Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ULKUS KORNEA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Diajukan Kepada :
dr. M. Faisal Lutfi, Sp. M
Disusun Oleh :
Tegar Jati Kusuma
20100310220
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
ULKUS KORNEA
DISUSUN OLEH :
TEGAR JATI KUSUMA
20100310220
Mengetahui,
Dokter pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
iii
A.
IDENTITAS PASIEN
B.
ANAMNESIS
C.
PEMERIKSAAN FISIK
D.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
E.
DIAGNOSA BANDING
F.
DIAGNOSA KERJA
G.
PENATALAKSANAAN
A.
B.
C.
D.
10
E.
18
F.
MANIFESTASI KLINIS
19
G.
DIAGNOSA
20
H.
PENATALAKSANAAN
21
I.
26
J.
26
28
DAFTAR PUSTAKA
29
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Alamat
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Tanggal Periksa
: Tn. I
: 39 tahun
: Selokromo 2/8 Leksono, Wonosobo
: Laki-laki
: Bengkel las
: 22 Januari 2016
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Kondisi pasien
: Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
2. Status Opthalmologis
Pemeriksaan Subjektif
VOD : 0,5/60
VOS
: 5/5
Pemeriksaan Objektif
No Pemeriksaaan
1.
2.
3.
OD
OS
Palpebra
Pasangan
Asimetris
Simetris
Gerakan
Bebas
Bebas
Edema
(-)
(-)
Nyeri tekan
(-)
(-)
Sikatrik
(-)
(-)
Bola mata
-
Pasangan
Simetris
Simetris
Gerakan
Segala arah
Segala arah
Konjungtiva
-
Warna
Jernih
Edema
(-)
(-)
Sekret
(-)
(-)
Papil
(-)
(-)
Folikel
(-)
(-)
7
4.
Lain-lain
Sklera
-
Warna
Putih
Putih
Edema
(-)
(-)
Nodul
(-)
(-)
5.
Kornea
6.
COA
Dalam
Dalam
Jernih
Jernih
7.
8.
Iris / Pupil
-
Bentuk
Bulat, 3mm
Bulat, 3mm
Kedudukan
Sentral
Sentral
Reflek direk
(+)
(+)
Reflek indirek
(+)
(+)
Lensa
8
9.
Kejernihan
Jernih
Jernih
Letak
Sentral
Sentral
Lakrimasi (-)
Lakrimasi (-)
TIO
Kesimpulan pemeriksaan
Pada kornea tampak keruh dengan defek (+) berbatas tegas dengan tepi
irreguller dan injeksi silier (+).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usul pemeriksaan :
Tes Fluorescein
Placidometer
Keratometri
E. DIAGNOSA BANDING
F. DIAGNOSA KERJA
G. PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
10
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan
diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima
lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan
endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan
lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem
karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1.
Lapisan epitel
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
12
2.
Membran Bowman
3.
Jaringan Stroma
4.
Membran Descement
5.
Endotel
13
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan
selubung schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.4,5,6
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. 7,8
14
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila
pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk
disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya
16
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang
menurunkan
mekanisme
imun,
misalnya;
Ulkus marginal
17
Ulkus Streptokokus
Ulkus kornea sentral yang disebabkan Streptococcus Beta-Hemolyticus
tidak memiliki ciri khas. Stroma kornea di sekitarnya sering menunjukkan infiltrat
dan sembab, dan biasanya terdapat hipopion berukuran sedang. Kerokan
menampakkan kokus gram-positif dalam bentuk rantai. Ulkus bewarna kuning
keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat
menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang
dihasilkan oleh streptokok pneumonia.11
Ulkus Stafilokokus :
Banyak di antaranya pada kornea yang telah biasa terkena kortikosteroid
topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit
infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini sering superficial dan dasar ulkus teraba
pada saat dilakukan kerokan. Kerokan mengandung kokus gram positif satu-satu,
berpasangan atau dalam bentuk rantai. Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna
putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai
edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.11
Ulkus Pseudomonas :
18
Ulkus Pneumokokus :
19
kemudian parenkim bagian dalam. Kornea sekitar ulkus biasanya ada hipopion.
Kerokan dari tepian depan ulkus kornea pneumokokus mengandung diplokokus
berbentuk lancet gram positif. Dakriosistitis yang timbul bersamaan harus diobati
pula.11
Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-lesi satelit
umumnya infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi. Lesi
utama dan lesi satelit merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur di
bawah lesi kornea utama, disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses
kornea. Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organism oportunis seperti Candida,
Aspergillus, dan lain-lain. Kerokan dari ulkus kornea fungi kecuali yang
disebabkan Candida mengandung unsur-unsur hypha. Kerokan dari ulkus
Candida umumnya mengandung pseudohyphae atau bentuk ragi yang
menampakkan kuncup-kuncup khas.11
20
Ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens. Perjalanan klinik dapat
berlangsung lama karena stroma kornea kurang vaskuler, sehingga menghambat
migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi. Infeksi okuler HSV pada hospes
imunokompeten biasanya sembuh sendiri namun pada hospes yang secara
imunologik tidak kompeten, termasuk pasien yang diobati dengan kortikosteroid
topikal, perjalanan penyakitnya mungkin menahun dan dapat merusak. Penyakit
stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah respons imunologik terhadap partikel
virus atau perubahan seluler akibat virus namun sekarang bukti menunjukkan
infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan juga sel-sel endotel, selain di
jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris dan endotel trabekel.
21
22
23
24
C
Gambar 10.Mooren's Ulcer (A : Gambaran awal ulkus Mooren, B : Gambaran lanjut Ulkus
Mooren, C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi ke tengah)
25
terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan
kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 11,12
26
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :9,10
1. Gejala Subjektif
Sekret mukopurulen
Pandangan kabur
Mata berair
Silau
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel
kornea.
2. Gejala Objektif
27
a. Injeksi siliar
G. DIAGNOSA
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
9,10
a. Ketajaman penglihatan
b. Tes refraksi
c. Pemeriksaan slit-lamp
28
g. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau
KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula
kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan
KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan
diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar
sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
H. PENATALAKSANAAN
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan
pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi
peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat
sistemik.13,14
29
b Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan lokal13,14
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
kornea
sekecil
apapun harus
sebaik-baiknya.
Konjungtivitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung,
telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
30
Analgetik.
Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada
pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat
memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
Organisme
Terapi Awal
Terapi Alternatif
Moxifloxzcin,
Ciprofloxacin,levofloxa
Ulkus mengesankan
gatifloxacin,tobramycin
cin, floxacin,
infeksi bakteri
dan cefazolin
gentamicin, ceftadizime
atau vancomycin
Moxifloxzcin,
levofloxacin, floxacin ,
gatifloxacin,tdan
penicillin G,
kapsul = S Pneumoniae
cefazolin
vancomycin atau
ceftazidime
Vancomycin
Metaciline- S Aureus
(MRSA)
31
Amikacine,
Langsing dan
moxifloxacine atau
panjangnya bervariasi-
gatifloxacine
Flourokuinolon lain
Mycobacterium
fortuitum, spesies
nocardia, spesies
actynomyces.
Organisme gram positif
Ceftazolin, moxifloxacin
Flourokuinolon lain,
atau gatifloxacine
peniciline G,
Vancomycin atau
ceftazidime
Ceftriaxzone
Penicilin G, Ceftazolin
atau Vancomycin
moxifloxacin,
Flourokuinolon lain,
Kurus = Pseudomonas
gatifloxacin,
polimyxin B atau
Moxifloxacin,
Tobramycin atau
gatifloxacin atau
gentamycin dan
persegi = Moraxella
ciprofloxacin
Moxifloxacin,gatifloxacin
Ceftazidime,
lain
atau tobramycin
gentamicin atai
carbenicilin
Natamycine atau
Amphotericin B,
32
ulkus mengesankan
foriconazole
Nystatin , Miconazole
infeksi jamur
atau flucytosine
Foriconazole atau
Amphotericin B,
candida Sp.
amphotericine B
Nystatin , Miconazole
atau flucytosine
Natamycine atau
Amphotericin B atau
Ulkus fungi
foriconazole
Nystatin
Kista Trofozoit =
Propamidine dan/atau
Chalorhexidine atau
Ancanthamoeba
polihexamethylene
neomycin
biguanide
Anti jamur
Jenis
jamur
yang
belum
diidentifikasi
penyebabnya
topikal
33
Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid
lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena
dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang
baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang
diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Kauterisasi
Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat
34
Iris reposisi
Keratoplasti
kekeruhan
kornea
yang
menyebabkan
kemunduran
tajam
35
Kornea
perforasi
dapat
berlanjut
menjadi
endoftalmitis
dan
panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder
36
37
BAB III
KESIMPULAN
Seorang pasien laki-laki 39 tahun datang ke poliklinik mata dengan
keluhan pada mata kanannya terasa nyeri sejak 1 minggu yang lalu akibat terkena
serbuk gerinda. Keluhan disertai rasa mengganjal, pedih, berdenyut dan pusing.
Pasien juga mengeluhkan pandangannya kabur. Pada pemeriksaan didapatkan
kornea tampak keruh dengan defek (+) berbatas tegas dengan tepi irreguller dan
injeksi silier (+). Pada konjungtiva palpebra tampak adanya serbuk kehitaman
serupa pasir berwarna kehitaman.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. 2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika
2. American Academy of Opthamology (AAO). 2008-2009. International
Opthalmology Basic and clinical Science Course Section B. Hal 121-154
3. Asbury, Vaughan. 2007. Oftalmologi Umum. Edisi tujuh belas. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
4. Biswell, Roderick. 2012. Kornea dalam Riordan, P., Eva, J. P dan Witcher
(Editor). Vaughan and Ashbury Oftalmologi Umum Edisis 17. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia. Hal.125-139.
5. Daniel, Widjaya. 2007. Anatomi tubuh manusia. Bandung : Graha Ilmu.
6. Erry, E.2012. Distribusi dan Karakteristik Sikatrik Kornea di Indonesia,
Riskesdas 2007. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 1 Maret
Tahun 2012. Hal 31-36.
7. Faiz, omar, dan Moffat. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta: EMS.
8. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC.
9. Ilyas, S. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit
Buku Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 161-168
10. Biswell, Roderick. 2012. Kornea dalam Riordan, P., Eva, J. P dan Witcher
(Editor). Vaughan and Ashbury Oftalmologi Umum Edisis 17. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia. Hal.125-139
11. Kumar, A.N, dkk . 2009. Hospital Base epidemiology, risk factors and
microbiological diagnosis of Bacterial corneal Ulcers. Departemenof
OpthalmologyLiquat University Eye Hospital Hyederabad, Pakistan.
International Journal Opthalmol Vol 2. No.4 December 2009. Hal 362-365.
12. PERDAMI.2002. Ulkus kornea dalam Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi Ke-2. Penerbit Sagung Seto.
Jakarta , Indonesia. Hal. 131-137.
13. Upadhyay.M.et al. 2001. The Bhaktapur Eye Study : Ocular trauma and
antibiotics prophylaxis for the prevention of corneal ulceration in Nepal.
British Journal Of Opthalmology press
14. Wijaya, N. 1989. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata Cetakan Ke- Empat.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia. Hal.80-101.
40