Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Assalamuallaikum, kawan-kawan semua. Pernah mendengar kata HACCP? Pada postingan kali
ini, saya akan sharing apa itu HACCP. Pada semester ke-4 saya kuliah, saya dan teman-teman
saya (thanks to them) menyusun makalah tentang HACCP dari berbagai sumber (umumnya dari
bapak F.G. Winarno) dan baru-baru ini saya kembali membacanya lagi karena ada tuntutan tugas
di semester 7 dan alangkah sayangnya jikalau saya tidak berbagi. Baiklah, tanpa panjang lebar
lagi, selamat membaca!
dan fisik. Para pakar ilmu pangan berpendapat bahwa HACCP memberikan elemen-elemen
penting dalam sistem manajemen keamanan maupun GMP (Good Manufacturing Process) secara
sistematis dan mudah diterapkan (Winarno, 2004). HACCP melihat mulai dari proses
produksi/produk dari awal hingga akhir; menetapkan dimana bahaya mungkin dapat timbul;
pengendalian dan monitoring; tuliskan hal tersebut dengan melakukan rekaman kegiatan, serta
usahakan berjalan secara kontinyu dan efektif.
Pendekatan Sistematik
Pendekatan Sistematik
Proaktif
Team Effort
Aspek-aspek dalam proses produksi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit atau bahkan
kematian. Masalah ini umumnya dihubungkan dengan masalah biologi, kimia dan fisika.
Wholesomeness/Kebersihan
Economic Fraud/Pemalsuan
Adalah tindakan-tindakan yang illegal atau penyelewengan yang dapat merugikan pembeli.
Tindakan ini mencakup diantaranya pemalsuan species (bahan baku), penggunaan bahan
tambahan yang berlebihan, berat tidak sesuai dengan label, overglazing dan jumlah komponen
yang kurang seperti yang tertera dalam kemasan.
B. 7 PRINSIP HACCP
Prinsip 1: Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan produksi pangan pada
semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan, pengolahan di pabrik dan distribusi, sampai
kepada titik produk pangan dikonsumsi.
Prinsip HACCP
GMP sudah menjadi pedoman yang dikenal baik oleh sebagian besar negara di dunia,
khususnya bagi industry-institusi pangan di Indonesia, melalui keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 23/Men.Kes/SK 1978. GMP telah dijadikan pedoman penuntun bagi produsen makanan
dan minuman dengan tujuan untuk meningkatkan mutu hasil produksinya, dan dengan demikian
masyarakat dapat dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi dan peredaran
makanan yang telah memenuhi syarat.
D. KAITAN GMP DENGAN SISTEM HACCP DAN SSOP
Agar sistem HACCP dapat berfungsi dengan baik dan efektif, perlu diawali dengan
pemenuhan program Pre-requisite (persyaratan dasar), yang berfungsi melandasi kondisi
lingkungan dan pelaksanaan tugas serta kegiatan lain dalam institusi pangan. Peran GMP dalam
menjaga keamanan pangan selaras dengan Pre-requisite penerapan HACCP. Pre-requisite
merupakan prosedur umum yang berkaitandengan persyaratan dasar suatu operasi bisnis pangan
untuk mencegah kontaminasi akibat suatu operasi produksi atau penanganan pangan. Deskripsi
dari pre-requisite ini sangat mirip dengan diskripsi GMP yang menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan operasi sanitasi dan higiene pangan suatu proses produksi atau penanganan
pangan.
Secara umum perbedaan antara GMP dan SSOP (Standard Sanitation Operating
Prosedure) adalah GMP secara luas terfokus dan pada aspek operasi pelaksanaantugas dalam
pabriknya sendiri serta operasi personel. Sedang SSOP merupakanprosedur yang digunakan oleh
institusi untuk membantu mencapai tujuan atau sasarankeseluruhan yang diharapkan GMP dalam
memproduksi pangan yang bermutu tinggi, aman, dan tertib.
E. ANALISIS BAHAYA
Bahaya dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu bahaya biologis (bakteri, fungi,
virus, parasit, protozoa, cacing, dan ganggang) yang dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik,
seperti pH, kadar air/aktivitas air (aw), nutrient, senyawa antimikroba, struktur biologis, dll.
Kedua adalah faktor ekstrinsik, seperti suhu, kelembaban, gas (karbon dioksida, ozon, sulfur
dioksida), dan lain-lain. Bahaya kimia (deterjen, residu pestisida, allergen, logam beracun, nitrit,
nitrat, senyawa N-nitroso, PCBs, migrasi bahan pengemas, residu antibiotika dan hormone, aditif
kimia, filotoksi-sianida, estrogen, zootoksin). Dan yang terakhir adalah bahaya fisik (serangga,
beling, logam, batu, ranting, daun, perhiasan).
Untuk pencantuman di dalam daftar, bahaya harus bersifat jelas sehingga untuk
menghilangkan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima adalah penting
dalam produksi pangan yang aman. Selama analisis bahaya terhadap rangkaian operasi di dalam
rancangan penerapan sistem HACCP, perhatian harus diberikan kepada pengaruh bahan baku,
bahan tambahan, pedoman pengolahan pangan, peranan proses dalam pabrik untuk
mengendalikan bahaya, kemungkinan penggunaan dari produk akhir, risiko pada masyarakat
konsumen dan konsumen dan bukti wabah dalam kaitannya dengan keamanan pangan.
Dalam analisis bahaya seharusnya mencakup:
1. Low risk, yaitu jika kasus dapat terjadi kurang dari 3 kali dalam kurun waktu setahun.
2. Medium risk, yaitu jika bahaya dapat terjadi 3 5 kali dalam kurun waktu setahun,
3. High risk, yaitu jika bahaya dapat terjadi lebih dari 5 kali dalam kurun waktu setahun atau
kemungkinan terjadinya setiap bulan.
Selain itu, tingkat risiko juga dapat dikategorikan seperti berikut:
Produk-produk kategori I (risiko tinggi)
Produk-produk yang mengandung ikan, telur, sayur, serealia, dan/atau
i
berkomposisi susu yang perlu direfrigerasi
ii Daging segar, ikan mentah, dan produk-produk olahan susu
Produk-produk dengan nilai ph 4,6 atau lebih yang disterilisasi dalam
iii
wadah yang ditutup secara hermetic
Produk-produk kategori II (risiko sedang)
Produk-produk kering atau beku yang mengandung ikan, daging, telur,
i
ii
iii
Keakutan tinggi
Keakutan sedang
Keakutan rendah
Salmonella enteritidis
Listeria monocytogenes
Bacillus cereus
Eschericia coli
Taenia saginata
Campylobacter jejuni
Clostridium
perfringens
Trichinella spiralis
Stapphylococcus
aureus
Streptococcus pyogenes
Vibrio cholerae 01
Rotavirus. Norwalk
group, SRV
Vibrio vulnificus
Yersinia enterocolitica
Taenia solium
Entamoeba histolytica
Diphyllobothrium latum
Shigella dysenteriae
Ascaris lumbricoides
Cryptosporidium parvum
virus
abortus.
Giardia
Plesiomonas shigelloides
Vibrio parahaemolyticus
Untuk menentukan tingkat signifikansi bahaya, dapat menggunakan matriks analisis signifikansi
bahaya atau tabel penentuan signifikansi bahaya.
(TS)
(TS)
(TS)
yang ditetapkan. Namun, penetapan lokasi CCP hanya dengan keputusan dari analisis
signifikansi bahaya dapat menghasilkan CCP yang lebih banyak dari yang seharusnya
diperlukan. Sebaliknya juga sering terjadi negosiasi deviasi yang menyebabkan terlalu sedikitnya
CCP yang justru dapat membahayakan keamanan pangan (Winarno, 2004).
Untuk membantu menemukan dimana seharusnya CCP yang benar, Codex Alimentarius
Commission GL/32 1998, telah memberikan pedoman berupa Diagram Pohon Keputusan CCP.
Diagram pohon keputusan adalah seri pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya.
Jawaban dari setiap pertanyaan akan memfasilitasi dan membawa tim HACCP secara logis
memutuskan apakah CCP atau bukan (Winarno, 2004).
observasi atau dengan pengukuran pada contoh yang diambil berdasarkan statistik pengambilan
contoh. Terdapat lima cara monitoring CCP, yaitu observasi visual, evaluasi sensorik, pengujian
fisik, pengujian kimia dan pengujian mikrobiologi.
C. TINDAKAN KOREKSI
Tindakan koreksi merupakan tindakan yang dilakukan jika terjadi penyimpangan
terhadap batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi bergantung kepada CCP itu sendiri, yang
paling parah mungkin dapat berupa penghentian produksi sebelum semua penyimpangan
dikoreksi.
D. VERIFIKASI
Verifikasi merupakan suatu metode atau uji yang digunakan untuk menentukan bahwa
sistem HACCP yang dibuat telah sesuai, semua bahaya telah teridentifikasi, semua CCP telah
memiliki critical limit dan juga memiliki tindakan koreksi yang tepat.
E. DOKUMENTASI
Pendataan secara tertulis seluruh program HACCP sehingga program tersebut dapat
diperiksa ulang atua dimodifikasi sesuai dengan perkembangan. Dokumen berupa CCP, critical
limit, tindakan koreksi, verifikasi, dan lainnya.
F. CARA MEMPEROLEH SERTIFIKASI HACCP
Prasyarat untuk dapat mengajukan sertifikasi HACCP adalah:
Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Memiliki SKP hasil pembinaan tentang HACCP
Sudah memiliki sistem HACCP dan menerapkannya secara konsisten
Setelah memenuhi prasyarat, maka institusi dapat mendapatkan sertifikasi HACCP
dengan prosedur sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 2008. http://www.bsn.or.id/news_detail.php?news_id=434 diakses tanggal 13 Mei 2013
FAO. 2001. Manual On The Application Of The HACCP System.
Mortimore, Sara and Carol Wallace. 1995. HACCP: A Practical Approach. USA: Blackwell.
S., Susiwi. 2009. "GMP (Good Manufacturing Practices): Cara Pengolahan Pangan yang Baik."
file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND.../SUSIWI-29)._GMP.pdf diakses tanggal 1 Juni
2013
Schmidt, Ronald H. and Rodrick, Gary E. 2003. Food Safety Book. New Jersey: John Wiley and Sons.
Winarno, F.G. 2004. HACCP dan Penerapannya dalam Industri Pangan. Bogor: M-Brio Press.