Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Setiap organisasi memiliki tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan
tersebut seringkali menghadapi hambatan yang dikenal dengan risiko. Oleh karena itu
diperlukan pengendalian dan pengawasan agar proses pencapaian tujuan tersebut dapat
terjamin.
Pengendalian merupakan alat untuk mencapai sasaran. Pengendalian itu menjaga
agar jangan sampai berjalan ke arah yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, tujuan
pertama dari pengendalian adalah berhubungan dengan arah dan strategi suatu instansi.
Haruslah terdapat suatu area, paling tidak dirumuskan apa yang dibutuhkan, berapa jumlah
yang dibutuhkan dan harga yang diinginkan, kapan dibutuhkan, di mana dibutuhkan, siapa
yang mengurus/melaksanakan pengadaan, dan bagaimana pengadaan dilaksanakan,
dengan cara seperti itu kita menginginkan pengadaan maupun penyerahannya tepat waktu,
tepat harga, kualitas (spesifikasi), tepat kuantitas (volume), rekanan dan cara pengadaan
yang tepat, dan kesepakatan nilainya
telah digariskan ataukah belum. Artinya bahwa pengendalian itu adalah mencocokkan
sampai dimanakah program atau rencana yang telah digariskan
telah dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan apakah telah mencapai hasil yang dikehendaki. Sama halnya
dengan pengadaan barang/jasa dimaksudkan adalah suatu kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh barang/jasa.
Dengan kata lain pengawasan atau pengendalian adalah suatu proses yang
menentukan tentang apa yang harus dikerjakan, sehingga apa yang diselenggarakan
tersebut sejalan dengan rencana.
Di dalam literatur, pengendalian/pengawasan digunakan bermacam-macam istilah
antara lain Sistem Pengendalian Intern, dan sistem pengendalian manajemen. Sistem
pengendalian intern adalah Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi.
Tujuan organisassi adalah segala sesuatu yang harus dicapai organisasi untuk
melaksanakan misinya. Misi dikenal sebagai tujuan resmi dan tercantum pada organisasi,
selain itu ada tujuan operasi adalah tujuan khusus berdasarkan mana sumber daya
organisasi dialokasikan.
Adapun Tujuan pengendalian intern adalah terciptanya kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara serta ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Selanjutnya untuk memperkuat dan menunjang efektifitas
sistem pengendalian intern dilakukan melalui: (1) pengawasan intern atas penyelenggaraan
tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara (audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan pengawasan lain), dan (2) pembinaan penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yaitu antara lain penyusunan pedoman, sosialisasi,
diklat, bimbingan dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor.
Sedangkan Sistem Pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh
manajemen untuk mempengaruhi anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan
kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi,
sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses.
Bagian penting dari proses ini
tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengarahkan orang, mesin dan fungsi-fungsi
2
guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Oleh karena itu dalam pengendalian PBJ
maka para pimpinan, mengawasi pelaksanaan PBJ mulai dari perencanaan sampai dengan
penyerahan barang/jasa. Apabila tidak dilaksanakan pelaksanaan tersebut maka tindakan
hukum akan memperosesnya.
Selanjutnya, setiap organisasi mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan memakan
waktu dan biaya yang dalam kenyataannya daya dan dana tersebut sangat terbatas harus
dipakai secara cepat, tepat, dan akurat, perlu adanya pengawasan dalam pelaksanaannya,
pengawasan yang baik adalah dari atasan langsung, karena kemampuan atasan terbatas
maka digunakan suatu sistem untuk membantu tugas-tugas tersebut melalui suatu sistem
yang disebut dengan Sistem Pengendalian Manajemen.
1.3 landasan hukum
Landasan hukum sebagai kerangka acuan pengendalian dan pengawasan dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah tersebut antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No. 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan tersebuat di atas mengikat setiap orang dan berlakunya dapat
dalam mencapai tujuan yang diharapkan, kalau tidak ada pengendalian maka pengadaan
barang/jasa tidak efektif dan efisien. Dengan mengerti pengendalian maka pejabat
pengadaan secara sadar dan rasional akan senantiasa bertindak secara efektif dan efisien
guna mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian maka kontribusi pengendalian terhadap
orang atau organisasi adalah memberikan dan mengingatkannya agar di dalam mencapai
tujuan dan keinginan organisasi senantiasa memperhatikan pengendalian. Karena dengan
pengendalian efektif dan efisien dapat melaksanakan pengadaan barang/jasa tepat waktu,
tepat harga, kualitas (spesifikasi) terjamin, tepat kuantitas (volume), rekanan dan cara
pengadaan yang tepat, serta kesepakatan nilainnya
teknis:
Para
pejabat
yang
bersangkutan
harus
menguasai
fungsi-fungsi
manajemen
dengan
sebaik-baiknya,
yaitu:
dan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan
untuk
Layanan
Pengadaan
(ULP)
adalah
unit
organisasi
dan pertanggungjawaban
pengadaan melalui mekanisme sistem pengendalian yang dibagi melalui empat tahap,
yaitu
pengendalian
pada
tahap
perencanaa/persiapan,
Pengendalian
terhadap
harus dipersiapkan? dan siapa yang harus mempersiapkan serta apa bentuk
pengendaliannya.
Kuasa
Pengguna
Anggaran
mempersiapkan
pengadaan
dalam
rangka
tugas
lainnya
adalah
menyusun
dan
menetapkan
rencana
penganggaran pengadaan barang/jasa, terdiri atas biaya barang/jasa itu sendiri, biaya
pendukung dan biaya administrasi yang diperlukan untuk proses pengadaan, jangan
sampai terjadi tidak tersedia/tidak cukup tersedia dananya untuk biaya administrasi.
Dalam kaitannya dengan pemaketan yang merupakan salah satu kebijakan umum
dalam pengadaan barang/jasa, KPA diwajibkan melakukan pemaketan pekerjaan serta
diwajibkan memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dan perluasan
kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil. serta diwajibkan menetapkan
sebanyak-banyaknya paket pengadaan barang/jasa untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil
serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan
sistem, kualitas dan kemampuan teknis Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi
kecil.
Sebaliknya dalam kaitannya dengan pemaketan pekerjaan, KPA dilarang:
1)
3)
barang/jasa adalah penyusunan Keranga Acuan Kerja (KAK). Penyusunan KAK untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan/pekerjaan sekurang-kurangnya memuat:
1)
uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud dan tujuan,
lokasi kegiatan, sumber pendanaan, serta jumlah tenaga yang diperlukan;
2)
3)
4)
besarnya total perkiraan biaya pekerjaan termasuk kewajiban pajak yang harus
dibebankan pada kegiatan tersebut.
Hal yang tidak boleh diabaikan dan merupakan kewajiban PA/KPA pada setiap
administrasi dan dokumen lain yang harus dipenuhi dalam dokumen kontrak, sehingga
dapat diwujudkan perjanjian/kontrak yang tidak cacat hukum dan tepat waktu.
Tidak cacat hukum artinya sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sedangkan
tepat waktu
Barang/Jasa menyerahkan Jaminan Pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak diterbitkannya Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) oleh PPK.
Oleh karena itu, perlu ada pengendalian karena semenjak SPPBJ diterbitkan, 14 hari kerja
kemudian kontrak harus ditandarangani oleh PPK dan Penyedia Barang/Jasa.
Adapun pengendalian/pengawasan tahap ini dilakukan kementerian/lembaga
negara/kepala daerah/institusi, masyarakat, dan PPK untuk saling uji (check and balance).
Apa yang harus dilaksanakan? dan siapa yang harus melaksanakannya serta apa bentuk
pengendaliannya.
Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang/jasa sesuai dengan kebutuhan yang
berkualitas dengan harga bersaing (responsif). Agar tujuan tersebut tercapai maka harus
ada pemeriksaan dan penerimaan barang/jasa oleh pejabat Penerima Hasil Pekerjaan,
apakah barang/jasa sudah sesuai dengan yang diperjanjikan.
Oleh karena itu, Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, (1) melakukan
pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam kontrak, (2) menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/penguji, dan (3) membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan.
Dalam hal pemeriksaan barang/jasa memerlukan keahlian keahlian teknis khusus,
dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan. Tim/tenaga ahli tersebut ditetapkan oleh PA/KPA.
10
(1) melaporkan
proses pengadaan kepada Kepala ULP, (2) membuat laporan mengenai proses pengadaan
kepada PA/KPA, (3) memberi pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa kepada PA/KPA
pelaksanaan
kegiatan
barang/jasa
kepada
menteri/pimpinan
lembaga/kepala
daerah/pimpinan institusi.
IV. Penutup
Pengendalian merupakan kegiatan supervisi atas pelaksanaan kegiatan itu sendiri
dengan tujuan agar dihasilkan barang/jasa yang sesuai dengan ketentuan kontrak yang
telah disepakati melalui tahapan kegiatan yang berpedoman pada biaya, waktu, kualitas,
dan lokasi yang ditentukan.
Dengan melalui pengendalian pada tataran operasional yang dilaksanakan oleh
pejabat pengadaan pada setiap tingkatan mulai dari ULP, PPK, Panitia Penerima Barang,
dan KPA, dan dilakukan melalui empat pendekatan yaitu pendekatan peraturan perundangundangan, pendekatan teknis, pendekatan manajemen dan pendekatan logistik, diharapkan
akan tercapai maksud dari tujuan pengadaan barang/jaa dimaksud.
Sehingga apabila ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaan, pejabat yang
bersangkutan dapat segera melakukan tindak lanjut/tindakan korektif. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pengendalian merupakan fungsi yang melekat (built in) pada setiap
tingkatan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Ichram, Moh. Mukmin. 1992. Pengadaan Barang dan Jasa. Jakarta: Pusdiklat Anggaran.
Mitchell, David. 1984. Pengendalian Tanpa Birokrasi. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
11
12