Está en la página 1de 114

GAMBARAN DERAJAT DISMENORE DAN UPAYA PENANGANANNYA

PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ARJUNA


DEPOK JAWA BARAT

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:
ASTRIDA RAKHMA
107104001664

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2012 M/1433 H

BIODATA

Nama
Tempat, tanggal lahir

: Astrida Rakhma
: Jakarta, 28 Mei 1989

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Swadaya II no.4, Rangkepan Jaya-Pancoran Mas,


Depok Jawa Barat

No. Telp

: 083872793831

Email

: avicenna.aseda@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :
1. SDI Darul Maarif Jakarta (1995-2001)
2. PONPES Alkholidin Jakarta (2001-2004)
3. MAN 7 Jakarta (2004-2007)
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Ilmu Keperawatan (2007-sekarang)

In The Name Of Allah..,


The Most Gracious.., The Most Merciful..

Sujud ku.., untuk Mu.., Tuhan..,


Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah..,
Syukur atas sgala nikmat mu.., Wahai Tuhan semesta alam

Kasih ku.., untuk mu.., Keluarga ku


Aku tak kan pernah bisa membalas kasih dan sayang mu..,
Terlalu besar yang telah kau berikan pada ku..,
Hanya doa yang dapat aku berikan...,
Dan slalu ku persembahkan cinta yang tulus untuk mu..,

Aku yang mencintai mu..,


Love you.., Abi, Mama dan ade

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Mei 2012
Astrida Rakhma, NIM : 107104001664
Gambaran Derajat Dismenore dan Upaya Penanganannya Pada Siswi Sekolah
Menengah Kejuruan Depok Jawa Barat
xviii + 56 halaman, 7 tabel, 2 bagan, 5 lampiran
ABSTRAK
Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering dialami oleh remaja
putri. Dismenore ditandai dengan nyeri perut bagian bawah dan dapat disertai dengan
gejala lainnya. Intensitas nyeri dismenore yang dirasakan pada setiap remaja berbedabeda. Upaya penanganan secara farmakologi dan non farmakologi dapat dilakukan
pada remaja yang mengalami dismenore agar dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran derajat
dismenore dan upaya penanganannya pada siswi Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna
Depok Jawa Barat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif.
Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswi kelas X, XI dan XII SMK Arjuna Depok Jawa Barat,
dengan jumlah 129 siswi yang pernah mengalami dismenore. Metode pengumpulan
data menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian ini menggambarkan siswi mengalami dismenore derajat nyeri
ringan sebanyak 60 orang (46,5%), nyeri sedang 44 (34,1%) dan nyeri berat 25
(19,4%). Upaya penanganan non farmakologi sebagian besar adalah melakukan
teknik distraksi sebanyak 65 orang (50,4%), upaya penanganan farmakologi dengan
obat anti nyeri dari warung dilakukan sebanyak 16 orang (12,4%) dan tidak ada satu
pun siswi menangani dismenore dengan obat anti nyeri dari resep dokter. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut penulis menyarankan siswi yang mengalami dismenore berat
untuk melakukan pemeriksaan pada tenaga kesehatan dan meningkatkan perhatian
pada masalah kesehatan reproduksi dengan memberikan penyuluhan mengenai upaya
penanganan dismenore.
Kata kunci: Dismenore, Derajat dismenore, Upaya penanganan dismenore, Remaja
putri
Daftar bacaan: 47 (1992-2011)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE


PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE
Paper. May 2012
Astrida Rakhma, NIM : 107104001664
The Degree and Handling of Dysmenorrhea among Female Students Arjuna
Vocational School in Depok West Java
xviii + 56 pages, 7 tables, 2 figures, 5 appendices
ABSTRACT
Dysmenorrhea is a menstrual disorder that is often experienced by young
women. Dysmenorrheal is characterized by lower abdominal pain and may be
accompanied by other symptoms. The intensity of dysmenorrheal that is felt in every
teen is different. Pharmacology and non pharmacology handling can be performed on
adolescent with dymenorrhea in order to reduce the perceived pain. The purpose of
this study was to determine the degree and handling of dysmenorrheal at Arjuna
vocational school female students in Depok West Java.
This study is quantitative research with descriptive design. Sampling
techniques in research is simple random sampling. The population in this study is the
class X, XI and XII Arjuna vocational school in Depok West Java, with a number of
129 female students who had experienced dysmenorrheal. Methods of data collection
using questionnaires.
The result of this research is 46,5% or 60 female students with mild pain,
34,1% or 44 moderate pain, and 19,4% or 25 severe pain. Non pharmacological
techniques are used most of the female students is distractions 50,4% or 65 female
students, and pharmalogical treatment with using anti pain drug from stall is 12,4% or
16 female students, and none of the female students handling of dysmenorrheal with
anti pain medication prescribed by a doctor. This research is recommend that students
who experience severe dysmenorrhea pain to carry out checks on the health and raise
awareness on reproductive health issues by providing information about the way in
dysmenorrhea.
Key word : Dysmenorrhea, The Degree Dysmenorrhea, The Handling of
Dysmenorrhea, Young woman
References: 47 (1992-2012)

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran Derajat
Dismenore dan Upaya Penanganannya Pada Siswi Sekolah Menengah Kejuruan
Arjuna Depok Jawa Barat . Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah menerangi jalan manusia dari
zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang.
Terselesainya skripsi ini tidak akan lepas dari bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih dan merasa tidak akan mampu sepenuhnya membalas jasa dari pihak
yang telah membantu serta semoga bantuan yang berharga tersebut akan dibalas oleh
Allah SWT. Rasa syukur dan ucapan terima kasih ini disampaikan kepada :
1.

Prof. dr. Dr (hc) M. K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, terima
kasih atas motivasinya.

3.

Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan dan pembimbing I yang selalu sabar dalam membimbing penulis.

4.

Ibu Uswatun Khasanah, Ns., MNS selaku pembimbing II yang selalu sabar dalam
membimbing penulis.

5.

Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan dorongan, motivasi


dan ilmunya pada penulis.

6.

Segenap staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan.

7.

Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, semangat, dorongan, arahan, kasih
sayang dan dukungan moril serta materiil tanpa pernah berhenti sepanjang waktu.

8.

Adik yang tak pernah lelah selalu memberikan doa, motivasi, nasehat, kesabaran,
kasih sayang dan dukungan moril yang selalu tercurah kepada penulis.

9.

Sahabat-sahabat terbaik PSIK 2007 yang telah memberikan dukungan.

10.

Seluruh pihak yang membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam skripsi

ini masih banyak kekurangan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Mei 2012

Astrida Rakhma

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

..................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii


LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ v
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vi
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan masalah .................................................................................. 5
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
1. Tujuan Umum .................................................................................. 6
2. Tujuan khusus .................................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
1.

Untuk Profesi Ilmu Keperawatan .................................................... 7

2.

Untuk Siswi ..................................................................................... 7

3.

Untuk Penelitian yang akan datang ................................................ 7

F. Ruang Lingkup ....................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9


A. Konsep Dismenore ........................................................................................ 9
1. Pengertian Dismenore ............................................................................. 9
2. Derajat Dismenore .................................................................................. 10
3. Klasifikasi Dismenore ............................................................................. 11
4. Penyebab Dismenore .............................................................................. 12
5. Tanda dan Gejala Dismenore ................................................................. 16
6. Upaya Penanganan Dismenore ............................................................... 16
a. Non Farmakologi .............................................................................. 16
b. Farmakologi ...................................................................................... 20
B. Pengukuran skala nyeri ................................................................................. 22
a. Verbal Rating Scale (VRS) ...................................................................... 22
b. Visual Analog Scale (VAS) ..................................................................... 23
c. Numeral Rating Scale (NRS) ................................................................... 23
d. Faces Pain Score ....................................................................................... 24
e. Oucher ...................................................................................................... 24
C. Konsep remaja .............................................................................................. 25
1. Pengertian Remaja .................................................................................. 25
2. Masa Remaja ........................................................................................... 25
3. Perkembangan Remaja ............................................................................ 26
D. Kerangka Teori ............................................................................................. 29
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................ 30
A. Kerangka Konsep .......................................................................................... 30
B. Definisi Operasional ..................................................................................... 31
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 32
A. Desain Penelitian .......................................................................................... 32
B. Lokasi dan waktu Penelitian ......................................................................... 32
1. Lokasi ...................................................................................................... 32
2. Waktu ...................................................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 33
1. Populasi ................................................................................................... 33
2. Sampel ..................................................................................................... 33

3. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 35


D. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 35
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 36
F. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 37
G. Pengolahan Data ........................................................................................... 38
1. Editing ..................................................................................................... 38
2. Coding ..................................................................................................... 39
3. Sortir ....................................................................................................... 39
4. Entry Data ................................................................................................ 39
5. Cleaning Data ......................................................................................... 39
6. Mengeluarkan Informasi ......................................................................... 39
H. Teknik Analisa Data ..................................................................................... 40
I. Etika Penelitian ............................................................................................ 40
1. Informed Consent .................................................................................... 40
2. Tanpa Nama ............................................................................................ 40
3. Kerahasiaan ............................................................................................. 41
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................... 43
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................................ 43
B. Hasil Analisis Univariat ................................................................................ 44
1. Gambaran usia ........................................................................................ 44
2. Gambaran kelas ....................................................................................... 45
3. Gambaran usia pertama kali menstruasi ................................................. 45
4. Gambaran siklus menstruasi .................................................................. 46
5. Gambaran keteraturan menstruasi ........................................................... 46
6. Gambaran derajat dismenore ................................................................... 46
7. Gambaran upaya penanganan dengan non farmakologi ........................ 47
8. Gambaran upaya penanganan dengan farmakologi ................................ 48
9. Gambaran upaya penanganan dismenore dengan derajat dismenore ...... 49
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 50
A. Interpretasi dan Hasil penelitian ................................................................... 50
1. Gambaran data demografi siswi SMK Arjuna Depok yang mengalami
dismenore ................................................................................................ 50

2. Gambaran derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok ............... 55


3. Gambaran upaya penanganan dismenore pada siswi SMK Arjuna
Depok

.................................................................................................. 56

B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 67


BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 68
A. Kesimpulan .................................................................................................. 68
B. Saran

.................................................................................................. 69

1. Profesi Ilmu Keperawatan ....................................................................... 69


2. Instansi SMK Arjuna Depok ................................................................... 69
3. Peneliti selanjutnya ................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Halaman

Tabel 3.1

Definisi Operasional ..................................................................... 31

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi usia pada siswi yang mengalami dismenore


di SMK Arjuna Depok ................................................................. 44

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kelas pada siswi yang mengalami dismenore
di SMK Arjuna Depok ................................................................ 45
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi usia pertama kali menstruasi pada siswi
yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok .................... 45
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi siklus menstruasi pada siswi yang mengalami
dismenore di SMK Arjuna Depok ............................................... 46
Tabel 5.5

Distribus frekuensi keteraturan menstruasi pada siswi yang


mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok ............................. 46

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi

derajat dismenore pada siswi SMK

Arjuna Depok ............................................................................... 46


Tabel 5.7

Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore dengan non


farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok .............................. 47

Tabel

5.8

Distribusi

frekuensi upaya penanganan dismenore dengan

farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok .............................. 48


Tabel 5.9 Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore dengan derajat
dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok ................................. 49

DAFTAR BAGAN

No. Bagan

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................... 29


Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 30

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Surat izin penelitian
Lampiran 4 Hasil uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 5 Hasil penelitian

DAFTAR SINGKATAN

DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia


NSAID

: Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs

PSIK

: Program Studi Ilmu Keperawatan

SMK

: Sekolah Menengah Kejuruan

UMS

: Universitas Muhammadiyah Surakarta

UMY

: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

WHO

: World Health Organization

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Fase remaja merupakan periode transisi antara fase anak-anak dan
dewasa. Remaja

adalah

mereka yang

mengalami

masa

transisi

(peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yaitu antara


usia dua belas sampai tiga belas tahun hingga usia dua puluhan (Soekanto,
2004). Remaja menurut WHO mencakup individu dengan usia sepuluh
sampai sembilan belas tahun, sedangkan definisi remaja menurut survei
kesehatan reproduksi remaja Indonesia adalah perempuan dan laki-laki
belum kawin yang berusia lima belas sampai dua puluh empat tahun (
Depkes RI, 2007). Biro Pusat Statistik pada tahun 2000 menyatakan bahwa
di Indonesia kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22% yang terdiri
dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan (Pardede, 2002).
Pada fase ini terjadi perubahan-perubahan baik secara biologis,
kognitif, maupun psikologis. Perubahan-perubahan ini memiliki implikasi
pada remaja agar mereka dapat memahami hal-hal yang menjadi faktor
risiko kesehatan, promosi kesehatan dan perilaku yang dapat berisiko
terhadap kesehatannya. Perubahan biologis yang mendasar pada remaja
disebut pubertas. Pada perempuan, pubertas ditandai dengan terjadinya
menstruasi. Pada saat menstruasi sering muncul keluhan, khususnya pada
perempuan usia produktif. Keluhan ini tidak hanya mengganggu masalah
kesehatan

reproduksi, tetapi dapat juga mengganggu produktivitas

perempuan sehari-hari. Gangguan menstruasi

yang sering dialami

perempuan seperti nyeri perut bagian bawah, menstruasi yang tidak teratur,

nyeri pinggang, dan salah satunya yaitu dismenore (Kasdu, 2005). Hasil
Penelitian Cakir M, et al (2000) di Amerika presentase kejadian dismenore
merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar 63,5%, diikuti
oleh ketidakteraturan

menstruasi 31,2%, serta perpanjangan durasi

menstruasi 5,3% (dalam Sumawati, 2010).


Dismenore merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang
rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan
paha (Badziad, 2003). Wikjosastro (2007) menyatakan bahwa dismenore
merupakan nyeri di perut bagian bawah, menyebar kedaerah pinggang, dan
paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari.
Ada tiga tingkat derajat dismenore, yaitu dismenore ringan,
dismenore sedang, dan dismenore berat (Manuaba, 1999). Dismenore ringan
terjadi di skala nyeri 1-4, dismenore sedang terjadi di skala nyeri 5-6, dan
dismenore berat terjadi pada skala nyeri 7-10 (Howard, dalam Leppert,
2004). Potter (2005) karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering diminta untuk
menggambarkan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah dengan
menggunakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri.
Penyebab

terjadinya

nyeri

dismenore

dikarenakan

adanya

peningkatan produksi prostaglandin. Peningkatan ini akan mengakibatkan


kontraksi uterus dan vasokonstriksi pembuluh darah. Aliran darah yang
menuju ke uterus menurun sehingga uterus tidak mendapat suplai oksigen
yang adekuat sehingga menyebabkan nyeri. Intensitas nyeri berbeda

dipengaruhi oleh deskripsi individu tentang nyeri, persepsi dan pengalaman


nyeri (Kelly, 2007).
Diperkirakan sekitar 50% dari seluruh wanita di dunia menderita
akibat dismenore dalam sebuah siklus menstruasi (Llewellyn, 2001). Hasil
penelitian Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja
(PIK-KRR) di Indonesia tahun 2009 angka kejadian dismenore terdiri dari
72,89% dismenore primer dan

27,11% dismenore sekunder dan angka

kejadian dismenore berkisar 45-95% dikalangan perempuan usia produktif


(Proverawati & Misaroh, 2009).
Penelitian Sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore
berdampak pada gangguan aktivitas sehari hari sehingga menyebabkan
absen sekolah 3 hari. Penelitian Poureslami (2001) hampir 10 persen
remaja yang dismenore mengalami absence rate satu sampai tiga hari
perbulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari
hari akibat nyeri hebat. Banyak siswi yang mengalami dismenore yang
berdampak pada menurunnya konsentrasi di kelas dan banyak siswi yang
tidak masuk karena timbulnya dismenore (dalam Sulastri, 2006).
Barry (1996) mengatakan ketika seorang manusia mengalami
sesuatu maka akan membangun berbagai cara untuk menangani stressor
internal maupun eksternal, dan apabila cara tersebut berhasil biasanya akan
terus memakai hal yang sama untuk melindungi dirinya. Berbagai penelitian
di Indonesia telah dilakukan dan menunjukkan bahwa terdapat banyak cara
dalam menangani dismenore saat menstruasi. Penelitian Istiqomah (2009)
efektivitas senam saat mengalami dismenore dapat mengurangi nyeri
dismenore pada remaja, Wagito (2010) vitamin E bermanfaat sebagai
pengobatan dismenore primer pada remaja perempuan pubertas, Tangchai

(dalam Rizki, 2009) mengatakan sebanyak 92% penderita dismenore hanya


beristirahat

untuk

menghilangkan

nyeri,

penggunaan

penghilang nyeri digunakan oleh 32%, sedangkan

obat-obatan

sebanyak 7,1%

penderita dismenore berkonsultasi ke dokter.


Teknik keperawatan untuk mengurangi nyeri juga dapat diterapkan
seperti kompres hangat pada daerah abdomen, masase abdomen,
mempertahankan postur tubuh yang baik, latihan atau olah raga, serta gizi
seimbang (Kasdu, 2005). Selain itu juga dapat dikonsumsi asam lemak
esensial yang terdapat pada ikan sarden atau salmon, suplemen (Mg dan Zn)
dan multivitamin terutama vitamin E, mengurangi stress, serta masase
daerah abdomen (Hartwell, 1992). Penanganan dismenore dapat juga
dilakukan dengan olah raga ringan, mengkonsumsi buah dan sayur, serta
mengurangi kadar gula dan kafein. Apabila permasalahan semakin parah,
maka harus berkonsultasi dengan dokter (Dianawati, 2003).
Upaya penanganan dismenore tidak hanya dengan non farmakologi
tetapi dapat dilakukan

dengan penanganan farmakologi, siswi biasanya

membeli obat analgesik yang dijual di warung seperti feminax yang dapat
mengurangi rasa nyeri, sakit kepala, dan mulas yang timbul pada waktu haid
(Dianawati, 2003). Penelitian yang dilakukan Paramita di SMK YPKK I
Sleman Yogyakarta tahun 2010, bahwa sebagian besar siswi menangani
dismenore dengan melakukan kompres hangat, yaitu sebanyak 48,3% siswi,
istirahat 13,8%, olah raga teratur 12,1%, pengkonsumsian makanan bergizi
17,3%, pengkonsumsian obat analgetik 10,3%, dan terapi hormonal 0%
tidak ada satu pun siswi yang melakukan terapi hormonal.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada
tanggal 30 Mei 2011 di SMK Arjuna Depok pada 10 siswi terdapat 8 siswi

sering mengalami nyeri haid. Ketika studi pendahuluan, peneliti juga


melakukan wawancara kepada 8 siswi yang mengalami masalah dismenore
dan menanyakan upaya penanganan yang dilakukan ketika merasakan nyeri
menstruasi yang dialami siswi, berdasarkan hasil wawancara bahwa kadar
nyeri yang dirasakan dan upaya penanganan dalam mengatasi nyeri
menstruasi berbeda antara satu siswi dan siswi lainnya. Hal inilah yang
melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang gambaran
tingkat derajat dismenore dan upaya penanganan dismenore pada siswi
SMK Arjuna Depok Jawa Barat.
B.

Rumusan Masalah
Dismenore merupakan nyeri di perut bagian bawah, menyebar
kedaerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau
bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Wiknjosastro,
2007). Angka kejadian dismenore di Indonesia berkisar 45-95% dikalangan
perempuan usia produktif (Proverawati & Misaroh, 2009). Pada remaja
perempuan yang dismenore hampir 10% mengalami absence rate satu
sampai tiga tiap bulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan
tugasnya seharhari akibat nyeri hebat (Poureslami, 2001, dalam Sulastri,
2006). Sehingga kejadian dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok dapat
mempengaruhi aktivitas dan produktifitas sekolah.
Hasil penelitian Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Indonesia tahun 2009 angka kejadian
dismenore terdiri dari 72,89% dismenore primer dan 27,11% dismenore
sekunder. Permasalahan tingginya angka dismenore yang terjadi pada siswi

SMK Arjuna Depok dan belum diketahuinya derajat dismenore dan upaya
penanganan yang dilakukan oleh siswi SMK Arjuna Depok.
C.

Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dibuat pertanyaan
penelitian, yaitu:
a.

Bagaimana gambaran derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna


Depok ?

b.

Bagaimana gambaran upaya penanganan dismenore dengan cara


farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok ?

c.

Bagaimana gambaran upaya penanganan dismenore dengan cara non


farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok ?

D.

Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
derajat dismenore dan upaya penanganannya pada siswi SMK
Arjuna Depok.

2.

Tujuan Khusus
a.

Mengidentifikasi derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna


Depok.

b.

Mengidentifikasi upaya penanganan dismenore dengan cara


farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok.

c.

Mengidentifikasi upaya penanganan dismenore dengan cara


non farmakologi pada siswi SMK Arjuna Depok.

E.

Manfaat Penelitian
1.

Bagi Profesi Ilmu Keperawatan


Sebagai
pendidikan

tambahan ilmu pengetahuan untuk memberikan

kesehatan

terutama

untuk

alat

reproduksi

dan

meningkatkan derajat kesehatan, khususnya reproduksi remaja yang


berkaitan dengan upaya penanganan dismenore dan hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai sumber motivasi bagi profesi
keperawatan untuk melakukan penyuluhan kesehatan hal ini sesuai
dengan peran perawat yaitu sebagai pendidik dan

konselor

kesehatan.
2.

Bagi Siswi
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi siswi
sehingga dapat memberi masukan dalam menangani dismenore
ketika menstruasi.

3.

Bagi Penelitian yang akan datang


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah informasi untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
dismenore dan dapat menjadi sebuah rekomendasi bagi penelitian
selanjutnya.

F.

Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan kuantitatif dengan desain deskriptif yang
tujuannya untuk memperoleh informasi tentang gambaran derajat dismenore

dan upaya penanganan dismenore. Pengumpulan data dilakukan dengan


kuisioner. Responden pada penelitian ini adalah siswi SMK Arjuna Depok
Jawa Barat yang pernah mengalami dismenore dengan

jumlah sampel

sebanyak 129 siswi. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple


random sampling.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Konsep Dismenore
1. Pengertian Dismenore
Dismenore berasal dari kata dys dan menorea. Dys atau
dis adalah awalan yang berarti buruk, salah dan tidak baik. Menorea
atau mens atau mensis adalah pelepasan lapisan uterus yang
berlangsung setiap bulan berupa darah atau jaringan dan sering
disebut dengan haid atau menstruasi (Ramali, 2003). Dismenore
adalah nyeri di perut bagian bawah, menyebar kedaerah pinggang,
dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari
(Wiknjosastro, 2007). Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa
di perut bagian bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah
menstruasi. Nyeri dapat bersifat terus menerus. Dismenore timbul
akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan
satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut
bagian bawah, daerah pinggang dan sisi medial paha (Badziad,
2003).
Dismenore merupakan rasa nyeri pada saat menstruasi yang
terasa di perut bagian bawah, menyebar ke bagian pinggang, dan
paha. Dismenore terjadi karena adanya kontraksi distritmik lapisan
miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari
nyeri ringan hingga berat. Nyeri timbul tidak lama sebelum atau

bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk


beberapa waktu.
2.

Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan

kadar nyeri yang berbeda-beda. Menurut

Manuaba (1999) dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:


a.

Dismenore ringan
Seseorang akan mengalami nyeri atau nyeri masih dapat
ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang, berlangsung
beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari.
Dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan
tingkatan 1-4 (Howard, dalam Leppert, 2004).

b.

Dismenore sedang
Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan
menekan-nekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang rasa
nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
Dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan
tingkatan 5-6 (Howard, dalam Leppert, 2004).

c.

Dismenore berat
Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada
kemungkinan seseorang tidak mampu lagi melakukan pekerjaan
biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai sakit kepala,
migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.
Dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan
7-10 (Howard, dalam Leppert, 2004).

3.

Klasifikasi Dismenore
Smeltzer (2002) menyebutkan dismenore dibagi menjadi dua macam
yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.
a.

Dismenore primer
Dismenore primer nyeri haid tanpa kelainan pada alat-alat
genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, karena siklus-siklus
haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis
anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul
tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid
dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun dalam beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari. Dismenore diduga sebagai
akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebihan, yang
menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga
mengakibatkan vasospasme arteriolar (Smeltzer, 2002).

b.

Dismenore sekunder
Dismenore sekunder terjadi karena adanya kelainan pada
organ genitalia dalam rongga pelvis. Dismenore ini disebut juga
sebagai dismenore organik. Kelainan ini dapat timbul setiap saat
dalam perjalanan hidup wanita, contohnya pada wanita dengan
endometriosis atau penyakit peradangan pelvik, penggunaan alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, dan tumor atau polip yang
berada didalam rahim (Smeltzer, 2002).

4.

Penyebab Dismenore
Banyak teori yang telah menerangkan penyebab dismenore primer,
tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Beberapa faktor memegang
peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain:
a.

Faktor kejiwaan
Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang
mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan
dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan
psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya
gangguan haid seperti dismenore (Wiknjosastro, 1999).
Kesiapan anak dalam menghadapi masa puber sangat
diperlukan. Anak harus mengerti tentang dasar perubahan yang
terjadi pada dirinya dan anak-anak sebayanya. Secara psikologis
anak

perlu

dipersiapkan

mengenai

perubahan

fisik

dan

psikologisnya. Apabila tidak dilakukan persiapan maka anak tidak


siap sehingga pengalaman akan perubahan tersebut dapat menjadi
pengalaman traumatis (Hurlock, 2007).
b.

Faktor konstitusi
Faktor konstitusi erat hubungannya dengan faktor kejiwaan
sebagai penyebab timbulnya keluhan dismenorea primer, karena
faktor ini menurunkan ketahanan seseorang terhadap rasa nyeri.
Faktor ini seperti:

1)

Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat
keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkat oksigen
berkurang. Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat
besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga
disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel
tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan dayatahan tubuh
seseorang,

termasuk

daya

tahan

tubuh

terhadap

rasa

nyeri

(Wiknjosastro, 1999).
Anemia merupakan keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin
yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam
sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (Bobak, 2004).
2)

Penyakit Menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang wanita akan
menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap
rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini
adalah asma dan migrain (Wiknjosastro, 1999).

c.

Faktor obstruksi kanalis servikalis


Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat
terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak
dianggap sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita
dismenore hanya karena mengalami stenosis kanalis servikalis tanpa
hiperantefleksi posisi uterus. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa
keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak
dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi (Wiknjosastro, 1999). Mioma
submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan
dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk
mengeluarkan kelainan tersebut (Kelly, 2007).

d.

Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kram perut yang terjadi pada
dismenore primer karena kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor
endokrin erat hubungannya dengan keadaan tersebut. Hasil penelitian
Clitheroe dan Piteles tahun 1995, bahwa ketika endometrium dalam fase
sekresi akan memproduksi hormon prostaglandin yang menyebabkan
kontrasksi otot polos. Jika hormon prostaglandin yang diproduksi banyak
dan dilepaskan diperedaran darah, maka selain mengakibatkan dismenore
juga menyebabkan keluhan lain seperti vomitus, nousea dan diare
(Wiknjosastro, 1999).
Pada saat menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar
estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang
rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi
gonadotropin

realising

menstimulasi

sekresi

hormone
folikel

(Gn-RH).

stimulating

Sebaliknya,

hormone

Gn-RH

(FSH).

FSH

menstimulasi perkembangan

folikel de graaf ovarium dan produksi

estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus


memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH).
LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28
hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini,
korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjadi menstruasi (Bobak, 2004).
e.

Faktor pengetahuan
Dismenore yang timbul pada remaja putri merupakan dampak
dari kurang pengetahuannya mereka tentang dismenore. Terlebih jika
mereka tidak mendapatkan informasi tersebut sejak dini. Mereka yang
memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai
permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam
menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja
putri (Wiknjosastro, 1999).
Pengalaman tidak menyenangkan pada seorang perempuan
terhadap peristiwa menstruasinya menimbulkan beberapa tingkah laku
patologis. Pada umumnya mereka akan diliputi kecemasan sebagai
bentuk penolakan pada fungsi fisik dan psikisnya. Apabila keadaan ini
terus berlanjut, maka mengakibatkan gangguan menstruasi. Gangguan
menstruasi yang banyak dialami adalah kesakitan pada saat menstruasi
yaitu nyeri haid atau dismenore (Kartono K, 2006).

5.

Tanda dan Gejala Dismenore


Tanda dan gejala umum dismenore adalah nyeri yang timbul tidak
lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan menstruasi. Biasanya
nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian
bawah dan tungkai, nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau
sebagai nyeri yang terus-menerus, dapat berlangsung dalam beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala-gejala yang menyertai berupa mual, muntah,
sakit kepala, diare dan perubahan emosional (Wiknjosastro, 1999).
Dismenore tidak selalu berhubungan dengan terganggunya organ
reproduksi, tetapi keadaan ini tetap membutuhkan perhatian melakukan
pemeriksaan organ reproduksi (Kasdu, 2004).

6.

Upaya Penanganan Dismenore


Terdapat beberapa cara dalam menangani dismenore, untuk
membantu mengurangi rasa nyeri menstruasidapat dilakukan dengan cara
non farmakologi dan farmakologi, yaitu :
a.

Non farmakologi
Pengompresan dengan air hangat, ketika nyeri menstruasi
datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat di perut bagian
bawah karena dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem saraf.
Selain itu mandi air hangat dan mengolesi bagian yang nyeri dengan
balsem atau lotion penghangat dapat juga dilakukan untuk menurunkan
nyeri (Taruna, 2003). Respon fisiologis yang ditimbulkan dari teknik
ini adalah vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah, sehingga dapat
meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang sakit dan mampu
menurunkan viskositas yang dapat mengurangi ketegangan otot,

dengan respon tersebut dapat meningkatkan relaksasi otot dan


menurunkan nyeri (Bobak, 2005).
Penelitian Amanih (2003) pada mahasiswi semester VIII PSIK
UMS bahwa kompres hangat dapat menurunkan dismenore primer
yang dirasakan. Hasil penelitian didapatkan bahwa skala nyeri yang
dirasakan sebelum melakukan kompres hangat adalah siswi dengan
skala nyeri ringan berjumlah 4 siswi (24%), untuk skala nyeri sedang
berjumlah 10 orang (63%) dan skala nyeri berat berjumlah 2 siswi
(12%).
Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di
tempat yang datar, lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada. Posisi knee
chest dapat menggerakan otot, maka otot menjadi lebih kuat dan elastik
secara alami sehingga melenturkan otot-otot pada pelvis dan membantu
kelancaran peredaran darah maka meningkatkan relaksasi otot dan
menurunkan nyeri (Akatri, 1996).
Melakukan olah raga cukup dan teratur seperti joging, lari dan
senam serta menyediakan waktu yang cukup untuk beristirahat atau
tidur. Olah raga yang cukup dan teratur dapat meningkatkan kadar
hormon endorfin yang berperan sebagai natural pain killer (Taruna,
2003). Hasil penelitian Istiqomah pada remaja putri di SMUN 5
Semarang (2009) tingkatan nyeri sebelum melakukan senam dismenore
terbanyak adalah siswi dengan skala nyeri sedang berjumlah 8 siswi
(53%), untuk skala nyeri ringan berjumlah 1 orang (7%) dan skala
nyeri berat berjumlah 6 siswi (40%). Setelah melakukan senam
didapatkan skala nyeri ringan sebanyak 11 siswi (73,33%), skala nyeri
sedang sebanyak 4 siswi (26,67%) dan tidak ada siswi yang mengalami

nyeri berat. Maka, efektifitas senam saat mengalami dismenore dapat


mengatasi maupun mengurangi rasa nyeri menstruasi.
Pengobatan herbal, nyeri haid dapat diatasi dengan minum
jamu. Jamu nyeri haid yang sering digunakan banyak mengandung
simplisia yang berkhasiat sebagai anti nyeri, anti radang, serta anti
spasmodic (anti kejang otot). Simplisia dapat diperoleh di bumbu
dapur, misalnya kunyit, buah asam, dan kayu manis. Pembuatannya
akan diolah seperti jamu (Wijayakusuma, 2008). Minuman kunyit asam
yang beredar di masyarakat biasanya terdiri dari setengah kilogram
kunyit, setengah kilogram asam jawa, seperempat kilogram gula jawa,
dan dua liter air. Kunyit yang telah dipersiapkan harus dibersihkan,
diparut, kemudian diperas untuk diambil airnya. Air kunyit yang
diperoleh, direbus dan dimasukkan asam jawa, air, serta gula jawa.
Setelah itu harus didihkan dan akan diperoleh minuman kunyit asam.
Frekuensi mengkonsumsi minuman kunyit asam minimal dalam 10
periode atau 10 siklus menstruasi secara berulang dan teratur (Dinda,
dalam Yoga, 2010).
Hasil penelitian Yoga pada remaja putri di Kotamadya
Surakarta (2010) dari 30 remaja putri terdapat 21 orang yang memiliki
kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit asam dan keluhan yang
berhubungan dengan dismenore primer tidak dirasakan lagi. Maka,
kebiasaan mengkonsumsi kunyit asam dapat mengurangi keluhan
dismenore primer.

Distraksi merupakan metode yang digunakan untuk mengalihkan


perhatian seseorang terhadap sensasi nyeri. Metode distraksi digunakan untuk
nyeri ringan sampai sedang. Akan tetapi, dengan konsentrasi penuh dapat juga
digunakan untuk nyeri akut. Pada sebagian kasus, nyeri hanya berkurang pada
saat distraksi dilakukan. Jika distraksi telah selesai, klien akan sadar kembali
terhadap rasa nyeri yang dialami (Smeltzer, 2002). Penelitian Marvia pada
mahasiswi PSIK UMY (2008) teknik distraksi (mendengarkan musik) dapat
menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah penelitian eksperimen. Jumlah sampel 45 responden,
instrumen yang dipakai dengan menggunakan CD musik Mozart dan Kenny G.
Pemberian terapi musik Mozart dan Kenny G selama 15 menit dapat
menurunkan tingkat nyeri mestruasi. Skala nyeri pada observasi awal
terbanyak adalah skala 6 (35,3%) dan skala 7 (31,2%), pada obsevasi akhir
terbanyak adalah skala 3 (47,8%).
Teknik imagery guided merupakan pengalaman sensori buatan yang
dapat menurunkan persepsi nyeri secara efektif dan menurunkan

reaksi

terhadap nyeri. Teknik ini dapat dilakukan dengan membayangkan


pengalaman yang menyenangkan dari memori, mimpi, fantasi dan penglihatan,
dengan berfokus kepada pengalaman yang dibayangkan, klien dapat mengubah
persepsinya terhadap nyeri yang dialami (Akatri, 1996).
Pemijatan dapat meminimalkan reaksi terhadap nyeri. Pemijatan
merupakan bentuk aplikasi sentuhan dan pergerakan terhadap otot, tendon, dan
ligamen tanpa memanipulasi sendi. Tidak hanya menghalangi persepsi
rangsang nyeri tetapi juga merelaksasikan kontraksi dan spasme otot karena
dapat memperlancar sirkulasi darah (Smeltzer, 2002). Penelitian Farisa pada
siswi SMUN 2 Surabaya (2002) pemberian pijatan punggung bawah selama

20 menit dapat menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna.Penelitian ini


dengan desain quasy eksperiment menggunakan perancangan pretest-postest.
Jumlah sampel 30 responden, instrumen yang digunakan baby oil/ lotion. Hasil
penelitian skala nyeri kelompok eksperimen pada observasi awal terbanyak
adalah skala 5 (33,3%) dan skala 6 (33,3%), pada obsevasi akhir terbanyak
adalah skala 2 (46,6%).
Teknik relaksasi napas dalam yaitu menarik nafas dalam dari hidung
dan perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut. Hal ini dapat
meningkatkan oksigenasi darah, menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan (Smeltzer, 2002). Penelitian Yustini pada mahasiswi PSIK UMS
(2002) terhadap 30 sampel yang dilakukan teknik relaksasi napas dalam
terdapat 22 sampel mengeluh nyeri sedang dan 8 sampel mengeluh nyeri berat,
sedangkan pada 30 sampel yang tidak dilakukan teknik relaksasi napas dalam
9 sampel mengeluh nyeri sedang dan 21 sampel mengeluh nyeri berat. Maka,
teknik relaksasi napas dapat mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan.
b. Farmakologi
Untuk mengatasi dismenore biasanya menggunakan obat-obat sejenis
prostaglandin inhibitor yaitu dengan

NSAID (Non Steroidal Anti-

inflammatory Drugs) yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin.


Obat itu termasuk formula ibuprofen yang dijual bebas dan naproksen. Untuk
kram yang berat, pemberian NSAID seperti naproksen atau piroksikan dapat
membantu (Wikjosastro, 1999). Contoh obat dari golongan NSAID antara lain
aspirin, ibuprofen, naproxen sodium, dan ketoprofen (Tamsuri, 2007).
Penggunaan NSAID efektif jika mulai diminum 2-3 hari sebelum
menstruasi dan dilanjutkan sampai 1-2 hari setelah menstruasi. Penggunaan
NSAID adalah dengan memberikan dosis pertama sebanyak 2 kali dosis

reguler, kemudian dilanjutkan dengan pemberian dosis reguler hingga


gejalanya berkurang. NSAID tidak boleh diberikan pada wanita hamil,
penderita dengan gangguan saluran pencernaan, asma, alergi terhadap jenis
obat anti prostaglandin. Efek samping yang perlu diwaspadai dan diperhatikan
dari golongan NSAID ini antara lain iritasi lambung dengan gejala mual,
muntah dan nyeri, sakit kepala (Wikjosastro, 1999). Tamsuri (2007)
mengungkapkan efek samping yang umum terjadi pada golongan NSAID
seperti mual, dispepsia, ulserasi gastrointestinal atau perdarahan, menaikkan
enzim hati, diare, sembelit, epistaksis, sakit kepala, pusing dan hipertensi.
Terapi obat lain dalam mengatasi dismenore adalah analgetik dan
pengobatan hormonal. Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis
analgetik untuk nyeri ringan antara lain aspirin, asetaminofen, paracetamol dan
propofiksen. Adapun jenis analgetik untuk nyeri berat antara lain prometazin,
oksikodon (Wikjosastro, 1999). Obat analgesik yang sering diberikan adalah
preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang
beredar di pasaran adalah novalgin, ponstan, acetaminophen, dan sebagainya
(Simanjutak, dalam Sulastri, 2006)
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore dan lebih tepat
diberikan pada wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis
hormon yang diberikan pil kontrasepsi. Pemberian pil dari hari 5-25 siklus
haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke 16 sampai
25 siklus haid, setelah keluhan nyeri berkurang (Wikjosastro, 1999). Terapi
hormonal mempunyai tujuan untuk menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai

dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi (Simanjuntak,


dalam Sulastri, 2006).
B.

Pengukuran Skala Nyeri


Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah
nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007).
f.

Verbal Rating Scale (VRS)


Alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan
level intensitas nyeri yang berbeda, range dari no pain sampai nyeri
hebat (extreme pain). VRS dinilai dengan memberikan angka pada
setiap kata sifat sesuai dengan tingkat intensitas nyerinya.
Sebagai contoh, dengan menggunakan skala 5-point yaitu none
(tidak ada nyeri) dengan skore 0, mild (kurang nyeri) dengan skore
1, moderate (nyeri yang sedang) dengan skore 2, severe (nyeri
keras) dengan skor 3, very severe (nyeri yang sangat keras) dengan
skore 4. Keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan pasien
untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level intensitas
nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami
kata sifat yang digunakan (Potter & Perry, 2005).
Gambar Skala Penilaian Nyeri Verbal Rating Scale (VRS)

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri tidak

tertahankan

g.

Visual Analog Scale (VAS)


VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa
intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap
ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda no
pain dan ujung kanan diberi tanda bad pain (nyeri hebat).
VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri
yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap
ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang
lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian
daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire, dalam Potter
& Perry, 2005).
Gambar Skala Penilaian Nyeri Visual Analog Scale (VAS)

Tidak nyeri
h.

Nyeri yang tidak tertahankan

Numeral Rating Scale (NRS)


Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya
sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0 10 atau
0 100. Angka 0 berarti no pain dan 10 atau 100 berarti severe pain
(nyeri hebat). NRS lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Skala
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik (Potter & Perry, 2005).
Gambar Skala Penilaian Nyeri Numeral Rating Scale (NRS)

Tidak nyeri

10

Sangat nyeri

i.

Faces Pain Score


Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat dari wajah
yang tersenyum untuk tidak ada nyeri sampai wajah yang berlinang air
mata untuk nyeri paling buruk. Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak
dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri dialaminya sesuai dengan gambar
yang telah ada dan membuat usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih
sederhana (Wong & Baker, dalam Potter & Perry, 2005).
Gambar Skala Penilaian Nyeri Faces Pain Score

j.

Oucher
Skala nyeri oucher terdiri dari dua skala yang terpisah yaitu sebuah
skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih
besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi kanan untuk anak yang
lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan rasa tidak nyaman
dirancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak pengertian sehingga
dapat memahami makna dan tingkat keparahan nyeri (Beyer dkk, dalam
Potter & Perry, 2005).

C.

Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional
sosial dan fisik (Hurlock, 2007).

Sarwono (2007) menyatakan

bahwa remaja memiliki definisi dari tiga kriteria , yaitu biologis,


psikologis, sosial dan ekonomi. Maka secara lengkap definisi
tersebut berbunyi sebagai berikut (Sarwono, 2007):
a.

Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan


tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual

b.

Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola


identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa

c.

Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang


penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin

adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan fisik serta


sosial psikologis (Sarwono, 2007).
2. Masa remaja
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan
fisik pubertas dan emosional yang kompleks serta penyesuaian sosial
yang penting untuk menjadi dewasa. Identitas seksual secara normal
mencapai kesempurnaan sebagaimana organ-organ reproduktif
mencapai kematangan.

Masa Remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masingmasing ditandai dengan biologik, psikologik dan sosial.
a.

Masa pra remaja 11-13 tahun untuk wanita dan 12-14 tahun
untuk pria, Masa remaja awal 13-17 tahun untuk wanita dan
14-17 tahun 6 bulan untuk pria, Masa remaja akhir 17-21 tahun
untuk wanita dan 17 tahun 6 bulan-22 tahun untuk pria. Masa
pra remaja ditandai dengan peningkatan yang cepat dari
pertumbuhan dan pematangan fisik.

b.

Masa remaja awal ditandai dengan hampir lengkapnya


pertumbuhan pubertas, timbulnya ketrampilan-ketrampilan
berpikir

yang

baru,

peningkatan

pengenalan

terhadap

datangnya masa dewasa dan keinginan untuk meningkatkan


jarak emosional dan psikologis dengan orang tua.
c.

Masa Remaja Akhir ditandai dengan persiapan untuk peran


sebagai orang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan
pekerjaan dan sistem nilai pribadi yang ada pada diri remaja
(Rumini & Sundari, 2004).

3.

Perkembangan remaja
a. Perkembangan fisik
Remaja mengalami growth spurt, yaitu pertumbuhan fisik
yang sangat pesat, yang ditandai oleh ciri-ciri perkembangan pada
masa pubertas. Otot-otot tubuh mengeras, tinggi dan berat badan
meningkat cepat, begitu pula dengan proporsi tubuh yang semakin
mirip dengan tubuh orang dewasa, termasuk juga fungsi
seksualnya.

Hal

ini

disebabkan

karena

adanya

proses

biologisyang berkaitan dengan perubahan hormonal didalam


tubuh remaja.
Remaja putri mengalami menarche, yaitu menstruasi
pertama, sedangkan putra mengalami spermarche, yaitu pertama
kalinya cairan sperma keluar, yang umumnya saat tidur. Pada
remaja putri tumbuh payudara, muncul pubic hair, jaringan lemak
mulai menebal terutama dibagian lengan, paha, pinggul dan perut.
Pada remaja putra, ukuran alat kelaminnya sudah mencapai
ukuran orang dewasa, muncul pula pubic hair di sekitar alat
kelamin, rambut di ketiak, kaki, dada (tidak pada semua laki-laki),
terjadi perubahan pita suara sehingga suara jadi lebih berat dan
besar (Dariyo, 2004).
b.

Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada remaja menurut Piaget
memasuki tahap operasional formal yang ditandai dengan
kemampuan untuk berpikir abstrak, idealis dan logis. Dalam
memecahkan masalah, ia mampu melakukan penalaran dedukatif,
yaitu penalaran terhadap beberapa premis yang kemudian
mengambil suatu kesimpulan. Selain itu, cara berpikirnya pun
seperti ilmuwan, yang oleh Piaget dikenal dengan istilah
hypothetico-deductivereasoning, yaitu membuat perencanaan,
memecahkan

masalah

secara

sistematis

dan

melakukan

pengetesan terhadap solusi yang diambil (Dariyo, 2004).


c.

Perkembangan psikososial
Hubungan remaja dengan orang tuanya mulai berpindah
ke teman sebaya. Hubungan interpersonal dengan peer-

groupmenjadi intensif karena penerimaan oleh teman sebaya


menjadi sangat penting bagi remaja. Teman sebaya merupakan
tempat berbagi perasaan dan pengalamannya. Mereka juga
menjadi bagian dari proses pembentukan identitas diri. Muncul
pula suatu gejala konformitas, yaitu tekanan dari kelompok
sebaya (peer), baik nyata ataupun tidak (hanya persepsi si remaja
itu sendiri), sehingga ia mengadopsi sikap atau prilaku orang lain
seperti pemimpin kelompok dan anggota kelompok tersebut
(Dariyo, 2004).
Jika konformitas itu bersifat positif, remaja akan
mengadopsi hal-hal positif pula yang sangat mempengaruhi masa
pembentukan identitasnya. Sebaliknya, jika konformitasnya
bersifat negatif, remaja dapat dengan mudah terbawa pada prilaku
kurang baik, seperti membolos sekolah, merokok, mencuri,
menggunakan obat terlarang, yang tentunya akan membahayakan
perkembangan remaja tersebut (Whaley & Wongs, 1995).
Pada masa pembentukan identitas dirinya, remaja telah
dapat melakukan proses seleksi atas nilai-nilai dan sikap-sikap
yang sudah dimiliki sebelumnya serta mempertahankan apa yang
menurutnya baik (integrasi diri) dalam rangka menjadi individu
yang unik dan utuh (Yusuf, 2009 ).

D. Kerangka Teori

Derajat dismenore
Menstruasi

Dismenore
-

Ringan
Sedang
Berat

Persepsi
kerentanan

Variabel demografi:
-

Usia
Budaya

Karakteristik
psikologis
-

Persepsi tingkat
keparahan
Aksi / Tindakan
Kesehatan
motivasi

Kepribadian
Kelompok
sebaya

Upaya penanganan
dismenore
- Farmakologi
- Non Farmakologi

Manfaat yang
dirasakan

Persepsi
hambatan

Isyarat tindakan
-

Pengetahuan
Media
Saran
keluarga

Bagan 2.1. Kerangka Teori menurut Sheeran dan Abraham (1995),Badziad


(2003), Taruna (2003), Smeltzer (2002), Wikjosastro (1999).

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A.

Kerangka konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka
peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi
konsep-konsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti dan dalam
mengembangkan konsep dan teori menjadi sebuah kerangka kerja. Di bawah
ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di
SMK Arjuna Depok Jawa Barat.
Gambar 3.1. Kerangka konsep dengan judul gambaran derajat dismenore
dan upaya penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat.

Derajat dismenore

Ringan

Sedang

Berat

Upaya
penanganan
dismenore dengan
cara farmakologi
dan non
farmakologi

Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel


derajat dismenore dan upaya penanganan secara farmakologi dan non
farmakologi yang dapat mengatasi masalah dismenore.

B.

Variabel

Definisi Operasional

Definisi

Cara

operasional

ukur

Derajat

Suatu derajat

Angket

dismenore

nyeri

yang

Dinyatakan

tingkatan:

dirasakan
siswi

saat

Alat ukur

Skala
ukur

dalam

paling sering

oleh

Hasil ukur

Kuesioner

Ordinal

(Skala Faces
Pain

Score

1. 1-4 = nyeri

yang

ringan

menggambar

mengalami

2. 5-6 = nyeri

dismenore.

sedang

kan

seseorang
mengenai

3. 7-10 = nyeri

nyeri

berat

sedang

(Howard, dalam

opini

yang
dia

rasakan)

Leppert, 2004).

Penanganan

Usaha

dismenore

dilakukan

gambaran

secara

dalam

dalam

farmakologi

menangani

persentase

dan

dismenore

tentang upaya

secara

penanganan

farmakologi

dismenore

dan

dengan cara

non

farmakologi

yang

non-

farmakologi

Angket

Hasil berupa

farmakologi
dan non
farmakologi

Kuesioner

Nominal

BAB IV
METODE PENELITIAN
A.

Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan kuantitatif dengan desain deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada
analisis hubungan antar variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat,
bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak,
siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Hidayat,
2008). Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui
pertanyaan terstruktur atau kuisioner penelitian. Tujuan penelitian deskriptif
ini adalah untuk memperoleh

informasi

tentang

gambaran derajat

dismenore dan upaya penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa
Barat.
B.

Lokasi dan Waktu Penelitian


1.

Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan
Arjuna Depok. Sekolah tersebut dipilih karena adanya masalah
yang terjadi pada siswi SMK Arjuna seperti banyaknya siswi
yang mengalami masalah dismenore, di SMK Arjuna Depok
belum pernah dilakukan penelitian tentang derajat dismenore dan
upaya penanganan terhadap masalah dismenore.

2.

Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2012.

C.

Populasi dan Sampel


1.

Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004 dalam Hidayat, 2008).
Populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas X, XI, dan
XII yang pernah mengalami dismenore. Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2011 dan hasil yang diperoleh
berjumlah 167 siswi dengan rincian sebagai berikut:

2.

a.

Jumlah siswi kelas X adalah 63 siswi

b.

Jumlah siswi kelas XI adalah 57 siswi

c.

Jumlah siswi kelas XII adalah 47 siswi

Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel
yang diambil. Adapun kriteria inklusinya adalah:
a.

Siswi kelas X, XI dan XII di SMK Arjuna Depok

b.

Siswi yang memiliki riwayat dismenore

c.

Siswi yang bersedia menjadi responden dalam


penelitian ini

Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan


penerapan distribusi normal untuk variabel tunggal (Univariat).
Sample penelitian diambil dengan menggunakan rumus Estimasi
Proporsi sebagai berikut:

n=

N.(Z1-/2)2 . P (1-P)
(N-1).d2 + (Z1-/2)2 . P (1-P)

Keterangan
N= Jumlah total populasi
n = Jumlah total sample
P = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi
pada populasi= 50% = 0,5
q = 1-p = 100% - p = 0,5
d = Presisi = 5% = 0,05
= 5%
Z1-/2 = Confident interval = 95% = 1,96 (tabel kurva
normal)
Maka hasil yang diperoleh adalah:

n=

167 x (1,96)2 x 0,5 x (1-0,5)


(167-1) x (0,05)2 + (1,96)2 x 0,5 x (1-0,5)

n=

167 x 0,9604
166 x 0,0025 + 0,9604

n = 116,61 117 sampel


Dari hasil perhitungan di atas maka jumlah sampel yang
dibutuhkan

sebanyak

117

orang.

Untuk

mengantisipasi

kemungkinan jawaban responden yang tidak valid dibutuhkan


sebanyak 117 orang ditambah 10% dari 117

n2 = n1 +10% . n1
= 117 +10% . 117 = 128,7 129 siswi
Jadi, pada penelitian ini jumlah responden adalah 129 siswi.

3. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilam sampel

dilakukan dengan metode

simple random sampling yaitu proses pengambilan sampel


dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap
anggota populasi untuk menjadi anggota sampel yang dilakukan
secara random atau acak (Hidayat, 2008). Peneliti ingin mengambil
sampel 129 siswi dari populasi sebanyak 167 siswi. Peneliti
membuat daftar siswi lalu melakukan lotere terhadap 167 siswi dan
mengambil sebanyak 129 siswi untuk dijadikan sampel.
D.

Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, alat pengumpulan data yang akan digunakan
berupa pertanyaan dalam angket yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu
pada landasan teori. Angket adalah pemeriksaan terhadap sesuatu yang
menjadi kepentingan umum, biasanya dilakukan dengan surat pertanyaan
(Depdiknas, 2008).
Angket yang digunakan dalam bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan
mengenai data demografi, derajat dismenore yang paling sering dirasakan serta
pertanyaan mengenai upaya penanganan dismenore dengan menggunakan
pilihan berbentuk check list. Responden hanya menandai jawaban yang
menurutnya sesuai dan tepat. Jumlah pertanyaan dirancang oleh peneliti
dengan mengacu pada literature khususnya mengenai derajat dan upaya
penanganan terhadap masalah dismenore. Waktu yang dibutuhkan untuk
menjawab pertanyaan kurang lebih 10-15 menit.

E.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.


Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen yang
telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam
penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus
Pearson Product Moment dan dicari reliabilitas dengan menggunakan metode
Alpha Cronbach.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar

mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan


diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item
pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur
tersebut (Hidayat, 2008). Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product
Moment, yaitu:

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu


alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas
menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >
0,7 (Hidayat, 2008).

Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan melakukan uji


validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan instrumen yang valid untuk
penelitian. Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan pada siswi di SMK
Arjuna Depok yang bukan merupakan sampel penelitian. Uji validitas dan
reliabilitas dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012. Teknik pengujian pada
penelitian ini menggunakan teknik Alpha Crombach (), dalam uji
reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka
pertanyaan tersebut reliabel. Jumlah responden dalam uji reliabilitas dalam
penelitian ini berjumlah 30 responden dengan = 0,05, dk = n-2 (28), maka
r tabel = 0,374. Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan
program komputer untuk statistik, untuk butir-butir pertanyaan didapatkan
Alpha Cronbach 0,833.
F.

Prosedur Pengumpulan Data


Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui
beberapa tahap yaitu :
1.

Meminta surat pengantar dari FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


untuk melakukan peneitian setelah proposal disetujui pembimbing.

2.

Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan ijin kepada pihak


sekolah untuk mengadakan penelitian dan memohon kerja sama
untuk kelancaran penelitian.

3.

Mendatangi responden untuk menjelaskan tujuan penelitian, manfaat


penelitian, kerahasiaan informasi yang diberikan responden kepada
peneliti serta meminta kerja sama responden untuk menjawab semua
pertanyaan dalam kuesioner secara jujur sesuai dengan keadaan
responden.

4.

Memberikan daftar pertanyaan dan menyerahkan kepada responden


dan meminta responden untuk menandatangani lembar informed
consent sebelum mengisi lembar pertanyaan.

5.

Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian


kuesioner.

6.

Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada


peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

7.

Memberikan waktu selama 10-15 menit kepada responden untuk


mengisi kuesioner.

8.

Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada


peneliti untuk untuk kemudian diolah dan dianalisis.

G.

Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumusan tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Ada beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi 6 tahap,
yaitu:
1.

Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.

2.

Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan


komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode
dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3.

Sortir
Sortir merupakan memilih atau mengelompokkan data menurut
jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Misalnya: menurut daerah
sampel, menurut tanggal dan sebagainya.

4.

Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan
membuat tabel kontingensi.

5.

Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data
yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

6.

Mengeluarkan informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan (Setiadi,
2007).

H.

Teknik Analisa Data


Analisa data dilakukan dengan menggunakan sistem software
komputerisasi SPSS. Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi
frekuensi derajat dismenore dan upaya penanganannya.

I.

Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
(Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan dari Informed consent adalah agar subjek
mengerti maksud, tujuan penelitian , dan mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormatinya.
2.

Tanpa nama (Anonimity)


Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.

3.

Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan


jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan
identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden untuk
menolak penelitian dan diajukannya pernyataan persetujuan (informed
consent) mengikuti penelitian seperti terlampir. Sebelum melakukan
pengumpulan data, peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah SMK
Arjuna Depok dengan menyerahkan surat permohonan melakukan
penelitian yaitu pengambilan data dari Sekolah SMK Arjuna Depok.
Kemudian peneliti mendatangi calon responden di masing-masing kelas
dan memberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian,
menjelaskan partisipasi responden, serta kerahasiaan data yang
diperoleh.
Untuk lebih menjelaskan responden maka pada pertanyaan di
kuesioner, peneliti merubah dismenore menjadi nyeri menstruasi agar
responden mengerti dan lebih memahaminya. Setelah diberikan
penjelasan, peneliti kemudian memastikan bahwa responden benarbenar mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan termasuk
keuntungan dan kerugian menjadi subjek peneliti. Siswi akan diberikan
lembar persetujuan dan diminta menandatanganinya. Jika responden
tidak bersedia menjadi subjek penelitian maka responden berhak
mengundurkan diri dari penelitian.

BAB V
HASIL PENELITIAN
A.

Gambaran Umum Tempat Penelitian


Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna berdiri pada tahun 2000 dan
merupakan Sekolah dengan terakreditasi A. Kepala Sekolah pertama
dipimpin oleh Bapak Iskandar, M.M. SMK Arjuna mempunyai jumlah
karyawan 37 yang terdiri dari Guru Tetap berjumlah 8 orang, Guru Tidak
Tetap berjumlah 24 orang dan Staf Tata Usaha berjumlah 5 orang .
Luas wilayah 3544 m2 yang terdiri dari Ruang Kelas, Ruang Guru,
Ruang

Tata

Usaha,

Mushola,

Perpustakaan,

Laboratorium

IPA,

Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Ruang Keterampilan dan


Ruang Kesenian. Saat ini SMK Arjuna Depok memiliki jumlah 11 ruang
kelas dan memiliki 2 jurusan yaitu jurusan akutansi dan sekretaris.
Visi dari Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok adalah
Belief, Competence, Life Skill yaitu terwujudnya lembaga pendidikan
dan pelatihan kejuruan ( diklatjur) yang mampu menghasilkan lulusan
dengan kualifikasi iman yang baik, kompetensi yang tinggi dan kecakapan
hidup yang unggul.
Misi dari Sekolah Menengah Kejuruan Arjuna Depok adalah
sebagai berikut:
a.

Mengembangkan

iklim belajar

yang

didasarkan pada norma

agama dan nilai budaya bangsa.


b.

Menerapkan

sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan yang

berwawasan kompetensi, mutu dan masa depan.

c.

Mengintregasikan pendidikan

dan

pelatihan

kejuruan

berorientasi pada kecakapan hidup dan masa depan.

B. Hasil Analisis Univariat


1.

Gambaran usia
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi usia pada siswi yang mengalami dismenore di
SMK Arjuna Depok
Usia
14
15
16
17
Total

Nilai
Hasil

Mean
15,9

Frekuensi
5
42
43
39
129
Median
16

Std. Deviation
0,883

Persentase (%)
3,9
32,6
33,3
30,2
100,0
Min.
14

Max.
17

Berdasarkan tabel 5.1 usia pada siswi yang mengalami dismenore di


SMK Arjuna Depok bahwa distribusi usia responden adalah usia 14 tahun
sebanyak 5 (3,9%) siswi, usia 15 tahun sebanyak 42(32,6%) siswi, usia 16
tahun sebanyak 43 (33,3%) siswi, usia 17 tahun sebanyak 39 (30,2%) siswi
dan memiliki usia dengan rata-rata 15,9 tahun dan usia termuda adalah 14
tahun serta usia tertua adalah 17 tahun.
2. Gambaran kelas
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden penelitian berdasarkan kelas SMK
Arjuna Depok
Kelas
X
XI
XII
Total

Frekuensi
47
43
39
129

Persentase (%)
36,4
33,3
30,2
100,0

Berdasarkan

tabel 5.2 siswi yang mengalami dismenore pada

setiap kelas di SMK Arjuna Depok yaitu kelas X sebanyak 47 (36,4%)


siswi, kelas XI sebanyak 43 (33,3%) siswi dan kelas XII sebanyak 39
(30,2%) siswi.
3.

Gambaran usia pertama kali menstruasi


Tabel 5.3
Distribusi frekuensi usia pertama kali menstruasi pada siswi yang
mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok
Usia Menarche
11
12
13
Total

Nilai
Hasil

Mean
11,88

Frekuensi
45
55
29
129
Median
12

Std. Deviation
0,750

Persentase (%)
34,9
42,6
22,5
100,0
Min.
11

Max.
13

Berdasarkan tabel 5.3 usia pertama kali menstruasi pada siswi yang
mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok bahwa pada usia menarche
11 tahun sebanyak 45 (34,9%) siswi, 12 tahun sebanyak 55 (42,6%) siswi,
13 tahun sebanyak 29 (22,5%) siswi dan memiliki usia pertama kali
mestruasi dengan rata-rata 11,88 tahun dan usia pertama kali menstruasi
termuda adalah 11 tahun serta usia pertama kali menstruasi tertua adalah
13 tahun.
4.

Gambaran siklus menstruasi


Tabel 5.4
Distribusi frekuensi siklus menstruasi pada siswi yang mengalami
dismenore di SMK Arjuna Depok

Nilai
Hasil

Mean
29,27

Median
28

Std. deviation
3,414

Min.
21

Max.
35

Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi siklus menstruasi pada


siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok memiliki siklus
menstruasi dengan rata-rata 29, 27 hari dan siklus menstruasi terpendek
adalah 21 hari serta siklus menstruasi terpanjang adalah 35 hari.
5.

Gambaran keteraturan menstruasi


Tabel 5.5
Distribusi frekuensi keteraturan menstruasi pada siswi yang
mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok

Keteraturan menstruasi
Teratur
Tidak teratur
Total

Frekuensi
109
20
129

Persentase (%)
84,5
15,5
100,0

Berdasarkan tabel 5.5 distribusi frekuensi keteraturan menstruasi


pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok sebanyak
109 (84,5%) siswi mengalami menstruasi yang teratur dan sebanyak 20
(15,5%) siswi mengalami menstruasi yang tidak teratur.
6.

Gambaran derajat dismenore


Tabel 5.6
Distribusi frekuensi derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna
Depok
Derajat Dismenore
Ringan
Sedang
Berat
Total

Frekuensi
60
44
25
129

Persentase (%)
46,5
34,1
19,4
100,0

Berdasarkan tabel 5. 6 distribusi frekuensi derajat dismenore pada


siswi SMK Arjuna Depok bahwa derajat dismenore yang dialami yaitu
sebanyak 60 ( 46,5% ) siswi mengalami derajat nyeri ringan, 44 (34,1%)
siswi mengalami derajat nyeri sedang, dan 25 (19,4% ) siswi mengalami
derajat nyeri berat.

7.

Gambaran upaya penanganan dismenore dengan non farmakologi


Tabel 5.7
Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore
dengan cara non farmakologi

Upaya penanganan dismenore


Menarik nafas dalam
Teknik distraksi
Kompres hangat
Mandi dengan air hangat
Pengobatan herbal
Teknik guided imagery
Mengolesi balsem atau lotion hangat
Pemijatan
Melakukan posisi knee chest
Olah raga
Istirahat total atau tidur
Lain lain
Berdasarkan

tabel 5.7

Frekuensi
38
65
41
20
51
34
34
25
40
30
60
2

Persentase
29,5
50,4
31,8
15,5
39,5
26,4
26,4
19,4
31,0
23,3
46,5
1,6

distribusi frekuensi upaya penanganan

dismenore dengan cara non farmakologi bahwa yang dilakukan oleh siswi
SMK Arjuna Depok yaitu sebanyak 65 (50,4%) siswi melakukan teknik
distraksi, 60 (46,5%) siswi melakukan istirahat atau tidur, 51 (39,5%)
siswi melakukan pengobatan herbal dengan cara minum jamu kunyit asem,
41 (31,8%) siswi menggunakan kompres hangat, 40 (31%) siswi
melakukan posisi knee chest , 38 (29,5%) siswi melakukan teknik menarik
nafas dalam, 34 (26,4%) siswi melakukan teknik guided imagery, 34
(26,4%) siswi mengolesi balsem atau lotin penghangat, 30 (23,3%) siswi
melakukan olah raga, 25 (19,4%) siswi melakukan pemijatan, 20 (15,5%)
siswi melakukan mandi dengan air hangat, dan 2 (1,6%) siswi melakukan
dengan cara lainnya yaitu minum air bersoda.

8.

Gambaran upaya penanganan dismenore dengan farmakologi


Tabel 5. 8
Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore
dengan cara farmakologi
Upaya penanganan dismenore
Minum obat anti nyeri dari obat-obat warung
Feminax
Panadol
Biogesic
Lain-lain
Total
Minum obat anti nyeri dari resep dokter
Asetaminofen
Asam mefenamat
Aspirin
Lain-lain
Total
Berdasarkan

Frekuensi

Persentase
(%)

10
4
2
0
16

7,75
3,1
1,55
0
12,4

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

tabel 5.8 distribusi frekuensi upaya penanganan

dismenore dengan cara farmakologi bahwa 16 (12,4%) siswi meminum obat


anti nyeri dari obat-obat warung yang meliputi 10 siswi meminum Feminax,
4 siswi meminum Panadol, 2 siswi meminum Biogesik dan tidak ada satu
pun siswi yang meminum obat anti nyeri dari resep dokter.

9.

Gambaran upaya penanganan dismenore dengan derajat dismenore


Tabel 5. 9
Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore
dengan derajat dismenore
Upaya penanganan

Napas dalam
Distraksi
Kompres
Mandi air hangat
Herbal
Guided imagery
Lotion penghangat
Pemijatan
Knee chest
Olah raga
Istirahat total
Lainnya
Minum obat warung
Minum obat resep

Derajat nyeri
ringan
F
%
21
29
15
9
24
14
25
12
17
12
30
1
10
0

16,3
22,5
11,6
7
18,6
10,9
19,4
19,3
13,2
9,3
23,3
0,8
7,8
0

Derajat nyeri
sedang
F
%
9
24
13
6
19
10
5
7
17
12
18
0
5
0

7
18,6
10,1
4,7
14,7
7,8
3,9
5,4
13,2
9,3
14
0
3,9
0

Derajat nyeri
berat
F
%
8
12
13
5
8
10
4
6
6
6
12
1
1
0

6,2
9,3
10,1
3,9
6,2
7,8
3,1
4,7
4,7
4,7
9,3
0,8
0,8
0

Total
F

38
65
41
20
51
34
34
25
40
30
60
2
16
0

29,5
50,4
31,8
15,5
39,5
26,4
26,4
19,4
31
23,3
46,5
1,6
12,4
0

Berdasarkan tabel 5.9 distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore dengan


derajat dismenore bahwa siswi yang mengalami derajat dismenore ringan sebagian
besar melakukan upaya penanganan dengan cara istirahat total atau tidur sebanyak 30
(23,3%) siswi, derajat dismenore sedang sebagian besar melakukan teknik distraksi
sebanyak 24 (18,6%) siswi, derajat nyeri berat sebagian besar melakukan kompres air
hangat sebanyak 13 (10,1%) siswi dan siswi yang melakukan upaya penanganan
dismenore dengan farmakologi, sebagian besar siswi yang mengalami derajat dismenore
ringan meminum obat warung sebanyak 10 (7,8%) siswi.

BAB VI
PEMBAHASAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk


memperoleh

informasi

tentang

gambaran derajat dismenore dan upaya

penanganannya pada siswi SMK Arjuna Depok Jawa Barat. Bab ini menguraikan
pembahasan yang meliputi interpretasi dan diskusi dari hasil penelitian dan
keterbatasan penelitian.
A.

Interpretasi dan Hasil Penelitian


1. Gambaran data demografi siswi SMK Arjuna Depok yang mengalami
dismenore
a. Gambaran Usia
Rata-rata usia siswi yang mengalami dismenore pada SMK Arjuna
Depok yaitu berumur 15,9 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan Yanti (2011) yang menunjukan dismenore dialami lebih
banyak pada tingkat usia dua belas tahun keatas. Penelitian Thing (2011)
pada remaja yang mengalami menstruasi rata-rata berumur 15,5 tahun.
Dismenore akan bertambah berat setelah beberapa tahun setelah
menstruasi pertama sampai usia 23-27 tahun kemudian dismenore akan
mulai mereda (Hamilton, dalam Shabinaya, 2011).
b. Gambaran usia pertama kali menstruasi
Usia pertama kali menstruasi pada siswi yang mengalami
dismenore di SMK Arjuna Depok yaitu rata-rata berumur 11,88 tahun.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Novia (2008) bahwa
sebagian besar usia pertama kali menstruasi berumur sebelas sampai tiga
belas tahun dan yang paling sedikit berumur kurang dari sebelas tahun.

Penelitian Shabinaya (2011) pada siswi SMPN 87 Jakarta bahwa dari


103 siswi diantaranya 66 siswi mengalami usia pertama kali menstruasi
pada umur sebelas sampai dua belas tahun dan 37 siswi berumur tiga
belas tahun. American Academy of Pediatrics, Committee on
Adolescence, American College of Obstetricians and Gynecologists and
Committee on Adolescence Health Care (2006) mengungkapkan median
usia menstruasi pertama stabil antara usia 12 sampai 13 tahun, dan hanya
10% yang mengalami menstruasi pertama pada usia 11,1 tahun dan 90%
sudah mengalami menstruasi pada usia 13,75 tahun. Dianawati (2003)
biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar dua
sampai tiga tahun setelah menstruasi pertama.
c. Gambaran siklus menstruasi
Siklus menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK
Arjuna Depok yaitu memiliki siklus menstruasi dengan rata-rata 29,27
hari dan siklus menstruasi terpendek adalah 21 hari serta siklus
menstruasi terpanjang adalah 35 hari. Hal ini sesuai dengan penelitian
Taelbatak (2011) yang menunjukkan siklus menstruasi remaja putri ratarata 28 sampai 30 hari. Penelitian Hikmawati (2010) pada 30 mahasiswi
di

Universitas

Muhammadiyah

Semarang

menunjukkan

siklus

menstruasi yang dialami rata-rata 28,67 hari. Penelitian Wagito pada


mahasiswi Universitas Sumatra Utara (2010) menunjukkan siklus
menstruasi dengan rata-rata 21 sampai 30 hari.
Grenspan (1998) sebagian besar perempuan remaja mengalami
perdarahan menstruasi yang terjadi setiap 25 sampai 35 hari dengan median
panjang siklus adalah 28 hari. Selang waktu antara awal menstruasi hingga
ovulasi sampai fase folikular bervariasi lamanya. Siklus menstruasi normal

berlangsung selama 21 sampai 35 hari, selang waktu antara awal


perdarahan menstruasi sampai fase luteal relatif konstan dengan rata-rata 14
2 hari pada kebanyakan perempuan. Pada siklus menstruasi
menggambarkan suatu interaksi antara hipotalamus, kelenjar pituitari,
ovarium dan endometrium. Menurut teori neurohumoral, hipotalamus
sebagai pusat pengendali utama otak dan mengawasi sekresi hormon
Gonadotropin Reliasing Hormone (GnRH) sehingga dapat merangsang
pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dari hipofisis.
Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan
oleh mekanisme umpan balik atau feed back antara hormon steroid dan
hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap
FSH, sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negatif
jika kadarnya rendah dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Estrogen
yang

meningkat

mengakibatkan

rangsangan

pada

lapisan

rahim

(endometrium) menebal, pada siklus menstruasi endometrium dipersiapkan


secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi.
Menstruasi mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap
bulannya (Misaroh & Proverawati, 2009).
Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu fase menstruasi, fase
proliferasi atau folikuler, fase ovulasi atau fase luteal dan fase pasca ovulasi
atau fase sekresi. Fase menstruasi merupakan peristiwa luruhnya sel ovum
matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang
robek, dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen
dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak
ada. Fase proliferasi atau fase folikuler ditandai dengan menurunnya
hormon

progesteron

sehingga

memacu

kelenjar

hipofisis

untuk

mensekresikan FSH dan merangang folikel dalam ovarium, serta dapat


membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang
menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen
yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat
sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.
Fase ovulasi atau fase luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu
matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi. Sel ovum yang
matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah
menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan
hormon

progesteron

yang

berfungsi

untuk

mempertebal

dinding

endometrium yang kaya akan pembuluh darah. Fase pasca ovulasi atau fase
Sekresi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan
berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi
hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekesikan
FSH dan LH. Sekresi progesteron yang terhenti menyebabkan penebalan
dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium
mengering dan

robek, maka terjadi fase perdarahan atau menstruasi (

Badziad, 2003).

d. Gambaran keteraturan menstruasi


Keteraturan menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di
SMK Arjuna Depok yaitu sebanyak 109 siswi mengalami menstruasi
yang teratur sedangkan siswi yang mengalami menstruasi tidak teratur
sebanyak 20 siswi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kristina (2011) bahwa sebagian besar siswi mengalami
menstruasi teratur yaitu sebanyak 46 siswi dan yang mengalami
menstruasi tidak teratur sebanyak 20 siswi. Penelitian Amanih (2003)
pada 16 mahasiswi keperawatan di Universitas Muhammadiyah

Semarang bahwa sebanyak 10 mahasiswi mengalami menstruasi teratur


dan 6 mahasiswi mengalami menstruasi yang tidak teratur.
Keteraturan menstruasi merupakan rangkaian siklus menstruasi
yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan
ketika perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium
uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium berperan
penting dalam proses ini, karena bertanggung jawab dalam pengaturan
perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak,
2004).
Jumlah darah yang keluar pada setiap perempuan berbeda-beda.
Rata-rata darah yang dikeluarkan sekitar 30 sampai 80 ml darah per
siklus menstruasi, lama menstruasi normalnya 3 sampai 8 hari. Jenis
siklus menstruasi yang tidak normal, seperti menstruasi yang terjadi
setiap 3 sampai 6 minggu sekali, menstruasi yang terjadi setiap 2 sampai
3 minggu sekali dan menstruasi yang terjadi hanya 2 kali setahun. Siklus
mentruasi yang tidak teratur dapat berdampak pada gangguan kesuburan
(Llewellyn, 2001)

2.

Gambaran derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok


Derajat dismenore dalam penelitian ini terbagi dalam tiga derajat nyeri
dismenore yaitu derajat nyeri ringan, derajat nyeri sedang dan derajat nyeri
berat. Siswi yang mengalami dismenore derajat nyeri ringan sebanyak 60
siswi, dismenore derajat nyeri sedang

sebanyak 44 siswi dan dismenore

derajat nyeri berat sebanyak 25 siswi. Maka sebagian besar siswi SMK Arjuna
Depok mengalami dismenore dengan derajat nyeri ringan sebanyak 60 siswi
dan sebagian kecil siswi mengalami dismenore derajat nyeri berat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Paramita
(2010) frekuensi tingkatan skala nyeri dismenore pada remaja di SMK YPKK
I Sleman Yogyakarta menunjukkan dari jumlah sampel sebanyak 16 siswi
diantaranya 11 siswi mengalami nyeri ringan, 4 siswi mengalami nyeri sedang
dan tidak ada satu pun siswi yang mengalami nyeri berat. Penelitian Shabinaya
pada siswi SMPN 87 Jakarta (2011) menunjukkan dari jumlah sampel 103
siswi diantaranya 47 siswi mengalami nyeri ringan, 43 siswi mengalami nyeri
sedang dan 13 siswi mengalami nyeri berat. Penelitian Istiqomah pada siswi di
SMUN 5 Semarang (2009) menunjukkan dari jumlah sampel 15 siswi
diantaranya 11 siswi mengalami nyeri ringan, 4 siswi mengalami nyeri sedang
dan tidak ada satu pun siswi mengalami nyeri berat.
Intensitas nyeri setiap individu berbeda dipengaruhi oleh deskripsi
individu tentang nyeri, persepsi dan pengalaman nyeri. Nyeri dismenore terjadi
karena ada peningkatan produksi prostaglandin. Peningkatan ini akan
mengakibatkan kontraksi uterus dan vasokonstriksi pembuluh darah maka
aliran darah yang menuju ke uterus menurun sehingga uterus tidak mendapat
suplai oksigen yang adekuat sehingga menyebabkan nyeri (Kelly, 2007).
Pada penelitian ini terdapat sebagian kecil siswi mengalami dismenore
berat, dismenore berat terjadi karena adanya peningkatan prostaglandin
berlebih sehingga menyebabkan sangat nyeri dan kemungkinan dapat terjadi
karena adanya kelainan pada organ genitalia dalam rongga pelvis sehingga
seseorang yang mengalami dismenore nyeri berat sebaiknya melakukan
pemeriksaan pada tenaga kesehatan agar diketahui penyebab dari terjadinya

dismenore berat (Badziad, 2003). Penelitian Poureslami (2001) hampir 10


persen remaja yang dismenore mengalami absence rate satu sampai tiga hari
perbulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya seharihari
akibat nyeri hebat. Sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore
berdampak pada gangguan aktivitas seharihari sehingga menyebabkan absen
sekolah 3 hari.
Berdasarkan hasil crosstabulation bahwa siswi yang mengalami
dismenore derajat nyeri ringan sebagian besar melakukan istirahat total atau
tidur dalam menangani dismenore, siswi yang mengalami dismenore derajat
nyeri sedang sebagian besar menggunakan teknik distraksi dan yang
mengalami dismenore derajat nyeri berat sebagian besar menggunakan
kompres air hangat untuk menangani dismenore.

3.

Gambaran upaya penanganan dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok


a.

Gambaran upaya penanganan dismenore dengan non farmakologi


Upaya penanganan dismenore dengan cara non farmakologi yang
dilakukan pada siswi di SMK Arjuna Depok bahwa sebanyak 65 siswi
melakukan teknik distraksi, 60 siswi melakukan istirahat atau tidur, 51
siswi melakukan pengobatan herbal, 41 siswi menggunakan kompres
hangat, 40 siswi melakukan posisi knee chest, 38 siswi melakukan teknik
menarik nafas dalam, 34 siswi melakukan teknik guided imagery, 34
siswi mengolesi balsem atau lotin penghangat, 30 siswi melakukan olah
raga, 25 siswi melakukan pemijatan, 20 siswi melakukan mandi dengan
air hangat, dan 2 siswi dengan cara lainnya yaitu dengan meminum air
bersoda.

Sebagian besar siswi melakukan upaya penanganan dismenore


menggunakan teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian dengan cara
mendengarkan musik dan nonton tv atau film sebanyak 65 siswi. Hal ini
sesuai dengan penelitian Marvia pada mahasiswi PSIK UMY (2008)
teknik distraksi dapat menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, selama 15
menit dilakukan teknik distraksi dengan cara mendengarkan musik Mozart
dan Kenny G dapat menurunkan tingkat nyeri mestruasi. Penelitian
Nathalia (2011) pada 22 siswi SMK Kesehatan Samarinda bahwa sebelum
melakukan terapi musik instrumen mozart terdapat 10 siswi mengalami
dismenore nyeri ringan, 9 siswi dismenore nyeri sedang dan 3 siswi
dismenore nyeri berat dan setelah melakukan terapi musik instrumen
mozart terdapat 15 siswi dismenore nyeri ringan dan 7 siswi dismenore
nyeri sedang. Maka, terapi musik instrumen mozart dapat berpengaruh
terhadap penurunan nyeri dismenore.
Smeltzer (2002) distraksi merupakan teknik pengalihan dari fokus
perhatian terhadap nyeri ke stimulasi yang lain. Distraksi diduga dapat
menurunkan nyeri, menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi sistem
kontrol desendens, yang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.
Young dan Koopsen (2007, dalam Marvia, 2008) distraksi dapat
mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung,
tekanan darah, dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat
pada saat stres dan merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh
yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri.

Adreana (2006) distraksi dapat merangsang peningkatan hormon


endorfin yang merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh
tubuh. Sehingga pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke
sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak
tempat seharusnya substansi P akan menghasilkan impuls. Pada saat
tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya substansi P dari neuron
sensorik, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang. Young dan Koopsen
(2007, dalam Marvia, 2008) teknik distraksi banyak dilakukan oleh
seseorang yang mengalami dismenore karena memiliki keunggulan seperti
lebih murah daripada analgetik, tidak ada efek samping, prosedur non
invasif dan dapat diterapkan pada pasien yang tidak bisa diterapkan terapi
secara fisik untuk menurunkan nyeri.
Pengobatan herbal dengan meminum kunyit asam, minuman kunyit
asam merupakan minuman yang berbahan baku kunyit dan asam.
Kandungan Curcumine dan anthocyanin yang terdapat pada kunyit akan
bekerja dalam menghambat reaksi cyclooxygenase (COX) sehingga
menghambat atau mengurangi terjadinya inflamasi dan akan mengurangi
atau bahkan menghambat kontraksi uterus. Mekanisme penghambatan
kontraksi uterus melalui curcumine adalah dengan mengurangi influks ion
kalsium (Ca2+) ke dalam kanal kalsium pada sel-sel epitel uterus dan
sebagai agen analgetika, curcumenol akan menghambat pelepasan
prostaglandin yang berlebihan. Kandungan anthocyanin yang terdapat
pada buah asam juga bermanfaat dalam antipiretik karena mampu
menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX) sehingga mampu
menghambat dilepaskannya prostaglandin (Kamil, 2008). Minuman
kunyit

asam

diminum

sebelum

datang

menstruasi,

frekuensi

mengkonsumsi minuman kunyit asam minimal dalam 10 periode atau 10


siklus menstruasi secara berulang dan teratur (Kamil, 2008). Penelitian
Yoga pada remaja putri di Kotamadya Surakarta (2010) dari 30 remaja
putri terdapat 21 orang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman
kunyit asam dan keluhan yang berhubungan dengan dismenore primer
tidak dirasakan lagi. Maka, kebiasaan mengkonsumsi kunyit asam dapat
mengurangi keluhan dismenore primer.
Teknik relaksasi nafas dalam, Smeltzer dan Bare (2002)
mengungkapkan bahwa tujuan relaksasi nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mengurangi
stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensutas nyeri dan
menurunkan kecemasan. Penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak
pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem
saraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal
individu. Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri
melalui mekanisme merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami
spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin dan pelepasan
substansi P, dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam dapat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah kedaerah
yang mengalami spasme dan iskemik.
Penelitian Priyani pada remaja putri di Panti Asuhan Yatim Putri
Islam Yogyakarta (2009) instrumen yang digunakan adalah skala
pengukuran nyeri numeral dan lembar observasi. Penelitian terhadap 30
sampel yang dilakukan teknik relaksasi napas dalam terdapat 3 sampel
tidak mengalami nyeri, 19 sampel mengeluh nyeri ringan, 6 sampel
mengeluh nyeri sedang dan 2 sampel mengeluh nyeri berat, sedangkan

sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam terdapat 8 sampel nyeri


ringan, 15 sampel nyeri sedang dan 7 sampel nyeri berat. Penelitian
Yustini pada mahasiswi PSIK UMS (2002) terhadap 30 sampel yang
dilakukan teknik relaksasi napas dalam terdapat 22 sampel mengeluh
nyeri sedang dan 8 sampel mengeluh nyeri berat, sedangkan pada 30
sampel yang tidak dilakukan teknik relaksasi napas dalam 9 sampel
mengeluh nyeri sedang dan 21 sampel mengeluh nyeri berat. Maka, teknik
relaksasi napas dapat mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan.
Olah raga teratur, melakukan olah raga dapat meningkatkan efisiensi
kerja paru, meningkatkan efisiensi kerja jantung, meningkatkan jumlah
dan ukuran pembuluh-pembuluh darah yang menyalurkan darah ke
seluruh tubuh, meningkatkan volume darah sehingga oksigen dapat
tersalurkan ke pembuluh-pembuluh darah di organ reproduksi yang saat
dismenore terjadi vasokontriksi. Olah raga juga dapat meningkatkan
pelepasan endorfin (penghilang nyeri alami) ke dalam aliran darah.
Frekuensi latihan olah raga dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan
durasi 30 sampai 60 menit akan memberikan efek bagi kesehatan dan
kebugaran.
Hasil penelitian Istiqomah pada remaja putri di SMUN 5 Semarang
(2009) tingkatan nyeri sebelum melakukan senam dismenore terbanyak
adalah siswi dengan skala nyeri sedang berjumlah 8 siswi (53%), untuk
skala nyeri ringan

berjumlah 1 orang (7%) dan skala nyeri berat

berjumlah 6 siswi (40%). Setelah melakukan senam didapatkan skala


nyeri ringan sebanyak 11 siswi (73,33%), skala nyeri sedang sebanyak 4
siswi (26,67%) dan tidak ada siswi yang mengalami nyeri berat. Maka,
efektifitas senam saat mengalami dismenore dapat mengatasi maupun

mengurangi rasa nyeri menstruasi. Penelitian Thing (2011) pada siswi


SMA Santo Thomas 1 Medan terdapat 32 siswi yang memiliki kebiasaan
berolah raga dan 20 siswi tidak memiliki kebiasaan berolah raga. Kejadian
dismenore terjadi secara signifikan pada siswi yang tidak berolahraga,
penelitian menunjukkan bahwa siswi yang tidak berolah raga terdapat
prevalensi dismenore sedang 50% siswi dan dismenore ringan 45,8%
siswi.
Kompres hangat, energi panas yang hilang atau masuk kedalam
tubuh melalui kulit dengan empat cara yaitu secara konduksi, konveksi,
radiasi,

dan

evaporasi.

Prinsip

kerja

kompres

hangat

dengan

mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara


konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari buli-buli panas ke dalam
perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan
otot sehingga akan menurunkan nyeri pada perempuan dismenore, karena
pada wanita yang dismenore ini mengalami kontraksi uterus dan kontraksi
otot polos. Perry & Potter (2005) menyatakan kompres hangat dilakukan
dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara
konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh
sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi
penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan
berkurang atau hilang.
Penelitian Hikmawati (2010) pada 30 mahasiswi semester VIII S1
keperawatan di Universitas Muhammadiyah Semarang menunjukkan
sebelum melakukan kompres hangat terdapat 11 sampel nyeri ringan, 14
sampel nyeri sedang dan 5 sampel nyeri berat setelah melakukan kompres
hangat terdapat 17 sampel mengalami nyeri ringan dan 13 sampel nyeri

sedang. Maka, kompres hangat dapat berpengaruh terhadap kejadian


dismenore. Penelitian Amanih (2003) pada mahasiswi PSIK UMS
didapatkan bahwa skala nyeri yang dirasakan sebelum melakukan
kompres hangat adalah siswi dengan skala nyeri ringan berjumlah 4 siswi
(24%), untuk skala nyeri sedang berjumlah 10 orang (63%) dan skala
nyeri berat berjumlah 2 siswi (12%). Setelah melakukan kompres hangat
didapatkan skala nyeri ringan sebanyak 12 siswi (73,33%), skala nyeri
sedang sebanyak 4 siswi (26,67%) dan tidak ada siswi yang mengalami
nyeri berat. Maka, kompres hangat dapat menurunkan dismenore primer
yang dirasakan.
Pemijatan merupakan tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran
atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan
relaksasi dan meningkatkan sirkulasi. Teknik pemijatan berupa usapan
lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Gerakan dasar terdiri
dari gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan
menekan dan mendorong ke depan dan ke belakang menggunakan tenaga
dan gerakan menepuk-nepuk. Gerakan pemijatan yang dilakukan untuk
menangani nyeri berupa gerakan pemijatan yang ringan, usapan lembut
dan lambat. Setiap gerakan-gerakan menghasilkan tekanan, arah,
kecepatan posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk
menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya
(Henderson, 2006).
Hasil penelitian Farisa pada siswi SMUN 2 Surabaya (2002)
penelitian dengan desain quasy eksperiment menggunakan perancangan
pretest-postest. Siswi yang mengalami dismenore diberikan pijatan

punggung bawah selama 20 menit. Jumlah sampel 30 responden,


instrumen yang digunakan baby oil atau lotion. Hasil penelitian skala
nyeri kelompok eksperimen pada observasi awal terbanyak adalah skala 5
(33,3%) dan skala 6 (33,3%), pada obsevasi akhir terbanyak adalah skala
2 (46,6%). Maka, pemberian pijatan punggung bawah selama 20 menit
dapat menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna.
Pada penelitian ini terdapat siswi yang melakukan penanganan
dengan cara lainnya yaitu dengan meminum air besoda. Air soda
merupakan sejenis air yang dikarbonasikan yaitu dengan penambahan gas
karbon dioksida di bawah tekanan. Karbonasi terjadi bila karbon dioksida
larut dalam air atau aqueous solution. Proses bentuk reaksi ditulis dengan
H2O + CO2

H2CO2 yaitu air dan gas karbon dioksida berreaksi untuk

membentuk asam karbonat. Penelitian yang dilakukan Layla pada siswi di


MAN 13 Jakarta (2008) bahwa derajat nyeri dismenore yang dialami siswi
tidak mengalami perubahan setelah meminum soft drink. Penelitian
Ramadhanisya (2010) minuman bersoda tidak berpengaruh pada
penurunan derajat nyeri dismenore. Maka, tidak ada penelitian yang
membuktikan bahwa air bersoda

dapat menangani nyeri menstruasi.

Minum air bersoda ketika mengalami nyeri menstruasi merupakan suatu


mitos yang terdapat di sekitar masyarakat dan tidak ada bukti kebenaran
dari segi kesehatan bahkan telah dibuktikan bahwa kandungan yang
terdapat dalam minuman soda dapat membahayakan saluran pencernaan
karena dapat mengiritasi usus (Ahmad, dalam Layla, 2008).
b.

Gambaran upaya penanganan dismenore dengan farmakologi


Upaya penanganan dismenore dengan cara farmakologi pada siswi
di SMK Arjuna Depok yang dibagi menjadi dua bagian yaitu minum obat

anti nyeri dari obat-obat warung (Feminax, Panadol, Biogesik, dll) dan
minum obat

anti

nyeri

dari

resep dokter (Asetaminofen, Asam

mefenamat, Aspirin, dll). Siswi yang melakukan upaya penanganan


dismenore dengan meminum obat anti nyeri dari obat-obat warung
sebanyak 16 siswi, yaitu 10 siswi meminum Feminax, 4 siswi meminum
Panadol, 2 siswi meminum Biogesik dan tidak ada siswi yang meminum
obat lainnya. Sedangkan tidak ada satu pun siswi yang melakukan upaya
penanganan dismenore dengan meminum obat anti nyeri dari resep dokter.
Hasil penelitian Paramita (2010) dari jumlah sampel 58 siswi di
SMK

YPKK I Sleman Yogyakarta hanya terdapat 6 siswi yang

mengkonsumsi obat analgetik. Penelitian Fira pada SMAN 47 Jakarta


(2009) dengan jumlah sampel 30 siswi hanya terdapat 8 siswi yang
mengkonsumsi obat analgetik. Penelitian Nuzulia (2010) dari jumlah
sampel 65 siswi di Pondok Pesantren Darurrahman Jakarta hanya 8 siswi
yang mengkonsumsi obat analgetik. Wikjosastro (2005) mengungkapkan
penggunaan obat analgesik dapat digunakan sebagai terapi simptomatik
dan dapat ditemukan di pasaran. Selain itu terapi hormonal dan terapi obat
nonsteroid antiprostaglandin dapat diberikan dengan resep dokter dan
dibawah pengawasan dokter apabila ditemukan kelainan anatomis maka
harus diberikan pengobatan dan dilakukan tindakan yang sesuai
penyakitnya oleh dokter ahli.
Kandungan yang terdapat pada obat warung seperti Feminax
memiliki kandungan parasetamol 500 mg dan ekstrak hiosiamin, dosis
penggunaan Feminax untuk dewasa sebanyak tiga kali sehari satu sampai
dua tablet dan untuk anak berusia 10 sampai 16 tahun sebanyak tiga kali
sehari satu tablet. Penggunaan Feminax dalam jangka waktu lama akan

berakibat

gangguan pada hati dan ginjal. Panadol mengandung

parasetamol 500 mg, dosis penggunaan Panadol untuk dewasa tiga sampai
empat kali sehari sebanyak 500 mg sampai 1 gram sesuai kebutuhan.
Biogesik mengandung parasetamol 500 mg, dosis penggunaan Biogesik
untuk dewasa sebanyak tiga kali sehari satu sampai dua tablet.
Penggunaan parasetamol yang berlebihan dapat menimbulkan keracunan,
anak-anak atau orang dengan kelainan fungsi hati dan ginjal harus
mendapatkan takaran parasetamol yang tepat (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan, 2006). Penggunaan obat
Feminax, Panadol dan Biogesik dapat digunakan pada perempuan yang
mengalami dismenore tetapi penggunaannya mengikuti dosis yang
tercantum dalam kemasan dan memastikan obat tersebut benar-benar
aman untuk dikonsumsi.
Pada hasil penelitian bahwa siswi lebih mengkonsumsi obat anti
nyeri yang beredar dipasaran daripada obat anti nyeri dari resep dokter.
Sulastri (2006) remaja putri yang mengalami dismenore jarang melakukan
pemeriksaan ke dokter karena menganggap rasa nyeri yang dirasakan akan
hilang dalam waktu 2 sampai 3 hari. Obat tanpa resep dokter merupakan
obat yang dapat dibeli secara bebas dan aman dikonsumsi bila mengikuti
aturan pakai dan dosis yang tercantum dalam kemasan serta harus
memastikan obat bebas tersebut benar-benar obat bebas yang aman.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen
Kesehatan (2006) mengungkapkan resiko yang terjadi apabila dalam
penggunaan obat melebihi dosis dapat mengakibatkan nyeri lambung,
jantung berdebar, gelisah, kejang atau hilang kesadaran dan dampak
terburuk dapat mengakibatkan kematian. Rustamaji (2005) bahwa obat

yang beredar harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan


kemanfaatan klinik. Pemerintah melaksanakan kebijakan pemeliharaan
mutu obat sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan, semua obat
sebelum diedarkan dipersyaratkan melalui penilaian kemanfaatan,
keamanan dan mutu obat di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI).

B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini,
keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sehingga kebenaran data
tergantung kepada kejujuran dan kemampuan responden pada saat
memberikan jawaban.
2. Belum ada instrumen pengumpulan data yang baku dalam penelitian
ini, sehingga instrumen dalam penelitian ini disusun sendiri oleh
peneliti berdasarkan literatur yang didapatkan mengenai upaya
penanganan dismenore.
3. Kuesioner pada penelitian ini masih kurang dapat membahas lebih
dalam tentang pertanyaan data demografi responden, derajat nyeri dan
upaya penanganan dismenore responden

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian

yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswi SMK Arjuna Depok yang
mengalami dismenore rata-rata berumur 15,9 tahun, usia pertama kali menstruasi
rata-rata berumur 11,88 tahun, siklus menstruasi rata-rata 29,27 hari dan 20 siswi
mengalami menstruasi yang tidak teratur.
2. Siswi SMK Arjuna Depok sebagian besar mengalami derajat dismenore nyeri
ringan, yaitu sebanyak 60 siswi dan sebagian kecil siswi mengalami derajat
dismenore nyeri berat, yaitu sebanyak 25 siswi.
3. Upaya penanganan dismenore dengan cara non farmakologi yang dilakukan oleh
siswi SMK Arjuna Depok sebagian besar menangani dismenore dengan cara
teknik distraksi, yaitu sebanyak 65 siswi dan sebagian kecil siswi menangani
dismenore dengan cara lainnya, yaitu sebanyak 2 siswi.
4. Upaya penanganan dismenore dengan cara farmakologi yang dilakukan oleh siswi
SMK Arjuna Depok sebagian besar menangani dismenore dengan meminum obat
anti nyeri dari obat-obat warung, yaitu sebanyak 16 siswi dan tidak ada satu pun
siswi yang meminum obat anti nyeri dari resep dokter.

B. Saran
1. Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan diharapkan mampu bekerjasama dengan dinas pendidikan
dalam memberikan

penyuluhan

kesehatan kepada remaja putri dalam hal

kesehatan reproduksi dan penanganan yang dilakukan oleh perawat tidak hanya
dengan cara farmakologi tetapi dapat diterapkan cara non farmakologi pada pasien
nyeri sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam menangani
masalah nyeri.
2. Instansi Pendidikan SMK Arjuna Depok
Instansi pendidikan SMK Arjuna Depok diharapkan meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan

reproduksi wanita khususnya yang

berhubungan dengan

penanganan dismenore agar pengelola UKS dapat menangani siswi yang


mengalami dismenore sehingga siswi dapat melanjutkan kegiatan sekolah, materi
upaya penanganan dismenore dapat diajarkan pada mata pelajaran kesehatan
jasmani agar meningkatkan wawasan pengetahuan pada siswi dan diharapkan
instansi sekolah dapat mengadakan kegiatan penyuluhan baik secara individu
maupun kelompok yang bekerja sama dengan tenaga instansi kesehatan setempat.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan variabel-variabel
lainnya yang berkaitan dengan dismenore, seperti status gizi pada anak yang
mengalami dismenore, pengaruh dismenore terhadap aktivitas anak, perbedaan
dismenore sebelum dan sesudah

melakukan upaya penanganan serta

menggunakan metode yang lebih lengkap, seperti wawancara dan observasi.


Sehingga penelitian-penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi remaja putri.

DAFTAR PUSTAKA

Amanih, Nyi. 2003. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap DismenorePrimer Pada


Mahasiswi Semester VIII S1 Keperawatan di UniversitasMuhammadiyah
Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Website:
http://digilib. unimus. ac. id. Diakses tanggal 12 mei 2011.
Badziad,

A. 2003. Endokrinologidan
MediaAesculapius.

Ginekologi

Edisi

kedua.Jakarta

Barry, Khatleen. 1995. The Prostitution of sexuality. New York : New York
University Press.
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi keempat. Jakarta : EGC.
Carey, C. S. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Dariyo, Agus. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Galia
Indonesia.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi keempat.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.
Dianawati, Ajen. 2003. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan. 2006.
Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta.
Farisa, Putri. 2002. Pengaruh Tehnik Pemijatan Terhadap Penurunan Nyeri Saat
MenstruasiPada Siswi 2 SMAN Surabaya. Surabaya : Universitas
Airlangga. Website: http://digilib. unair. ac. id. Diakses tanggal 11 mei
2011.
Hartwell, Elizabeth A. 1992. Pain related in dysmenorrhea. available at :
http://www.pedspain.com.
Hasanah, Oswati. 2010. Efektifitas Terapi Akupresur terhadap Dismenore pada
Remaja di SMPN 5 dan SMPN 13 Pekanbaru. Jakarta : FIK-UI.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hurlock, E. B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Istiqomah, Puji. 2009. Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore
Pada Remaja Putri di SMUN 5 Semarang. Semarang : Universitas

Muhammadiyah Semarang. Website: http://digilib. unimus. ac. id. Diakses


tanggal 11 mei 2011.
Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa
Jilid I. Bandung : Mandar Maju.
Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa Cet. I. Jakarta : Puspa Swara.
Kelly, Tracey. 2007. 50 Rahasia Alami Meringankan Sindrom Pramenstruasi. Jakarta
: Erlangga.
Kozier, Barbara. 1983. Fundamental of Nursing: Concepts and Procedures. 2th ed.
California : Addition-Whesley Publishing Company.
Leppert, Phyllis. 2004. Primary care for women. 2th ed. Philadelphia: LippincottWilliams & Wilkins.
Llewellyn, D dan Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi keenam.
Jakarta : Kawan Pustaka.
Manuaba, I. G. B. 1999. Memahami Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.
Marvia, Eva. 2008. Pengaruh Tehnik Distraksi (Mendengarkan Musik)Terhadap
Penurunan Nyeri Saat MenstruasiHari ke-1 Pada Mahasiswa PSIK UMY.
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Website:
http://digilib. umy. ac. id. Diakses tanggal 5 Desember 2011.
Paramita, Dyah. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenore Dengan
Perilaku Penanganan Dismenore Pada Siswi SMK YPKK I Sleman
Yogyakarta. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Website :
http://digilib.unisem.ac.id. Diakses tanggal 25 april 2011.
Pardede, Nanci. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak Edisi pertama. Jakarta :
Sagung Seto.
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi
keempat. Jakarta : EGC.
Proverawati, Atikah dan Siti Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta : Numed.
Rabial, Jihan. 2009. Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Relaksasi dan Distraksi
pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan. Sumatra: Universitas Sumatra Utara. Website:
http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 06 mei 2012.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta :
Djambatan.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta :
Djambatan.
Rumini, Sri dan Sundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta :
Rineka Cipta.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi pertama. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedahEdisidelapan.Jakarta
: EGC.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja,
dan Anak. Jakarta : Rineka Cipta.
Sulastri. 2006. Tesis: Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorrhea pada
Remaja Di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada. Website : http//digilib.ugm.ac.id. Diakses
tanggal 17 Juni 2011.
Taelbatak, Kristina Alexandra. 2011. Hubungan Antara Status Gizi dengan Siklus
Menstruasi Pada Remaja Putri. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Website: http//digilib. Ums.ac.id. Diakses tanggal 21 Januari
2012.
Tamsuri, A. 2007. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC.
Taruna. 2003. Hipoterapi. Website: http://www.medikaholistik.com/. Diakses tanggal
17 Juni 2011.
Wagito. 2010. Manfaat Vitamin E Sebagai Pengobatan Dismenore Primer Pada
Remaja Perempuan Pubertas. Sumatra: Universitas Sumatra Utara.
Website : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 17 Juni 2011.
Whaley &Wongs. 1995. Nursing Care of infants and children. (5 th ed.). St. Lousi :
Mosby Year Book Inc.
Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo.
Yanti, Erfina. 2011. Gambaran Tingkat Usia Terhadap Kejadian Dismenore Pada
Remaja Putri di Pondok Pesantren Darurrahman. Sumatra: Universitas
Sumatra Utara. Website : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 21
Januari 2012.
Yoga, Ahimsa. 2010. Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Kunyit Asam
Terhadap Keluhan Dismenorea Primer Pada Remaja Putri di Kotamadya
Surakarta.
Surakarta:
Universitas
Sebelas
Maret.
Website:
http//digilib.usm.ac.id. Diakses tanggal 27 Desember 2011.
Yusuf,Syamsu.2009.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya.

Lampiran 1
INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Identitas peneliti:
Nama: Astrida Rakhma
Jurusan: Ilmu Keperawatan
Fakultas: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Saya bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran Derajat
Dismenore dan Upaya Penanganannya di SMK Arjuna Depok Jawa Barat.
Untuk

kepentingan

pengumpulan

data

dalam

penelitian

ini,

kami

mengharapkan kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam mengisi kuisioner mengenai


masalah dismenore (nyeri menstruasi). Semua yang dicantumkan atau dituliskan
dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan tidak akan berdampak negatif pada
siapapun. Bila selama berpartisipasi dalam penelitian ini responden merasakan
ketidaknyamanan maka responden mempunyai hak untuk berhenti. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk SMK Arjuna Depo Jawa Barat untuk
meningkatkan program yang berhubungan dengan dismenore (nyeri menstruasi).
Peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak responden dan menjamin
kerahasiaan identitas dan data yang diberikan. Responden dapat menundurkan diri
sewaktu-waktu apabila menghendakinya.
Saya menyatakan bersedia/tidak bersedia

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dari penjelasan yang telah


dilakukan oleh peneliti dan jawaban seluruh pertanyaan saya tentang penelitian ini,
maka say adapt memahami tujuan dan manfaat penelitian. Saya juga mengerti bahwa
peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden.
Saya mengerti bahwa data-data yang diperoleh akan dilindungi dan identitas
saya akan dirahasiakan. Saya juga mempunyai hak untuk menolak atau
mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa ada sangsi apapun.
Saya menyatakan, bahwa saya telah membaca pernyataan diatas dan setuju
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela.

Depok ,. 2012

Peneliti

Astrida Rakhma

Responden

(.)

Lampiran 2
No.responden:
Tanggal pengambilan data:
1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan baik sehingga benar-benar dimengerti.
2. Isilah pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang saudari anggap tepat dan benar.
3. Jika saudari memberi jawaban yang benar, beri tanda pada jawaban dengan mengikuti
petunjuk yang ada di setiap soal.

A. Derajat Nyeri Menstruasi (Dismenore)


Jika saudari memberi jawaban yang benar, beri lingkaran ( O ) pada angka yang anda
tunjuk.

Jika dalam bentuk skala, nyeri menstruasi yang paling sering anda alami
berada pada angka ......
(Faces Pain Score)

Tidak
sakit

Sedikit
sakit

Agak
mengganggu

Mengganggu
aktivitas

Sangat
mengganggu

Tak
tertahankan

B. Upaya Penanganan Nyeri Menstruasi (Dismenore)


Jika saudari memberi jawaban yang benar, beri tanda chekhlist ( ) dan untuk
memperbaiki jawaban yang salah, beri tanda sama dengan (=) dikolom yang salah.

Bagaimana cara anda menangani nyeri saat menstruasi ? (boleh lebih dari satu
jawaban)

No.

Pernyataan

Non Farmakologi
1.

Teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam dan mengeluarkannya


perlahan-lahan secara berulang.

2.

Menggunakan teknik distraksi, yaitu dengan mengalihkan perhatian


misalnya mendengarkan musik, nonton tv atau film.

3.

Mengompres bagian yang nyeri dengan air hangat.

4.

Mandi dengan air hangat.

5.

Pengobatan ramuan herbal/jamu.


Jika Ya, sebutkan .......................

6.

Teknik guided imagery yaitu dengan membayangkan hal-hal yang


menyenankan dan berusaha untuk tidak menghiraukan nyerinya.

7.

Mengolesi bagian yang nyeri dengan balsem atau lotion penghangat.

8.

Melakukan pemijatan pada daerah yang nyeri.

9.

Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di


tempat yang datar, lutut ditekuk dan didekatkan ke dada.

10.

Melakukan aktivitas atau olah raga.


Jika Ya, sebutkan ...........................

Jawaban

11.

Beristirahat total atau tidur.

12.

Lainnya, sebutkan ....................


Farmakologi

13.

Minum obat anti nyeri dari obat-obat warung

Feminax

Panadol

Biogesik

Lainnya , sebutkan .......................

14.

Minum obat anti nyeri dari resep dokter

Asetaminofen

Asam mefenamat
Aspirin
Lainnya, sebutkan ........................

ANALISIS UNIVARIAT

1. Data Demografi
a. Usia

Statistics
usia
N

Valid

129

Missing

Mean

15.90

Median

16.00

Std. Deviation

.883

Minimum

14

Maximum

17

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 14

3.9

3.9

3.9

15

42

32.6

32.6

36.4

16

43

33.3

33.3

69.8

17

39

30.2

30.2

100.0

129

100.0

100.0

Total

b. Kelas
Statistics

N Valid

129

Missing

Kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 1

47

36.4

36.4

36.4

43

33.3

33.3

69.8

39

30.2

30.2

100.0

129

100.0

100.0

Total

c. Usia pertama kali menstruasi


Statistics
up
N

Valid

129

Missing

Mean

11.88

Median

12.00

Std. Deviation

.750

Minimum

11

Maximum

13
Usia pertama kali menstruasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid 11

45

34.9

34.9

34.9

12

55

42.6

42.6

77.5

13

29

22.5

22.5

100.0

129

100.0

100.0

Total
d. Siklus menstruasi

Statistics
Siklus
N

Valid

129

Missing

Mean

29.27

Median

28.00

Std. Deviation

3.414

Minimum

21

Maximum

35

e. Keteraturan menstruasi
Statistics

N Valid

129

Missing

0
Keteraturan menstruasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid tidak

20

15.5

15.5

15.5

ya

109

84.5

84.5

100.0

Total

129

100.0

100.0

2. Derajat Dismenore

Statistics
N Valid

129

Missing

0
Derajat dismenore
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid ringan (1-4)

60

46.5

46.5

46.5

sedang (5-6)

44

34.1

34.1

80.6

berat (7-10)

25

19.4

19.4

100.0

129

100.0

100.0

Total

3. Upaya penanganan dismenore secara non farmakologi


a. Menarik nafas dalam
Statistics

N Valid
Missing

129
0
Menarik nafas dalam
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid tidak
ya
Total

91

70.5

70.5

70.5

38

29.5

29.5

100.0

129

100.0

100.0

b. Teknik distraksi
Statistics

N Valid

129

Missing

Teknik distraksi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak
ya
Total

64

49.6

49.6

49.6

65

50.4

50.4

100.0

129

100.0

100.0

c. Kompres hangat
Statistics

N Valid
Missing

129
0

Kompres hangat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak
ya
Total

88

68.2

68.2

68.2

41

31.8

31.8

100.0

129

100.0

100.0

d. Mandi dengan air hangat


Statistics

N Valid

129

Missing

Mandi dengan air hangat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak
ya
Total

109

84.5

84.5

84.5

20

15.5

15.5

100.0

129

100.0

100.0

e. Pengobatan herbal
Statistics

N Valid
Missing

129
0
Pengobatan herbal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid tidak
ya
Total

78

60.5

60.5

60.5

51

39.5

39.5

100.0

129

100.0

100.0

f. Teknik guided imagery


Statistics

N Valid

129

Missing

0
Teknik guided imagery
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid tidak
ya
Total

95

73.6

73.6

73.6

34

26.4

26.4

100.0

129

100.0

100.0

g. Mengolesi balsem atau lotion hangat


Statistics

N Valid

129

Missing

Mengolesi balsem atau lotion penghangat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak
ya
Total

95

73.6

73.6

73.6

34

26.4

26.4

100.0

129

100.0

100.0

h. Pemijatan
Statistics
N Valid
Missing

129
0

Pemijatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak
ya
Total

104

80.6

80.6

80.6

25

19.4

19.4

100.0

129

100.0

100.0

i. Melakukan posisi knee chest


Statistics

N Valid
Missing

129
0

Melakukan posisi knee chest


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak
ya
Total

89

69.0

69.0

69.0

40

31.0

31.0

100.0

129

100.0

100.0

j. Olah raga
Statistics

N Valid
Missing

129
0
Olah raga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid tidak
ya
Total

99

76.7

76.7

76.7

30

23.3

23.3

100.0

129

100.0

100.0

k. Istirahat total atau tidur


Statistics
N Valid
Missing

129
0

Istirahat total atau tidur


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak
ya
Total

69

53.5

53.5

53.5

60

46.5

46.5

100.0

129

100.0

100.0

l. Lain lain
Statistics

N Valid

129

Missing

0
Lain-lain
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent

Valid tidak
ya
Total

127

98.4

98.4

98.4

1.6

1.6

100.0

129

100.0

100.0

4. Upaya penanganan dismenore secara farmakologi

a. Minum obat anti nyeri dari obat-obat warung


Statistics

N Valid

129

Missing

Minum obat anti nyeri dari obat-obat warung


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak
ya
Total

113

87.6

87.6

87.6

16

12.4

12.4

100.0

129

100.0

100.0

b. Minum obat anti nyeri dari resep dokter


Statistics
N Valid
Missing

129
0

Minum obat anti nyeri dari resep dokter


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid tidak

129

100.0

100.0

100.0

Cross Tabulation

a.

Teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam


DN * a1 Crosstabulation
a1
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total

21

60

30.2%

16.3%

46.5%

35

44

27.1%

7.0%

34.1%

17

25

13.2%

6.2%

19.4%

91

38

129

70.5%

29.5%

100.0%

ya

Total

berat (7-10) Count


% of Total
Total

Count
% of Total

b.

Total

39

sedang (5-6) Count


% of Total

ya

Menggunakan teknik distraksi


DN * a2 Crosstabulation
a2
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

31

29

60

24.0%

22.5%

46.5%

20

24

44

15.5%

18.6%

34.1%

13

12

25

10.1%

9.3%

19.4%

64

65

129

49.6%

50.4%

100.0%

c.

Mengompres bagian yang nyeri dengan air hangat


DN * a3 Crosstabulation
a3
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total

15

60

34.9%

11.6%

46.5%

31

13

44

24.0%

10.1%

34.1%

12

13

25

9.3%

10.1%

19.4%

88

41

129

68.2%

31.8%

100.0%

ya

Total

berat (7-10) Count


% of Total
Total

Count
% of Total

d.

Total

45

sedang (5-6) Count


% of Total

ya

Mandi dengan air hangat


DN * a4 Crosstabulation
a4
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

51

60

39.5%

7.0%

46.5%

38

44

29.5%

4.7%

34.1%

20

25

15.5%

3.9%

19.4%

109

20

129

84.5%

15.5%

100.0%

e.

Pengobatan ramuan herbal/jamu


DN * a5 Crosstabulation
a5
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

f.

ya

Total

36

24

60

27.9%

18.6%

46.5%

25

19

44

19.4%

14.7%

34.1%

17

25

13.2%

6.2%

19.4%

78

51

129

60.5%

39.5%

100.0%

ya

Total

Teknik guided imagery


DN * a6 Crosstabulation
a6
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

46

14

60

35.7%

10.9%

46.5%

34

10

44

26.4%

7.8%

34.1%

15

10

25

11.6%

7.8%

19.4%

95

34

129

73.6%

26.4%

100.0%

g.

Mengolesi bagian yang nyeri dengan balsem atau lotion penghangat


DN * a7 Crosstabulation
a7
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

h.

ya

Total

35

25

60

27.1%

19.4%

46.5%

39

44

30.2%

3.9%

34.1%

21

25

16.3%

3.1%

19.4%

95

34

129

73.6%

26.4%

100.0%

ya

Total

Melakukan pemijatan
DN * a8 Crosstabulation
a8
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

48

12

60

37.2%

9.3%

46.5%

37

44

28.7%

5.4%

34.1%

19

25

14.7%

4.7%

19.4%

104

25

129

80.6%

19.4%

100.0%

i.

Melakukan posisi knee chest


DN * a9 Crosstabulation
a9
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

j.

ya

Total

43

17

60

33.3%

13.2%

46.5%

27

17

44

20.9%

13.2%

34.1%

19

25

14.7%

4.7%

19.4%

89

40

129

69.0%

31.0%

100.0%

ya

Total

Melakukan aktivitas atau olah raga


DN * a10 Crosstabulation
a10
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

48

12

60

37.2%

9.3%

46.5%

32

12

44

24.8%

9.3%

34.1%

19

25

14.7%

4.7%

19.4%

99

30

129

76.7%

23.3%

100.0%

k.

Beristirahat total atau tidur


DN * a11 Crosstabulation
a11
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total

30

60

23.3%

23.3%

46.5%

26

18

44

20.2%

14.0%

34.1%

13

12

25

10.1%

9.3%

19.4%

69

60

129

53.5%

46.5%

100.0%

ya

Total

berat (7-10) Count


% of Total
Total

Count
% of Total

l.

Total

30

sedang (5-6) Count


% of Total

ya

Lainnya
DN * a12 Crosstabulation
a12
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

59

60

45.7%

.8%

46.5%

44

44

34.1%

.0%

34.1%

24

25

18.6%

.8%

19.4%

127

129

98.4%

1.6%

100.0%

m. Minum obat anti nyeri dari obat-obat warung


DN * a13 Crosstabulation
a13
tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total

10

60

38.8%

7.8%

46.5%

39

44

30.2%

3.9%

34.1%

24

25

18.6%

.8%

19.4%

113

16

129

87.6%

12.4%

100.0%

berat (7-10) Count


% of Total
Total

Count
% of Total

n.

Total

50

sedang (5-6) Count


% of Total

ya

Minum obat anti nyeri dari resep dokter

DN * a14 Crosstabulation
a14
Tidak
DN

ringan (1-4) Count


% of Total
sedang (5-6) Count
% of Total
berat (7-10) Count
% of Total

Total

Count
% of Total

Total

60

60

46.5%

46.5%

44

44

34.1%

34.1%

25

25

19.4%

19.4%

129

129

100.0%

100.0%

También podría gustarte