BATU EMPEDU
| WIDARJATI SUDARTO.
PENDAHULUAN
Batu empedu merupakan salah satu
kelainan yang. banyak terjadi dikalangan
‘masyarakat. Di Amerika prevalensi batu
kantung empedu sekitar 10-15%. Sebagian
‘bosar pasien batu emped tidak menimbul-
an gejala. Pada mereka ini kemungkinan
‘untuk mengelami kolik adalah 1% setiap
tahunnya, 0.3% menjadi kolesistitis akut,
03% menjadi koledokolitiasis dan04-1,5%
‘menjadi gallstone pankreatitis (Atasaranya
, 2008, Menurut Bellow dik, berdasar
ppenelitian mereka terhadap 900 penderita
patu empedu, faktor familier dengan dan
‘obesitas merupakan faktor risiko kejadian
‘atu empedu dengan RR 2,2 (95% C115 sp
3) dan3,7 95% C123 sampai 53).
PATOGENESIS
Empedu adalah suatu larutan yang mes-
punyai komposisi kompleks, terdiri dart
campuran lipid ( antar lain fosfotipid dan.
olesterol), protein, bilirubin dan anion
inorganik dalam komposisi yang optimal.
Cairan empedu dibentuk di sinusoid sel
hati, kemudian dialirkan melalui saluran
empedu ditampung didalam kantung,
empedet dan mengalami proses konsentrasi
sebelum akirnya disekresikan ke dalam
duodenum melalui duktus koledokus,
untuk mengemulsikan lemak dalam
‘makanan,
Bata empedu diklasifisikasikan ber-
dlacar jonis bahan yang membentuk bat
Yaitu batu Kolesterol, batu pigmen tan
campuran. Di negara Barat, 80% sampai
‘90% pasien yang dilakukan kolesistektomi
adalah batu kolesterol. Dalam keadaan
‘normal, kolesterol bersama garam empedi:
dan fosfolipid larut dalam campuran misel
dengan konsentrasi optimal. Pada keadaan
{di mana lerjadiproporsi campuran ter
sebut berubah, cairan empedu menjadi
lebih kental, proporsi endapan kolesterol
dalam bentuk kristal tinggi, maka krista ini
akan melekat pada gel musin di kantung
empedu, menjadi lebih kental_ dan mem-
‘bentuk Lumpur (sludgd), atau Kristal yang
‘merupakan inti batu kolesterol
Batu pigmen ada 2 macam, yang ber~
‘warna hitam dan coklat. Batu pigmen hitam
agakjarang didapatkan, Batu ini terdii dart
alsium bilirubinat yang terpolarisasi, dan
‘mengendap akibat meningkatnya kadar
kalsium dan bilirubin tak terkonjugasi
591592
Pendekatan dan Penatalaksanan
‘melebihi ambang Kelarutannya dalam
cairan empedu. Kondisi seperti ini di-
dapatkan pada penyakit dengan kadar
bilirubin tak terkonjugast yang berlebihan,
misalnya pada sirosis hepatis, hemo-
‘globinopati dengan hemolisis, dan kelainan
dengan proses eritropoiesis yang tidak
ffektif. Batu pigmen berwama coklat pada
‘umumnya terbentuk di saluran empedis
akibat infeksi bakter yang membuatenzim
P-glucoronidase yang akan menghidrolisis
asam glukoronat dati bilirubin. Proses
ini akan mengakibatkan bilirubin tak ter-
Konjugasi berkurang daya larutnya dalam
cairan empedu dan membentuk batu
pigmen berwarana coklat
‘enungerpedenonmbaan aak
eon
au sang epee
‘Sai 88)
atu anglane naenoet
(Goeweautt oul harason)
(easy
cng tongs con eats nr)
| snutopemnep sion ants bas
|
(Gammbar 1. Lokasi Batu or Billa.
akit di Bidang Gastroenterologi
Lokasibatu empedu
Serenmbekentsais
Sica
Didalam trektusbiliarisbatubisaterdapat
di dalam kantung empedu (kolelitiasis) di
dalam saluran empedu intra hepatal (batu
intra hepatal) dalam duktus koledokus
(koledokolitiasis), dalam duktus sistikus
(Koledokosistolitiasis ) (Gambar 1).
FAKTOR RISIKO PENYAKIT BATU EMPEDU
Beberapa faktor yang diduga mempu-
nyai rsiko tinggi memicu terjadinya batu
‘empedu antara lain adalah : umur, gender
‘wanila, obesitas, penurunan berat badan
‘yang terlalu cepat, Kehamilan,obat-obatan
antara lain clofibrate, oral kontrasepsi,
seusindna Wes 0.1)
|
|
|
connie
‘Skoma lokasi dan peralanan penyakit dan persentasiterjadinys komplikasiakibat bats apsbila
Jha tersebut tidak terapi. Keadion yang paling banyak adalah batu tetap berada dalam sale
zan empedu atau kantang empedu dan tetap asimtomatik sepanjang, hidupaya. Komplikast
‘yang paling banyak tejadinyer bile, Kolsisttis akat,kolangiis dan pancreaita Sedangkan
Sindroma Misiz, fistula kolesstoenteriksindrom Bouveret dan keganasan kantung empedu
reat jarang,hhormon estrogen dan progesteron, anti-
biotik : seftriakson. genetik , profil lemak
dengan penurunan HDL atau peningkatan
trigliserida
DIAGNOSIS
Batu empedu yang tidak bergejala biasanya
ditemukan secara kebetulan saat pasien
‘melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
atau pemeriksaan karena penyakit lain.
Berapa pemeriksaan pemindai yang dapat
‘mendetoksi adanya batu empedu adalah:
Uttrasonografi Abdomen
Pemeriksaan pembantu atau pemindai yang,
‘utama adalah USG abdomen yang merupa-
kan pemeriksaan yang mudah rel
murah dan tidak infasif.Sehingga merupa-
kan pemindai paling baik untuk bate
kantung empedu dengan sensitivitas dan
spesifisitas sekitar 95% untuk batu dengan
diameter > 2 mm dan yang membentuk
acustic shadows, Pada gambaran USG batu
tampak sebagai bayangan ekogenik yang
_menyangat dan membentuk acoustic shadow.
‘Adanya sludge atau lumpur empedu di
A
Gambar?2, A, USG abdomen bata kantung empeda, B, USG D. Ko-
ledoks yang melebar dengan bats di dalamnya dan diatassaluran
empedi intra hepaal, W’Sudarto 2010
Batu Empedst
593
kantung empedu atau batu-batu kecil
(nicroithiass) akan nampak sebagai lapisan
‘yang ekogenik di dalam kantung empedu
tanpa acoustic shadow. USG juga dapat di-
pakai untuk menilai kontraktilitas kantung
empedu dan patensi duktus sistikus,
dengan melakukan pemeriksaan USG saat
puasa 6 jam, mengukur besaran kantung
empedu kemudian divlangi lagi setelah
ppasien diminta makan makanan berlemak
(post fat meal). Berkurangnya besaran
Kantung empedu yang signifikan pada
USG post ft mea! mengindikasiksan fangs
kontraktilitas dan patensi duktus sistikus
baik.
Untuk batu saluran empedu (koledoko-
litiasis) USG hanya mempunyai sesitivitas
50%. Pelebaran > 6 mm dari duktus kole-
dokus dapat divisualisasikan dengan USG
dengan atau tanpa batu yang nampak di
dalamnya.
Endoscopic Ultrasound (EUS)
BUS adalah suatu pemeriksaan USG di-
‘mana probe diletakkan diujung endoskop,
schingga probe tersebut dapat masuk
ke dalam duodenum dan melakukan
deteksi USG melalui dinding duodenum594
atau gaster. Sangat akurat untuk men-
diagnosis batu duktus koledokus dan
kkelainan-kelainan lain di duktus koledokus
dengan spesifistas 97%, Beberapa literatur
menyatakan EUS sedikit lebih akurat
disbanding ERCP dalam mendiagnosis
adanya batu d koledokus.
Oral Kolesistografi
Pemeriksaan ini mempergunakan kontras
dalam bentuk kapsul yang ditelan oleh
pasien. Dapat memperlihatkan gambaran
batu di kantung empedu dengan sensitivitas
pemeriksaan 90% dan mengindikasikan
Dahwa duktus sistikus tidak tersumbat, Bila
duktus sistikus tersumbat kantung empedu
tidak akan dapat tervisualisasikan,
Pemeriksaan ini sudah banyak ditinggal-
kan setelah ada pemeriksaan pencitraan
Jain yang lebih baik.
ERCP (Endoscop! Retrograde Pancreato-
graphy)
Pemeriksaan dengan mempergunakan
duodenoskop, kontras media dan fuoros-
Pendekatan dan Penatalaksanan Penyakit di
ing Gastroenterologi
Kopi dapat memvisualisasikan gambaran
dalam duktus koledokus, mendeteksi batu
yang tampak sebagai bayangan radiolusen.
ERCP merupakan prosedur standar untuk
diagnostik batu duktus koledokus dengan
sensitivitas dan spesifisitas mencapai
95%. Keuntungan dari prosedur ini dapat
sekaligus melakukan drainage dan pem-
bersihan batu dari duktus koledokus
sehingga saat melakukan kolesistektomi
tidak lagi diperlukan melakukan eksplorasi
kedalam duktus koledakus. Kerugiannya
adalah prosedur ini merupakan tindakan
invasif dengan komplikasi mencapai 2-7 %
terjadi pankreatitis, perdarahan atau
kolangitis, dan keberhasilan prosedur
sangat bergantung pada ketrampilan operator
dan fasilitas peralatan.
MRCP (magnetic resonance cholengio-
graphy)
Merupakan pemeriksaan yang cepat,
non invasif yang dapat memperlihatkan
gambaran duktus koledokus dan duktus.
pankreatikus, setara dengan ERCP
B
Endoskopi
(Gambar 3. A dan B posis skoop pada ERCP.Gambar 4, Batu D Koledokus pada FRCP Tampak
‘Schagal Bayangan Lisen. W sudarto 2710
Gambar 5. MRCP dan ERCP bata Multpel pada
Saluran Empedu. Kasus lak-laki 43 th dengan
‘kolkbilier dan klinis obstruksl ikterus, Pada
CBD melebar ringan, distal terdapat stiktar
(W.Sudart 2010)
dengan sensitivites dan spesifisitas 93%,
Prosedur ini tidak operator dependent.
Tetapi kerugiannya hanya mampu untuk
mendiagnosa, tidak dapat melakukan
tindakan terapeutik sekaligus.
CT scan Abdomen (Computed Tomography
Scanning)
Tidak terlatu dianjurkan untuk
‘menegakkan diagnosa batu, tetapi sangat
baik untuk mendiagnosa komplikasi yang
BatuEmpedu 595
terjadi akibat batu atau tindakan mengatasi
bbatu empedu. Misalnya adanya abses, per-
forasi kantung empedu atau CBD, pankrea-
titis dll. Dengan Spiral CT lebih baik dalam
‘mendiagnosa batu d. koledokus.
MANIFESTAS! KLINIK BATU EMPEDU
Perjalanan penyakit batu empedu di-
bedakan 2 kelompok, yaitu kelompok yang,
asimtomatik (tanpa gejala) dan kelompok
yang simtomatik (menimbulkan gejala).
Pada kelompok asimtomatik 18% akan
menjadi simtomatik dalam 5-15tahun.
‘Manfestasi Klinik dari gejala atau masalah
Yang ditimbulkan oleh batu empedu adalah
Nyer! Bilior
‘yer! ini diakibatkan oleh obstruksi yang
bersifat intermiten dari duktu sistikus
akibat batu, tanpa disertai inflamasi dari
kantung empedu. Lokalisasi nyeri di
epigastrium atau kuadrant kanan atas
abdomen timbul dalam 15 menit dan ber-
tahan mencapai 1-6 jam kadang disertai
mual. Frekuensi serangan bervariasi dari
beberapa hari sekali sampai beberapa
bulan sekali. Pada pemeriksaan fisik pasien
‘erlihat baik, selain keluhan sakit ringan
sampai sedang di epigastrium atau
kuadrant kanan atas perutnya. Pemeriksaan
laboratorium normal. Diagnosa ditegakkan
dengan USG abdomen atau oral kolesisto-
graf. Setelah serangan pertama, 30% pasien
‘tidak mendapat serangan berulang, sisanya,
6% diantaranya mendapat serangan setiap
tahun dan 1-2% timbul komplikasi
Kolesistitis Akut (Kalkulus Kolesistitis)
Paling banyak disebabkan karena adanya396 __Pendekatan dan Penatalaksanan Penyakit di Bidang Gastroenterologi
batu yang terperangkap di duktus sistikus,
‘menyebabkan inflamasi kantung emepedu,
Sekitar 50% diantaranya akan mengalami
infeksi sekunder dengan bakteri. Gejala
‘yang timbul berupa nyeri bitierhobat, atau
nyeri epigastrium. Nyeritersebut menjalar
ke punggung kanan belakang berlangsung
lebih dari 6 jam, Pemeriksaan laborato-
rium terdapat leukositosis kadang disertai
peningkatan bilirubin 2-4mg/dl, SGPT dan
‘SGOT serta alkali fosfatase, tanpa disertai
adanya sumbatan duktuskoledokus.
Sering pula disertai peningkatan ringan
serum amilase dan lipase tanpa disertai
ankeatitis. Bila peningkatan bilirubin dan
amylase lipase cukup tinggi maka adanya
batu did koledokus dan pankceatitis harus
ifikirkan, Diagnosa ditegakkan dengan
Pemeriksaan USG abdomen dan CT scan
abdomen. Pada pemeriksaan ini tampak
dinding kantung empedu menebal dan
didalam lumen tampak bayangan batu.
Dengan pengobatan konservatif 50%
kasus sembuh dalam 10 hari. Bila tidak
diterapi, 10% kasus mengalami perforasi
Yang terlokalisir, sedangkan 1% perforasi
Aisertai peritonitis umum,
Koledokolitiasts,
Batu duktus koledokus biasanya berasal
dari batu dalam kantung empedu yang ber-
migrasike duktuskoledokusmelaluiduktus
sistikus, Batu ini dapat menimbulkan
penyumbatan di duktus koledokus bersifat
intermiten, dan lebih seringasimtomatik Bla
‘menimbulkan gejala, sukar dibedakan dari
sejala nyer bles yang lin, dan merupakan
faktor pencetus timbulnya kolangitis dan
pankreatitis bilier akut. Bila sumbatan
‘menetap dan bersifat total menimbulkan
gejala iketrus obstruksi. Pada keadaan
ferakhir ini kelainan laboratorium yang
terlthat adalah peningkatan bilirubin ter-
onjugasi yang jauh melebihi peningkatan
Dilrubin tak terkonjugasi disertai pening-
keatan alkali fosfatase. Bila disertai adanya
peningkatan amilase dan lipase maka
adanya pankreatitis bilier harus di-
‘waspadai. Diagnosis paling akuratditegale
an dengan pemeriksaan ERCP (endoscopic
retrograde cholangio pancreatography) atau
MRI (MRCP = Magnetic resonance choangion
prmerentegraphy)
Kolangitis
Batu di duktus koledokus menyebabkan
sumbatan, diikuti super infeksi dan
Kultur darah biasanya menunjukkan
tumbuhan kuman terutama pada pasi
dengan bakteremia sepsis, Kondisi
hharus segera diatasi dengan melakui
drainage cairan empedu,
Pankreatitis karena batu empedu (Gall
pancreatitis)
Pankreatitis yang terjadi karena duk
koledokus tersumbat oleh batu, Iumy
atau kristal empedu, Gejala yang d=
timbulkanberupanyerihebatdiperuttengah
‘ering terjadi mendadak setelah penderita
makan, Pada pemeriksaan didapatkan
peningkatan amilase dan lipase signifikan.
sering mencapai ribuan. USG abdomen
biasanya didapatkan adanya batu dalam
kkantung empedu Biasanya keadaan pasi=cukup baik, dan bila ditangani segera, akan
sembuh lagi dalam waktu 10 hari dengan
pengobatan konservatif.
PENANGANAN BATU EMPEDU
Batu kantung empedu yang tidak bergejala
tidak memerlukan terapi. Diperkirakan
hanya sekitar 2-18% batu empedu yang
asimtomatik menjadi simtomatik dalam
kurun waktu 5-15 tahun. Di antaranya
hanya sekitar 2% yang memberikan
Komplikasi bermakna. Batu empedu dengan
manifestasi Klinik yang berarti, harus
segera ditangani. Masalah yang sering di-
timbulkan oleh batu empedu adalah nyert
bilier, kolesistitis akut, pankreatitisbilier
dan masaiah kusus sopertiobstruksi duktus
koledokus yang mengakibatkan ikterus
obstruktif dan kolangitis. Pada prinsipnya
‘Penanganan batu emped dtujukan pertama
‘memperbaiki keadaan umum dan meng-
atasi Komplikasi seperti kolangitis atau
Pankreatitis, dteruskan dengan mengatasi
sumbatan dengan jalan membersihkan bat
dari saluran, diikuti pengangkatan kantung,
empedu yang mengandung batu dan yang
‘merupakan pabrik pembuat batu,
Pengobatan Medikal (non surgical)
Pengobatan medical mempergunakan
pelarut batu empedu yaita memperguna-
kan chenodeoxycholic acid (CDCA) atau
Ursodeosycholic acd (UDCA). UDCA yang
Giberikan per oral dengan dosis 8mg
‘sampai 10 mg /kg BB per hari selama 6
bulan dikatakan berhasil melarutkan batu
ada 70% kasus batu berdiameter <5 mm,
dengan syarat batu tidak mengandung
Kalsium, kontraksi kantung empedu baik
Batu Empedu 597
dan d.sistikus tidak tersumbat (pate),
‘Tetapi pengobatan ini hanya efektif untuk
batu kolesterol Kecil. Perah dikembang-
kkan teknik dengan meneteskan laratan
ini langsung ke batu, (kontak langsung)
dengan mempergunakan kateter yang
dipasang langsung kedalam saluran
empedu atau kantung empedu pada saat
ERCP (terapi nasobilier dissolution). Tetapi
rosediur ini sekarang ditinggalkan karena
terbukti kurang effektif dan menimbulkan
banyak efek samping, dan temyata bata
yang sudah terlarut 30-50% terbentuk
lagi (residif). Tindakan ini kadang masth
dilakukan pada pasien yang memiliki
kkeluhan yang signifikan, tetapi kondisi
‘Pasien tidak memungkinkan untuk dilaku-
kan tindakan oprasi
ESWIL (Extra Corporeal Shack Wave Litho-
a)
Dilakukan dengan mempergunakan
gelombang suara yang bertekenan tinggi
yang dipancarkan melalaui alat ESWL
difokuskan ke batu, melalui cairan dan
‘menembus jaringan lunak, Gelombang ini
dapat memmbuat lubang pada diniding
depan batu, dan selanjutnya terjadi
fragmentasi. Batu yang sudah terfragmen-
‘asin selanjutnya akan dilarutkan dengan
‘mempergunakan metode oral dissolution,
Oleh karena itu pemilihan pasien untuk
metode ini sama dengan pada pengobatan
coral dissolution, ESWLmembantu memecah-
kan batu yang besar. Adanya komplikasi
batu empedu seperti kolesisttis,Kolangits,
ppankreatitsdll, merupakan kontra indikast
untuk terapi ini, Ffek samping yang sering
terjadi adalah petechiae pada lokasi ESWL,
hhematom di liver, obstruksi duktussistikus
oleh fragmen batu,nyeri bilier dan bahkanin Penyakit di Bidang Gastroenterologi
‘Pankteatis, Frekuens terjadinya komplikasi
ini berkisar 2-30%
Kolesistoktomi
‘Pengangkatan kantung empedumerupakan
terapi pilihan untuk pengobatan definitif
batu kantung empedu. Dapat dilakukan
dengan laparatomi kolesistektomi (open
cholecystectomy), atau laparoskopi kolesis-
fektomi, Pada dekade akhir ini laparoskopi
merupakan terapi pilihan, karena dirasa
lebih nyaman untuk pasien, tidak terlalu
‘menakutkan dan trauma yang dihasilkan
lebih sedikit. Waktu yang tepat untuk
‘menjalankan kolesistektomi pada kasus
batu kantung empedu dengan kolesis-
titis (kalkulus kolesistitis) akut adalah
segera setelah kondisi pasien stabil dan
dipastikan tidakada tanda sumbatan pada
duktus.koledokus,
PENANGANAN BATU SALURAN EMPEDU
(KOLEDOKOLITIASIS)
Koledokolitiasis sering menimbulkan
sumbatan saluran empeds total aiau pari
Sumbatan total menimbulkan gejala
obstruksi bilier dengan atau tanpa yeti
baler. Sumbatan pail sering asimtomatik,
tetapi sering pula menimbulkan gejala
»yer bier dengan atau tanpa tanda-tanda
obstruksibilierringan.Sebelum melakukan
olesistektomn untuk kolelitiass; sobaiknya
dipastikan terlebih dahulu apakah ada
batu dalam duktus. Koledokus, Obstruksi
bilier ditandaiadanya kterik, eningkaton
enim hati SGPT dan SGOT). Pemeriksaan
USG dapat mendeteksi adanya dilatasi
saluran emped intra hepatal atau ekstra-
hepatal. Dengan MRCP atau langsung
ERCP dapat mendiagnosa pelebaran
duktus koledokus, dan mendetoksi ad:
batu. Pada tindakan ERCP diagnostik
nae, 3
laparoskopi kolesistektomi diteruskan,
di-ikuti dengan ERCP terapeutik. Faktor
yang menentukan pilhan tindakan adalah
jumlah dan posisi batu, skill dari operator
dan fasilitas yang tersedia, Batu duktuskole-
dokus yang diketahui setelah kolesistektomi
pilihan terapi adalah ERCP terapeutik.
PENYULIT BATU EMPEDU
‘Striktur Saluran Empedu
Striktur saluran empedu disebabkan
oleh komplikasi tindakan pada kolesis-
{ektomi, akibat peradangan pada kolangits,
pankreatits, sclerosing Kolangitis dan batu
saluran empedu. Terapi dilakukan dengan
dilatasi saluran melalui tindakan ERCP
ddan pemasangan stent. Bila tindakan ini
tidak mungkin dilakukan maka operasi
rekontruksi saluran empedu, melakukan
anastomosis koledoko duodenostomi atau
koledok jejunostomi,
Sindrom Post Kolesistektomi
Sindrom post kolesistektomi ditandai
dengan keluhan nyeri, kembung, mual ata
rasa tak nyaman diperut setelah Kolesis-
tektomi, Beberapa kemungkinan penyebab
keluhan yang harus dipikirkan adalah
adanya gangguan di traktus biliaris yaita
striktur, sisa d. sistikus yang meradang,
‘Sphincter Odd disfunction (SOD), keganasan
i saluran empedu, choledochocele. Gang
guan di pankreas berupa pankreatiti,
pseudocyst pankreas, keganasan pankreas.
Gangguan gastrointestinal berupa gastro-
esophageal refx disease (GERD), Esophageal
‘motor disorder, tukak peptikum,iskemia
mesenterium, perlengketan di dalam
abdomen, Iritable bowel syndrome (IBS).
BatuEmped 599
Penyebab di luar saluran cerna antara lain
‘masalah psikis, penyakit koroner, neuritis
interkostal,penyakit-penyakit nerologi.
KESIMPULAN
Batu empedu merupakan masalah yang
banyak terjadi pada masyrakat, dengan
banyak faktor pencetus. Antara lain
umur, gender yang cenderung wanita, dan
kegemukan, Sebagian besar batu
asimtomatik. Batu bisa berlokasi disetiap
bagian dari traktus biliaris. Manifestasi
Klinik yang sering muncul adalah
nyer bilier, kolesisttis, obstruksi saluran
empedu, kolangitis dan pankreatitis blier.
Batu kantung empedu yang asimtomatik
tidak memerlukan terapi. Batu duktus
koledokus sebaiknya dibersihkan, walau-
pun asimtomatik. Prinsip penanganan
batu empedu simtomatik adalah meng-
ymplikasi yang ditimbulkannya dan
membersihkan batu dari traktus biliaris.
‘Tindakan untuk batu kantung empedu
adalah Kolesistektomi perlaparoskopi atau
laparatomi kolesistektomi, apabila diperlu-
kan melakukan eksplorasi saluran empedu.
Batu saluran empedu diatasi dengan ERCP
sphinkterotomi, dan ekstraksi batu.
REFERENSI
Auasaranya 8, Fogel E.L., dan Lehman G.L. +
Chledocholithiasis, Ascending Cholangitis,
and Gallstone pancreastts. Med.Clin N Am.
2008, 58; 925-60
Bellows CE, Berger D.Hh and Crass R: Manage:
‘ment of Gallstones. American Family Phyysi-
cian 2005:72
‘Browning |.D.Sreenarasimhalah J: Gallstone Dis-
case. Feldman : Sleisenger & Fordtran's Gae-