Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
DATA PASIEN
A. IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. M
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Seputih Agung
Agama
: Islam
Pekerjaan
MRS
: 20 Agustus 2014
KRS
: 22 Agustus 2014
Riwayat Obstetri
N
Tempat
Bersalin
Bidan
1.
: G2P1A0
Tahun Hasil
2010
Jenis
Penyuli
kehamila
Persalina
Nifas Anak
BB
n
Aterm
n
Spontan
2900
: Sedang
Riwayat gizi
: Nafsu makan baik dan tidak ada gangguan pada miksi maupun
defekasi.
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 37,2oC
Kepala
mudah dicabut.
Mata
Telinga
Hidung
Bentuk normal, sekret -/-, deviasi septum (-), edema konka -/-
Tenggorokan
Mulut
Leher
Thoraks:
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas kiri jantung pada sela iga V linea midklavikularis sinistra. Batas atas jantung pada
sela iga II linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Pulmo
: Inspeksi
Palpasi :
Fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-), krepitasi (-), massa (-)
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi :Datar, benjolan (-)
Auskultasi
Perkusi : Timpani
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-), massa (-), hepar dan
lien tidak teraba
Ekstremitas
+ +
++
Akral hangat
, edema
, tremor
Hb
Eritrosit
: 10,6 gr%
: 3.8 jt/mm3
Leukosit
Hematokrit : 32 %
Trombosit
: 9800/mm3
: 225.000/mm3
: Baik
Kesadaran
: CM
TD
: 110/90 mmHg
HR
: 78 x/menit
: 36,2oC
RR
: 20 x/menit
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 146 kali/menit teratur,
Leopold I : Bulat lunak (kesan bokong)
Leopold II : Bagian memanjang di sebelah kanan (punggung kanan), teraba bagian kecilkecil di kiri
Leopold III : Bulat, keras, melenting (presentasi kepala)
Leopold IV : belum masuk PAP
His (+) sering 1-2x dalam 10 menit
Pemeriksaan Dalam:
Vaginal toucher : portio tebal lunak, pembukaan 2 cm, ketuban (+), bagian terbawah kepala.
Hasil pemeriksaan USG
Umur kehamilan : 33-35 minggu
DJJ : 146 x/menit
TBJ : 1900 gram
Ketuban : (+)
Diagnosis:
G2P1A0 hamil 33-35 minggu dengan partus prematurus imminens, janin tunggal hidup presentasi
kepala.
Terapi:
1. Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu, perdarahan pervaginam.
2. Batasi aktivitas / tirah baring.
3. IVFD RL xx gtt/menit + bricasma 1 ap XV XX gtt/menit
4. Injeksi ceftriaxon 2 x 1gr IV
5. Injeksi Dexamethasone 2 x 5 mg IV
6. Injeksi asam traneksamat 2 x 1 ap IV
21 Agustus 2014
Keluhan : Perut kencang kencang mulai berkurang, keluar lendir serta darah (-), keluar air-air (-).
Status present:
KU
: Baik
Kesadaran : CM
TD
: 120/90 mmHg
HR
: 80 x/menit
: 37,2oC
RR
: 18 x/menit
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 138 kali/menit teratur,
Leopold I : Bulat lunak (kesan bokong)
Leopold II : Bagian memanjang di sebelah kanan (punggung kanan), teraba bagian kecilkecil di kiri
Leopold III : Bulat, keras, melenting (presentasi kepala)
Leopold IV : belum masuk PAP
: Baik
Kesadaran : CM
TD
: 110/70 mmHg
HR
: 82 x/menit
: 37,2oC
RR
: 20 x/menit
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri 28 cm, detak jantung janin 140 kali/menit teratur,
Leopold I : Bulat lunak (kesan bokong)
Leopold II : Bagian memanjang di sebelah kanan (punggung kanan), teraba bagian kecilkecil di kiri
Leopold III : Bulat, keras, melenting (presentasi kepala)
Leopold IV : belum masuk PAP
His (-)
Diagnosis: G2P1A0 hamil 33-35 minggu dengan partus prematurus imminens, janin tunggal hidup
presentasi kepala.
Terapi :
Rawat jalan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu (antara 22-<37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2.500 gram. Merupakan
hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian
perinatal.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut dan
dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi polisakarida somatik
nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai
reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks bila ketebalan seviks < 3 cm (USG) , dapat dipastikan akan terjadi
persalinan preterm. Sonografi serviks transperineal lebih disukai karena dapat menghindari
manipulasi intravagina terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.
E. Penatalaksanaan
Kemungkinan obat-obatan tokolitik hanya berhasil sebentar tapi pentingnya untuk dipakai
memberikan kortikosteroid sebagai induksi matositas paru bila usia gestasia < 34 mingu.
Intervensi, ini bertujuan untuk menunda kelahiran sampai bayi cukup matang.
Penundaan kelahiran ini dilakukan bila :
Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap his dan pembukaan
Pemberian antibiotik, mungkin berhasil pada kasus dengan resiko infeksi tinggi. Organisme
yang menyebabkan adalah golongan aerob gram (+) dan (-), anaerob lain-lain yang bersal
dari :
0
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1
Irregular
-
2
Regular
Tinggi/tida
Spotting
1 cm
k jelas
Perdarahan
2 cm
3
-
4
Rendah/peca
3 cm
h
4 cm
Golongan beta-mimetik
Salbutamol Perinfus : 20-50 g/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 g/menit, Subkutan: 250 g setiap 6 jam. Per oral : 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial,
edema paru
3. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam (maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu dan bayi)
Berikan obat-obat tokolitik tidak lebih dari 48 jam. Monitor keadaan ibu dan janin (nadi, tekanan
darah, tandadistres nafas, kontraksi uteru, pengeluaran cairan ketuban, atau darah pervaginam, DJJ,
balans (cairan, gula darah).
Salbutamol dengan dosis awal 10 mg dalam larutan NaCl atau RL melalui infus 10
tetes/menit. Bila kontraksi masih ada, tingkatkan tetesan infus 10 tetes permenit setiap 30
menit sampai kontraksi stop atau nadi ibu lebih dari 120/menit. Bila kontrasksi berhenti,
jaga tetesan tersebut paling tidak 12 jam setelah kontraksi uterus terakhir.
Takhikardi ibu : kurangi tetesan bila nadi 120/menit, hati-hati pemakaian pada ibu
anemia.
Edema paru ibu : dapat terjadi bila memakai steroid bersamaan dengan salbutamol,
batasi air, jaga keseimbangan cairan dan hentikan obat.
Bila Pemberian tokolitik tidak berhasil, lakukan persalinan dengan upaya optimal, jangan
menyetop kontraksi uterus bila :
Perdarahan aktif
Janin mati dan adanya kelainan kongenital yang kemungkinan hidup kecil
Adanya khorioomnionitis
Preeklamsia
Gawat janin.
Janin sungsang
Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di bagian NICU ),
perlu dibahas dengan dokter bagian anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka perawatan cara
kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit berkurang.
H. Penyulit
1.
2.
Perdarahan intrakranial
3.
Trauma persalinan
4.
5.
Sepsis
6.
Gangguan neurologi
I. Komplikasi
1.
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi mengakibatkan
sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi preterm memiliki risiko
infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang
menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres
pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali
lebih besar.
2.
3.
Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap
atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneuHal ini bisa
menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin belum matang.
4.
5.
Jaundice.
6.
7.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka belum menerima
komplemen
lengkap
antibodi
dari
ibunya
melewati
plasenta.
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi prematur
juga
lebih
rentan
terhadap
enterokolitis
nekrotisasi
Anemia
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23nd
ed.McGraw- Hill.
2. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle
for Practise. McGraw-Hill.
3. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5th ed.Saunders.
4.
Jafferson
Rompas.
2004.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145-
11Persalinanpreterm.pdf/145.30
5. Medlinux. 2007.http://medlinux.blogspot.com/2007/11/ruptur membran - pre- persalinan.html