Está en la página 1de 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung (heart failure) adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai
pompa darah untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena gangguan primer otot jantung atau
beban jantung yang berlebihan atau kombinasi keduanya.
Beban jantung yang berlebihan pada preload atau beban volume terjadi pada
defek dengan pirau kiri ke kanan, regurgitasi katup, atau fistula arteriovena.
Sedangkan beban yang berlebihan pada afterload atau beban tekanan terjadi
pada obstruksi jalan keluar jantung, misalnya stenosis aorta, stenosis
pulmonal atau koarktasio aorta.
Penyebab umum gagal jantung termasuk infark miokard (serangan jantung)
dan bentuk lain dari penyakit jantung iskemik, hipertensi, penyakit jantung
katup dan kardiomiopati. Gagal jantung dapat menyebabkan berbagai macam
gejala seperti sesak napas (biasanya lebih buruk bila berbaring datar, yang
disebut ortopnea), batuk, pergelangan kaki bengkak dan intoleransi latihan.
Gagal jantung sering tidak terdiagnosis karena tidak adanya definisi yang
disepakati secara universal dan tantangan dalam diagnosis definitif. Perawatan
biasanya terdiri dari langkah-langkah gaya hidup (seperti konsumsi garam
dikurangi) dan obat-obatan, dan kadang-kadang perangkat atau bahkan
operasi.
Gagal jantung adalah, umum mahal, nonaktifkan dan kondisi yang mematikan.
Di negara-negara berkembang, sekitar 2% orang dewasa menderita gagal
jantung, tetapi pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun, ini meningkat
menjadi 60-10%. Sebagian besar karena biaya rawat inap, hal ini terkait
dengan pengeluaran kesehatan tinggi, biaya yang telah diperkirakan sebesar
2% dari total anggaran dari National Health Service di Britania Raya, dan
lebih dari $ 35 miliar pada Amerika Serikat Gagal jantung berhubungan
dengan kesehatan fisik dan mental sangat berkurang, mengakibatkan
1

penurunan kualitas kehidupan nyata.. Dengan pengecualian dari gagal jantung


yang disebabkan oleh kondisi reversibel, biasanya kondisi memperburuk
dengan waktu. Meskipun beberapa pasien bertahan hidup bertahun-tahun,
penyakit progresif dikaitkan dengan tingkat kematian secara keseluruhan
tahunan sebesar 10%.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mahasiswa mampu menjelaskan pengertian HF ?
1.2.2 Bagaimana mahasiswa mampu menjelaskan etiologi HF ?
1.2.3 Bagaimana mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi HF ?
1.2.4 Bagaimana mahasiswa mampu menjelaskan pathway HF ?
1.2.5 Bagaimana mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinik HF ?
1.2.6 Bagaimana mahasiswa mampu menjelaskan pelaksanaan pasien
1.2.7

dengan HF ?
Bagaimana mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan HF ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian HF
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi HF
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi HF
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menjelaskan pathway HF
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinik HF
1.3.2.6 Mahasiswa mampu menjelaskan pelaksanaan pasien dengan
HF
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan HF
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kelainan primer pada gagal jantung adalah berkurang atau hilangnya
sebagian fungsi miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung.
Ada beberapa definisi gagal jantung, namun tidak ada satupun yang benarbenar dapat memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani masalah

gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak
mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh,
meskipun tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi-definisi lain
menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada
satu sistem organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung
yang ditandai dengan suatu bentuk respon hemodinamik, renal, neural dan
hormonal, serta suatu keadaan patologis dimana kelainan fungsi jantung
menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhinya dengan meningkatkan
tekanan pengisian.
Saat ini dikenal beberapa istilah gagal jantung, yaitu:
Gagal jantung kiri: terdapat bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi

perifer dengan penurunan perfusi jaringan.


Gagal jantung kanan: ditandai dengan adanya edema perifer, asites, dan

peningkatan tekanan vena jugularis.


Gagal jantung kongestif: adalah gabungan kedua gambaran tersebut.

Namun, definisi-definisi tersebut tidak terlalu bermanfaat, karena baik


kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering terdapat bermasalah
(walaupun kelainan pada satu sisi mungkin lebih dominan daripada sis
lainnya). Istilah gagal jantung ke muka/forward (untuk menunjukkan
hipotensi dan penurunan perfusi perifer) atau ke belakang/backward (untuk
menunjukkan tanda-tanda edema paru dan atau perifer) juga tidak bermanfaat
karena menggambarkan pengertian sindrom gagal jantung yang terlalu
sederhana.
Derajat Gagal Jantung
Gagal jantung biasanya digolongkan menurut derajat atau beratnya gejala
seperti klasifikasi menurut New York Heart Association (NYHA). Klasifikasi
tersebut digunakan secara luas di dunia internasional untuk mengelompokkan
gagal jantung (Tabel 4.1).

Gagal jantung ringan, sedang dan berat ditentukan berdasarkan beratnya


gejala, khususnya sesak nafas (dispnea). Meskipun klasifikasi ini berguna
untuk menentukan tingkat ketidakmampuan fisik dan beratnya gejala, namun
pembagian tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan lain.
TABEL 4.1 KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG MENURUT NYHA
KELAS
I

II

DEFINISI
ISTILAH
Klien dengan kelainan jantung tetapi Disfungsi ventrikel
tanpa pembatasan aktivitas fisik
Klien dengan kelainan jantung yang
menyebabkan sedikit pembatasan
aktivitas fisik
Klien dengan kelainan jantung yang

III

Gagal jantung sedang

menyebabkan banyak pembatasan


aktifitas fisik
Klien dengan kelainan jantung yang

IV

kiri yang asimtomatik


Gagal jantung ringan

Gagal jantung berat

segala bentuk aktifitas fisiknya akan


menyebabkan keluhan

2.2 Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari gejala jenis penyakit
jantung kongenital maupun yang didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan
beban awal, beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta,
cacat septum ventrikel, dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana
terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurunkan pada infark miokardium dam kardiumiopati. Selain dari ketiga
mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung, ada faktor-faktor
fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai
pompa.

Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel, seperti stenosis katup


atrioventrikularis dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-keadaan seperti
perikarditis konstriktif dan tamponade jantung mengakibatkan gagal jantung
melalui gabungan beberapa efek seperti gangguan pada pengisisan ventrikel
dan ejeksi ventrikel. Dengan demikian ,jelas sekali bahwa tidak ada satu pun
mekanisme fisiologis atau gabungan beberapa mekanisme yang bertanggung
jawab atas terjadinya gagal jantung. Efektifitas jantung sebagai pompa dapat
di pengaruhi oleh berbagai gangguan patofisiologis. Faktor-faktor yang dapat
memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang
mendadak dapat berupa: (1) Aritmia, (2) Infeksi sistemik dan Infeksi paruparu, dan (3) Emboli paru-paru.
Aritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan mengubah
rangsangan

listrik

yang

memulai

respon

mekanis.

Respon

yang

tersinkronisasi dan efektif tidak akan dihasilkan tanpa adanya ritme jantung
yang stabil, karena:
Respons tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi

kebutuhan tubuh terhadap metabolisme yang meningkat.


Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resintasi terhadap ejeksi
ventrikel kanan,sehingga memicu terjadinya gagal jantung kanan.
TABEL 4.2 SEBAB-SEBAB GAGAL JANTUNG

KELAINAN
KELAINAN MEKANIS
1. Peningkatan beban
tekanan.
Dari sentral (stenosis

MIOKARDIAL
Primer
Kardiomiopati
Gangguan
neuromuskuler

aorta)
Dari peripherai

(hipertensi sistemik)
2. Peningkatan beban

miekarditis
Keracunan
(alkohol kobalt

volume.

dll)
5

GANGGUAN
IRAMA
JANTUNG
1. Henti jantung
2. Ventrikular
fibrilasi
3. Takikardi atau
bradikardia
yang ekstrim
4. Asinkronik
listik dan

Regurgitasi katup

pirau
Meningkatkan beban

Sekunder
Iskemia

trikuspid
4. Tamponade perikardium
5. Restriksi endokardium

konduksi.

(penyakit
jantung koroner

awal
3. Obstruksi terhadap
pengisian ventrikel.
Stenosis mitral atau

gangguan

)
Gangguan

metabolik
Inflamasi
Penyakit
infiltratif

dan miokardium
6. Aneurisma ventriculer
7. Dis-sinergi ventrikel

(restrictive

cardiomiophati)
Penyakit

sistemik
Penyakit paru
obstruktif

kronis
Obat-obatan
yang
mendepresi
miokard

2.3 Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi
untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume
c. Vaskontriksi arterirenal dan aktivasi system rennin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap
cairan

Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume


darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi
vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek
waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan
menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan
dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan
pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau
kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.

2.4 Pathways
Disfungsi miocard

beban sistol

Kontraktilitas

preload

kebutuhan metabolisme
beban kerja jantung

Hambatan pengosongan ventrikel


Beban jantung
Gagal jantung kongestif
Gagal pompa ventrikel
Forward failuer

back ward failure

Curah jantung ( COP)

Tekanan vena pulmo

Suplai drh kejaringan

renal flow

tekanan kapiler paru

Nutrisi & O2 sel

pelepasan RAA

edema paru

Metabolisme sel

retensi Na & air

Gg. Pertukaran gas

Lemah & letih


Intoleransi aktifitas

edema
kelebihan volume cairan

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis gagal jantung sebagai berikut :
1. Dispnea dengan tenaga (awal) atau pada saat istirahat (akhir)
7

2. Orthopnea
a. Dispnea ketika berbaring; bantuan dengan tegak duduk atau
menggunakan beberapa bantal
b. Batuk nocturnal
3. Paroksismal nokturnal dispnea
a. Serangan sesak napas berat dan batuk pada malam hari, biasanya
membangunkan pasien.
b. Batuk dan mengi sering bertahan bahkan dengan duduk tegak.
c. Asma kardiale : dispnea nokturnal, mengi, dan batuk karena
bronkospasme
4. Respirasi Cheyne-Stokes
a. Respirasi respirasi periodik atau siklik
b. Umum di gagal jantung maju dan biasanya berhubungan dengan
output jantung yang rendah
c. Pada tahap apneic, arteri O 2 jatuh, dan arteri CO 2 meningkat. Hal
ini merangsang pusat pernapasan tertekan, menyebabkan hiperventilasi
dan hipokapnia. (Pusat pernafasan depresi, pesat pernafasan yang
berulang fase apneic, dan siklus berulang)
d. Mungkin dirasakan oleh pasien atau keluarga pasien sebagai sesak
parah atau sebagai penghentian sementara pernapasan
5. Kelelahan dan kelemahan
6. Gejala Gastrointestinal
a. Anoreksia
b. Mual
c. Sakit perut dan kepenuhan
d. Nyeri kuadran kanan atas (kongesti hati dan peregangan kapsulnya)
7. Gejala Cerebral
Status mental berubah karena perfusi serebral berkurang
Kebingungan
Disorientasi
Kesulitan berkonsentrasi
Gangguan memori
Sakit kepala
Insomnia
Kegelisahan
Mood swing
8. Nokturia
(Mariyono, 2007)
2.6 Faktor Risiko
1. Hipertensi (10-15%)

2. Kardiomiopati (dilatasi, hipertrofik, restriktif)


3. Penyakit katup jantung (mitral dan aorta)
4. Congenital (defek septum atrium (atrial septal defect/ ASD), VSD
(ventricle septal defect))
5. Aritmia (persisten), mengurangi efisiensi jantung, seperti yang terjadi bila
kontraksi atrium hilang (fibrilasi atrium, AF) atau disosiasi dari kontraksi
ventrikel (blok jantung).
Takikardia (ventrikel atau atrium) menurunkan waktu pengisian ventrikel,
meningkatkan

beban

kerja

miokard

dan

kebutuhan

oksigen

menyebabkanm iskemia miokard, dan bila terjadi dalam waktu lama,


dapat menyebabkan dilatasi ventrikel serta perburukan fungsi ventrikel
6. Alcohol, bersifat kardiotoksik, terutama bila dikonsumsi dalam jumlah
besar
7. Obat-obatan, seperti penyekat dan antagonis kalsium dapat menekan
kontraktilitas miokard dan obat kemoterapeutik seperti doksorubisin dapat
menyebabkan kerusakan miokard
8. Kondisi curah jantung tinggi
9. Perikard (konstriksi atau efusi)
10. Gagal jantung kanan (hipertensi paru)
11. Usia
12. Penyakit arteri koroner dengan penyakit jantung iskemik
13. Gagal ginjal
14. Diabetes
15. Hiperlipidemia
16. Obesitas
17. Merokok

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG 12 sadapan sangat dianjurkan. Kepentingan utama
EKG adalah untuk menilai irama jantung, menentukan keberadaan
hipertrofi ventrikel kiri atau riwayat infark miokard (ada atau tidak
adanya Q wave). EKG normal biasanya menyingkirkan kemungkinan
disfungsi diastolik ventrikel kiri (Imaligy E. U., 2014). Elektrokardiografi
sangat bermanfaat dalam evaluasi serta pemantauan gagal jantung. Di
samping frekuensi QRS yang cepat atau disritmia, dapat ditemukan

pembesaran ruang-ruang jantung serta tanda-tanda penyakit miokardium


atau pericardium, sesuai dengan penyakit atau keadaan patologis yang
mendasarinya

(Sastroasmoro

S.,

1994).

Elektrokardiografi

dapat

menunjukkan hipertrofi, perubahan iskemik, atau infarkdan juga dapat


mengungkapkan takikardia serta ekstrasistol (Kowalak J. P., 2011).
2. Foto Thorax
Informasi ukuran dan bentuk jantung serta keadaan vaskularisasi paru,
yang memungkinkan penilaian kongesti. Foto toraks juga dapat
mengidentifi kasi penyebab nonkardiak seperti kelainan paru atau toraks
(Imaligy E. U., 2014). Dengan sedikit perkecualian, gagal jantung selalu
disertai dengan kardiomegali yang nyata. Pada paru tampak bendungan
vena pulmonal (Sastroasmoro S., 1994). Foto rontgen memperlihatkan
corakan pembuluh darah pulmoner yang meningkat, edema interstisial,
atau efusi pleura dan kardiomegali (Kowalak J. P., 2011)
3. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis structural serta kelainan hemodinamik penderita gagal jantung.
Berbagai kelainan jantung dapat ditegakkan diagnosisnya secara akurat
melalui pemeriksaan ekokardiografi 2-dimensi dan M-mode. Pemeriksaan
Doppler dan Doppler berwarna dapat menambah informasi secara
bermakna. Apabila ekokardiografi 2-dimensi lebih banyak membantu
dalam penentuan kelainan structural, maka ekokardiografi M-mode
bermanfaat menentukan dimensi ruang jantung, tebal dinding belakang
ventrikel, septum ventrikel, serta pembuluh darah besar. Pelebaran atrium
atau ventrikel kiri juga dapat dinilai dengan akurat (Sastroasmoro S.,
1994).

Ekokardiografi

dapat

mengungkapkan

hipertrofi

serta

dilatasi ventrikel kiri dan kontraktilitas otot ventrikel yang abnormal.


4. Pemeriksaan hematologi
Kadar hemoglobin dan hematrikot perlu diperiksa pada tiap pasien gagal
jantung. Anemia dapat menyebabkan gagal jantung, atau memperburuk
gagal jantung yang ada (Sastroasmoro S., 1994). Pemeriksaan kadar BNP
(brain natriuetic peptide), suatu tes darah, dapat memperlihatkan kenaikan
kadar. Bersama dengan gejala klinis, seperti pergelangan kaki yang

10

edema, kenaikan kadar BNP sangat kuat mengindikasikan gagal jantung


(Kowalak J. P., 2011).
5. Analisa gas darah
Analisa gas darah arteri, pH, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, dan
kloride) dan gula darah serum harus diperiksa pada neonates dengan gagal
jantung, juga pada anak yang lebih besar yang keadaannya tidak stabil
(Sastroasmoro S., 1994).
6. Analisa urin
Dieresis perlu dicatat dengan cermat; pada pasien gagal jantung jumlah
urin berkurang. Analisis urin biasanya menunjukkan albuminaria dan
hematuria mikroskopik (Sastroasmoro S., 1994).
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat memperlihatkan hasil uji fungsi hati
yang abnormal dan kenaikan kadar ureum serta kreatinin. Waktu
protrombin dapat memanjang karena kongesti hati akan menganggu
kemampuan

hati

mensintesis

prokoagulan.

(Kowalak

J.

P., 2011).
8. Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemantauan a. pulmonalis secara khas memperlhatkan kenaikan
tekanan a.pulmonalis, tekanan diastolik-akhir ventrikel kiri pada
gagal jantung kiri, dan kenaikan tekanan atrium kanan atau vena

sentral pada gagal jantung kanan.


Ventrikulografi radionuklida dapat mengungkapkan fraksi ejeksi yang
kurang dari 40%. Pada disfungsi diastolik, fraksi ejeksi dapat normal
(Kowalak J. P., 2011).

Penegakan diagnosis gagal jantung dalam praktik dokter umum adalah


dengan criteria Framingham, membutuhkan keberadaan dua kriteria
mayor atau 1 kriteria mayor disertai dua kriteria minor (Imaligy E. U.,
201 4).

Kriteria mayor
Paroxysmal
nocturnal

dyspnea
Peningkatan

tekanan

vena

11

Kriteria minor
Edema pergelangan
bilateral
Batuk nocturnal

kaki

pada

pemeriksaan radiologi toraks


Edema pulmoner akut
Gallop S3
Peningkatan tekanan vena
jugular
Ronki
Kardiomegali

pusat

(>16

cmH2O

pada

atrium kanan)
Hepatojugular refl ux
Penurunan berat badan >4,5

Dyspnea on ordinary exertion


Hepatomegali
Efusi pleural
Penurunan kapasitas vital
hingga

sepertiga

dari

maksimum

(yang

pernah

tercatat)
Takikardia

(detak

jantung

>120 kali/menit)

kg dalam 5 hari sebagai


respons terhadap terapi

2.8 Penatalaksanaan
Respons fisiologis pada gagal jantung memberikan rasional untuk tindakan.
Sasaran penatalaksanaan gagal jantung kongestif adalah:
1. Menurunkan kerja jantung;
2. Meningktakan curah jantung dan kontraktilitas miokardium;
3. Menurunkan retensi garam dan cairan.
Terapi Oksigen
Pemberian oksigen terutama ditujukan pada klien dengan gagal jantung
yang disertai dengan edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi
kebutuhan miokardium akan oksigen dan membantu memenuhi

kebutuhan oksigen tubuh.


Terapi Nitrat dan Vasodilator Koroner
Penggunaan nitrat, baik secara akut maupun kronis, sangat dianjurkan
dalam pentalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded
(penurunan afterloasbeban akhir) dengan adanya vasodilatasi perifer.
Peningkatan curah jantung lanjut akan menurunkan pulmonary artery
wedge pressure (pengukuran yang menunjukkan derajat kongesti vaskular
pulmonal dan beratnya gagal ventrikel kiri) dan penurunan pada konsumsi

oksigen miokardium.
Terapi Diuretik

12

Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam
dan air serta pemberian diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar
menurunkan preload (beban aal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki
efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam
natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan menurunkan
tekanan

darah.

Jika

garam

natrium

ditahan,

air

juga

akan tertahan dan tekanan darah akan meningkat. Banyak jenis diuretik
yang menyebabkan pelepasan elektrolit-elektrolis lainnya, yaitu kalium,
magnesium, klorida, dan bikarbonat. Diuretik yang meningkatkan
ekskresi kalium digolongkan sebagai diuretik yang tidak menahan kalium,

dan diuretik yang menahan kalium disebut hemat kalium.


Terapi Digitalis
Digitalis, salah satu dari obat-obatan tertua, dipakai sejak tahun 1200, dan
hingga saat ini diuretik masih terus digunakan dlaam bnetuk yang telah
dimurnikan. Digitalis dihasilkan dari tumbuhan foxglove ungu dan putih
dan dapat bersifat racun. Pada tahun 1785, Willian Withering dari Inggris
menggunakan digitalis untuk menyembuhkan sakit bengkak, yaitu
edema pada ekstremitas akibat insufisiensi ginjal dan jantung. Di masa
itu, Withering tidak menyadari bahwa sakit bengkak tersebut
merupakan akibat dari gagal jantung. Digitalis adalah obat utama untuk
meningkatkan kontraktilitas. Digilatis bila diberikan dalam dosis yang
sangat besar dan diberikan secara berulang dengan cepat, kadangkadang
menyebabkan klien mengalami mabuk, muntah, pandangan kacau, objek
terlihat tampak hijau atau kuning, klien melakukan gerakan yang sering
dan

kadang-kadang

tidak

mampu

untuk

menahannya.

Digitalis

menyebabkan sekresi urine meningkat, nadi lambat hingga 35 denyut


dalam satu menit, keringat dingin, kekacauan menatal, sinkope, dan
kematian. Digitalis juga bersifat laksatif. Pada kegagalan jantung, digitalis
diberikan dengan tujuan memperlambat frekuensi ventrikel dan
meningkatkan kekuatan kontraksi serta meningkatkan efisiensi jantung.
Saat curah jantung meningkat, volume cairan yang melewati ginjal akan

13

meningkat untuk difiltrasi dan diekskresi, sehingga volume intravaskular

menurun.
Terapi Inotropik Positif
Dopamin merupakan salah satu obat inotropik positif, bisa juga dipakai
untuk meningkatkan dneyut jantung (efek beta-1) pada keadaan
bradikardia saat pemberian atropin oada dosis 5-20 mg/kg/menit tidak
mneghasilkan kerja yang efektif. Kerja dopamin bergantung pada dosis
yang diberikan, pada dosis kecil (1 -2 g/kg/menit), dopamin akan
mendilatasi pembuluh darah ginjal dan pembuluh darah mesenterik serta
menghasilkan peningkatan pengeluaran urine (efek dopaminergik);
pada dosis 2-10 g/kg/menit, dpamin akan meningkatkan curah jantung
melalui peningkatan kontraktilitas jantung (efek beta) dan meningkatkan
tekanan darah melalui vasokonstriksi (efek alfa-adrenergik). Penghentikan
pengobatan dopamin harus dilakukan secara bertahap, penghentian
pemakaian yang mendadak dapat menimbulkan hipotensi berat.
Dobutamun (Dobutrex) adalah suatu ibat simpatomimetik dnegan kerja
beta-1 adrenergik. Efek beta-1 adalah meningkatkan kekuatan kontraksi
miokardium (efekinotropik positif) dan meningktakan denyut jantung

(efek kronotropik positif).


Terapi Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedatif mengurangu
kegelisahan. Obatobatan sedatif sering digunakan adalah Phenobarbital
15-30 mg empat kali sehari dnegan tujuan untuk mengistirahatkan klien
dan memberi relaksasi pada klien. (Muttaqin, Arif, 2012)

2.9 Komplikasi
Kongesti dan jejas hati
Kongesti dan jejas hati bisa terjadi sebagai komplikasi gagal jantung
kongestif akut atau kronis berat atau penyakit jantung sianosis.
Disfungsi hati berasal dari hipoksemia, kongesti vena sistemik, dan
curah jantung rendah. Manifestasi hati gagal jantung kanan
dan kiri sama. dengan menurunnya curah jantung, ada penurunan
aliran darah hati dan hipoksia sentrizonal. Nekrosis hati menyebabkan

14

asidosis laktat, peningkatan aktivitas aminotransferase, ikterus,


pemanjangan waktu tromboplastin parsial, dan mungkin hipoglikemia.
Pada gagal jantung sisi kanan, kenaikan pada tekanan vena hati dan
atrium kanan menyebabkan distensi sinusoid sentrizonal yang
merupakan penghambat difusi oksigen. Perdarahan, atrofi tekanan,
dan mikrosis menyertai. Ikterus dan hepatomegali dengan sakit tekan
terjadi. Asites bisa juga terjadi pada gagal jantung kongestif kanan
kronis. Pada penderita syok hati, kenaikan aktivitas aminotransferase
bisa kembali dengan cepat ke normal jika ada perbaikan perfusi dan
fungsi jantung. Sindrom gagal hati fulminan bisa terjadi, terutama
pada penderita dengan koarktasio aorta. Nekrosis hati mungkin
terlihat pada penderita dengan sindrom jantung kiri hipolastik

(Behrman, 2000).
Cardiac Cachexia
Jika pasien dengan gagal jantung dimulai dengan kondisi kelebihan
berat badan, kondisi mereka cenderung akan lebih parah. Setelah
gagal jantung berkembang, bagaimana pun indicator penting dari
kondisi

yang

memburuk

adalah

terjadinya

jantung

cachexia

yaitu penurunan berat badan yang tidak disengaja (kehilangan

setidaknya 7,5 % dari berat badan normal dalam waktu 6 bulan).


Impaired kidney function
Gagal jantung melemahkan kemampuan jantung untuk memompa
darah. Hal ini dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh termasuk
ginjal (yang pada gilirannya dapat menyebabkan penumpukan cairan).
Penurunan fungsi ginjal adalah umum pada pasien dengan gagal
jantung, baik sebagai komplikasi gagal jantung dan sebagai
komplikasi penyakit lainnya yang berhubungan dengan gagal jantung
(seperti diabetes). Studi menunjukkan bahwa pada pasien dengan
gagal jantung, gangguan fungsi ginjal meningkatkan risiko komplikasi

jantung termasuk rawat inap dan kematian.


Congestion (Fluid Buildup)
Pada gagal jantung sisi kiri, cairan pertama menumpuk di paru-paru.
Kemudian, gagal jantung sisi kanan berkembang, cairan menumpuk di
15

kaki, kaki, dan perut. Penumpukan cairan dapat diobati dengan


perubahan

gaya

hidup,

seperti

mengurangi

garam

dalam

diet, serta obat-obatan, seperti diuretik.


Arrhythmias (Irregular Beatings of the Heart)
Atrial fibrilasi adalah irama bergetar cepat di ruang atas jantung.
Ini adalah penyebab utama stroke dan sangat berbahaya pada
orang dengan gagal jantung.
Left bundle-branch block adalah kelainan pada konduksi listrik di
jantung. Dan berkembang sekitar 30% dari pasien dengan gagal
jantung.
Ventricular

tachycardia

dan

ventricular

fibrillation

adalah

arryhthmias serius yang dapat terjadi pada pasien ketika fungsi

jantung terganggu secara signifikan.


Depression
Kehadiran depresi menunjukkan prospek buruk untuk jantung. Studi
menunjukkan bahwa depresi dapat memiliki efek buruk pada biologis
sistem kekebalan tubuh dan saraf, pembekuan darah, tekanan darah,
pembuluh darah, dan irama jantung. Orang yang depresi mungkin
gagal untuk mengikuti instruksi medis dan mungkin tidak merawat

diri mereka sendiri.


Angina and Heart Attack
Sementara penyakit arteri koroner merupakan penyebab utama gagal
jantung, pasien dengan gagal jantung beresiko lanjutan untuk angina
dan serangan jantung. Perhatian khusus harus diambil dengan tiba-tiba
dan tenaga berat, terutama menyekop salju, selama bulan-bulan dingin
(University of Maryland Medical System).

2.10 Pencegahan
a. Pencegahan primordial
Pencegahan primordial ditujukan pada masyarakat dimana belum
tampak adanya resiko gagal jantung. Upaya ini bertujuan
memelihara kesehatan setiap orang yang sehat agar tetap sehat dan
terhindar dari segala jenis penyakit termasuk penyakit jantung.
Cara hidup sehat merupakan dasar pencegahan primordial penyakit

16

gagal jantung seperti mengkomsumsi makanan sehat, tidak


merokok,

berolah

raga

secara

teratur,

meghindari

stress, serta memelihara lingkungan hidup yang sehat.


Menurunkan berat badan
Jika Anda kelebihan berat badan, tekanan tambah akan
ditempatkan pada jantung Anda, meningkatkan risiko penyakit
jantung

koroner

dan

serangan

jantung.

Kedua

ini

membuat gagal jantung lebih mungkin. Mengikuti saran di


bawah ini akan membantu Anda menurunkan berat badan, serta
menurunkan resiko terkena gagal jantung.
o Hindari makanan yang mengandung kolesterol (LDL)
tinggi
Kolesterol jahat atau LDL dikenal sebagai penyebab utama
terjadinya proses aterosklerosis, yaitu proses pengerasan
dinding pembuluh darah, terutama di jantung, otak, ginjal,
dan mata. Akibat proses itu, saluran pembuluh darah,
khususnya pembuluh darah koroner, menjadi sempit dan
menghalangi aliran darah di dalamnya. Akibatnya, jantung
akan sulit memompa darah. Keadaan tersebut dapat
meningkatkan resiko penyakit gagal jantung.
o Mengonsumsi makanan yang berserat tinggi (sayur dan
buah)
Serat diketahui punya peran penting dalam menjaga
kesehatan. Serat terdiri dari dua jenis, yakni serat larut dan
tak larut. Serat larut tidak dapat dicerna oleh enzim
pencernaan, tetapi larut dalam air panas. Serat larut inilah
yang membuat perut kenyang lebih lama dan memberikan
energi lebih panjang serta bermanfaat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah. Umumnya, terdapat pada buah dan
sayur dan juga pada oat (bubur gandum). Serat yang larut
dalam

tubuh

dapat

mengikat

kolesterol

dan

mengeluarkannya dari tubuh. Peran itulah yang mampu

17

menurunkan

kadar

kolesterol

dalam

darah

hingga

menurunkan resiko penyakit gagal jantung.


o Memotong asupan garam Anda
Terlalu banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah
Anda, sehingga mengurangi jumlah yang Anda makan akan
membantu menjaga tekanan darah Anda dan mengurangi
resiko terkena gagal jantung.
Hindari stress.
Hasil penelitian ilmuwan Belanda yang dipublikasikan jurnal
Clinical Endocrinology and Metabolism menunjukkan bahwa
kadar hormon kortisol yang tinggi akibat stress terkait erat
dengan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Stres dapat
menyebabkan arteri yang tertimbun plak menyempit dan ini
menurunkan aliran darah hingga 27 persen. Penyempitan yang
berarti terlihat bahkan pada arteri yang terkena penyakit ringan.
Penelitian

lain

mengesankan

bahwa

stres

berat

dapat

menyebabkan pecahnya dinding arteri yang mengandung plak


dan memicu serangan jantung, hingga berdampak gagal
jantung.
Hindari alkohol.
Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah otot
jantung, mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri
yang dapat menyebabkan gagal jantung.
Berhenti merokok.
Asap tembakau dapat merusak hati Anda dalam beberapa cara,
memaksanya untuk bekerja lebih keras. Merokok juga
cenderung membuat darah lebih tebal dan memperlambat aliran
darah, meningkatkan risiko penggumpalan darah (trombosis).
Ini merusak lapisan pembuluh darah, menyebabkan mereka
untuk bulu up. Ini pakaian bulu up dari arteri ( aterosklerosis )
merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, stroke
yang dan beberapa bentuk demensia.
Kendalikan tekanan darah

18

Jika tekanan darah Anda terlalu tinggi, jantung Anda harus


bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Untuk mengatasi usaha ekstra, otot jantung menebal dari waktu
ke waktu menyebabkan pembesaratn otot jantung kiri , dan
akhirnya akan menjadi terlalu kaku atau lemah untuk bekerja
dengan baik sehingga beresiko mengalami gagal fungsi.
Berolahraga secara teratur.
Olahraga yang teratur (sedikitnya tiga kali seminggu) turut
menurunkan tingkat kolesterol yang jahat (LDL), menjaga
tekanan darah agar tidak meningkat, dan mencegah kelebihan
berat badan.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan pada masyarakat yang sudah
menunjukkan adanya factor risiko gagal jantung. Upaya ini dapat
dilakukan

dengan

membatasi

komsumsi

makanan

yang

mengandung kadar garam tinggi, mengurangi makanan yang


mengandung kolesterol tinggi, mengontrol berat badan dengan
membatasi kalori dalam makanan sehari-hari serta menghindari
rokok dan alkohol.
c. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada orang yang sudah terkena
gagal jantung bertujuan untuk mencegah gagal jantung berlanjut ke
stadium yang lebih berat. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan
diagnosa

gagal

jantung,tindakan

pengobatan

dengan

tetap

mempertahankan gaya hidup dan mengindari faktor resiko gagal


jantung (Aulia Sani; Harmani Kalim. 2008).

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan
memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan
19

menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya


diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan
morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan

terus

menerus

sepanjang

hari,

insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.


b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pad aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6) posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9) Murmur sistolik dan diastolic.
10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12) kapiler lambat.
13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
16) khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
20

4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat
badan

signifikan,

pembengkakan

pada

ekstremitas

bawah,

pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah


diproses dan penggunaan diuretic.
b. Tanda
: Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen
(asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
6. Higiene
a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama

aktivitas

Perawatan diri.
b. Tanda
: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas dan sakit pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda
:
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernapasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan

21

a. Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus


otot, kulit lecet.
11. Interaksi social
a. Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung,
misalnya : penyekat saluran kalsium.
b. Tanda
: Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
13. Riwayat Kesehatan atau Keperawatan
Keluhan Utama :
1) Lemah beraktifitas
2) Sesak nafas
14. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai
berat.
b. Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya
disertai sesak nafas.
c. Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system otot
rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan.
d. Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
e. Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya
kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun
saat beraktifitas.
15. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Apakah sebelumnya pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM,
hiperlipidemia.
b. Obat apa saja yang pernah diminum yang berhubungan dengan obat
diuretic, nitrat, penghambat beta serta antihipertensi. Apakah ada efek
samping dan alergi obat.
16. Riwayat Keluarga :
Penyakit apa yang pernah dialami keluarga dan adakah anggota keluarga
yang meninggal, apa penyebab kematiannya.
17. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan :
a. Situasi tempat kerja dan lingkungannya
b. Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
c. Kebiasaan merokok

22

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan patofisiologi dan dari pengkajian, diagnose keperawatan utama
untuk klien gagal jantung adalah sebagai berikut:
1. Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan
konduksi elektrikal.
2. Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan kurangnya
suplai darah ke miokardium, perubahan metabolisme, dan peningkatan
produksi asam laktat.
3. Aktual/risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan
pembesaran cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler
alveoli, dan retensi cairan interstisial.
4. Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru.
5. Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya curah jantung.
6. Aktual/risiko tinggi penurunan tingkat kesadaran yang berhubungan
dengan penurunan aliran darah ke otak.
7. Aktual/risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan yang berhubungan
dengan penurunan perfusi organ.
8. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah
jantung.
9. Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia.
10. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan
adanya sesak napas.
11. Aktual/risiko tinggi cidera yang berhubungan dengan pusing dan
kelemahan.
12. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan
status kesehatan, situasi kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
13. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
14. Risiko ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan
dengan tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
23

C. Rencana Intervensi
Tujuan utama mencakup mencegah nyeri, mengurangi risiko penurunan curah
jantung, meningkatkan kemampuan perawatan diri, mengurangi cemas,
menghindari salah pemahaman terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan
yang diberikan, mematuhi program perawatan dini, dan mencegah
komplikasi.
Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan
konduksi elektrikal.
Ditandai dengan peningkatan frekuensi jantung (takikardia), disritmia:
perubahan gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (TD)
(hipotensi/hipertensi),

bunyi

jantung

ekstra

(S3,

S4),

penurunan

pengeluaran urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin (kusam: diatoresis,
ortopnea, krakies, distensi vena jugularis, pembesaran hepar, edema
ekstremitas, nyeri dada.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan
menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang dan bebas gejala gagal jantung (seperti parameter
hemodinamik dalam batas normal, keluaran urine adekuat).
Kriteria: Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea, berperan
dalam aktivitas mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas
normal. (120/80 mmHg). Nadi 80 kali/menit, tidak terjadi aritmia, denyut
jantung, dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3 detik, dan produksi
urine > 30 ml/jam.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji dan laporkan Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan
tanda

penurunan dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.

curah jantung.
Periksa
keadaan Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat
klien

dengan istirahat

untuk

mengkonpensasi

penurunan

mengauskultasi nadi kontraktilitas ventrikel, KAP, PAT, MAT, PVC, dan

24

apikal: kaji frekuensi, AF disritmia umum berkenaan dengan GJK


irama
(dokumentasi
disritmia,

jantung meskipun lainnya juga terjadi.


Catatan: disritmia ventrikel
bila

tersedia telemetri).
Catat bunyi jantung

tidak

rensponsif

terhadap obat yang diduga aneurisme ventrikel.


S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya
kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan S4)
dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi
yang

Palpasi nadi perifer

distensi

murmur

dapat

inkompetensi/stenosis mitral.
Penurunan
curah
jantung

menunjukkan
menunjukkan

menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis pedis,


dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak
teratur untuk dipalpasi, dan pulsus alteran (denyut
Pantau

kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada.


adanya Ginjal berespons untuk menurunkan curah jantung

keluaran urine, catat dengan menahan cairan dan natrium, keluaran urine
keluaran

dan biasanya

menurun

selama

tiga

hari

karena

kepekatan/kosentrasi

perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat

urine.

meningkat pada malam hari sehingga cairan

Istirahatkan

berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.


klien Oleh karena jantung tidak dapat diharapkan untuk

dengan tirah baring benar-benar istirahat untuk sembuh seperti luka


optimal.

pada patah tulang, maka hal terbaik yang dilakukan


adalah mengistirahatkan klien. Melalui aktivitas,
kebutuhan pemompaan jantung diturunkan.
Tirah baring merupakan bagian penting dari
pengobatan gagal jantung kongestif, khususnya
pada tahap akut dan sulit disembuhkan. Selain itu,
untuk menurunkan seluruh kebutuhan kerja pada
jantung.

Tirah

baring

membantu

dalam

menurunkan beban kerja dengan menurunkan

25

volume intravascular melalui induksi dieresis


berbaring.
Istirahat akan
meningkatkan

mengurangi
tenaga

kerja

cadangan

jantung,

jantung,

dan

menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring


juga merangsang dieresis, karena berbaring akan
memperbaiki

perfusi

ginjal.

Istirahat

juga

mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan


oksigen. Frekuensi jantung menurun yang akan
memperpanjang
Atur
baring

periode

diastole

pemulihan,

posisi

sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.


tirah Klien dengan gagal jantung kongestif dapat

yang

ideal. berbaring dengan posisi duduk dengan tangan

Kepala tempat tidur melipat pada meja untuk mengurangi kesulitan


harus dinaikkan 20 bernapas dan mengurangi jumlah darah yang
sampai 30 cm (8-10 kembali ke jantung sehingga dapat mengurangi
inci)

atau

klien kongesti paru.


Pada posisi ini aliran balik vena ke jantung
didudukan di kursi.
(preload) dan paru berkurang, kongesti paru
berkurang serta penekanan hepar ke diafragma
menjadi minimal. Lengan bawah harus disokong
dengan bantal untuk mengurangi kelelahan otot
bahu akibat berat lengan yang menarik secara
terus-menerus. Klien yang dapat bernapas hanya
pada posisi tegak (ortopnea) dapat didudukkan di
sisi tempat tidur dengan kedua kaki disokong kursi,
kepala, dan lengan diletakkan di meja tempat tidur
dari vertebra lumbosakral disokong dengan bantal.
Bila terdapat kongesti paru, maka lebih baik klien
didudukkan di kursi karena posisi ini dapat
memperbaiki perpindahan cairan dari paru. Edema
yang biasanya terdapat di bagian bawah tubuh

26

berpindah ke daerah sakral ketika klien dibaringkan


di tempat tidur.
Kaji perubahan pada Dapat menunjukkan tidak adekuatnya serebral
sensorik.

Contoh: sekunder terhadap penurunan curah jantung.

letargi, cemas, dan


depresi.
Berikan

istirahat Stress emosi menghasilkan vasokontriksi yang

psikologi
lingkungan

dengan terkait,

meningkatkan

tekanan

darah,

dan

yang meningkatkan frekuensi/kerja jantung.

tenang.
Berikan

oksigen Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan

tambahan

dengan miokardium guna melawan efek hipoksia/iskemia.

nasal

kanul/masker

sesuai
indikasi.
Hindari
dinamik

dengan
maneuver Berjongkok
seperti

berjongkok sewaktu
melakukan BAB dan
mengepal-ngepalkan
tangan.

Berjongkok meningkatkan aliran balik vena dan


resistensi

arteri

sistemik

secara

simultan

menyebabkan kenaikan volume sekuncup (stroke


volume) dan tekanan arteri. Peregangan ventrikel
kiri yang bertambah akan meningkatkan beban
kerja jantung secara simultan.
Latihan isometrik.
Latihan isometrik: mengepal-ngepalkan tangan
(handgrip) secara terus-menerus selama 20-30
detik meningkatkan resistensi arteri sistemik,
tekanan darah, dan ukuran jantung. Latihan ini

Kolaborasi

akan meningkatkan beban kerja jantung.


untuk Rasional dukungan diet adalah mengatur diet

pemberian

diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung normal

jantung.

dan status nutrisi terpelihara, sesuai dengan selera

27

dan pola makan klien.


Pembatasan natrium
Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah,
mengatur, dan mengurangi edema seperti pada
hipertensi atau gagal jantung. Hindari kata-kata
makanan rendah garam atau bebas garam.
Kesalahan yang sering terjadi biasanya disebabkan
akibat penerjemah yang tidak konsisten dari garam
ken atrium. Harus di ingat bahwa gara itu tidak
100% natrium. Terdapat 393 mg, atau sekitar 400
mg natrium dalam 1 g (1000 mg) garam. Maka,
klien yang harus menjalani diet rendah natrium
harus dianjurkan untuk jangan membeli makanan
olahan dan membaca label dengan teliti terhadap
kata-kata

garam

makanan kaleng.
untuk Banyaknya obat

Kolaborasi

pemberian obat.

atau
dapat

natrium/khususnya
digunakan

untuk

meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki

kontraktilitas, dan menurunkan kongesti.


furosemid Penurunan preload paling banyak digunakan dalam

Diuretic,
(lasix),

mengobati pasien dengan curah jantung relatif

sprironolakton

normal ditambah dengan kongesti diuretik blok

(aldakton).

reabsorpsi

Vasodilator;
nitrat

diuretic,

sehingga

memengaruhi

reabsorpsi natrium dan air.


contoh Vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah

(isosorbide jantung,

menurunkan
tahanan

(vasodilator),

Digoxin (ianoxin).

(arteridilator, juga kerja ventrikel).


Meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan
frekuensi

vascular

sirkulasi

dinitrat, isodril).

memperlambat

dan

volume

jantung

sistemik

dengan

menurunkan volume sirkulasi (vasodilator) dan


tahanan vascular sistemik (arteriodilator) juga kerja

28

ventrikel.
Captopril (capoten), Meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan
lisinopril

(prinivil), memperlambat

enapril (Vasotec).

frekuensi

jantung

dengan

menurunkan konduksi dan memperlama periode


refraktori angiotensin dalam paru serta menurunkan
vasokonstriksi, SVR, dan TD.
Penurunan tahanan vascular dan aliran balik

Morfin sulfat.

vena/menurunkan kerja miokard, menghilangkan


cemas dan mengistirahatkan sirkulasi umpan balik
cemas pengeluaran katekolamin vasokonstriksi
Tranqulilizer/sedatif.

cemas.
Meningkatkan istirahat/relaksasi dan menurunkan
kebutuhan oksigen serta kerja miokard. Catatan:
ada obat oral yang analog dengan amrinon (incor)
agen inotrofik positif yang disebut milrinon yang

cocok untuk penggunaan jangka panjang.


Antikoagulan, contoh Dapat digunakan secara profilaksis

untuk

heparin dosis rendah mencegah pembentukan thrombus/emboli pada


warfarin

adanya faktor risiko seperti siatis vena, tirah baring,

(Coumadin).
disritmia jantung, dan riwayat episode sebelumnya.
Pemberian cairan IV, Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel
pembatasan

jumlah kiri, pasien tidak dapat menoleransi peningkatan

total sesuai dengan volume cairan (preload). Pasien juga mengeluarkan


indikasi,

hindari sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan

cairan garam.
dan meningkatkan kerja miokard.
Pantau seri EKG dan Depresi segmen ST dan datarnya gelombang T
perubahan foto dada.

dapat

terjadi

karena

peningkatan

kebutuhan

oksigen. Foto dada dapat menunjukkan pembesaran


jantung dan perubahan kongesti pulmonal.

Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan kurangnya suplai


darah ke miokardium, perubahan metabolisme, dan peningkatan produksi

29

asam laktat.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan
respons nyeri dada.
Kriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada.
Secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak
terjadi penurunan perfusi perifer, urine > 600 ml/hari.
INTERVENSI

RASIONAL

Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien


intensitas,

lama,

dan karena nyeri terjadi sebagai temuan

penyebarannya.

pengkajian.

Anjurkan kepada klien untuk Nyeri berat dapat menyebabkan syok


melaporkan nyeri dengan segera.

kardiogenik yang berdampak pada


kematian mendadak.

Lakukan

manajemen

nyeri

keperawatan:
1. Atur posisi/fisiologis.
Posisi fisiologis akan meningkatkan
asupan O2 ke jaringan yang mengalami
iskemia.
2. Istirahatkan klien.

Istirahat akan menurunkan kebutuhan


O2 jaringan perifer, sehingga kebutuhan
miokardium

menurun

dan

akan

meningkatkan suplai darah dan oksigen


ke miokardium yang membutuhkan O2
untuk menurunkan iskemia.
3. Berikan oksigen tambahan Meningkatkan jumlah oksigen yang
dengan
masker
indikasi.

nasal

kanul

sesuai

atau ada

untuk

pemakaian

dengan sekaligus
ketidaknyamanan
iskemia.

30

miokardium
mengurangi

sampai

dengan

4. Manajemen

lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan

lingkungan tenang dan batasi stimulus


pengunjung.

nyeri

pembatasan

ekternal

pengunjung

dari
akan

membantu meningkatkan kondisi O2


ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada di
ruangan.
5. Ajarkan

teknik

relaksasi Meningkatkan asupan O2 sehingga

pernapasan dalam.

akan menurunkan nyeri sekunder dari


iskemia jaringan otak.

6. Ajarkan teknik distraksi pada Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


saat nyeri.

menurunkan stimulus internal dengan


mekanisme

peningkatan

produksi

endorfin dan enkefalin yang dapat


memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirim ke korteks serebri sehingga
menurunkan persepsi nyeri.
7. Lakukan

manajemen Manajemen sentuhan pada saat nyeri

sentuhan.

berupa sentuhan dukungan psikologi


dapat membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah kemudian dengan otomatis
membantu suplai darah dan oksigen ke
area nyeri serta menurunkan sensasi
nyeri.

Kolaborasi

pemberian

farmakologis antiagina.

terapi Obat-obat antiangina bertujuan untuk


meningkatkan

aliran

darah,

baik

dengan menambah suplai oksigen atau


dengan

mengurangi

miokardium akan oksigen.

31

kebutuhan

Antiangina (nitrogliserin).

Nitrat berguna untuk control nyeri


dengan efek vasodilatasi koroner.

Analgesik, morfin 2-5 mg Menurunkan nyeri hebat, memberikan


sedasi, dan mengurangi kerja miokard.

intravena

Penyekat beta. Contohnya : Penghambat

(adrenergik)

beta

Antenol,tonormin,pindolol,vi

menghambat reseptor beta 1 untuk

sken propanolol ( inderal )

mengontrol

nyeri

melalui

efek

hambatan rangsang simpatis dengan


demikian,

denyut

jantung

akan

berkurang. Obat-obat ini berfungsi


sebagai anti angina,karena mengurangi
denyut

jantung

dan

kontraktilitasmiokardium.

Obat

menurunkan

pemakaian

kebutuhan

ini

oksigen, sehingga rasa nyeri angina


mereda.

Penyakit

saluran

Contohnya:

kalsium. Kalsium

mengaktivasi

kontraksi

Verafamil miokardium serta menambah beban

(calan), ditiazem (prokardia)

kerja dan keperluan jantung akan


oksigen.penghambat
menurunkan

kontraktilitas

kalsim
jantung

( efek inotofik negatif) dan beban kerja


jantug,sehingga mengurangi keperluan
jantung akibat oksigen.obat ini efektif
dalam mengendalikan angina varian
dengan mereleksasikan arteri kororner
dan dalam meredakan angina klasik
dengan
oksigen.

32

mengurangi

kebutuhan

Aktual/resiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan


pembesaran cairan kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler
aveoli dan retensi cairan intertisial.
Tujuan dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat
penurunan respons sesak nafas.
Kriteria dalam subjektif klien menyatakan penurunan sesak nafas,secara
objektif didapatkan TTV dalam batas normal (RR: 16-20x/menit ) tidak ada
penggunaan obat bantu nafas,analisis gas darah dalam bentuk normal.
INTERVENSI
RASIONAL
Berikan tambahan O2 6 liter/menit Untuk meningkatkan konsentrasi O2
Pantau

saturasi

dalam proses pertukaran gas.


(oksimetri) Untuk mengtahui tingkat oksigenerasi

Ph,BE,HCO3 (dengan BGA).

pada jaringan sebagai dampak adekuat

Koreksi keseimbangan asam basa.

tidaknya pertukaran gas.


Mencegah asidosis yang

dapat

memperberat fungsi pernafasan.


Cegah atelektasi dengan melatih Kogesti yang berat akan memperburuk
batuk efektif dan nafas dalam.

proses

Kolaborasi :

berdampak pada timbulnya hipoksia.


Meningkatkan kontraktilitas otot

RL 500 cc/24 jam


Digoxin 1-0-0

Furosemid 2-1-0

pertukaran

gas

sehingga

jantung sehingga dapat mengurangi


timbulnya edema dan dapat mencegah
gangguan pertukaran gas.
Membnatu
mencegah

terjadinya

retensi cairan dengan menghambat


ADH.

Aktual /resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder dapat
edema paru akut.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terdapat perubahan pola nafas.
Kriteria: klien tidak ssak napas,RR dalam batas normal 16-20
x/menit,respon batuk berkurang.
INTERVENSI

RASIONAL
33

Auskultasi bunyi napas (krakles)

Indikasi edema paru sekunder akibat

Kaji adanya edema

dekompensasi sekunder.
Curiga gagal kongestif/kelebihan

Ukur intake dan output.

volume cairan.
Penurunan

curah

jantung

mengakibatkan

gangguan

perfusi

ginjal,retensi

natrium/air,dan

penurunan keluaran urine.


Perubahan tiba-tiba dari

Timbang berat badan.

badanmenunjukan
Pertahankan
cairan

jam

gangguan

keseimbangan cairan.
total Memenuhi kebutuhan cairan tubuh

pemasukan

2.000ml/24

berat

dalam orang

dewasa,tetapi

toleransi kardiovaskuler.

pembatasan

Kolaborasi

dekompensasi jantung.
Natrium meningkatkan retensi cairan

dengan

memerlukan
adanya

dan meningkatkan volume plasma

Berikan diet tanpa garam.

yang

berdampak

terhadap

peningkatan beban kerja jamtug dan


akan membuat kebuthan miokardium

Berikan

diuretik.

meningkat.
Contoh: Diuretik bertujan untuk menurunkan

furosemide,spinolakton,dan

volume plasma dan menurunkan

hidronolakton.

retensi cairan di jaringan,sehingga


menurunkan resiko terjadinya edema

Pantau

paru.
data Hipokalemia

laboratorium,eletrofil kalium.

dapat

membatasi

kefektifan terapi.

Aktual / resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhungan dengan


menurunnya curah jantung.
Tujuan: dalam 2 x 24 jam perifer meningkat.
Kriteria: klien tidak mengeluh pusing.TTV dalam batas normal,CRT< 3

34

detik, urin > 600


INTERVENSI
RASIONAL
Auskultasi TD, bandingkan kedua Hipotensi dapat terjadi juga disfungsi
lengan,

ukur

dalam

keadaan ventrikel,hipertensi

juga

lenomena

berbaring,duduk, atau berdiri bila umum yang berhubungan dengan nyeri


memungkinkan.

oemas

karena

pengeluaran

katekolamin.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, Mengetahui derajat hipoksemia dan
nadi, dan diaforesis secara teratur. peningkatan faharian perifer.
Kaji kualitas peristalik, jika perlu Mengetahui
pengaruh
hipoksia
pasang sonde.

terhadap fungsi saluran cerna,serta

dampak penurunan elektrolit.


Kaji adanya kongesti hepar pada Sebagai dampak gagal jantung
abdomen kanan atas.

kanan,jika

berat

akan

Pantau urin output.

adanya tanda kongesti.


Penurunan
curah

ditemukan
jantung

mengakibatkannmenurunnya produksi
urine,pemantauan yang ketat pada
produksi

urine

<

600

ml/hari

merupakan tanda tanda terjadinya


Catat adanya murmur.

syok kardiogenik.
Menunjukan gangguan aliran darah
dalam

jantung

(kelainan

katup,kerusakan septum,atau vibrasi


otot papilar).
Pantau frekuensi jantung dan Perubahan frekuensi dan irama jantung
irama.
menunjukan komplikasi disretmia.
Berikan makanan kecil/mudah di Makanan besar dapat meningkatkan
kunyah,batasi asupan kafein.

kerja

miokardium

merangsang
sehingga
Kolaborasi

kafein

langsung
meningkatkan

ke

dapat
jantung

frekuensi

jantung.
Jalur paten penting untuk pemberian

Pertahanan caara masuk heprin obat darurat.

35

(IV) sesuai indikasi.

Aktual/resiko tinggi penurunan kesadaran yang berhungan dengan


penurunan aliran darah ke otak.
Tujuan:dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran
dan

dapat

mempertemukan

cardiac

output

secara

adekuat

guna

meningkatan perfusi otak.


Kriteria klien tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal,sesak
napas,mual/muntah tanda diaforesis dan pucat/sianosis hilang akral
hangat,kulit segar BJ tunggal kuat,mana denyut sinus produksi urine
250ml/jam

respons

verbal

baik,

EKG

normal,

JVP

<

3cm

H2O,BUN/kreatinin normal.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji status mental klien secara Mengetahui derajat hipoksia pada
teratur.
otak.
Observasi perubahan sensori dan Bukti aktual penurunan aliran darah
tingkat

kesadaran

menunjukan

pasien

yang kejaringan serebral adalah adanya

penurunan

otak perubahan

respons

sensori

dan

(gelisah,confusel,bingung

penurunan tingkat kesadaran pada

apatis,somnolen)

fase akut dari kegagalan yang harus

diawasi secara kuat.


Kurangi aktivitas yang merangsang Respons valsava akan meningkatkan
timbulnya

respons beban

valsava/aktivitas.
Catat adanya keluhan pusing.

jantung

sehingga

akan

menurunkan curah jauntng ke otak.


Keluhan
pusing
merupakan
manifestasi penurunan suplai darah

Pantau frekuensi janung dan irama

ke jarinagn otak yang parah.


Perubahan frekuensi dan
jantung

menunjukan

irama

komplikasi

disritmia.
Jangan membeikan digitalis bila Efek dari toksisitas digitalis dengan
didapatkan
jantung,bunyi

perubahan
jantung,

denyut peningkatan denyut jantung akan


atau merangsang

36

terjadinya

disritmia,

perkembangan toksisitas digitalis.

sehingga memerlukan pemantauan


yang lebih ketat untuk menghindari
penururnan tingkat kesadran.
Jalur yang paten penting untuk

Kolaborasi

Pertahankan

cara

masuk pemberian obat darurat.

heparin (IV) sesuai indikasi.

Aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan


kelebihan cairan sistemik sebagai dampak sekunder dan penurunan curah
jantung, gagal jantung kanan.
Tujuan dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi kelebihan olume cairan
sistemik.
Kriteria: klien tidak sesak napas edema ektremitas berkurang pitting edema
(-) produksi urine>600 ml/hari.
INTERVENSI
Kaji adanya edema ektremitas.

RASIONAL
Curiga gagal kongestif/kelebihan

Kaji tekanan darah.

volume cairan.
Sebagai salah satu cara untuk
mengetahui peningkatan jumlah
cairan yang dapat di ketahui
dengan menngkatkan beban kerja
jantung yang dapat di ketahui
dan

meningkatnya

darah.
Peningkatan

Kaji distensi vena jugularis.

membebani

cairan
fungsi

tekanan
dapat
ventrikel

kanan yang dapat di pantau


melalui pemeriksaan teknan vena
jugularis.
Perubahan tiba-tiba berat badan

Timbang berta badan.

menunjukan

gangguan

keseimbangan cairan.
Beri posisi yang membantu drainase Meningkatkan venous return dan

37

ektremitas , lakukan latihan geak pasif.

mendorong berkurangnya edema

Kolaborasi

perifer.
Natrium meningkatkan retensi

cairan dan meningkatkan volume

Berikan diet tanpa garam

plasma yang berdampak pada


peningkatan beban kerja jantung
dan akan membuat kebutuhan

miokardium meningkat.
bertujuan
diuretik,contoh: Diuretik

Berikan

untuk

lurosemide,spinolakton,hidronolak menurunkan volume plasma dan


menurunkan retensi cairan di

ton.

jaringan sehingga menurunkan

resiko terjadinya edema paru.


Pantau data laboratorium elektrolit Hipokalemia dapat membatasi
keefektifan terapi.

kalium.

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keseimbangan antara suplai


oksigen kejaringan dengan kebutuhan sekunder dan penurunan curah
jantung.
Tujuan: aktivitas sehari-hari klien

terpenuhi dan meningkatnya

kemampuan beraktivitas.
Kriteria: klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala
yang berarti terutama mobilitas di tempat tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
Catat
frekuensi
jantung
: Respons klien terhadap aktivitas dapat
irama;dn perubahan TD,selama mengindikasikan adanya penurunan
dansesudah aktivitas.
oksigen mlokard.
Tingkatlkan
istirahat,batasi Menurunkan kerja mlokard/konsumsi
aktivitas,dan

berikan

aktivitas oksigen.

senggang yang tidak berat.


Anjurkan
klien
untuk Dengan

mengejan

dapat

menghindari peningkatan tekanan mengakibatkan bradikardi,menurunkan


abdomen, misal: mengejan saat curah jantung dan

38

takikardia,serta

defekasi.
Jelaskan
bertahap

peningkatan TD.
peningkatan Aktivitas yang

pola
dari

aktivitas.contoh:

tingkat kontrol

bangun

maju

jantung,

dari regangan,dan

memberikan
meningkatkan

mencegah

aktivitas

kursi,bila tidak ada nyeri lakukan berlebihan.


ambulasi,kemudian

istirahat

selama 1 jam setelah makan.


Pertahankan klien pada posisi Untuk mengurani beban jantung.
tirah baring sementara sakit akut.
Tingkatkan klien duduk dikursi Meningkatkan kontraksi otot sehingga
dan tinggikan kaki klien.
Evaluasi
tanda
vital

membantu venous return.


saat Untuk mengetahui fungsi jantung bila

kemajuan aktivitas terjadi.


di kaitkan dengan aktivitas.
Berikan waktu istirahat di antara Untuk mendapatkan cukup

waktu

aktivitas .

resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu

Pertahankan

memaksa kerja jantung.


Untuk meningkatkan

penambahan

sesuai kebutuhan .
Selama aktivitas
dispnea,sianosis

kaji
kerja

O2

jantung.
EKG Melihat

damapak

oksigenisasi

dari

aktivitas

dan terhadap fungsi jantung.

frekuensi napas, serta keluhan


subjektif.
Berikan diet sesuai kebutuhan Untuk mencegah retensi cairan dan
( pembatasan air dan Na)

edema akibat penurunan kontraktilitas

jantung.
Rujuk ke program rehabilitasi Meningkatkan jumlah oksigen yang
jantung.

ada untuk pemakaian miokardium


sekaligus
ketidaknyamanan

mengurangi
sampai

dengan

iskemia.

Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia.
Tujuan: dalam 3 x 24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi.
39

Krireria: klien secara objektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan


nutrisi sesuai anjuran asupan meningkat pada porsi makan yang di
sediakan.
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan tentang manfaat makan Dengan pemahaman klien akan lebih
bila dikaitkan dengan kondisi kooperatif mengikuti aturan.
klien saat ini.
Anjurakn agar klien memakan Untuk menghindari makanan yang
makanan yang di sediakan di justru

dapat

mengganggu

rumah sakit.
penyembuhan klien.
Beri makanan dalam keadaan Untuk meningkatkan
hangat dan porsi kecil serta diet mencegah
TKTPRG.

proses

selera

dan

mual,mempercepat

perbaikan kondisi,serta mengurangi

beban kerja jantung.


Libatkan keluarga pasien dalam Klien kadang kala mempunyai selera
pemenuhan nutrisi tumbuhan yang makan yang sudah terbiasa sejak di
tidak

bertentangan

dengan rumah.dengan

penyakitnya.

bantuan

keluarga

dalam pemenhan nutrisi dengan tidak


bertentangan dengan pola diet akan

meningkatkan pemenuhan nutrisi.


Lakukan dan ajarkan perawatan Higiene oral yang baik akan
mulut sebelum sesudah makan meningkatkan nafsu makan klien.
serta

sebelum

dan

sesudah

intervensi/pemeriksaan per oral.


Beri motivasi dan dukungan Meningkatkan secara psikologis.
psikologis.
Kolaborasi.

Meningkatkan

Dengan

pemenuhan diet klien.


Pemberian multivitamin

nutrisi

pemenuhan

sesuai

tentang dengan kondisi klien.


Memenuhi

asupan

vitamin

yang

kurang dan penurunanasupan nutrisi


secara umum dan memperbaiki daya
tahan.

40

Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya


sesak napas.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam keluhan gangguan pemenuhan tidur
berkurang.
Kriteria: klien tidak mengeluh mengantuk,TTV dalam batas normaal mata
tidak merah,tidur 6-8 jam/hari.
INTERVENSI
RASIONAL
Catat pola istirahat dan tidur Variasi penampilan dan perilaku klien
klien siang dan maalam hari.

dalam pemenuhan istirahat serta tidur

Atur posisi fisiologis.

sebagai teman pengkajian.


Posisi fisiologis akan meningkatkan

Berikan

asupa O2 dan rasa nyaman.


tambahan Meningkatkan jumlah oksigen yang

oksigen

dengan nasal kanul atau masker ada untuk pemakaian miokardium


sesuai dengan indikasi.
Manajemen

sekaligus

mengurangi

ketidaknyamanan dan tejadi iskemia.


lingkungan: Lingkungan tenng akan menurunkan

lingkungan tenang dan batasi stimulus


pengunjung.

nyeri

pembatasan

eksternal

pengunjung

dan
akan

membantu klien dalam melakukan


istirahat psikologis.
Ajarkan teknik distraksi sebelum Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
tidur.

menurnkan persepsi nyeri dan efektif


pada klien yang sudah mengalami

Lakukan manajemen sentuhan.

penurunan tingkat sesak.


Manajemen sentuhan pada klien yang
insomnia berupa sentuhan dukungan
psikologis

dapat

membantu

menurunkan stimulus ekstenal. Masase


ringan

dapat

meningkatkan

aliran

darah dan dengan otomatis membantu


Kolaborasi

pemberian

proses oksigenasi.
obat Meningkatkan istirahat/relaksasi dan

41

sedative

membantu klien dalam memenuhi


kebutuhan tidur.

Aktifitas/risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan pusing dan


kelemahan.
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi cedera pada klien.
Kriteria: klien tidak terjatuh, TTV dalam batas normal.
INTERVENSI
RASIONAL
Catat pola itirahat dan tidur klien Variasi penampilan dan perilaku klien
siang dan malam hari.

dalam pemenuhan istirahat dan tidur

sebagai temuan pengkajian.


Pantau adanya pengaman pada Tempat
tidur
dengan
tempat tidur klien.

adanya

pengaman/pagar tempat tidur dapat


mencegah klien jatuh pada saat gelisah

Atur posisi fisiologis

dan mengalami kelemahan.


Posisi fisiologis akan meningkatkan
asupan O2 dan rasa nyaman.
lingkungan: Lingkungan tenng akan menurunkan

Manajemen

lingkungan tenang dan batasi stimulus


pengunjung

nyeri

pembatasan

eksternal

pengunjung

dan
akan

membantu klien dalam melakukan


istirahat psikologis.

Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau
perubahan kesehatan.
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan klien berkurang.
Kriteria: klien mengatakan kecemasan klien berkurang, klien mengenali
perasaannya

dengan

mengidentifikasi penyebab

atau

faktor yang

memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, dan wajah rileks.


INTERVENSI
RASIONAL
Bantu klien mengekspresikan Cemas berkelanjutan memberikan
perasaan marah, kehilangan, dan dampak serangan jantung selanjutnya.
takut.
Kaji tanda verbal dan nonverbal Reaksi
42

verbal/nonverbal

dapat

kecemasan, damping klien, dan menunjukkan rasa agitasi, marah dan


lakukan

tindakan

bila gelisah.

menunjukkan perilku merusak.


Hindari konfrontasi.

Konfrontasi dapat meningkatkan rasa


marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin

memperlambat

penyembuhan.
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan
mengurangi

kecemasan.

lingkungan

yang

tenang

eksternal

Bberi yang tidak perlu.


dan

suasana penuh istirahat.


Tingkatkan kontrol sensasi klien.

Kontrol

sensasi

klien

(dalam

menurunkan ketakutan) dengan cara


memberikan
keadaan

informasii

klien,

mengenai

menekankan

pada

penghargaan terhadap sumber-sumber


koping (pertahankan diri) yang positif,
membantu

latihan

teknik-teknik
memberikan
Orientasikan

klien

positif .
terhadap Orientasi

relaksasi

pengalihan,

dan
serta

respon

balik

yang

dapat

menurunkan

prosedur rutin dan aktivitas yang kecemasan.


diharapkan.
Beri kesempatan kepada klien Dapat
untuk

menghilangkan

mengungkapkan terhadap kekhawatiran yang tidak

ansietasnya.
diekspresikan.
Berikan privasi untuk klien dan Member
orang terdekat.

ketegangan

mengekspresikan

waktu

untuk
perasaan,

menghilangkan cemas, dan perilaku


adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman
yang dipilih klien untuk melayani
43

aktivitas dan pengalihan (misalnya


membaca) akan menurunkan perasaan
terisolasi.
Kolaborasi: berikan anti cemas Meningkatkan
sesuai

indikasi,

relaksasi

dan

contohnya menurunkan kecemasan.

diazepam.

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis


penyakit, gambaran diri yang salah dan perubahan peran.
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam klien mampu mengembangkan koping
yang positif.
Kriteria: klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, mampu
menyatakan dan mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri
terhadap situasi, mngakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep
diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji perubahan dan gangguan Menentuakn bantuan individual dalam
persepsi dan hubungan dengan menyusun
derajat ketidakmampuan.

rencana

perwatan

dan

pemilihan intervensi.

Identifikasi arti kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan


disfungsi pada klien.

mengatur perubahan fungsi secara


efektif dengan sedikit penyesuaian
diri. Sedangkan yang lain mempunyai
kesulitan membandingkan, mengenal,

Anjurkan

klien

mengekspresikan
termasuk

dan mengatur kekurangan.


untuk Menunjukkan penerimaan, membantu
perasaan, klien

permusuhan

untuk

dan menyesuaikan

mengenal,
dengan

dan

perasaan

kemarahan.
tersebut.
Catat ketika klien menyatakan Mendukung penolakan tehadap bagian
terpengaruh seperti sekarat atau tubuh, atau perasaan negatif terhadap

44

mengingkari

dan

menyatakan gambaran tubuh dan kemampuan yang

inilah kematian.

menunjukkan

kebutuhan

dan

intervensi serta dukungan emosional.


Pernyataan pengakuan terhadap Membantu klien untuk melihat bahwa
penolakan tubuh, mengingatkan perawat

menerima

kedua

bagian

kembali fakta kejadian tentang sebagai bagian dari seluruh tubuh.


realitas

bahwa

masih

dapat Mengizinkan klien untk merasakan

menggunakan sisi yang sakit dan adanya harapan dan mulai menerima
belajar mengontrol sis yang sehat. situasi baru.
Bantu dan anjurkan perawatan Membantu meningkatkan
yang

baik

serta

perasaan

perbaiki harga diri dan mengontrol lebih dari

kebiasaan.
satu area kehidupan.
Anjurkan orang yang terdekat Menghidupkan kembali
untuk

mengizinkan

melakukan

klien kemandirian

dan

sebanyak-banyaknya perkembangan

hal tentang dirinya.


Dukung perilaku

harga

perasaan
membantu
diri

serta

memengaruhi proses rehabilitasi.


usaha Klien dapat beradaptasi terhadap

atau

seperti peningkatan minat atau perubahan dan pengertian tentang


partisipasi dalam aktivitas seperti peran individu di masa mendatang.
rehabilitasi.
Dukung penggunaan
yang

dapat

alat-alat Meningkatkan

mengadaptasikan membantu

kemandirian

kebutuhan

fisik

untuk
dan

klien, tongkat, alat bantu jalan, tas menunjukkan posisi untuk lebih aktif
panjang untuk kateter.
dalam kegiatan sosial.
Awasi adanya gangguan tidur Dapat mengindikasikan

terjadinya

peningkatan kesulitan konsentrasi, depresi. Umumnya terjadi sebagai


letargi, dan menarik diri.

pengaruh

dari

stroke

di

mana

memerlukan intervensi dan evaluasi


Kolaborasi:

rujuk

pada

lebih lanjut.
ahli Dapat memfasilitasi perubahan peran

neuropsikologi dan konseling bila yang penting untuk perkembangan


ada indikasi.

perasaan.

45

Risiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap


aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam klien mengenal faktor-faktor yang
meningkatkan peningkatan resiko kekambuhan.
Kriteria: klien secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk
melakukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau menerima perubahan
pola hidup yang efektif, klien mampu mengulang faktor-faktor risiko
kekambuhan.
INTERVENSI
Identifikasi
faktor
mendukung

RASIONAL
yang Tanyakan keluarga terdekat apakah

pelaksanaan suami/istri atau anak yang mampu

terapeutik.

mendapat penjelasan dan menjadi


pengawas klien dalam menjalankan
pola hidup yang efektif selama klien di
rumah dan memiliki waktu yang

optimal dalam menjaga klien.


Berikan penjelasan pelaksanaan Setelah mengalami serangan akut,
pelaksanaan terapeutik lanjutan.

perawat

perlu

penatalaksanaan

menjelaskan
lanjutan

dengan

tujuan dapat:

Menyarankan
agar

kepada

emanfaatkan

Membatasi

progresivitas

kegagalan jantung;
Meningkatkan perawatan diri;
Menurunkan kecemasan;
Mencegah aritmia dan komplikasi
keluarga Untuk mempermudah klien dalam
sarana mematau status kesehatannya.

kesehatan di masyarakat.
Ajarkan strategi menolong diri Peningkatan berat badan merupakan
sendiri

Anjurkan

faktor
untuk

yang

meningkatkan

beban

memantau jantung dalam melakukan kontraksi.

berat badan pada saat bangun


tidur, sebelum makan pagi,

46

dengan pakaian yang sama,


dan dengan timbangan yang

sama.
Melaporkan peningkatan berat
badan yang melebihi 1,5 kg
dalam

minggu

(tanpa

perubahan pola makan).


Mengikuti latihan fisik rutin.

Latihan fisik rutin secara bertahap


memberikan adaptasi pada ventrikel
kiri dalam melakukan kompensasi
kebutuhan suplai darah otot rangka.
Exertion. Aktivitas yang berlebihan
dapat menjadi presipitasi serangan
angina kembali. Klien dianjurkan
untuk

mengurangi

kualitas

dan

kuantitas kegiatan fisik yang biasa


klien lakukan sebelum keluhan gagal

Beri

penjelasan

jantung.
tentang Minum obat

pemakaian obat Nitrogliserin.

nitrogliserin

(veno

dilatasi perifer dan koroner) 0,4-0,6


mg tablet secara sublingual 3-5 menit
sebelum melakukan aktivitas dengan
tujuan untuk mengantisipasi serangan
angina. Klien dianjurkan untuk selalu
membawa obat tersebut setiap keluar
rumah

Hindari merokok.

meskipun

klien

tidak

merasakan gejala angina.


Merokok akan meningkatkan
adhesi

trombosit

merangsang

pembentukan trombus pada arteri

47

koroner.
Hemoglobin

lebih

mudah

berkaitan

dengan

karbonmonoksida

dibandingkan

dengan oksigen, sehingga akan


menurunkan

asupan

secara umum.
Nikoti dan tar mempunyai respons
terhadap

sekresi

vasokonstriktor

Pendidikan kesehatan diet.

oksigen

hormon

sehingga

akan

meningkatkan beban kerja jantung.


Konsumsi banyak makan garam
merupakan

salah

satu

faktor

presepitasi serangan sesak napas dan


edema ekstremitas.
Aktivitas

yang

dilakukan

setelah

makan yang cukup banyak dapat


meningkatkan risko angina. Klien
dianjurkan agar beraktivitas setelah
paling kurang satu jam setelah makan.
Pemberian makanan sedikit tapi sering
akan

mempermudah

saluran

pencernaan dalam mencerna makanan


sangat dianjurkan pada klien setelah

Manuver dinamik.

mengalami serangan angina.


Klien dianjurkan untuk menghindari
manuver dinamik seperti berjongkok,
mengejan, dan terlalu lama menahan
napas

yang

merupakan

faktor

presepitasi timbulnya angina. Dalam


melakukan defekasi klien dianjurkan
pemberian

Pendidikan kesehatan seks.

laxantia

agar

dapat

mempermudah pola defekasi klien.


Jika hubungan seks merupakan salah

48

satu factor presipitasi angina pada


klien,
aktivitas

maka

sebelum

seksual

klien

melakukan
dianjurkan

untuk meminum obat netrogliserin


atau sedatif atau keduanya. Pengaturan
sedikit aktivitas fisik pada klien dalam
melakukan aktivitas seksual dapat

Stres emosional.

dijelaskan pada pasangannya.


Serangan sesak napas dari gagal
jantung kiri lebih sering terjadi pada
klien yang mengalami kecemasan,
ketegangan,
kegembiraan

serta
yang

eforia

atau

berlebihan.

Pemberian obat sedatif ringan seperti


diazepin dapat mengurangi respons
lingkungan yang memberi dampak
emosional. Klien dianjurkan untuk
melakukan curah pendapat dengan
perawat

dengan

mengurangi
Beri dukungan secara psikologis

tujuan

untuk

ketegangan

dan

kecemasan.
Dapat
membantu

meningkatkan

motivasi klien dalam mematuhi apa


yang telah diberikan penjelasan.

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan klien dengan gagal jantung.
1. Bebas dari nyeri.
2. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari.
3. Menunjukkan peningkatan curah jantung.
49

Tanda-tanda vital kembali normal.


Terhindar dari risiko penrunan perfusi perifer.
Tidak terjadi kelebihan volume cairan.
Tidak sesak.
Edema ekstremitas tidak terjadi.
4. Menunjukkan penurunan kecemasan.
5. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.
Mematuhi semua aturan medis.
Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap

atau sifatnya berubah.


Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda

bebas dari komplikasi.


Menjelaskan proses terjadinya gagal jantung.
Menjelaskan alasan tidakan pencegahan komplikasi.
Mematuhi program perawatan diri.
Menunjukkan pemahaman mengenai terapi farmakologi.
Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Secara keseluruhan system tubuh manusia tersusun atas berbagai
macam system dan salah satunya adalah system kardiovaskular.
Dimana sisten kardiovaskular merupakan system yang paling penting
dalam tubuh manusia. Sitem kardiovaskular terdiri dari berbagai fungsi
yang penting dalam tubuh kita. Dimana darah diedarkan keseluruh
tubuh kita dilakukan oleh jantung. Peredaran darah manusia juga
dipengaruhi oleh system konduksi jantung. Apabila salh tau dari
bagian jantung tersebut ada yang tidak berfungsi sebagai mana
mestinya, maka akan terjadi kegagalan jantung.

50

Kegagalan jantung sendiri adalah ketidakmampuan jantung untuk


memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nutrisi (Brunner dan Suddarth, 2002). Penyebab dari
kegagalan jantung ada berbagai macam, di antaranya Kelainan Otot
Jantung,

Aterosklerosis

Koroner,

Faktor

Sistemik,

Disritmia,

Malfungsi katup, Abnormalitas otot jantung,dll. Pemeriksaan yang


dapat dilakukan pada pasien gagal jantung adalah Pemeriksaan
Rontgen

thorax,

Pemeriksaan

EKG

dan

pemeriksaan

Echocardiography.

KASUS
HEART FAILURE
1. Kasus 1 :
Seorang laki-laki berusia 43 tahun mengeluh sesak nafas setelah menaiki
tangga. Keluhan ini sudah dialami sejak satu bulan yang lalu. Sesak akan
berkurang bila istirahat. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
150/80 mmHg, denyut nadi 123 kali/menit, pernafasan 28 kali/menit, suhu
36,8 derajat c. Pada pemeriksaan paru didapatkan vesikuler (+) normal,
ditemukan ronki basah, dan wheezing tidak ada, retraksi dada ditemukan
ada dan pemeriksaan JVP meningkat. Pemeriksaan jantung heart rate 123
kali/menit, ditemukan bising murmur jantung. Lalu hepatomegali ada dan
edema pada kedua ekstremitas. Diagnosis kelainan diatas adalah ...
a. Kompensasi jantung
b. Dekompensasi ventrikel kiri
c. Dekompensasi ventrikel kanan
51

d. atrial fibrilasi
Pembahasan :
Berdasarkan gejala klinis kasus diatas, ditemukan manifestasi gagal
jantung.

Diagnosis

gagal

jantung

kongestif

berdasarkan

kriteria

Framingham sebagai berikut :


Kriteria Mayor :
1. Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea
2. Peningkatan tekanan vena jugularis
3. Rongki basah
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Gallop s3
7. Distensi vena leher
8. Refluks hepatojugular
Kriteria minor :
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam hari
3. Dispnea deffort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasistas vital 1/3 dari normal
7. Takikardia (>120/menit)
Mayor dan minor
Penurunan berat badan >samadengan 4,5 kg dalam lima hari pengobatan.
Diagnosis
Diagnosis gagal jantung ditegakan minimal ada 2 kriteria mayor atau 1
kriteria mayor dan 2 kriteria minor.

52

Patofisiologi :
Gagal

jantung

kiri

disebabkan

kelemahan

ventrikel

sehingga

meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan paru yang menyebabkan


pasien sesak nafas dan ortopnea.
Gagal jantung kanan terjadi kalau kelainanya melemahkan ventrikel
kanan, seperti pada hipertensi pulmonal/sekunder dan tromboemboli paru
kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema
periver, hepatomegali dan distensi vena jugularis.
Jawaban : C (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,edisi 4,hal. 15031504)

2. Kasus 2
Tn N (47 thn) dirawat di RS X dengan keluhan saat masuk nafas agak
sesak, nyeri dada batuk dan bengkak pada kaki dan wajah. Batuk dirasakan
klien kurang lebih sudah 2 minggu, bengkak pada wajah dan kaki sejak 4
hari yang lalu sebelum klien masuk RS, dan sesak nafas dirasakan kemarin
sehari sebelum masuk RS yang kemudian diikuti dengan nyeri dada, saat
di kaji klien mengeluh sesak nafas disertai dengan nyeri dada dengan skala
nyeri 5-6 (nyeri sedang).
Tanda-tanda vital saat ini:
TD : 100/70 mmHg,
N

: 92 x/m

: 36,6 o C

: 30 x/m

Pemeriksaan penunjang :
Hb

: 5,8 gr/dl

Leukosit

: 3900 mm3

53

Trombosit : 102.000/ mm3


Natrium

: 120 mmol/L

Kalium

: 5,3 mmol/L

Chlorida

: 80 mmol/L

Pemeriksaan EKG : kesan iskemik anterior


Diagnosa keperawatan kemungkinan muncul adalah ?....
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokard
b) Peningkatan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokard
c) Penurunan kompensasi jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokard
d) Peningkatan kompensasi jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokard
Pembahasan :
Karena di tandai dengan :
-

Klien mengeluh sesak nafas

Klien mengeluh nyeri dada

TD 100/70

N : 92 x/m, teraba lemah

Edema pada wajah dan ekstremitas bawah

Hb 5,8 gr/dl
Jawaban : A

3. Kasus 3
Ny N (25 thn) dirawat di RS X dengan keluhan saat masuk nafas agak
sesak, nyeri dada batuk dan bengkak pada kaki dan wajah. Batuk berlendir
dirasakan klien kurang lebih sudah 1 minggu, bengkak pada wajah dan
kaki sejak 3 hari yang lalu sebelum klien masuk RS, dan sesak nafas
dirasakan kemarin sehari sebelum masuk RS yang kemudian diikuti

54

dengan nyeri dada, saat di kaji klien mengeluh sesak nafas disertai dengan
nyeri dada dengan skala nyeri 5-6 (nyeri sedang).
Tanda-tanda vital saat ini:
TD : 110/70 mmHg,
N

: 97 x/m

: 36,5 o C

: 30 x/m

Pemeriksaan penunjang :
Hb

: 7,8 gr/dl

Leukosit

: 4900 mm3

Trombosit : 102.000/ mm3


Natrium

: 126 mmol/L

Kalium

: 6,3 mmol/L

Chlorida

: 80 mmol/L

Pemeriksaan EKG : kesan iskemik anterior


Diagnosa keperawatan apa yang kemungkinan muncul pada kasus di
atas ?....
a) Kerusakan

pertukaran

gas

berhubungan

dengan

pengumpulan cairan ke dalam interstitial paru.


b) Penurunan

curah

jantung

berhubungan

dengan

perubahan

kontraktilitas miokard
c) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret
d) Bersihan

jalan

nafas

tidak

penumpukan sekret
Pembahasan :
Karena di tandai dengan :
-

Klien mengeluh sesak nafas

R : 30 x/m

N : 97 x/m

Klien batuk berlendir

55

efektif

berhubungan

dengan

DAFTAR PUSTAKA

Aulia Sani; Harmani Kalim. 2008. Diagnosis dan tatalaksana hipertensi, sindrom
koroner akut, dan gagal jantung. Jakarta : Medya crea.
Imaligy E. U., 2014, Gagal Jantung pada Geriatri, Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Maranatha Bandung, Vol. 41 No. 1 (19-24)
Muttaqin, Arif.

2012. Asuhan Keperawatan

dengan

Gangguan

Sistem

dengan

Gangguan

Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.


Muttaqin, Arif.

2009. Asuhan Keperawatan

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.


http://www.scribd.com/doc/265495148 (Dikutip tanggal: 22 Oktober 2015)
http://www.scribd.com/doc/227574263 (Dikutip tanggal: 22 Oktober 2015)

56

También podría gustarte