Está en la página 1de 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance


2.1.1. Pengertian Maintenance
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas
pabrik seperti mesin dan peralatan serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian
atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi
yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan (Assauri, 1993). Kegiatan
pemeliharaan ini dapat menjamin bahwa selama proses produksi berlangsung,
tidak akan terjadi kemacetan yang disebabkan oleh mesin atau fasilitas produksi.
Suatu industri manufaktur mesin-mesin dan peralatan yang telah tersedia
dan siap pakai dibutuhkan setiap saat proses produksi akan dimulai. Fungsi
mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami
kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin/peralatan
tersebut, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan
perbaikan secara berkala melalui suatu aktivitas pemeliharan yang tepat.
Menurunnya kemampuan mesin/peralatan ada dua jenis, yaitu:
1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami
akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu
pemakaian walaupun penggunaan secara benar.
2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat
kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat keausan

mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak


seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan
Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak
sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/peralatan
tersebut digunakan. Oleh karena itu dalam usaha mencegah dan berusaha untuk
menghilangkan kerusakan yang timbul ketika proses produksi berjalan,
dibutuhkan cara dan metode untuk mengantisipasinya dengan melakukan kegiatan
pemeliharaan mesin/peralatan.
Pemeliharaan adalah semua tindakan teknis dan administratif

yang

dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baikdan dapat


melakukan segala fungsinya dengan baik, efisiensi, dan ekonomis sesuai dengan
tingkat keamanan yang tinggi.
Pada dasarnya hasil yang diharapakan dari kegiatan pemeliharaan
mesin/peralatan (equipment maintenance) mencakup dua hal sebagai berikut:
1. Condition

maintenance

yaitu

mempertahankan

kondisi

mesin/peralatan agar berfungsi dengan baik sehingga komponenkomponen yang terdapat dalam mesin juga berfungsi dengan umur
ekonomisnya.
2. Replecement

perbaikan

maintenance

yaitu

melakukan

tindakan

dan penggantian komponen mesin tepat pada waktunya

sesuai dengan jadwal yang telah diencanakan sebelum kerusakan


terjadi.
2.1.2. Tujuan maintenance

Maintenance dilakukan pada mesin/peralatan dengan maksud agar tujuan


komersil perusahaan dapat tercapai dan juga kegiatan maintenance yang
dilakukan adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya
kerusakan yang terlalu cepat dimana kerusakan tersebut bisa saja dikarenakan
keausan akibat pengoperasian yang salah. Karena maintenance adalah kegiatan
pendukung bagi kegiatan komersil, maka seperti kegiatan lainnya, maintenance
harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance
ini, maka mesin/peralatan produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan
tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncanakan
tercapai.
Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain:
1. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan
2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam kondisi baik dan dalam
keadaan dapat berfungsi dengan baik
3. Dapat menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi
4. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktunya
5. Memaksimumkan ketersedian semua peralatan

sistem

produksi

(mengurangi downtime)
6. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut
7. Dapat mendukung upaya memuaskan pelanggan.
2.2. Jenis-Jenis Maintenance
3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)
Planned maintenance (pemeliharaa terencana) adalah pemeliharaan yang
terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan

pencatatan sesuai denagn rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena
itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan
pegawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui
informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan.
Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah
yang dihadapi manajer dengan pelanksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi
dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk
mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance
antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan
perbaikan, dan lain-lain.
Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk
pelaksanaan, yaitu :
a. Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan)
Preventive maintenance adalah tindakan-tindakan yang dilakukan ketika dan
selama

mesin/peralatan

sedang

beroperasi

dengan

baik,

sebelum

mesin/peralatan rusak yang bertujuan untuk menjaga agar mesin/peralatan


tidak rusak dan mendeteksi gejala akan terjadinya kerusakan secara dini,
sehingga

dapat

bertindak

untuk

mengadakan

perbaikan

sebelum

mesin/peralatan mengalami breakdown.


Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan preventive
maintenance akan terjamin kelancarannya dan selalu diusahakan dalam kondisi
atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi
pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suaturencana

dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana
produksi yang lebih tepat.
b. Corrective maintenance (Pemeliharaan Perbaikan )
Corrective maintenance adalah suatu kegiatan maintenance yang dilakukan
setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin/peralatan sehingga tidak
dapat berfungsi dengan baik.
c. Predictive maintenance
Predictive maintenance adalah tidakan-tindakan maintenance yang dilakukan
pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi
data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu dapat
berupa data getaran, temperature, vibrasi, flow rate, dan lain-lainnya.
Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari
operator

di

lapangan

yang

diajukan

melalui

work

order

ke

departemen maintenance untuk dilakuakan tindakan tepat sehingga tidak akan


merugikan perusahaan.

3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)


Unplanned

maintenance

biasanya

berupa

breakdown/emergency

maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah


tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin peralatan yang masih
dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi
lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan
penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari

mesin/peralatan, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.

3.2.3. Autonomous maintenance (Pemeliharaan Mandiri)


Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatu
kegiatan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan
melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara
mesin/peralatan yang mereka tangani sendiri. Prinsip-prinsi yang terdapat pada
lima S, merupakan prinsip yang mendasari kegiatan autonomous maintenance,
yaitu :
1. Seiri (clearing up) : Menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan
2. Seiton (organazing) : Menempatkan benda-benda yang diperlukan dengan rapi
3. Seiso (cleaning) : Membersikan peralatan dan tempat kerja
4. Seikatsu (standarizing) : Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi
5. Shitsuke (training and discipline) : Meningkatkan skill dan moral
Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan
membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mereka mengetahui tindakan
apa yang harus dilakukan.
Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah :
1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect)
2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan
3. menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminete
4.
5.
6.
7.

problem and anaccesible area)


Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance)
Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection)
Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance)
Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidines)

2.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance


Maintenance adalah untuk dapat memelihara

reliabilitas sistem

pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba
dan meminimumkan biaya. Maintenance yang cenderung untuk memperbaiki
reliabilitas sistem, termasuk pada katagori kebijaksanaan pokok yang dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Kebijaksanaan

yang

cenderung

kerusakan peralatan produksi


2. Kebijakan
untuk
kegiatan
mempertimbangkan

dua

hal

untuk

mengurangi

pemeliharaan
yaitu

pengantian

dilaksanakan

frekuensi
dengan

mesin/peralatan

dan

pelaksanaan reperasi serta didukung oleh keahlian dan keterampilan teknikal


Penggantian peralatan tersebut harus berdasarkan pada:
a. Perhitungan terhadap faktor biaya.
b. Analisa nilai ekonomis mesin/peralatan lama dan mesin/peralatan baru. c.
Cadangan mesin/peralatan yang harus segera dimanfaatkan.
Seluruh kegiatan maintenance dapat digolongkan ke dalam salah satu dari lima
tugas pokok berikut, yaitu:
1. Inspeksi (Inspections)
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara
berkalas (routine schedule check) terhadap mesin /peralatan sesuai dengan
rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai
fasilitas mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.
2. Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru


dibeli, dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,
serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan
komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan.
3. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya
yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi
4. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana
kapan kegitan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa, diservice dan
diperbaiki.
5. Pemeliharaan Bangunan
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatanyang tidak termasuk
dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.

2.4. Total Productive Maintenance (TPM)


2.4.1. Pendahuluan
Manajemen pemeliharaan mesin/peralatan modern dimulai dengan apa
yang disebut preventive maintenance yang kemudian berkembang menjadi
productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya disingkat
dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh industri-industri manufaktur di

Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya ditempatkan satu departemen yang
disebut maintenance departement.
Preventive maintenance mulai dikenal pada tahun 1950-an, yang
kemudian berkembang seiring dengan perkembanagan teknologi yang ada dan
kemudian pada tahun 1960-an muncul apa yang disebut productive maintenance.
Total productive Maintenance merupakan salah satu konsep inovasi dari
Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan
mengembangkan konsep TPM pada tahun 1960. TPM menjadi sangat popular dan
tersebar luas hingga keluar jepang dengan sangat cepat. Hal ini terjadi karena
dengan penerapan TPM mendapatkan hasil yang dramatis, yaitu peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan dalam produksi dan perawatan mesin bagi pekerja.
Total productive maintenance (TPM) mulai dikembangkan pada tahun 1970-an
pada perusahaan di negara jepang yang merupakan pengembang konsep
maintenance yang diterapkan pada perusahaan industri manufaktur Amerika
Serikat yang disebut Preventive maintenance. Seperti dapat dilihat masa periode
perkembangan PM di Jepang dimana periode tahun 1950-an juga bisa
dikatagorikan sebagai periode "breakdown maintenance".
Mempertahankan kondisi mesin/peralatan yang mendukung pelaksanaan
proses produksi merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan unit produksi. Tujuan pemeliharaan produktif (productive
maintenance) adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan profitable PM.

2.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)

TPM adalah hubungan kerjasama yang antara perawatan dan organisasi


produksi secara menyeluruh bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi,
mengurangi waste, mengurangi biaya produksi, meningkatkan kemampuan
peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada perusahaan
manufaktur. Secara menyeluruh definisi dari total productive maintenance
menurut Nakajima mencakup lima elemen yaitu sebagai berikut :
1. TPM bartujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance
(PM) untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan.
2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin/peralatan
secara keseluruhan (overall effectiveness).
3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering,
bagian produksi, bagian maintenance)
4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertiggi
hingga para karyawan/operator lantai produksi.
5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan
PM melalui manajemen motivasi.

2.4.3. Manfaat dari Total Produtive Maintenance (TPM)


Manfaat dari studi aplikasi TPM secara sistematik dalam rencana kerja
jangka panjang pada perusahaan khususnya menyangkut faktor-faktor berikut :
1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM
akan meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan.
2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan

kerusakan

pada mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metodo terfokus


3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang
tanpa gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4. Biaya produksi rendah karena rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai

tambah dapat dikurangi.


5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.
6. Meningkatkan motivasi kerja, karena hak dan tanggung jawab
didelegasikan oleh setiap orang

2.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)


Kegiatan dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya
berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin/peralatan dan
meminimalkan downtime mesin/peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat
meyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin/peralatan saja. Rendahnya
produktivitas mesin/peralatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering
diakibatkan oleh penggunaan mesin/peralatan yang tidak efektif dan efisien
terdapat enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big losses). Menurut
Gaspertz, efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya
sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan
output. Efisiensi merupakan karakteristik proses mengukur performansi
aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan. Sedangkan
efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses mengukur derajat pencapaian
output dari sistem produksi. Efektivitas diukur dari aktual output rasio terhadap
output direncanakan. Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem
produksi yang hanya mengacu pada kuantitas output semata akan dapat
menyesatkan, karena pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama
dari proses yaitu : kapasitas, efisiensi dan efektivitas.
Menggunakan

mesin/peralatan

seefisien

mungkin

artinya

adalah

memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat guna


dan berdaya guna. Untuk dapt meningkatkan produktivitas mesin/peralatan yang
digunakan

maka

perlu

dilakukan

analisis

produktivitas

dan

efisiensi

mesin/peralatan pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses)
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Downtime
a. Equipment failur (breakdowns)
b. Set-up and adjustment
2. Sped losses
a. Idling and minor stoppages
b. Reduced speed
3. Defect
a. Process defect
b. Reduced yieled losses

2.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE)


Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan produk dari six big
losses pada mesin/peralatan. Keenam faktor

dalam six big losses dapat

dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan
dalam mengukur kinerja mesin/peralatan yakni, downtime loses, speed losses dan
defect losses.
a. Downtime losses : berarti waktu mesin seharusnya untuk beroperasi tetapi pada
kenyataannya tidak. Downtime mengandung 2 jenis kerugian (loss) yaitu:

kegagalan peralatan, dan penyiapan dan penyesuaian mesin/peralatan.


- Kegagalan Peralatan : Kegagalan peralatan atau breakdown mesin yang tibatiba dan yang tidak diharapkan, merupakan penyebab nyata dari loss, karena
berarti bahwa mesin tidak memproduksi output apa-apa.
- Persiapan Peralatan : Kebanyakan pergantian mesin membutuhkan beberapa
periode waktu untuk mematikan mesin sehingga peralatan-peralatan di dalamnya
dapat diganti. Waktu antara produksi produk jadi terakhir dan produksi terakhir
produk jadi berikutnya merupakan downtime. Downtime ini sering mencakup
waktu yang dihabiskan untuk membuat penyesuaian sampai mesin memberikan
produk baru yang kualitasnya dapat diterima.
b. Speed losses : berarti bahwa peralatan sedang beroperasi, tetapi mesin itu tidak
beroperasi dengan kecepatan maksimumnya yang direncanakan. Speed loss terdiri
dari 2 kerugian utama : penghentian kecil dan menganggur, dan kecepatan operasi
yang berkurang.
- Penghentian Kecil dan Menganggur : Ketika sebuah mesin tidak beroperasi
dengan lancar dan pada kecepatan yang stabil, mesin itu akan kehilangan
kecepatan dan menghambat lancarnya aliran operasinya. Penundaan dan
penghentian kecil initidak disebabkan oleh kegagalan teknis, tetapi oleh masalahmasalah kecil seperti part yang terkena sensor. Walaupun operator dapat dengan
mudah memperbaiki masalah tersbut ketika terjadi, frekuensi terjadi tersebut
secara dramatis dapat mengurangi efektivitas peralatan.
- Kecepatan Operasi Berkurang : Kecepatan operasi yang berkurang berarti
selisih waktu antara kecepatan actual operasi dan kecepatan peralatan yang

dirancang. Hal yang Sering terjadi adalah perbedaan persepsi orang tentang apa
yang disebut dengan kecepatan maksimum dan kecepatan maksimum actual yang
dirancang. Kerugian yang ditimbulkan dari kecepatan operasi yang berkurang
sering terabaikan dan tidak diperkirakan.
c. Defect losses : berarti bahwa peralatan menghasilkan produk yang tidak
memenuhi karakteristik kualitas yang diharapkan. Defect loss terdiri dari 2 tipe
utama loss, yaitu kerugian karena scrap dan pengerjaan ulang, dan kerugian
startup.
- Screp dan Pengerjaan Ulang : Kerugian terjadi ketika produk tidak memenuhi
spesifikasi kualitas, walaupun produk-produk tersebut dapat dikerjakan ulang.
Tujuan yang harus dicapai adalah zero defect (nol cacat) - membuat produk
dengan benar pada saat pertama dan setiap saat.
Pemahaman terhadap jenis kerugian peralatan ini diperlukan agar hasil
yang diperoleh seoptimal mungkin menggambarkan situasi yang sesungguhnya,
serta tidak terdapat hal penting yang terlupakan. Dengan mengetahui dan
memahamim kerugian peralatan/mesin tersebut, maka data yang diperlukan untuk
pengukuran nilai OEE mudah didapatkan.
- Kerugian Startup : Startup loss terjadi ketika produksi tidak stabil dengan cepat
pada saat peralatan di start up, sehingga produk pertama tidak memenuhi
spesifikasi. Kerugian jenis ini merupakan kerugian laten, karena sering diterima,
padahal dapat memberikan kejutan yang cukup besar.
OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat
produktivitas mesin/peralatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat

penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas
ataupun efisiensi mesin/peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck
yang terdapat pada lintasan poduksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk
mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk mejamin penigkatan
produktivitas penggunaan mesin/peralatan.
Formula

matematis

dari

overall

equipment

effectiveness

(OEE)

dirumuskan sebagai berikut :


OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 1OO%

Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan


jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance
efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang
dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Keenam faktor dala six big
losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari
mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat.
1. Availability
Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading timenya. Sehingga dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari :
a. operation time
b. Loading time
c. Downtime
Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Availability = operation time x 1OO %
loading time

Availability = loading time - down time x 100 %


loading time
Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per
bulan dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime)
Loading time = Total availability - Planned downtime
Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk
pemeliharaan (scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya.
Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu
downtime mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah
waktu operasi tesedia (availability time) setelah waktu downtime mesin keluarkan
dari total availability time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu
proses yang seharusnya digunakan mesin aka tetapi karena adanya gangguan pada
mesin/peralatan (aqupment failures) mengakibatkan tidak ada output yang
dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan
mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan
adjesment dan lain-lainnya.
2. Performance Efficiency
Performance afficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed rate
dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan
dengan waktu siklus idealnya

terhadap

waktu yang

tersedia yang

melakuakn proses produksi (operation time).


Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesin
berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time) dengan

kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematiknya


ditunjukkan sebagai berikut :
Operation speed rate = ideal cycle time
actual cycle time
Net operation rate = actual processing time
operation time
Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang
diproses (processes amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net
operation time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor
stoppages dan menurunnya kecepatan produksi (reduced speed)

Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency:


1. ideal cycle ( waktu siklus ideallwaktu standar)
2. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
3. Operation time (waktu operasi mesin)
Perfomance efficiency dapat dihitung sebagai berikut :
Performance efficiency = net operating x operating speed rate
= processed amount x actual cycle time x ideal cycle time
operating time
actual cycle time
Performance efficiency = processed amount x ideal cycle time x 100%
operation time
3. Rate of quality product
Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik terhadap
jumlah total produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah hasil

perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut :


a. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
b. Defect amount (jumlah produk yang cacat)
Rate of quality product dapat dihitung sebagai berikut :
Rate of quality products = processed amount - defect amount x 100 %
processed amount
Perhitungan nilai OEE tersebut dapat digambarkan melalui skema dibawah ini:

Gambar 2.2. Alur Pengukuran Nilai OEE


2.7. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effeet Diagram)
Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone

diagram) diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1943 oleh Prof. Kaoru
Ishikawa (Tokyo University). Diagram ini berguna untuk menganalisa dan
menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap penentuan
karakteristik kualitas output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran akan
cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya
penyimpangan kerja secara detail.
Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas
hasil kerja maka, ada lima faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a. Manusia (man)
b. Metode kerja (work method)
c. Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine/equipment)
d. Bahan baku (raw material)
e. Lingkungan kerja (work environment)

También podría gustarte

  • Bab Analisa Dan Pembahasan
    Bab Analisa Dan Pembahasan
    Documento13 páginas
    Bab Analisa Dan Pembahasan
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Silabus Tip
    Silabus Tip
    Documento7 páginas
    Silabus Tip
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Fluktuasi harga cabai
    Fluktuasi harga cabai
    Documento1 página
    Fluktuasi harga cabai
    Andreas Tri Panudju
    100% (2)
  • Bab 1
    Bab 1
    Documento10 páginas
    Bab 1
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Cover KKN PT
    Cover KKN PT
    Documento1 página
    Cover KKN PT
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • A
    A
    Documento6 páginas
    A
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • 2AAAA
    2AAAA
    Documento22 páginas
    2AAAA
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Appendix
    Appendix
    Documento4 páginas
    Appendix
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Handoko
    Handoko
    Documento1 página
    Handoko
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Kantor Kepala Desa Pamong Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang
    Kantor Kepala Desa Pamong Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang
    Documento1 página
    Kantor Kepala Desa Pamong Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Formulir Kinerja Penelitian
    Formulir Kinerja Penelitian
    Documento3 páginas
    Formulir Kinerja Penelitian
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Lap. Tahunan
    Lap. Tahunan
    Documento3 páginas
    Lap. Tahunan
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Quiz Evaluasi
    Quiz Evaluasi
    Documento1 página
    Quiz Evaluasi
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Documento1 página
    Halaman Pengesahan
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Abstract HRSC
    Abstract HRSC
    Documento1 página
    Abstract HRSC
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • John Sought To Live Free of The World State
    John Sought To Live Free of The World State
    Documento1 página
    John Sought To Live Free of The World State
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Abstract
    Abstract
    Documento1 página
    Abstract
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Laporan
    Laporan
    Documento26 páginas
    Laporan
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Laporan Program
    Laporan Program
    Documento2 páginas
    Laporan Program
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 30
    Bab 2 - 30
    Documento1 página
    Bab 2 - 30
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 29
    Bab 2 - 29
    Documento1 página
    Bab 2 - 29
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Kuisioner 1 PDF
    Kuisioner 1 PDF
    Documento1 página
    Kuisioner 1 PDF
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 39
    Bab 2 - 39
    Documento1 página
    Bab 2 - 39
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 38
    Bab 2 - 38
    Documento1 página
    Bab 2 - 38
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 40
    Bab 2 - 40
    Documento1 página
    Bab 2 - 40
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 39
    Bab 2 - 39
    Documento1 página
    Bab 2 - 39
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 37
    Bab 2 - 37
    Documento1 página
    Bab 2 - 37
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 38
    Bab 2 - 38
    Documento1 página
    Bab 2 - 38
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones
  • Bab 2 - 25
    Bab 2 - 25
    Documento1 página
    Bab 2 - 25
    Andreas Tri Panudju
    Aún no hay calificaciones