Está en la página 1de 19

ANATOMI KORNEA

Kornea (Latin Comum = seperti tanduk) adalah aelaput bening mata, bagian mata
yang tembus cahaya, Komea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan mellngkar
pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata - rata mempunyai tebal
550 m dipusatnya ( terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar
11.75mm dan vetikalnya 10.6 mm
Merupakan lanjutan dari sklera, ikut membentuk bola mata, bagian dari media refrakta
( diperiksa dengan fundus reflek). Bersifat transparan dan avaskuler.
Diinervasi oleh N V ( trigeminus ), merupakan organ yang paling banyak mempunyai serabut
saraf sensibel terutama bagian sentralnya sehingga sentuhan sedikit pada kornea akan dirasakan
sangat sakit.

Kornea memiliki 5 lapisan yaitu :

Epitel
Membran bowman
Stroma
Membran descement
Endotel
1

Permukaan mata secara regular terpajan lingkungan luar dan mudah mengalami trauma,
infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar penyakit pada jaringan ini. Kelainan
kornea sering menjadi penyebab timbulnya gejala pada mata (Vaughan, 2009).

KERATITIS
DEFINISI
Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh (PERDAMI, 2009).
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang terkena
seperti keratitis superficial, intertitisial dan profunda.
Keratitis dapat dibagi berdasarkan etiologi dan lokasi.
Berdasarkan Lokasi:
1. Keratitis Superficial, dapat dibagi menjadi:
a. Keratitis epitelial, tes fluoresin (+), misalnya:
i. Keratitis pungtata superfisial padaa moluskum kontagiosum, konjungtivitis
kataral, morbili, verucca vulgaris

Keratitis Pungtata Superfisialis adalah suatu keadaan dimana sel-sel pada


permukaan kornea mati. Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka
terhadap cahaya (fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit kabur. Keratitis
ini dapat bersifat ulseratif atau non ulseratif.
ii. Keratitis herpetika
a. Herpes simpleks
Dibedakan menjadi infeksi primer dan infeksi kekambuhan.
Infeksi primer: yaitu infeksi pada seseorang yang tidak mempunyai
antibodi terhadap herpes simplek. Terdapat pada usia 6 bulan sampai 6
tahun. Dapat terjadi tanpa gejala klinik atau dengan gejala klinik yang
ringan. Dapat pula berupa erupsi kulit atau anogenital, kelainan di
kedua mata. Kelainan primer di mata dapat berupa:
Vesikel di kelopak mata atau matgo palpebra
Konjungtivitis folikularis
Keratitis pungtata superfisialis yang dapat berkembang menjadi
liniaris, fasikularis dan dendritikus.

Terdapat pembesaran dari kelenjar preaurikuler.

Infeksi Kekambuhan
Merupakan infeksi pada seseorang yang telah mempunyai antibodi
terhadap herpes simpleks dan dicetuskan oleh berbagai trigger.
Kelainannya di mata berupa kelainan epitel dan stroma. Di samping
kelainan lain seperti pada keratitis pada umumnya, sensibilitas kornea
pada keratitis herpes simpleks juga menurun. Yang paling karakteristik
adalah bentuk dendrit. Dapat terjadi pada wanita maupun pria. Dari
usapan ulkus, virus herpes simpleks dapat dibiak dalam membran
khorioalantoin dari embrio ayam yang sedang tumbuh. Yang termasuk

dalam

keratitis

superfisial

ulseratif

adalah

keratitis

pungtata

superfisial, liniaris, filamentosa, dendritika, dan geografika.

b. Herpes zoster
Bila telah terdapat vesikel di ujung hidung, berarti N. Nasosiliaris
terkena, maka biasanya timbul kelainan di kornea, di mana
sensibilitasnya menurun tetapi penderita menderita sakit. Keadaan ini
4

disebut anestesia dolorosa. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat,


letak subepitel, disertai injeksi perikornea. Infiltrat ini dapat
mengalami ulserasi yang sukar sembuh. Kadang-kadang infiltrat ini
dapat bersatu membentuk keratitis disiformis. Kadang juga tampak
edema kornea disertai lipatan-lipatan dari membran Descemet.
b. Keratitis subepitelial, tes fluoresin (-), misalnya:
i. Keratitis numularis, dari Dimmer
Keratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang tidak jelas, di kornea
terdapt infiltrat bulat-bulat subepitelial, dimana ditengahnya lebih jernih,
disebut halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan sikatrik yang
ringan.
ii. Keratitis disiformis dari Westhoff
Keratitis ini awalnya banyak ditemukan pada petani di pulau jawa.
Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Di kornea
tampak infiltrat bulat-bulat, yang ditengahnya lebih padat dari pada dipinggir.
Umumnya menyarang usia 15-30 tahun.
c. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya:
i. Keratitis neuroparalitik
ii. Keratitis et lagoftalmus
Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion
palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata tidak
terdapat reflek mengedip. Umumnya bagian yang terkena adalah kornea
bagian bawah
2. Keratitis profunda, tes fluoresin (-), misalnya:
a. Keratitis interstisial
b. Keratitis sklerotikans
c. Keratitis disiformis
Klasifikasi lain:

Keratokonjungtivis Flikten
Terutama didapatkan pada anak-anak dengan kebersihan yang buruk. Biasanya
didaptkan pembesaran kelenjar leher dan tonsil. Dikornea flikten merupakan benjolan

dengan diameter 1-3 mm berwarna abu-abu dan menonjol di atas permukaan kornea.
Keratokonjungtivis Sika
Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea an konjungtiva. Kekeringan
ini dapat disebabkan kurnagnya komponen lemak, kurangnya air mata, kurangnya
5

komponen musin, penguapan berlebihan dll. Penderita akan mengeluh mata gatal,

fotofobia, berpasir, dll.


Keratitis Rosasea
Keratitis yang didapat pada orang yang menderita acne rosasea, yaitu penyakit

dengan kemerahan dikulit, disertai akne di atasnya.


Keratitis filamentosa
Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada
permukaan kornea. Penyebabnya tidak diketahui. Dapat disertai penyakit lain seperti
keratokonjungtivitis sika, sarkoidosis, trakoma, pemfigoid okular, pemakaian lensa
kontak, edema kornea, keratokonjungtivitis limbik superior (SLK), diabetes melitus,
trauma dasar otak, keratitis neutrofik, dan pemakaian antihistamin.
Kelainan ini ditemukan pada gejala sindrom mata kering (dry eye syndrome),
diabetes melitus, pascabedah katarak, dan keracunan kornea oleh obat tertentu.
Filamin terdiri atas sel dan sisa mukoid, dengan dasar bentuk segitiga yang menarik
epitel. Epitel yang terdapat pada filamen terdapat defek epitel disertai kekeruhan
epitel berwarna abu-abu. Gejalanya berupa rasa kelilipan, sakit, silau, blefarospasme,
dan epifora. Dapat berjalan akut maupun menahun. Mata merah dan terdapat defek
epitel kornea.
Pengobatan dilakukan dengan larutan hipertonik NaCl 5%, air mata hipertonik.
Mengangkat filamen dan bila mungkin memasang lensa kontak lembek.
(Ilyas, 2009)

PATOFISIOLOGI
Kornea adalah selaput bening mata yang dapat menembus cahaya, dan merupakan
jaringan penutup bola mata sebelah depan yang terdiri dari :
a. Epitel
Terdiri dari 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih.
b. Membrane bowman
Merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma.
c. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang
lainnya.
d. Membrane descement
Merupakan membrane aseluler, bersifat sangat elastic.
e. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal.
6

Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus dan
saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa
endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Kornea merupakan
bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan.
Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak dapat segera datang.
Maka badan kornea, sel-sel yang terdapt di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag baru
kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagi injeksi
perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagi bercak berwarna kelabu, keruh,
dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea
yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma. Pada perdangan yang hebat, toksin dari
kornea dapat menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descement dan endotel
kornea. Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbulah kekeruhan di cairan COA,
disusul dnegan terbentuknya hipopion. Bila peradangan tersu mendalam, tetapi tidak mengenai
membran descement dapat timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau
descementocele. Pada peradangan yg dipermukaan penyembuhan dapat berlangsung tanpa
pembentukan jaringan parut. Pada peradangan yang dlaam penyembuhan berakhir dengan
terbentuknya jaringan parut yang dpaat berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya
lebih mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan endophtalmitis,
panophtalmitis, dan berakhir dengan ptisis bulbi (Wijana, 1993).
7

GEJALA DAN TANDA


Manifestasi yang menyertai pada penderita keratitis adalah :

Inflamasi bola mata yang jelas


Terasa ada benda asing di mata
Cairan mukopurulen dengan kelopak mata saling melekat satu sama lain
Rasa silau dimata dikarenakan pembuluh darah iris dilatasi, kontraksi iris yang

meradang > tutupin pandangan sehingga berpendar jika kena cahaya


Blefarospasme > Karena rasa sakit yg diperhebat oleh gesekan palpebra superior
Epifora > rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat.
Kabur : karena kornea berfungsi sebagai jendela mata bila infiltrat di sentral

(Ilyas, 2009)
DIAGNOSIS
ANAMNESA
- Penurunan ketajaman penglihatan
- Mata merah
- Silau
- Mengeluarkan air mata terus menerus
PEMERIKSAAN FISIK MATA
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan
- Melihat lensa dengan penlight dan loop
- Pemeriksaan opthalmoskop
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Tes Placido
Yang diperhatikan gambaran sirkuler yang direfleksi pada permukaan kornea
penderita. Bila bayangan di kornea gambaran sirkulernya teratur, disebut Placido
(-), pertanda permukaan kornea baik. Kalau gambaran sirkulernya tidak teratur,
-

Placido (+) berarti permukaan kornea tidak baik, mungkin ada infiltrat
Tes Fluoresin
Untuk melihat adanya lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan
memasukkan kertas yang mengandung fluoresin steril ke dalam sakus konjungtiva
inferior setelah terlebih dahulu diberi anestesi lokal, kemudian penderita disuruh
mengedip beberapa waktu dan kertas fluoresinnya dicabut. Pemeriksaan ini dapat

juga menggunakan fluoresin tetes. Pada tempat ulkus tampak berwarna hijau.
Tes Fistel
Pada pemeriksaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian fluoresin,
bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinnya dari fistel, sehingga
8

cairan COA dapat mengalir keluar melalui fistel, seperti air mancur pada tempat
-

ulkus dengan fistel tersebut.


Pemeriksaan visus
Bakteriologik, dari usapan pada ulkus kornea
Harus dilakukan pemeriksaan hapusan langsung, pembiakan, dan tes resistensi.
Dari pemeriksaan hapusan langsung dapat diketahui macam kuman penyebabnya.
Bila tidak terdapat kumannya, dari macam-macam sel yang ditemukan, dapat
diketahui kira-kira penyebab keratitisnya.
Bila banyak monosit diduga akibat virus:
o Leukosit PMN kemungkinan akibat bakteri
o Eosinofil, menunjukkan radang akibat alergi
o Limfosit, terdapat pada radang yang kronis
Dengan melakukan pembiakan dan tes resistensi, dapat diketahui kuman
penyebab, juga obatnya yang tepat guna, dengan demikian pengobatan menjadi
lebih terarah.

- Sensibilitas kornea
(Wijana, 1993)
DIAGNOSA BANDING
1. Keratitis Neuroparalitik
2. Keratitis Filamentosa
3. Keratitis Dendritika
4. Keratokonjungtivitis sika
5. Konjungtivitis akut
6. Glaukoma akut
7. Iritis akut
(Ilyas, 2009)

PENATALAKSANAAN
Tergantung organisme penyebab.

Antibiotik
Anti jamur
Anti virus
Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secepatnya, tapi bila hasil laboratorium sudah

menentukan organisme penyebab, pengobatan dapat diganti. Terkadang, diperlukan lebih dari
satu macam pengobatan. Terapi bedah laser terkadang dilakukan untuk menghancurkan sel yang
tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan transplantasi kornea.Obat tetes mata atau salep mata
antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan keratitis, tapi obatobat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter.
Pasien dengan keratitis dapat menggunakan tutup mata untuk melindungi mata dari cahaya
terang, benda asing dan bahan iritatif lainnya.
Medikamentosa diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh
penyulit misalnya, silau maka pasien dapat menggunakan kacamata. Untuk megurangi inflamasi
dapat diberikan steroid ringan. Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang,
suplementasi vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya (PERDAMI, 2009).
10

PROGNOSIS
Keratitis pungtata superficial penyembuhan biasanya berlangsung baik meskipun tanpa
pengobatan. Imunitas tubuh merupakan hal yang penting dalam kasus ini karena diketahui reaksi
imunologik tubuh pasien sendiri yang memberikan respon terhadap virus ataupun bakteri
(Wijana, 1993).

LENSA
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula
Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor
aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus.

11

Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga

lensa

lama-kelamaan

menjadi

kurang

elastik.

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa
ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya
dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda
dekat

ke

retina

dikenal

sebagai

akomodasi.

Seiring

dengan

pertambahan

usia.

Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

12

METABOLISME LENSA NORMAL


Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua
kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih
tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak
ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan
bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase,

sedangkan

kadar

kalsium

tetap

dipertahankan

di

dalam

oleh

Ca-ATPase

Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt
menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation
reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi
sorbitol, dan sorbitol dirubah.

KATARAK
DEFINISI
Katarak berasal dari Yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan Latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun.katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual
dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.
GEJALA
Keluhan atau gejala katarak disebabkan oleh proses kekeruhan yang terjadi pada lensa
mata. Proses ini tidak terjadi dalam waktu singkat, sehingga gejalanya tidak muncul secara
mendadak. Katarak terdiri dari 4 stadium, yaitu : stadium awal (insipien), stadium imatur,
stadium matur, dan stadium hipermatur . Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa
mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini
seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga
cenderung diabaikan. Pada stadium selanjutnya proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah, sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini
adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas

13

sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak,
seperti :
- Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.
- Warna terlihat pudar.
- Sulit melihat saat malam hari.
- Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak
bertambah luas.
STADIUM
Katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior
dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di
anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipient.
Katarak intumesen.Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi.
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa.Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka
cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa
yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan
berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test,
atau disebut negatif.
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa,
sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering.Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa.Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan
14

dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan
kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam
korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.
DIAGNOSIS
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata.Sebagian besar katarak
tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur)
dan menimbulkan kebutaan.Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling dini,
dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar,
atau slitlamp.
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa,
sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan
pupil mungkin tampak putih.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan
prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena
dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.
PENATALAKSANAAN
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata.Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun,
aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah
memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti
katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol,
aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga
tehnik hari ini phacoemulsifikasi.Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang
bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa

15

posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra
capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa
dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar
melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah
ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot
16

massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang
kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering
digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan
murah .

PROGNOSIS
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada
pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

AFAKIA
DEFINISI
Keadaan dimana lensa sudah dikeluarkan pada ekstraksi lensa, atau masa lensa sudah
habis diabsorbsi seperti pada sisi lensa atau ekstraksi lensa, atau ekstraksi linier.
GEJALA DAN TANDA

17

Iris tremulans : akibat tidaka danya lensa di dalam bilik mata belakang, maka iris tida
ada sandaran ke belakang sehingga terjadi iris tremulans dimana iris bergoyang pada
setiap pergerakan mata.

Hipermetropi : lensa yang tidak ada pada seorang emtropia akan memberikan
kelainan refraksi. Hipermetropi kira- kira 10 dioptri yang berarti dia memerlukan
lensa postif 10 untuk melihat jauh dan untuk melihat dekat adisi 3.00 dioptri karena
tidak ada akomodasi.

Bilik mata dalam

Pupil tampak lebih hitam

PSEUDOAFAKIA
Pseudoafakia adalah sebuah kondisi dimana mata aphakia telah dilengkapi dengan lensa
intraocular untuk mengganti lensa kristal. Lensa intraocular adalah lensa buatan yang terbuat dari
semacam plastic (polimetilmetakrilat) yang stabil, transparan dan ditoleransi oleh tubuh dengan
baik. Lensa ini sangat kecil, lunak dengan diameter antara 5-7 mm dan tebal 1-2 mm sehingga
dapat menggantikan posisi lensa mata manusia yang telah keruh/katarak. Karena dapat
ditoleransi tubuh dengan baik maka lensa tanam ini dipasang untuk seumur hidup.
Karena lensa tanam ini menggantikan posis lensa yang telah katarak maka tidak akan
terjadi pembesaran benda yang dilihat, pandangan samping tetap jelas, tidak perlu buka pasang
dan penglihatan terasa lebih nyaman.
Lensa tanam ini juga dapat menjadi infeksi yang disebut infeksi intraokuler, dimana
sebagian besar berasal dari :

Cairan yang tercemar


Konjungtivitis menahun atau infeksi pinggir kelopak mata menahun atau

dacriocystitis menahun.
Pembedahan yang memakan waktu terlalu lama.

18

DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, H.S., 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta.
Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta
Wijana, N., 1993, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta

19

También podría gustarte