Está en la página 1de 39

PRESENTASI KASUS

ULKUS KORNEA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada :
dr. M. Faisal Lutfi, Sp. M

Disusun Oleh :
Tegar Jati Kusuma
20100310220

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
ULKUS KORNEA

DISUSUN OLEH :
TEGAR JATI KUSUMA
20100310220

Telah disetujui dan dipresentasikan pada Januari 2016

Mengetahui,
Dokter pembimbing

dr. M. Faisal Lutfi, Sp. M

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I LAPORAN KASUS

A.

IDENTITAS PASIEN

B.

ANAMNESIS

C.

PEMERIKSAAN FISIK

D.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

E.

DIAGNOSA BANDING

F.

DIAGNOSA KERJA

G.

PENATALAKSANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

B.

DEFINISI ULKUS KORNEA

C.

ETIOLOGI ULKUS KORNEA

D.

KLASIFIKASI ULKUS KORNEA

10

E.

PATOFISIOLOGI ULKUS KORNEA

18

F.

MANIFESTASI KLINIS

19

G.

DIAGNOSA

20

H.

PENATALAKSANAAN

21

I.

KOMPLIKASI ULKUS KORNEA

26

J.

PROGNOSIS ULKUS KORNEA

26

BAB III KESIMPULAN

28

DAFTAR PUSTAKA

29

BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN

Nama
Usia
Alamat
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Tanggal Periksa

: Tn. I
: 39 tahun
: Selokromo 2/8 Leksono, Wonosobo
: Laki-laki
: Bengkel las
: 22 Januari 2016

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Nyeri pada mata kanan

Keluhan Tambahan : Rasa mengganjal, pedih, berdenyut, dan pusing


Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan telah dirasakan 1 bulan akibat terkena pasir gerinda. Keluhan
dirasakan pada malam hari setelah terkena pasir gerinda berupa rasa pedih pada
mata dan penglihatan yang kabur. Keluhan tersebut disertai rasa mengganjal pada
mata, berdenyut, dan pusing. Keesokan harinya pasien langsung memeriksakan ke
dokter spesialis mata namun sampai sekarang keluhan masih belum membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan serupa disangkal


Riwayat alergi disangkal
Riwayat pengobatan penyakit lain disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat alergi pada keluarga disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Kondisi pasien

: Sedang

Kesadaran

: Compos mentis

2. Status Opthalmologis
Pemeriksaan Subjektif
VOD : 0,5/60
VOS
: 5/5

Pemeriksaan Objektif

No Pemeriksaaan
1.

2.

3.

OD

OS

Palpebra

Pasangan

Asimetris

Simetris

Gerakan

Bebas

Bebas

Edema

(-)

(-)

Nyeri tekan

(-)

(-)

Sikatrik

(-)

(-)

Bola mata
-

Pasangan

Simetris

Simetris

Gerakan

Segala arah

Segala arah

Konjungtiva
-

Warna

Injeksi Siliar (+)

Jernih

Edema

(-)

(-)

Sekret

(-)

(-)

Papil

(-)

(-)

Folikel

(-)

(-)
7

4.

Lain-lain

Tampak adanya serbuk


seperti pasir berwarna
kehitaman pada
konjungtiva palpebralis

Tampak adanya serbuk


seperti pasir berwarna
kehitaman pada
konjungtiva palpebralis

Sklera
-

Warna

Putih

Putih

Edema

(-)

(-)

Nodul

(-)

(-)

5.

Kornea

Keruh, defek (+), tepi Jernih


irregular, batas tegas,
infiltrat (+)

6.

COA

Dalam

Dalam

Jernih

Jernih

7.

8.

Iris / Pupil
-

Bentuk

Bulat, 3mm

Bulat, 3mm

Kedudukan

Sentral

Sentral

Reflek direk

(+)

(+)

Reflek indirek

(+)

(+)

Lensa
8

9.

Kejernihan

Jernih

Jernih

Letak

Sentral

Sentral

Lakrimasi (-)

Lakrimasi (-)

TIO

10. Sistem Lakrimasi

Kesimpulan pemeriksaan
Pada kornea tampak keruh dengan defek (+) berbatas tegas dengan tepi
irreguller dan injeksi silier (+).

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Slit-lamp: terdapat defek kornea di sentral berbatas tegas


dengan tepi irreguler

Usul pemeriksaan :

Tes Fluorescein

Pemeriksaan langsung secara mikroskopik (pewarnaan gram, KOH,


Giemsa)

Placidometer

Kultur usapan ulkus

Keratometri

E. DIAGNOSA BANDING

OD Ulkus kornea sentralis ec trauma oculi

OD Ulkus kornea sentralis ec bakterial

OD Ulkus kornea sentralis ec fungal

OD Ulkus kornea sentralis ec viral

OD Ulkus kornea sentralis ec protozoa

F. DIAGNOSA KERJA

OD Ulkus kornea sentralis ec trauma oculi

G. PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi

Cendo Tobroson md 6 dd gtt II

Cendo Mycos 1 dd OD (malam)

Vitamin A 6000 IU 1 dd tab I

Amoxicillin 500 mg 3 dd tab I

Asam Mefenamat 500 mg 3 dd tab I

Non Farmakoterapi (Edukasi) :

Menghindari tindakan mengucek mata

10

Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi


sebagai incubator

Debridement sangat membantu penyembuhan

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan
diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima
lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan
endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan
lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem
karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1.

Lapisan epitel

Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang


saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

12

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat


kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

2.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan


kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian
depan stroma.

3.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar


satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4.

Membran Descement

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma


kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,


mempunyai tebal 40 m.

5.

Endotel

13

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.


Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.2

Kornea bersifat avaskuler, mendapat nutrisi secara difus dari humor


aqous dan dari tepi kapiler. Bagian sentral dari kornea menerima oksigen secara
tidak langsung dari udara, melalui oksigen yang larut dalam lapisan air mata,
sedangkan bagian perifer menerima oksigen secara difus dari pembuluh darah
siliaris anterior.4,5

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan
selubung schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.4,5,6

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem


pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenarasi.6,7

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. 7,8

14

Gambar 1. Corneal Cross Section

B. DEFINISI ULKUS KORNEA


Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea dapat mencapai sampai ke lapisan stroma
kornea akibat dari penyembuhan terbentuk sikatrik kornea berupa kekeruhan
kornea sehingga tajam penglihatan dapat menurun. Penurunan tajam penglihatan
sangat ditentukan oleh letak luas serta kepadatan jaringan sikatrik yang terjadi
serta irregularitas permukaan kornea dan cekungan yang terjadi. Ulkus kornea
adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan kebutaan yang membutuhkan
penatalaksanaan secara langsung.2,8,9

C. ETIOLOGI ULKUS KORNEA


1. Infeksi4,5
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang
keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P
aeruginosa.
15

Infeksi Jamur : disebabkan

Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.


Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas

oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila
pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk
disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya

varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).


Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna
lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri.
Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang

terpapar air atau tanah yang tercemar.


2. Non-infeksi8,9,10,11
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka
tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada
bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung
kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran
kolagen kornea.
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang
akan merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur
film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan
epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada
keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea
terpulas dengan flurosein.

16

Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan

vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang

menurunkan

mekanisme

imun,

misalnya;

kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan


imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

D. KLASIFIKASI ULKUS KORNEA


Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu: 8,9,10,11

1. Ulkus kornea sentral

Ulkus kornea bakterialis

Ulkus kornea fungi

Ulkus kornea virus

Ulkus kornea acanthamoeba

Ulkus kornea perifer

Ulkus marginal

Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

Ulkus cincin (ring ulcer)

1. Ulkus Kornea Sentral

17

a. Ulkus kornea bakterialis

Ulkus Streptokokus
Ulkus kornea sentral yang disebabkan Streptococcus Beta-Hemolyticus
tidak memiliki ciri khas. Stroma kornea di sekitarnya sering menunjukkan infiltrat
dan sembab, dan biasanya terdapat hipopion berukuran sedang. Kerokan
menampakkan kokus gram-positif dalam bentuk rantai. Ulkus bewarna kuning
keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat
menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang
dihasilkan oleh streptokok pneumonia.11

Ulkus Stafilokokus :
Banyak di antaranya pada kornea yang telah biasa terkena kortikosteroid
topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit
infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini sering superficial dan dasar ulkus teraba
pada saat dilakukan kerokan. Kerokan mengandung kokus gram positif satu-satu,
berpasangan atau dalam bentuk rantai. Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna
putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai
edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.11

Gambar 2. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Pseudomonas :

18

Ulkus kornea pseudomonas berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning


di tempat epitel kornea yang retak. Nyeri yang sangat biasanya menyertainya.
Lesi ini cenderung cepat menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim
proteolitik yang dihasilkan organisme ini. Meskipun pada awalnya superficial,
ulkus ini dapat mengenai seluruh kornea. Umumnya terdapat hipopion besar yang
cenderung membesar dengan berkembangnya ulkus. Infiltrat dan eksudat mungkin
berwarna hijau kebiruan. Ini akibat pigmen yang dihasilkan organisme dan
patognomonik untuk infeksi P aeruginosa. Dapat terjadi pada abrasi kornea minor
atau penggunaan lensa kontak lunak terutama yang dipakai agak lama. Kerokan
dari ulkus mengandung batang gram negative halus panjang yang sering tidak
banyak.11

Gambar 3. Ulkus Kornea Pseudomonas

Ulkus Pneumokokus :

S pneumonia merupakan penyebab ulkus kornea bakteri di banyak bagian


dunia. Ulkus ini sering terdapat pada pasien dengan sumbatan duktus
nasolakrimalis. Biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang
lecet. Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus berbatas tegas warna
kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat infeksi ke sentral
kornea. Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi sementara
batas yang ditinggalkan mulai sembuh. Efek merambat ini menimbulkan istilah
ulkus serpiginosa akut. Lapis superficial kornea adalah yang pertama terlibat,

19

kemudian parenkim bagian dalam. Kornea sekitar ulkus biasanya ada hipopion.
Kerokan dari tepian depan ulkus kornea pneumokokus mengandung diplokokus
berbentuk lancet gram positif. Dakriosistitis yang timbul bersamaan harus diobati
pula.11

Gambar 4. Ulkus Kornea Bakterialis dengan Hipopion

b. Ulkus kornea fungi

Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-lesi satelit
umumnya infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi. Lesi
utama dan lesi satelit merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur di
bawah lesi kornea utama, disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses
kornea. Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organism oportunis seperti Candida,
Aspergillus, dan lain-lain. Kerokan dari ulkus kornea fungi kecuali yang
disebabkan Candida mengandung unsur-unsur hypha. Kerokan dari ulkus
Candida umumnya mengandung pseudohyphae atau bentuk ragi yang
menampakkan kuncup-kuncup khas.11

20

Gambar 5. Ulkus Kornea Fungi

c. Ulkus kornea virus

Ulkus Kornea Herpes Zoster :


Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini
timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel
kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya
infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya
berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu
kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit
keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.11

Ulkus Kornea Herpes simplex :

Ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens. Perjalanan klinik dapat
berlangsung lama karena stroma kornea kurang vaskuler, sehingga menghambat
migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi. Infeksi okuler HSV pada hospes
imunokompeten biasanya sembuh sendiri namun pada hospes yang secara
imunologik tidak kompeten, termasuk pasien yang diobati dengan kortikosteroid
topikal, perjalanan penyakitnya mungkin menahun dan dapat merusak. Penyakit
stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah respons imunologik terhadap partikel
virus atau perubahan seluler akibat virus namun sekarang bukti menunjukkan
infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan juga sel-sel endotel, selain di
jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris dan endotel trabekel.
21

Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respons peradangan yang merusak


namun memberi peluang terjadinya replikasi virus. Jadi setiap kali menggunakan
kortikosteroid topikal, harus ditambahkan obat anti-viral. Kebanyakan infeksi
HSV pada kornea disebabkan HSV tipe 1 (penyebab herpes labialis) namun
beberapa kasus pada bayi dan dewasa dilaporkan disebabkan HSV tipe 2
(penyebab herpes genitalis). Lesi kornea kedua jenis ini tidak dapat dibedakan.11

Ulkus dendritik terjadi pada epitel kornea memiliki percabangan linear


khas dengan tepian kabur, memiliki bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya.
Pemulasan floresein memudahkan melihat dendrit. Ulserasi geografik sebentuk
penyakit menahun yang lesi dendritiknya berbentuk lebih lebar. Tepian ulkus tidak
kabur. Sensasi kornea menurun.11

Gambar 6. Ulkus Kornea Herpetik

Gambar 7. Ulkus Kornea Dendritik

d. Ulkus kornea acanthamoeba

22

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat di dalam air


tercemar yang mengandung bakteri. Komplikasi pada pengguna lensa kontak
lunak khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi ini juga pada
yang terpapar pada air yang tercemar. Gejala awal adalah rasa sakit yang tidak
sebanding dengan temuan kilniknya yaitu kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik
khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma dan infiltrate perineural.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kerokan dan biakan. Biopsi kornea
mungkin diperlukan. Sediaan histopatologik menampakkan adanya kista atau
trofozoit.11,12

Gambar 8. Ulkus Kornea Acanthamoeba

2. Ulkus Kornea Perifer


a. Ulkus Marginal

Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.


Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya
blefarokonjungtivitis stafilokok. Namun ulkus ini bukan proses infeksi dan
kerokan tidak mengandung bakteri penyebab. Ulkus timbul akibat sensitisasi
terhadap produk bakteri di mana antibody dari pembuluh limbus bereaksi dengan
antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea. Infiltrat mulai berupa infiltrat
linear atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada
akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri
umumnya setelah 7 sampai 10 hari namun yang menyertai blefarokonjungtivitis
stafilokok umumnya kambuh.11,12

23

Gambar 9. Ulkus Marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

Penyebab ulkus Mooren belum diketahui namun diduga autoimun. Paling


sering terdapat pada usia tua namun tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
yang sering diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsive terhadap antibiotic atau
kortikosteroid.11,12

24

C
Gambar 10.Mooren's Ulcer (A : Gambaran awal ulkus Mooren, B : Gambaran lanjut Ulkus
Mooren, C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi ke tengah)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)


Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang
dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Perjalanan penyakitnya menahun. 11,12

Gambar 11. Ulcer Ring

E. PATOFISIOLOGI ULKUS KORNEA


Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan
sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama

25

terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan
kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 11,12

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak


segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea. 11,12

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada


kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama
palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat
progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan
iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang
berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 11,12
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya
sikatrik. 11,12

26

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :9,10

1. Gejala Subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

Sekret mukopurulen

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel
kornea.

2. Gejala Objektif

27

a. Injeksi siliar

b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat


c. Hipopion

G. DIAGNOSA
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
9,10

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat


diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit
kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek
yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal
oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit
bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi
imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain
oleh terapi imunosupresi khusus. 9,10
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus
berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. 9,10
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti : 9,10

a. Ketajaman penglihatan

b. Tes refraksi

c. Pemeriksaan slit-lamp

d. Keratometri (pengukuran kornea)

28

e. Respon reflek pupil

f. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

g. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau
KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula
kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan
KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan
diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar
sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

H. PENATALAKSANAAN
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan
pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi
peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat
sistemik.13,14

Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah13,14

Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering


mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

29

Berikan analgetik jika nyeri

b Penatalaksanaan medis

1. Pengobatan lokal13,14

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
kornea

sekecil

apapun harus

diperhatikan dan diobati

sebaik-baiknya.

Konjungtivitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung,
telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salep atau larutan,

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.

Efek kerja sulfas atropine :

- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya


akomodasi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya

30

M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehingga sinekia posterior yang


telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior
yang baru

Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau


tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang

berspektrum luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada
pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat
memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

Organisme

Terapi Awal

Terapi Alternatif

Tidak ada organisme;

Moxifloxzcin,

Ciprofloxacin,levofloxa

Ulkus mengesankan

gatifloxacin,tobramycin

cin, floxacin,

infeksi bakteri

dan cefazolin

gentamicin, ceftadizime
atau vancomycin

kokus Gram - positif.

Moxifloxzcin,

levofloxacin, floxacin ,

Bentuk macet dengan

gatifloxacin,tdan

penicillin G,

kapsul = S Pneumoniae

cefazolin

vancomycin atau
ceftazidime

Kokus Gram Positif

Vancomycin

Metaciline- S Aureus
(MRSA)

31

Batang Gram positif :

Amikacine,

Langsing dan

moxifloxacine atau

panjangnya bervariasi-

gatifloxacine

Flourokuinolon lain

Mycobacterium
fortuitum, spesies
nocardia, spesies
actynomyces.
Organisme gram positif

Ceftazolin, moxifloxacin

Flourokuinolon lain,

lain : kokus atau batang

atau gatifloxacine

peniciline G,
Vancomycin atau
ceftazidime

Kokus gram negative

Ceftriaxzone

Penicilin G, Ceftazolin
atau Vancomycin

Kokus gram negatve :

moxifloxacin,

Flourokuinolon lain,

Kurus = Pseudomonas

gatifloxacin,

polimyxin B atau

ciprofloxacin, tobramycin, carbenicilin


dan gentamycin
Batang gram negative

Moxifloxacin,

Tobramycin atau

lobacilli besar, beruung

gatifloxacin atau

gentamycin dan

persegi = Moraxella

ciprofloxacin

ceftazolin atau penicilin


G

Batang Gram negative

Moxifloxacin,gatifloxacin

Ceftazidime,

lain

atau tobramycin

gentamicin atai
carbenicilin

Tidak ada organisme,

Natamycine atau

Amphotericin B,
32

ulkus mengesankan

foriconazole

Nystatin , Miconazole

infeksi jamur

atau flucytosine

Organisme mirip ragi

Foriconazole atau

Amphotericin B,

candida Sp.

amphotericine B

Nystatin , Miconazole
atau flucytosine

Organisme mirip hifa :

Natamycine atau

Amphotericin B atau

Ulkus fungi

foriconazole

Nystatin

Kista Trofozoit =

Propamidine dan/atau

Chalorhexidine atau

Ancanthamoeba

polihexamethylene

neomycin

biguanide

Anti jamur

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat


komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa
dibagi:

Jenis

jamur

yang

belum

diidentifikasi

penyebabnya

topikal

amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10


mg/ml, golongan Imidazole

Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin,


Imidazol

Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis


antibiotik.

33

Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid

lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena
dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang
baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang
diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :9,13,14

Kauterisasi

Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat

Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore.


Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas
disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak


menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan
yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh.
Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari
sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi
perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau
sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

34

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan


sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan
melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya
baru saja, maka dapat dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat

Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak


berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu
penglihatan,

kekeruhan

kornea

yang

menyebabkan

kemunduran

tajam

penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

Kemunduran visus yang cukup mengganggu aktivitas penderita

Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

35

Gambar 12. Keratoplasti

I. KOMPLIKASI ULKUS KORNEA


Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea

perforasi

dapat

berlanjut

menjadi

endoftalmitis

dan

panopthalmitis

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma sekunder

J. PROGNOSIS ULKUS KORNEA


Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya

36

komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama


mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak
ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.9,13,14

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan


dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua
metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan
pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat
sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar,
perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan
granulasi dan kemudian sikatrik. 9,13,14

37

BAB III
KESIMPULAN
Seorang pasien laki-laki 39 tahun datang ke poliklinik mata dengan
keluhan pada mata kanannya terasa nyeri sejak 1 minggu yang lalu akibat terkena
serbuk gerinda. Keluhan disertai rasa mengganjal, pedih, berdenyut dan pusing.
Pasien juga mengeluhkan pandangannya kabur. Pada pemeriksaan didapatkan
kornea tampak keruh dengan defek (+) berbatas tegas dengan tepi irreguller dan
injeksi silier (+). Pada konjungtiva palpebra tampak adanya serbuk kehitaman
serupa pasir berwarna kehitaman.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik mendukung diagnosis ulkus


kornea. Selain pemeriksaan yang sudah dilakukan dapat pula dilakukan
pemeriksaan diagnostik lain seperti pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Pada pasien diketahui adanya riwayat trauma pada mata yang dapat menjadi
etiologi. Untuk mencari etiologi lanjut dapat dilakukan pemeriksaan goresan ulkus
untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).

Terapi yang didapatkan berupa:

Cendo Tobroson md 6 dd gtt II

Cendo Mycos 1 dd OD (malam)

Vitamin A 6000 IU 1 dd tab I

Amoxicillin 500 mg 3 dd tab I

Asam Mefenamat 500 mg 3 dd tab I


38

Terapi non farmakoterapi (Edukasi) berupa: menghindari tindakan


mengucek mata, tidak boleh dibebat karena akan menaikkan suhu sehingga
berfungsi sebagai incubator pertumbuhan kuman, dan debridement. Semua
tindakan ini membantu dalam proses penyembuhan.

39

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. 2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika
2. American Academy of Opthamology (AAO). 2008-2009. International
Opthalmology Basic and clinical Science Course Section B. Hal 121-154
3. Asbury, Vaughan. 2007. Oftalmologi Umum. Edisi tujuh belas. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
4. Biswell, Roderick. 2012. Kornea dalam Riordan, P., Eva, J. P dan Witcher
(Editor). Vaughan and Ashbury Oftalmologi Umum Edisis 17. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia. Hal.125-139.
5. Daniel, Widjaya. 2007. Anatomi tubuh manusia. Bandung : Graha Ilmu.
6. Erry, E.2012. Distribusi dan Karakteristik Sikatrik Kornea di Indonesia,
Riskesdas 2007. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 1 Maret
Tahun 2012. Hal 31-36.
7. Faiz, omar, dan Moffat. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta: EMS.
8. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC.
9. Ilyas, S. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit
Buku Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 161-168
10. Biswell, Roderick. 2012. Kornea dalam Riordan, P., Eva, J. P dan Witcher
(Editor). Vaughan and Ashbury Oftalmologi Umum Edisis 17. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia. Hal.125-139
11. Kumar, A.N, dkk . 2009. Hospital Base epidemiology, risk factors and
microbiological diagnosis of Bacterial corneal Ulcers. Departemenof
OpthalmologyLiquat University Eye Hospital Hyederabad, Pakistan.
International Journal Opthalmol Vol 2. No.4 December 2009. Hal 362-365.
12. PERDAMI.2002. Ulkus kornea dalam Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi Ke-2. Penerbit Sagung Seto.
Jakarta , Indonesia. Hal. 131-137.
13. Upadhyay.M.et al. 2001. The Bhaktapur Eye Study : Ocular trauma and
antibiotics prophylaxis for the prevention of corneal ulceration in Nepal.
British Journal Of Opthalmology press
14. Wijaya, N. 1989. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata Cetakan Ke- Empat.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia. Hal.80-101.

40

También podría gustarte

  • Presentasi TRIASE
    Presentasi TRIASE
    Documento34 páginas
    Presentasi TRIASE
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • 326-Article Text-975-1-10-20180928
    326-Article Text-975-1-10-20180928
    Documento7 páginas
    326-Article Text-975-1-10-20180928
    Andre William
    Aún no hay calificaciones
  • SPO Rujuk Balik
    SPO Rujuk Balik
    Documento1 página
    SPO Rujuk Balik
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Makalah HIL Fix
    Makalah HIL Fix
    Documento13 páginas
    Makalah HIL Fix
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • InsectBiteGuide
    InsectBiteGuide
    Documento3 páginas
    InsectBiteGuide
    Muhammad Akrim
    Aún no hay calificaciones
  • Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin
    Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin
    Documento22 páginas
    Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Dahyanto-Covid 19 Puskes Riau Silip
    Dahyanto-Covid 19 Puskes Riau Silip
    Documento22 páginas
    Dahyanto-Covid 19 Puskes Riau Silip
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Presentasi Minipro
    Presentasi Minipro
    Documento17 páginas
    Presentasi Minipro
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Analisis Saat Kematian
    Analisis Saat Kematian
    Documento2 páginas
    Analisis Saat Kematian
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Presus IKK
    Presus IKK
    Documento71 páginas
    Presus IKK
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Presus
    Presus
    Documento56 páginas
    Presus
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Documento27 páginas
    Presentasi Kasus
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Invaginasi
    Invaginasi
    Documento33 páginas
    Invaginasi
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Documento1 página
    Bab Vii
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • PResus
    PResus
    Documento37 páginas
    PResus
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Hi Per Bilirubin Emi A
    Hi Per Bilirubin Emi A
    Documento26 páginas
    Hi Per Bilirubin Emi A
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Refleksi
    Refleksi
    Documento2 páginas
    Refleksi
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Herpes Zoster
    Herpes Zoster
    Documento13 páginas
    Herpes Zoster
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Herpes Zoster
    Herpes Zoster
    Documento13 páginas
    Herpes Zoster
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • BEHÇET'S UVEITIS
    BEHÇET'S UVEITIS
    Documento23 páginas
    BEHÇET'S UVEITIS
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • BEHÇET'S UVEITIS
    BEHÇET'S UVEITIS
    Documento23 páginas
    BEHÇET'S UVEITIS
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Gangguan Bipolar
    Gangguan Bipolar
    Documento32 páginas
    Gangguan Bipolar
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • PJP
    PJP
    Documento16 páginas
    PJP
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Tutorial Klinik
    Tutorial Klinik
    Documento10 páginas
    Tutorial Klinik
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Presus Atonia Uteri
    Presus Atonia Uteri
    Documento31 páginas
    Presus Atonia Uteri
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Resus (Polip Recti)
    Resus (Polip Recti)
    Documento11 páginas
    Resus (Polip Recti)
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Presus Anestesi
    Presus Anestesi
    Documento43 páginas
    Presus Anestesi
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Presus TON
    Presus TON
    Documento42 páginas
    Presus TON
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones
  • Presus Atonia Uteri
    Presus Atonia Uteri
    Documento31 páginas
    Presus Atonia Uteri
    Tegar Jati Kusuma
    Aún no hay calificaciones