Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Mengingat :
1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Keputusan Direktur Rumah Sakit Petukangan Nomor 010.01 Tahun 2015 tentang
Struktur Organisasi Rumah sakit Petukangan.
Menetapkan
Kesatu
: PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN TENTANG
PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN
DAN MINUMAN DI RUMAH SAKIT PETUKANGAN
Kedua
Ketiga
Keempat
Ditetapkan
: Di Jakarta
Pada Tanggal : 1 September 2015
RUMAH SAKIT PETUKANGAN
1. Logaritmic phase
Pada suasana yang cocok bakteri tumbuh dengan cepat dengan cara membelah diri,
sehingga jumlahnya meningkat
2. Stationary phase
Pada suhu dingin bakteri berhenti tumbuh tetap tidak mati sehingga jumlahnya
konstan.
3. Leg phase
Pada suasana tidak cocok/ kurang makan, pertumbuhan bakteri terhambat dan
banyak yang mati, sehingga jumlah menurun
Cara penyimpanan makanan
Sesuai suhu, ada 4 cara penyimpanan makanan :
1. Cooling
a. Penyimpanan sejuk dengan suhu 10C 15C
b. Minuman, buah, sayuran
c. Chilling
2. Penyimpanan dingin dengan suhu 4C 10C.
a. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah
b. Freezing
3. Penyimpanan dingin sekali dengan suhu 0C 4C
a. Bahan berprotein mudah rusak untuk jangka waktu 24 jam
4. Frozen
a. Penyimpanan beku dengan suhu < 0C
b. Bahan berprotein mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam
Hubungan waktu dengan suhu
1. Waktu
a. Lamanya makanan disimpan
b. Makin lama disimpan risiko kerusakan semakin besar
c. Makanan disimpan sesingkat mungkin, bahan segera diolah dan makanan segera
dikonsumsi
2. Suhu
a. Suhu penyimpanan makanan
b. Makin rendah suhu makin lama bakteri tumbuh sehingga makanan makin tahan
lama
3. Produksi toksin
a. Toksin diproduksi bakteri untuk pertahanan tubuh
b. Jumlah meningkat sejalan dengan jumlah bakteri
c. Membuat suasana ruang penyimpanan tidak nyaman untuk pertumbuhan bakteri
d. Penyimpanan terpisah untuk mencegah kontaminasi silang
e. Bahan tertata rapi di rak dengan sirkulasi yang baik
f. Pintu tidak sering dibuka karena meningkatkan suhu
5. PENGELOLAAN MAKANANAN
Pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan siap santap harus mengikuti
kaidah CARA PRODUKSI MAKANAN YANG BAIK (CPMB) atau Good Manufacturing
Practice (GMP)
A. Persiapan tempat pengolahan (Dapur)
1. Memenuhi standar dan persyaratan hygiene sanitasi, yaitu :
a. Ventilasi cukup baik agar asap dan udara panas dapat keluar dengan sempurna
b. Lantai, dinding & ruangan bersih dan terpelihara
c. Meja percikan bersih, permukaan kuat/ tahan goresan
d. Tungku dilengkapi alat penangkap asap/ pembuang asap
e. Ruangan bebas lalat dan tikus
2. Persiapan rancangan menu
a. Menyusun menu membutuhkan data tentang jumlah dan jenis makanan,
sehingga pencatatan gudang sangat dibutuhkan
b. Faktor yang harus diperhatikan :
Pemesanan dari konsumen
Ketersediaan bahan, jenis & jumlah
Keragaman variasi dari setiap menu
Proses pengolahan
Tenaga ahli dari menu terkait (untuk pengujian rasa)
3.
Peralatan masak
a. Bahan
Tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan (tidak melampaui
ambang batas).
b. Keutuhan
Tidak patah, gopel, penyok, tergores, retak karena menjadi sarang kotoran/
bakteri.
Tidak dapat dicuci dengan sempurna sehingga jadi sumber kontaminasi
c. Fungsi
Jangan mencampur alat untuk makanan masak dan bahan mentah.
d. Letak
e. Gunakan api yang tidak terlalu tinggi sehingga seluruh bagian makanan matang
secara merata (suhu yang terlalu tinggi akan mematangkan bagian luar
sementara bagian dalam masih mentah, sehingga bahaya karena memungkinkan
bakteri masih hidup).
15. Prioritas dalam Memasak
a.
b.
yang kering.
Makanan yang rawan seperti kaldu, kuah, dsb dimasak pada waktu akhir
masak
c.
Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak dalam lemari es
d.
Simpan makanan matang yang belum waktunya dihidangkan dalam keadaan
e.
panas.
Uap makanan jangan sampai mencair dan masuk ke dalam makanan karena
Air yang terikat dalam makanan tidak dapat digunakan oleh bakteri (Air gula
jenuh, Air garam, madu, sirup, dodol, dsb) sehingga makanan dapat tahan
lama
2.
Jenis makanan
Makanan yang dibutuhkan oleh bakteri adalah yang mengandung protein dan
air karena tubuh bakteri terdapat protein dan air (daging, ikan, telur, susu dan
hasil olahannya akan cepat rusak/ perisable food).
Makanan yang mengandung karbohidrat disukai oleh jamur (nasi, ubi, talas,
jagung dan olahannya).
Makanan yang mengandung lemak sedikit mengandung air sehingga tidak
disukai bakteri tetapi disukai jamur, sehingga cepat tengik
3.
Suhu Makanan
Suhu makanan yang cocok untuk pertumbuhan bakteri adalah suhu yang
berdekatan dengan suhu tubuh manusia.
Pada suhu < 10C bakteri sama sekali tidak tumbuh dan pada suhu > 60C
bakteri akan mati.
Hindari menyimpan makanan pada DANGER ZONE yaitu suhu antara
10C-60C
Wadah
Setiap makanan ditempatkan pada wadah yang terpisah
Pemisahan didasarkan pada saat makanan mulai dioleh dan jenis makanan
Tiap wadah mempunyai tutup tetapi berventilasi sehingga dapat
mengeluarkan uap air.
Makanan berkuah dipisah antara lauk dengan saus/ kuahnya
2.
Suhu
Makanan kering/ gorengan disimpan pada suhu kamar (25-30C)
Makanan basah (kuah, sup, gulai) harus segera disajikan dengan suhu > 60C
Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu < 10C
3.
Wadah harus utuh, kuat, ukuran memadai dan terbuat dari bahan anti karat/
bocor.
Pengangkutan dalam waktu lama harus dengan suhu tetap panas (> 60C)/
tetap dingin (< 10C).
Selama perjalanan wadah harus tetap tertutup.
Kendaraan pengangkut khusus untuk makanan dan tidak dipakai untuk
keperluan lain.
8. PENYAJIAN MAKANAN
a. Merupakan rangkaian akhir perjalanan makanan
b. Merupakan makanan siap santap yang laik santap (uji organoleptik dan uji biologis)
c. Uji organoleptik :
1. Memeriksa makanan dengan cara meneliti dengan menggunakan panca indera
manusia, yaitu melihat (penampilan), meraba (tekstur), mencium (aroma),
mendengar (bunyi, telur), menjilat (rasa).
2. Uji biologis
a. Dilakukan pada tamu VVIP (kepala negara/ pemerintahan)
b. Dilakukan dengan cara memakan sebelum menghidangkan oleh petugas
pengawas dan pengusaha.
3. Uji laboratorium
a. Pemeriksaan kualitas makanan dengan analisis laborat untuk mengetahui
tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba.
b. Perlu sampel makanan yang disiapkan dengan cara steril dan mengikuti
standar/ prosedur yang benar.
c. Hasilnya dibandingkan dengan standar baku.
d. Tempat Penyajian
1. Penyajian oleh jasaboga berbeda dengan rumah makan
2. Perhatikan faktor pengangkutan, pertimbangkan kemacetan lalin, gangguan dalam
perjalanan
3. Di luar jasaboga :
Kantin perusahaan
4. Cara Penyajian
a. Penyajian meja (table service):
Penyajian di meja secara bersama
Acara keluarga/ kelompok dg jml terbatas (10-20)
2. Tepat Waktu
Sesuai dengan waktu penyajian
Penyajian tunggal : hanya satu peristiwa makan saja (makan siang)
Penyajian berangkai : penyajian terus menerus (karyawan perusahaan :
makan pagi, snack, makan siang, sesuai jadwal yg telah disusun)
3. Tepat Tata Hidang
Cara penyajian sesuai pesanan
Pesan prasmanan harus dihidangkan secara prasmanan
4. Tepat Volume
Makanan disajikan sesuai jumlahnya dengan pesanan
Perlu disediakan cadangan makanan untuk menjaga kemungkinan
kekurangan (citra perusahaan).
Pengusaha dapat memperhitungkan harga atas kemungkinan tersebut
sebesar 10%.
Tujuan :
Menjaga citra dan profesionalisme perusahaan
Terjadi pada makanan yang telah dimasak sempurna (nasi tercemar debu/ lalat
karena tidak dilindungi).
f. Keracunan
1.
Timbulnya gejala klinis suatu penyakit/ gangguan kesehatan
lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak hygienis.
Terjadinya keracunan karena :
Bahan makanan alami (jamur, umbi beracun)
Infeksi mikroba (disentri, kolera)
Racun/ toksin mikroba (aflatoksin)
Zat kimia (pestisida, mercury, timah hitam)
Alergi (makanan laut)
3.
Peracunan
Sengaja untuk tujuan negatif tertentu (persaingan bisnis, pembunuhan, bunuh
2.
diri).
4. Pembusukan
Proses dekomposisi makanan (sebagian/ seluruhnya) menjadi keadaan yang
tidak dikehendaki akibat dari pematangan alam, pencemaran, fermentasi, dll.
Terjadi secara :
Fisika, akibat kekurangan air/ layu, benturan, serangga
Enzym, rusak karena terlalu matang
Mikroba, cendawan, merusak komposisi makanan, sehingga menjadi basi,
berubah rasa/ warna.
5. Pemalsuan
Upaya perubahan tampilan makanan dengan cara menambah atau mengganti
bahan makanan yang disengaja dengan tujuan meningkatkan tampilan
makanan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan berdampak
buruk bagi konsumen.
Contoh :
a. Zat warna kain (rhodaminB, sunset yellow, wantex)
b. Zat pemanis (siklamat, sakarin)
c. Bahan pengawet/ pengental (as benzoat, as sitrat)
d. Bahan pengganti (saus tomat)
e. Label (Keterangan tidak sesuai dengan isi)
10. PENGERTIAN AIR MINUM
a. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
b. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari
Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan
harus memenuhi syarat kualitas air minum.
11. PERSYARATAN AIR MINUM
a. Kualitas air minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Minum.
b. Kualitas Air yang digunakan di Ruang Khusus
Ruang Operasi
Bagi Rumah Sakit yang menggunakan air yang sudah diolah sperti dari
PDAM, sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat
melakukan pengolahan tambahan dengan cartdrige filter dan dilengkapi
menggunakan ultra violet (UV).
Ruang Farmasi
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat dan penyiapan injeksi.
12. TATA LAKSANA
a. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans kualitas air antara
lain meliputi :
Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih
Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air
Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium dan
Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air
b. Melakukan Inspeksi sarana air minum dan air bersih rumah sakit dilaksanakan
minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi sanitasi sarana penyediaan air
sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM dan PL,
Departemen Kesehatan.
c. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum dan atau air bersih
rumah sakit tercantum dalam tabel sebagai berikut.
Jumlah Minimum Sampel Air Perbulan untuk
Pemeriksaan Mikrobiologik
Air Minum
Air Bersih
4
4
6
6
8
8
10
10
d. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal dua kali
setahun sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan dan titik
pengambilan sampel masing-masing pada tempat penampungan (reservoir) dan
keran terjauh dari reservoir.
e. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik terutama pada air
kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan ruang makan,
tempat penampungan (reservoir), secara acak pada kran-kran sepanjang system
distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain yang rawan pencemaran.
f. Sampel air pada butir 3 dan 4 tersebut diatas dikirim dan diperiksakan pada
laboratorium yang berwenang atau yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
Pemerintah daerah setempat.
g. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh pihak
rumah sakit atau pihak ketigayang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan.
h. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan lingkungan
melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan laboratorium.
i. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang menyimpang
dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai parameter yang menyimpang.
j. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukkan tingkat resiko pencemaran
amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.