun
lunak
setelah
daerah
insisi
Kolaborasi
Beri cairan IV/produk-produk sesuai kebutuhan. Rasional :mempertahankan volume
sirkulasi. Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Rasional : meningkatkan pengembalian aliran
dan mecegah aliran vena statis pada kaki untuk menurunkan risiko trombosisi.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi/kurang
mengenal
mengingat. Tujuan
sumber
penyakit,
:pengetahuan
klien
keterbatasan
dan
kognitif/pemajanan
keluarga
atau
betambah. Criteria
Hasil :Menuturkan pemahaman kondisi, efek prosedur dan pengobatan. dengan tepat
menunjukkan prosedur yang diperlukan menjelaskan alasan suatu tindakan. Memulai perubahan
gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam program perawatan.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Tinjau ulang pembedahan prosedur khusus yang dilakukan dengan harapan masa
depan. Rasional : sediakan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan. Tinjau
ulang dan minta pasien orang terdekat untuk menunjukkan perawatan luka/balutan jika
diindikasikan. Identifikasi sumber-sumber untuk persendian.Rasional
: meningkatkan
kompetensi perawatan diri dan meningkatkan kemandirian. Tinjaun ulang penghindaran factorfaktor
resiko,
misalnya
pemajanan
pada
lingkungan/orang
yang
terinfeksi. Rasional : Mengurangi potensial untuk infeksi yang diperoleh. Diskusikan terapi
obat-obatan,
meliputi
penggunaan
resep
dan
analgesic
yang
dijual
bebas. Rasional : meningkatkan kerja sama dengan regimen mengurangi resiko reaksi
merugikan/efek-efek yang tidak menguntungkan. Identifikaskan keterbatasan aktivitas
khusus. Rasional
: mencegah
regangan
yang
tidak
diingnkan
di
lokasi
operasi.
dan
meningkatkan
perasaan
sehat.
Jadwalkan
periode
istirahat
berlanjut/berbau, pembengkakan insisional, eritema atau pemisahan tepi, karakteristik rasa sakit
yang tidak terpecahnya komplikasi (misalnya ileus, retensi uirnarius, infeksi, penundaan atau
membahayakan jiwa. Tekankan pentingnya kunjungan lanjutan.Rasional : memantau
perkembangan penyembuhan dan engevaluasi keefektifan regimen. Libatkan orang terdekat
dalam
program
pengajaran.
Menyediakan
instruksi
tertulis/materi
berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Carpenito,
2000, Hal. 71)
Doenges,
M.
G.
Rencana
Asuhan
Keperawatan,
Edisi
EGC,
Jakarta
2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan
Terapi
Rumah
sakit
Umum
Daerah
dr
Soetom
FK
Unair,
Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit
Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta