Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ii
Oleh:
ASMARA ARI SANDI
NPM. 11312 AS1
iii
iv
vi
Dibuat di
: Banjarmasin
Pada Tanggal :
Agustus 2015
Saya yang menyatakan,
vii
Kata kunci
Kepustakaan
KATA PENGANTAR
vi
viii
Assalamualaikum.wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tiada
pernah berhenti dicurahkan kepada semua hamba-Nya yang mau berdoa dan
berusaha tiada henti. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis haturkan pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Atas kekuatan dan kemampuan yang
diberikan-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
2.
3.
4.
metodologi
Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta staf Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin yang selama ini banyak
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis dan telah membantu
demi lancarnya segala urusan dalam penelitian ini.
6.
Bapak Poniman dan Ibu Sriwulan selaku orang tua serta keluarga besar yang
sangat peneliti sayangi, yang terus mendoakan dan memberikan dukungan
serta memfasilitasi untuk keberhasilan penulis.
vii
ix
7.
8.
9.
Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam
penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapakan banyak terimakasih dan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis sendiri khususnya.
Banjarmasin,
Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...........................................................
PERNYATAAN ORISINIL PENELITIAN .................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..........................................
ABSTRAK .....................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................
1.5 Penelitian Terkait ......................................................................
1
3
4
4
5
6
8
11
16
18
19
22
30
31
32
32
33
34
34
36
36
36
37
37
38
39
ix
xi
40
43
46
51
51
52
52
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 34
4.1 Luas Wilayah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera ........................ 41
4.2 Jumlah Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera .......... 42
4.3 Sumber Daya Tenaga PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru Tahun 2015 ...... 42
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 43
4.5 Karakteristik Responden Berdasarakan Umur ............................................ 44
4.6 Kondisi Aktifitas Sebelum Senam Lansia .................................................... 44
4.7 Kondisi Aktifitas Sesudah Senam Lansia ..................................................... 45
4.8 Hasil Analisis Pengaruh Senam Lansia Terhadap Aktifitas Fisik Pada
Lansia Osteoarthritis.......................................................................................45
xi
xiii
DAFTAR GAMBAR
xii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lembar Observasi
Lampiran 6
Lampiran 7
Lembar Konsultasi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu
masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada
struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada
pada tubuh manusia.
Ada 2 proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat
sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor
lingkungan fisik dan sosial, stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat
mempercepat proses menjadi tua.
Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering
diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Jumlah
1
penduduk lanjut usia diperkirakan 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia 1000 orang perhari.
Salah satunya yang sering diderita para lansia karena penurunan kerja
jantung, tetapi terkadang ada lansia yang kurang berperan aktif dalam
aktifitas senam lansia dikarenakan keterbatasan fisiknya, tetapi sebagai tenaga
kesehatan harus mempunyai solusi agar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi
Pengertian lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu lansia, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam
setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungannya (Darmojo, 2004).
Lanjut Usia (Lansia) adalah orang tua yang berusia 55 tahun keatas
(Depkes RI,2001). Ketika usia pensiun ditentukan pada usia 65 tahun
melalui legislasi Social Security pada tahun 1930-an, maka masyarakat
Amerika menerima usia 65 tahun sebagai awal usia tua, ini
menunjukkan definisi kronologis usia yang paling sering dipakai dalam
masyarakat. Namun, usia fungsional dan fisiologis berbeda dari satu
individu dengan lainnya dan karenanya tidak bisa distandardisasi.
(Menurut Nugroho, Wahjudi.2000).
2.1.3 Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari
oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahanperubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ
dan sistem yang ada pada tubuh manusia.
Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan
secara sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan
pada tingkat sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses
penuaan akibat faktor lingkungan fisik dan sosial, stres fisik/psikis,
serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses menjadi tua.Secara
umum, perubahan fisiologis proses penuaan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam sel
seperti :
1) Berkurangnya cairan dalam sel.
2) Berkurangnya ukuran sel.
3) Berkurangnya jumlah sel.
b. Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau
terlihat seperti:
1) Erosi pada permukaan sendi-sendi
2) Terjadinya osteoporosis
3) Otot-otot mengalami atrofi
4) Presbiopi
5) Adanya arteriosklerosis
6) Menopouse pada wanita
7) Kulit tidak elastis
8) Rambut memutih.
Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan
sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemampuan untuk bekerja. Permasalahannya yang dapat timbul adalah
bagaimana memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut didalam
situasi keterbatasan kesempatan kerja.
2.2.1 Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor
fsikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi
imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson,
2003).
faktor
fisik
yang
menyebabkan
imobilisasi
mencakup
2.2.2 Ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh
lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding
pria. Jatuh adalah sesuatu kejadian yang di laporkan penderita atau
saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring dan terduduk dilantai tau tempat yang lebih
10
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesdaran atau luka yang akibat
jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Watson, 2003).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada lakilaki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang
lemas, menjadi penyebab inkotinensia. Pada laki-laki, penyebab
umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur
bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).
11
Jadi, senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta yang diikuti oleh lansia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam lansia ini dirancang
secara khusus untuk melatih bagian-bagian tubuh serta pinggang, kaki
serta tangan agar mendapatkan peregangan bagi para lansia, namun
dengan gerakan yang tidak berlebihan. Jika diperhatikan, senam lansia
tidak membuat pesertanya banyak bergerak seperti olahraga aerobik,
tujuannya adalah agar stamina dan energi para lansia tidak terkuras
habis.
12
menyesuaikan kesehatan
13
jantung
bekrja
optimal,
dan
membantu
di
kurangi.
Sebaliknya
harus
membiasakan
14
tetapi
hal
itu
bukan
masalah
sepanjang
kita
15
satu
langkah
kesamping
dengan
16
Jalan di tempat (2 x 8)
b.
Angguk kepala (2 x 8)
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
o.
p.
q.
r.
Jalan ditempat (1 x 8)
s.
17
kecemasan
dan
depresi,
dan
memperoleh
18
dengan
menjadi
kebiasaan),
menerima
bantuan
untuk
diri,
atau
dalam
merapikan
pakaian
sesudah
19
2.5.4 Berpindah
Berpindah dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi tanpa
bantuan (mungkin menggunakan alat/objek untuk mendukung spserti
tempat atau alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau
kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
2.5.5 Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri,
kadang-kadang
mengalami
ketidakmampuan
untuk
mengontrol
20
21
22
yang
terjadi
adalah
perubahan
waktu
dan
konsolidasi
yang
hidupnya
sehingga
dapat
jlljkkjmengakibatkan
2.7 Osteoartritis
2.7.1 Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non
inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilogi sendi. Penyakit ini
bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang
rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral,
perubahan pada membran sinoval, disertai nyeri, biasanya setelah
aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau
setelah aktivitas. Penyakit ini disebut juga degenerative arthritis,
hypertrophic arthritis, dan degenerative joint disease. Osteoartritis
adalah bentuk artritis yang paling umum terjadi yang mengenai mereka
di usia lanjut atau usia dewasa dan salah satu penyebab terbanyak
kecacatan di negara berkembang.
23
2.7.2 Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan oleh Altman et al menjadi 2 golongan
yaitu OA primer dan OA sekunder.
kartilogi
antara
tulang-tulang
dan
sendi-sendi.
sendi-sendi
kecil
(carpometacarpal,
24
25
Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks
ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan,
dan jaringan kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis jaringan lunak
kolagen tipe II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat
ajringan tersebut elastis, serta memelihara matriks tulang rawan
sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik.
Kartilago tidak memiliki pembuluh darah sehingga proses perbaikan
pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan lain. Di kartilago,
tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya vaskularisasi
dan respon inflamasi sebelumnya.
26
enzim
degradasi,
seperti
strimelysin
dan
Matrix
kaskade
yang
melibatkan
proteinase
serin
(aktivator
Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadnag
dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemuakan meski OA masih tergolong
27
b.
28
c.
Kaku Pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam
diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di
kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan
setelah bangun tidur di pagi hari ( Soeroso, 2006).
d.
Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang
sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang
patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu. (Soeroso,2006).
e.
f.
g.
Tanda-tanda Peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna
kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya
synovitis. Biasanya tnda-tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala
ini dijumpai pada OA lutut (Soeroso,2006).
29
h.
30
2.7.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada
OA bertujuan
untuk
mengontrol
nyeri,
31
Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh
berulang-ulang serta yang ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
disebut olahraga. Manfaat olahraga pada lansia antara lain dapat
memperpanjang usia, menyehatkan jantung,otot, dan tulang, membuat lansia
lebih mandiri, mencegah obesitas,mengurangi kecemasan dan depresi, dan
memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Pengaruh
Senam Lansia aktivitas yang saling terkait untuk melihat fungsi dari Senam
Lansia terhadap aktifitas fisik.(Menurut Notoatmodjo,2010).
Input
Lansia
Proses
Senam Lansia:
1. Pre test
2. Post test
a. Berjalan kaki
b. Senam jantung
sehat.
c. Aerobik
d. Senam
osteoporosis
e. Olahraga ringan
lainnya.
b. Wanita
Output
Aktivitas Fisik
1. Kegiatan sehari-hari
a. Makan
b. Berpindah tempat
c. Ke kamar kecil
32
Senam Lansia
Aktivitas Sebelum
Aktivitas Sesudah
Keterangan : Diteliti
Berhubungan
33
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pre test
Perlakuan
O1
Post test
O2
Keterangan:
1. O1 : Pre test untuk mengetahuai aktivitas fisik pada lansia osteoarthritis
sebelum di lakukan senam lansia.
2. X
23
34
terhadap
variabel-variabel
yang
bersangkutan
serta
Definisi
Paremeter
Dependen:
Aktivitas fisik
Kegiatan sehari-hari
Aktivitas
adalah setiap
- Makan
fisik
gerakan tubuh
- Berpindah tempat
a.Pre test
yang
- Ke kamar kecil
b.Post test
membutuhkan
Alat ukur
Skala
Kategori
Observasi
Ordinal
- Baik (7-9)
- Cukup
(4-6)
- Kurang
(0-3)
energy untuk
mengerjakannya.
Independen:
Senam lansia
Senam
adalah
diberikannya senam 1
musik dan
lansia
serangkaian
panduan
selama 3 minggu
instruktur
teratur dan
- Frekuensi,
- Durasi, selama
terarah serta
melaksanakan senam
lansia diberikan
lansia yang
dilakukan dengan
Suara
senam
- Lamanya, mengikuti
meningkatkan
kemampuan
waktu yang
fungsional raga.
dibataskan
35
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subyek
penelitian (Nursalam,
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya
keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2003).
36
37
38
Prosedur pengambilan data yang dilakukan secara langsung pada subyek yang
dirawat di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru. Pertama yang dilakukan peneliti
ialah mengidentifikasi tempat penelitian dan populasi target kemudian
mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian. Persetujuan
telah didapatkan kemudian penelitian melakukan pendekatan kepada calon
responden, bila mendapat persetujuan maka responden bersedia dengan
menandatangani surat persetujuan. Peneliti kemudian bekerja sama dengan
instruktur senam yang sudah profesional untuk memberikan perlakuan pada
responden yang memenuhi kriteria pada kelompok yang di berikan perlakuan.
39
Rumus Wilcoxson :
Z=
(
(
)
)(
Keterangan :
Z = Nilai hitung
Dalam
melakukan
penelitian,
peneliti
mendapat
rekomendasi
dari
3.8.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
40
BAB 4
HASIL PENELITIAN
bimbingan
sosial,
mental
dan
agama
serta
latihan
keterampilan.
40
41
Tabel 4.1 Luas Wilayah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bangunan
Kantor
Aula
Wisma tamu
Poliklinik
Wisma (13)
Dapur
Mushala
Gudang
Rumah dinas (7 buah)
Pos jaga
42
Tabel 4.2 Jumlah Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru
No
Wisma
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Dahlia
Teratai
Seroja
Melati
Sakura
Flamboyant
Anggrek
Mawar
Isolasi A
Isolasi B
Aster
Cempaka
Kenanga
Nusa indah
Total
43
bagi
para
lanjut
usia
yang
kondisi
fisiknya
memungkinkan.
4.1.2.3 Pelayanan psikososial, berupa kegiatan penyaluran bakat/hobi
dan pengisian waktu luang.
4.1.2.4 Pelayanan spiritual/keagamaan, berupa bimbingan rohani dn
ibadah.
4.1.2.5 Pelayanan pendamping, berupa mendampingi kegiatan seharihari.
4.1.2.6 Pelayanan pemakaman, berupa pengurusan jenazah.
44
Dari data tabel 4.5 diatas nilai data responden berdasarkan umur
mayoritas responden terbanyak adalah 72 dan 75 tahun yaitu masingmasing 2 orang yaitu dengan masing masing 13.3% .
45
Baik
100
100
Cukup
10
90,9
9,1
11
100
Kurang
66,7
33,3
100
Total
11
73.3
20.0
6.7
15
100.0
46
4.3 Pembahasan
4.4.1 Kondisi aktivitas fisik sebelum melakukan senam lansia pada lansia
osteoatritis.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas
responden di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan Banjarbaru sebelum dilakukan intervensi
didapatkan mayoritas aktivitas responden sebelum senam lansia dengan
kategori cukup sebanyak 11 orang (73.3%).
47
kecemasan
dan
depresi,
dan
memperoleh
pengeroposan
tulang.
Persendian
akan
terasa
48
Latihan fisik akan membuat seseorang lebih kuat menghadapi stres dan
gangguan hidup sehari-hari, lebih dapat berkonsentrasi, tidur lebih
nyenyak. Hal ini disebabkan karena gerakann fisik bisa digunakan
untuk memproyeksikan ketegangan, sehingga setelah latihan, orang
merasa ada beban jiwa yang terbebaskan. Disamping iu penurunan
kadar garam dan peningkatan kadar epineprhin serta endorphin
membuat orang merasa bahagia, tenang dan percaya diri.
49
50
menyesuaikan kesehatan
Bagi orang berusia lanjut, dimana penurunan fleksibilitas sendi dari usia
30 sampai 30 tahun bisa mencapai 40 sampai 50% di anjurkan aktivitas
bergerak bebas pada kesendian untuk mencegah proses degenerasi
dengan gerakan yang tidak menimbulkan beban berlebihan pada otot,
sehingga ada kesempatan otot untuk melakukan pemulihan pada tahap
awal (wold 2004).
51
peredaran darah), lemak tubuh kekuatan otot dan ketentuan (Glam &
Teh, 1993).
dapat
mempengaruhi.
Misalnya
peneyebab
munculnya
52
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh
peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi aktivitas fisik terhadap
osteoatritis pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Banjarbaru
adalah sebagai berikut:
5.1.1 Kondisi aktivitas fisik sebelum mengikuti senam lansia pada lansia
osteoatritis di dapatkan mayoritas katagori aktivitas responden sebelum
senam lansia terbanyak adalah cukup sebanyak 11 orang yaitu 73,3%.
5.1.2 Kondisi aktivitas fisik sesudah mengikuti senam lansia pada lansia
osteoatritis di dapatkan mayoritas katagori aktivitas responden sesudah
senam lansia yang adalah baik sebanyak 11 orang yaitu 73.3%.
5.1.3 Ada Pengaruh senam lansia terhadap aktivitas fisik lansia osteoatritis
dengan nilai signifikan didapatkan sebesar 0,001. Hal ini menandakan
bahwa nilai tersebut lebih kecil dari alfa yaitu P 0,05.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian yang diberikan tersebut peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Instansi Terkait
Diharapkan dapat memanfaatkan senam lansia sebagai salah satu cara
mengatasi aktivitas fisik.
5.2.2 Bagi STIKES Muhammadiyah Banjarmasin
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua mahasiswa
yang membacanya, agar dapat mengetahui bahwa selain pengobatan
medis, dengan mengunakan senam juga bisa mengatasi aktivitas fisik.
52
53
dan bisa
54
DAFTAR RUJUKAN
Sukartini, Nursalam. (2009). Manfaat Senam Tera Terhadap Kebugaran Lansia,
Vol.8, No.3, hal 153-158
Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah (Pengertian Senam, Manfaat Senam, Dan
Urutan Gerakan).Semarang:UNDIP
Stanley, M. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2, Jakarta:EGC
Rachmi,U.,Dkk. (2001). Pedoman advokasi kesehatan olahraga.Depkes RI,Jakarta
Potter, Patricia A, (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses,
dan praktik. Yasmin (penerjemah). Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C dan Bare B.G. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah,Vol 1 edisi
8.Cetakan I,Jakarta:EGC
Guyton, A.C.(1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (Human
physiology and mechanisms of disease, Edisi 3,Jakarta:EGC
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka
Cipta
Sugiyono. (2009). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Cetakan ke-7,
Surabaya: CV.ALFABETA
Sugiyono. (2010). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Cetakan ke-8,
Surabaya: CV.ALFABETA
Watson, R.( 2002). Anatomi dan fisiologi untuk perawat.Edisi 10, Jakarta: EGC
Dahlan, M.S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi dengan Aplikasi degan
menggunakan SPSS, Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
Algifari. (2003). Statistik Induktif (untuk ekonomi dan Bisnis), Edisi 2.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Edisi pertama, Yogyakarta:
Graha Ilmu
Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik, Edisi-2, Jakarta: EGC
Mubarak, W.I. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas (Konsep dan Aplikasi).
Jakarta: Salemba Medika
55
56
Kegiatan
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
57
JUDUL PENELITIAN
KepadaYth. (Responden)
AssalamualaikumWr. Wb.
Nama saya Asmara Ari Sandi (11312 AS1), mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan
NersA
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Muhammadiyah
NersA
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Muhammadiyah
58
Oleh
Asmara Ari Sandi
11312 ASI
Setelah membaca maksud dan tujuan dari peneliti ini, maka saya dengan sadar
menyatakan: bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Tandatangan saya di bawah ini sebagai bukti kesediaan saya menjadi responden.
No. Responden
Hari/Tanggal
Tanda tangan
59
LEMBAR OBSERVASI
SENAM LANSIA
Umur
:.
Ruangan :...............................
Jenis Kelamin
:.
Tanggal :.......................2015
60
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN SEHARI - HARI
Umur
:.
Ruangan
:...............................
Jenis Kelamin
:.
Tanggal
:.......................2015
Index Makan
1. Lansia makan tanpa bantuan dari orang lain
Baik
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
61
62
63
64
65
NPar Tests
[DataSet1] E:\BAB 4\pengaruh senam lansia terhadap aktifitas.sav
Negativ e Ranks
Positiv e Ranks
Ties
Total
Test Statisticsb
Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
setelah
senam sebelum
senam
-3.464a
.001
12a
0b
3c
15
Mean Rank
6.50
.00
Sum of Ranks
78.00
.00
66
Frequencies
[DataSet1] E:\BAB 4\pengaruh senam lansia terhadap aktifitas.sav
Statistics
Valid
Missing
jenis kelamin
15
0
usia
15
0
sebelum
senam
15
0
waktu senam
15
0
setelah
senam
15
0
Frequency Table
jeni s kelamin
Valid
perempuan
laki-laki
Total
Frequency
3
12
15
Percent
20.0
80.0
100.0
Valid Percent
20.0
80.0
100.0
Cumulat iv e
Percent
20.0
100.0
usia
Valid
65
67
68
69
70
72
73
74
75
76
78
80
Total
Frequency
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
15
Percent
6.7
6.7
13.3
6.7
6.7
13.3
6.7
6.7
13.3
6.7
6.7
6.7
100.0
Valid Percent
6.7
6.7
13.3
6.7
6.7
13.3
6.7
6.7
13.3
6.7
6.7
6.7
100.0
Cumulat iv e
Percent
6.7
13.3
26.7
33.3
40.0
53.3
60.0
66.7
80.0
86.7
93.3
100.0
67
waktu senam
Valid
20 menit
>20 menit
Total
Frequency
8
7
15
Percent
53.3
46.7
100.0
Valid Percent
53.3
46.7
100.0
Cumulat iv e
Percent
53.3
100.0
sebelum senam
Valid
baik
cukup
kurang
Total
Frequency
1
11
3
15
Percent
6.7
73.3
20.0
100.0
Valid Percent
6.7
73.3
20.0
100.0
Cumulativ e
Percent
6.7
80.0
100.0
setelah senam
Valid
baik
cukup
kurang
Total
Frequency
11
3
1
15
Percent
73.3
20.0
6.7
100.0
Valid Percent
73.3
20.0
6.7
100.0
Cumulativ e
Percent
73.3
93.3
100.0
68
Crosstabs
[DataSet1] E:\BAB 4\pengaruh senam lansia terhadap aktifitas.sav
Valid
N
sebelum senam
* setelah senam
Percent
15
100.0%
Cases
Missing
N
Percent
0
.0%
Total
N
Percent
15
baik
sebelum
senam
baik
cukup
kurang
Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
kurang
0
.0%
0
.0%
1
6.7%
1
6.7%
Total
1
6.7%
11
73.3%
3
20.0%
15
100.0%
100.0%
69
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
item 1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
item 9
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
jumlah
4
5
5
5
6
4
5
5
6
5
4
6
6
6
4
kategori
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
kurang
cukup
cukup
kurang
cukup
kurang
cukup
baik
cukup
70
responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
item 1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
item9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
jumlah
5
7
7
8
7
9
6
8
9
6
9
6
8
9
7
kategoi
cukup
baik
baik
baik
baik
baik
kurang
baik
baik
cukup
baik
cukup
baik
baik
baik
71
72
73