Está en la página 1de 52

MEKAR

M
ME
EKAR
KA
K
AR | ED
EDISI
DIS
SI 022 | TA
TTAHUN
TAHU
AHU
HUN XX
XXV
XV | JU
JULI-SEPTEMBER
ULLII-S
SEPTEM
MB
M
BER
ER 22015
015
01

0
01
1

02

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

DAPUR

REDAKSI
Pelindung:
Uskup Bogor,
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Dewan Penasihat:
Staff Kuria Keuskupan Bogor
Redaktur Ahli:
RD. Ch. Tri Harsono RD. Yohanes Driyanto
RD. Alfons Sutarno
Sidang Redaksi:
RD. Alfonsus Sutarno RD. Yustinus Joned S
RD. Lucius Joko K RD.Agustinus Suyatno
St. K. Kristyono Darius Lekalawo
Ambrosius S. Mally Ign. Happy Delima
Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi:
RD. Yustinus Joned S
Redaktur Bahasa:
RD. Alfonsus Sutarno
Redaktur Pelaksana:
Stanislaus Kostka Kristyono
Redaktur Artistik:
Darius Lekalawo
Ilustrator:
RD. Nikasius Jatmiko
Pemimpin Perusahaan:
Ambrosius S. Mally
Administrasi:
Ign. Happy Delima
Sirkulasi dan Distribusi:
RD. Yustinus Joned S Komsos Keuskupan
Bogor Sekretariat Paroki Keuskupan Bogor
Iklan & Promosi:
RD. Alfons Sutarno (0812 111 0457)
Anastasia Sanny K. (0812 10273 949)
Ambrosius Satu Mally (021 7076 4215)
Ign. Happy Delima (0812 10 818 009)
Alamat Redaksi:
Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor
Jl. Kapten Muslihat No. 22 BOGOR 16122
Tel.: (0251) 831 3997 Fax.: (0251) 835 9102
E-mail: mekar@keuskupanbogor.org

audara-saudariku yang terkasih. Majalah MEKAR edisi ini ingin


Skanmengangkat
tema seputar pendidikan, secara khusus pendidiGereja Katolik. Tema ini diangkat sebagai salah satu bentuk

perhatian kita bersama terkait sistem pendidikan yang memampukan seseorang untuk bisa beriman dan mengaktualisasikan diri seturut apa yang ia imani.
Konsili Vatikan II dalam dokumen Gaudium et Spes (Kegembiaraan dan Harapan) menegaskan: Para awam yang di dalam
seluruh kehidupan memiliki peranan aktif yang harus dijalankan,
bukan saja berkewajiban meresapi dengan semangat kristen, akan
tetapi juga dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di dalam segala
hal, justru di tengah pergaulan hidup manusia (GS 43). Bagaimana seorang Katolik dapat meresapi dunia sekitarnya dengan semangat kristiani apabila ia sendiri tidak tahu akan inti ajaran agamanya? Atau bagaimana mungkin agama dapat berperan sebagai
motivator dan dinamisator serta pengarah pembangunan, kalau
para penganut agama kurang faham akan agama itu sendiri?
Orang tidak akan beriman dan diselamatkan oleh apa yang
ia ketahui tentang imannya, tetapi terlebih oleh pergumulannya
bagaimana ia menginterpretasikan dan mengaplikasikan pengetahuan imannya dalam hidup nyata sehari-hari. Seorang beriman
yang sejati adalah seorang yang senantiasa berusaha untuk melihat, menyadari dan menghayati kehadiran Allah dalam hidup
nyatanya, dan berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah bagi
dirinya dalam konteks hidup nyatanya.
Oleh karena itu, pendidikan agama Katolik merupakan salah
satu usaha untuk memampukan setiap pribadi menjalani proses
pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman dalam konteks
hidup nyatanya di berbagai bidang seperti politik, moral, kesenian,
ilmu pengetahuan, budaya, hukum, berbagai keprihatinan di masyarakat, termasuk kerukunan umat beragama. Dengan demikian
proses ini mengandung unsur pemahaman iman, pergumulan
iman, penghayatan iman dan hidup nyata. Proses semacam ini
diharapkan semakin memperteguh dan mendewasakan iman sehingga sehingga setiap pribadi dimampukan menjadi saksi Kristus
di tengah masyarakat. nRD. Y. Joned

MEKARIA

Rek. BCA KCP Depok Asri


No. Acc: 7650612285
a/n: Ignatius Happy Delima
Penerbit dan Percetakan:
PT. Grafika Mardi Yuana
Jl. Siliwangi No. 50 BOGOR 16131
(Isi diluar tanggungjawab percetakan)
MAJALAH MEKAR menerima tulisan,
artikel, reportase, foto dan karikatur dari
umat. Syarat: tidak mengandung SARA
dan bermanfaat bagi umat (menambah
pengetahuan, keterampilan, memecahkan
masalah, menggugah emosi, menghibur,
menyentuh kepekaan etis dan estestis, dll).
Redaksi tunggu kiriman Anda via e-mail:
mekar@keuskupanbogor.org

UNTUK KALANGAN SENDIRI

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

03

DAFTAR ISI

Dapur Redaksi
Sajian Utama
Geliat Paroki Gereja Tenda .......................................06

Umat Berbicara

Belum Betul-Betul Katolik ..........................................13

Suara Gembala

Bina Iman

Panca Bakti Pasutri .....................................................30


Salib Kristus ..................................................................32

Tokoh Kita

F.X Rahyono: Menjadi Pengurus Gereja Adalah


Panggilan ........................................................................26

Kiprah Komisi dan Seksi

Selamat Datang MaMeDo .........................................34


Pertemuan Nasional Komisi Keluarga...................36
Panggilan Jadi Imam Masih Ada ........................... 15

Konsultasi

Jejak

Tidak Ada Kata Terlambat..........................................17

Sajian Khusus
Seruan Pertobatan Ekologis ....................................18

Kabar Dekanat

Membangun Keluarga Dalam Kasih Kristus ........21


Berikan Yang Terbaik ..................................................22

Hail Virgin Mary Mengajak Berkidung ...............24

Renungan

Doa Bersama, Ekaristi dan Keluarga Katolik.......26


04

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

Sekelumit Awal Sejarah Seminari Stella Maris..38

Kemah Allah

Gereja Tenda Biru.........................................................40

Isu Nusantara & Mancanegara

Tahun Yubileum Kerahiman ..................................... 44


Gereja Jangan Eksklusif .......................................... 46
Bekerja Dengan Sukacita Untuk Keluarga ...........48
Ine Pare: Novel Ibu Padi ............................................50

SURAT

PEMBACA

Terkesan
Patrilineal

ebagai pembaca Mekar, saya


tertarik dengan tampilan
tulisan dan pilihan kertas yang
tentunya membuat makin betah
untuk dibaca. Tetapi, jika boleh
memberi komentar, majalah ini
terkesan patrilineal. Semua
tentang dan dari pastor. Apakah
ini memang sesuai dengan misi
dan visinya?
Lalu apakah mungkin
ditambahkan rubrik renungan
atau dialog pengalaman iman
versi bahasa Inggris. Tujuannya
agar pembaca bisa belajar
bahasa Inggris dari para pastor
yang terkenal hebat-hebat dan
diwajibkan menguasai banyak
bahasa. Semoga pembaca bisa
makin seru membacanya.
Selamat dan sukses untuk
redaksi.

Pengeras
Suara

ebetulan saya, Petrus


Lazarus, umat Santo Igna us
KLoyola
Menteng Jakarta,

mengiku Misa hari Minggu 19


April 2015 jam 17.00 di Katedral
Bogor. Suasana katedral yang
berciri khas dan menyejukkan
sangat terasa. Namun, kalau
boleh saya berpendapat, sistem
pengeras suaramya (sound
system) perlu ditata-ulang.
Kami dak begitu
mendengar suara Pastur/
Lektor/Lektris berhubung

suaranya bergema. Mungkin


faktor gedung atau faktor
lainnya yang menjadi penyebab.
Tapi sebenarnya gema tersebut
bisa diminimalkan dengan
penggunaan sound system
terkini.
Saya kira kemajuan
teknologi sekarang
memungkinkan terjadinya
hal tersebut. Hal ini pen ng,
karena umat mau mengiku
misa dengan khusuk, termasuk
mendengar khotbah Pastor
dengan jelas dan mudah
dimenger .
Terima kasih dan mohon
maaf sekiranya kurang
berkenan. Petrus Lazarus JMZ

Theresia Wahyuni - Bogor


1. Misi majalah Mekar adalah
membuka wawasan dan
informasi dinamika hidup
menggereja di Keuskupan
Bogor. Tujuannya: mampu
memberikan sumbangsih
bagi kehausan umat akan
wawasan kegerejaan dan
segala informasi mengenai
dinamika hidup menggereja
di Keuskupan Bogor. Jadi
majalah Mekar terbuka untuk
semua umat Keuskupan
Bogor. Kami tunggu kiriman
tulisan Anda melalui email:
mekar@keuskupanbogor.
org.
2. Usul Anda mengenai rubrik
renungan atau dialog
pengalaman versi Inggris
akan kami per mbangkan.
3. Terimakasih banyak. Tuhan
memberka . Red.
MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

05

SAJIAN

UTAMA

Geliat Paroki Gereja Tenda

ulu ada kebiasaan orangtua


keka menimang-nimang
anaknya di usia balita.
Si orangtua bersenandung:
Anakku yang paling cank/
ganteng, kelak kau jadi apa?
Mungkin kebiasaan seper ini
juga masih ada. Arnya secara
dak langsung si orangtua
menginginkan anaknya kelak
menjadi seseorang seper yang
diinginkan orangtua.
Keinginan seper ini
merupakan sesuatu yang
wajar. Namun seringkali, tanpa
disadari, si orangtua kemudian
memaksakan kehendaknya agar
anak menjadi seseorang yang
sesuai dengan kehendaknya,
bukan keinginan anaknya.
Akibatnya keceriaan kaum
muda menjadi pudar. Mereka
harus memenuhi kehendak
orangtuanya. Cita-cita telah
dipatok dengan alasann demi
demi
kebahagiaan anak.
anakk.
Era modern
rn sekarang
sekkarang
meng
me
ngha
hadi
dirrkan
ini menghadirkan
tuntutan
t ntut
tu
utan
zaman
zaaman
man
ma

06
06

yang berbeda dengan masa lalu.


Kaum muda kita di masa kini
selayaknya diberi keleluasaan
melakukan proses pembelajaran
dan pengembangan dirinya
sesuai dengan talenta yang
dikaruniakan Tuhan kepadanya.
Proses pembelajaran yang
baik dan benar tentu akan
menghasilkan buah yang
baik dan benar pula. Segala
sesuatu yang dijalani dengan
senang, termasuk belajar untuk
keperluan masa depan, akan
membuat apa yang dipelajarinya
mendatangkan hasil yang
berkualitas. Seseorang yang
belajar dalam suasana ban
yang nyaman, akan membuat
ia terus menikma proses
belajarnya di sepanjang hayat.
Hal ini lah yang menjadi
dasar program kerja Paroki
St. Joannes Bapsta Parung.
Pendidikan
Pend
Pe
ndid
idik
ikan
an kaum
kaum muda
muuda
menj
me
njjad
adi
di fokus
fokuus perha
fo
perh
pe
rhaa
rha
aan
a
an
menjadi

ME
ME
EK
KA
K
AR | ED
AR
E
DIS
SI 022 | T
TA
AHU
HUN X
XX
XV | JULI
JJULI-SEPTEMBER
JU
ULI
LI-S
SE
EP
PT
TE
EMBE
MBER
MB
ER 22015
015
01
MEKAR
EDISI
TAHUN
XXV

pastor Paroki RD. A. Simbol Gaib


Pratolo bersama Dewan Pastoral
Paroki dan Dewan Keuangan
Paroki dalam membina Orang
Muda Katolik (OMK) paroki
Parung. Berikut gambarannya.

Belajar
bersosialisasi
Permasalahan yang dak
jarang ditemukan pada kaum
muda adalah kesadaran untuk
melakukan proses pembelajaran
demi masa depan masingmasing yang dak selalu
dilakukan. Kalau pun mereka
melakukannya, apa yang mereka
lakukan kadang dak sesuai
dengan potensi dirinya.
Trend dan gaya hidup
kekinian membuat mereka
ikut-ikutan. Bisa jadi, mereka
berupaya menyenangkan diri
dalam kepura-puraan hanya
giku
k gaya
ga hidup
hid
idup
up
untukk meng
mengiku

SAJIAN

UTAMA
yang menjadi ikon zamannya.
Perkembangan prasarana
teknologi informasi, contohnya,
dak menjadikan mereka cerdas
dalam menanggapi kemajuan
teknologi, tetapi menjadikan
mereka resah apabila belum
memiliki benda ajaib itu.
Paroki, sebagai sebuah
lembaga pendidikan iman umat
mengemban tugas dan tanggung
jawab moral mempersiapkan
kaum muda paroki. Mereka
perlu dididik agar memiliki
ketangguhan iman, dan siap
menatap masa

depan yang
baik. Belajar
selayaknya dilakukan
sepanjang hayat.
Melalui organisasi Orang
Muda Katolik (OMK), kaum
muda di paroki dapat belajar
bersosialisasi dan berorganisasi.
Melalui pergaulan di lingkungan
paroki, mereka dapat saling
berbagi rasa, saling mengisi
dan melengkapi, serta saling
mencerdaskan.
Kaum muda perlu secara
berkesinambungan melakukan
proses pencerdasan sedini
mungkin, bukan hanya
mengharapkan impian yang
ditawarkan dunia yang gemerlap.

Tokoh-tokoh paroki, yang


memiliki keahlian di berbagai
bidang, selayaknya berperan
serta dalam pembinaan kaum
muda dalam proses pencerdasan
dan pengembangan talenta
masing-masing.

Ngeriung
Gereja tenda, yang
memiliki halaman cukup luas,
menghadirkan suasana yang
nyaman dan guyub bagi umat
Paroki St. Joannes Bapsta,
Parung. Kaum mudanya selalu

ngeriung
seusai Misa Kudus.
Di berbagai sudut terlihat
kelompok-kelompok orang
dengan kegiatan masing-masing.
Ada kelompok orang
yang hanya ngobrol, ada
kelompok pembinaan iman,
sekumpulan orangtua yang
menunggui putra-putri mereka
yang mengiku bina iman,
sampai pada kelompok orang
yang mengadakan rapat/
pertemuan tertentu. Termasuk
dalam hal ini kerumunan orang
muda. Kelompok-kelompok
ini menjadikan suasana gereja
tenda di Paroki St. Joannes
Bapsta Parung menjadi
semarak.

Nah, dalam suasana seper


ini, bagaimana mengarahkan dan
membuat kerumunan kalangan
kaum muda menjadi suatu ajang
kegiatan yang kreaf?
Tanggap terhadap
semaraknya kelompok-kelompok
kerumunan serta perkembangan
jumlah kaum muda paroki
serta, maka Dewan Paroki
melalui seksi-seksi terkait,
menyelengarakan kegiatan
pendampingan anak-anak muda
dalam hal pemahaman nilainilai. Dalam pendampingan
ini mereka memberikan bekal
pengetahuan tentang nilai-nilai,
juga bimbingan kepada
kaum muda paroki
agar mampu

mengembangkan
talentanya masing-masing.
Mengacu pada kebijakan
Keuskupan yang mencanangkan
lima prioritas, yakni: keluarga,
OMK, pendidikan, dimensi Polik
dalam hidup menggereja, serta
pengembangan SDM, Romo
Albertus Simbol Gaib Pratolo,
Pr mencanangkan Pendidikan
Nilai-Nilai pada Kaum Muda
sebagai Program Pastoral tahun
2015.
Gereja adalah sekumpulan
umat beriman mendalam
kepada Yesus Kristus. Oleh

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

07

SAJIAN

UTAMA
karena itu, siapa pun yang
menjadi warga Gereja memiliki
tanggung jawab yang sama
terhadap keberlangsungan
Gereja. Keberlangsungan paroki
memerlukan orang-orang yang
peduli dan terpanggil menjadi
pengurus, terutama pembina
kaum muda. Pencanangan
pendidikan nilai-nilai kepada
kaum muda ini diharapkan
dapat menjadi sarana untuk
membekali kaum muda agar
siap melanjutkan estafet
kepengurusan Paroki. Tematema pendidikan nilai yang
dirancang untuk tahun 2015
adalah eka dan nilai-nilai
moral yang dimulai dari
kehidupan keluarga, pergaulan
dan lingkungan hidup serta
pembinaan bakat yang bersifat
liturgis dan nonliturgis.

Rekoleksi
Dalam menyambut
pencanangan program
kegiatan tahun 2015, pada
67 Desember 2014 Seksi
Kepemudaan dan OMK Paroki
St. Joannes Bapsta Parung
menyelenggarakan Rekoleksi
Temu Kaum Muda Katolik.
Temanya: Mengembangkan
talenta untuk menatap masa
depan.
Dengan tema tersebut
diharapkan kesadaran kaum
muda untuk menggali
talenta

08
08

masing-masing, karena mereka


adalah potensi masa depan
Gereja dan Paroki. Sebagai
domba-domba Kristus, kaum
muda harus siap menerima
panggilan Kristus untuk bekerja
di ladang Tuhan, serta berkarya
dalam perutusan Tuhan.
Terkait hal tersebut kaum
muda perlu memperoleh
pencerahan dalam mengenal
dan mengembangkan
talenta masing-masing guna
menghadapi tantangan
kehidupan masa kini. Kaum
muda perlu memperoleh
dorongan semangat dan bekal
keahlian sesuai dengan talenta
masing-masing sekaligus perlu
menyiapkan diri menerima
tongkat estafet kepemimpinan
DPP/ DKP.
Jadi rekoleksi tersebut
bertujuan membangun
semangat kebersamaan dan
kepedulian sosial antar OMK
dalam semangat kasih Kristus,
memovasi OMK Paroki St.
Joannes Bapsta menjadi wadah
mengenali dan mengembangkan
talenta (kompetensi, bakat,
dan minat) yang dimiliki para
kaum muda. Juga memberikan
pencerahan dan semangat
belajar dalam mempersiapkan
diri menatap masa depan yang
lebih baik.
Rekoleksi dirancang
dalam bentuk

MEK
ME
MEKAR
KA
AR | ED
E
EDISI
DIS
SI 0022 | TA
TTAHUN
AHU
HUN X
XX
XXV
XV | JJU
JULI-SEPTEMBER
ULLII-S
UL
SE
EP
PT
TE
EM
MB
BER
ER 22015
00115

pelahan dengan menyajikan


topik-topik sesuai kebutuhan.
Materi rekoleksi tersebut
memang dirancang untuk
memberikan wawasan dari
berbagai bidang kompetensi.
Peserta rekoleksi diharapkan
dapat terbuka minatnya sesuai
dengan kompetensi masingmasing. Bahkan ada sesi refleksi
diri, dibimbing seorang ahli
hipnoterapis. Dalam sesi ini
pembimbing memberi arahan
untuk membuka diri dan belajar
memahami orang lain.
Para pembicara merupakan
tokoh-tokoh paroki St. Yoannes
Baps. Rekoleksi diadakan di
Sekolah Marsudirini, Telaga
Kahuripan, Kemang selama dua
hari. Pengurus OMK berndak
sebagai pania sekaligus
peserta. Bahkan banyak
orangtua yang menjadi relawan
pania, terutama keka acara
rekoleksi berlangsung.

Nilai Liturgis
Misa Kudus adalah puncak
liturgi yang harus dihaya. Dia
menjadi kebutuhan baniah
yang melekat pada kaum muda.
Koor merupakan salah satu
komponen liturgis yang mampu
membawa umat ke suasana
keheningan dan kesemarakan
upacara Misa Kudus. Berlah
koor secara disiplin dan

SAJIAN

UTAMA
terhadap kebersihan lingkungan.
Gereja telah menyiapkan bak
sampah yang dirancang untuk
dikembangkan sebagai bank
sampah.
Pencanangan kebersihan
telah dimulai tahun 2014
ini memperoleh tanggapan
yang bagus dari para peserta
penerima sakramen Krisma.
Sebagian dana yang berhasil
mereka disisihkan digunakan
untuk membeli bak-bak sampah.
berkesinambungan, serta
mengungkapkannya dalam Misa
Kudus merupakan pembinaan
nilai-nilai keimanan bagi siapa
pun yang melakukannya.
OMK Paroki St. Joannes
Bapsta, Parung telah
membentuk kelompok koor
kaum muda yang diberi nama
Lauda Sion. Pasang surut anggota
yang silih bergan merupakan
perjuangan tersendiri bagi m
Koor Lauda Sion. Kesibukan para
anggota yang sudah bekerja,
serta kesibukan belajar bagi
mereka yang sekolah/ kuliah
merupakan kendala dalam
pembinaan kaum muda.
Melalui tangan dingin
Agusnus Indarto sebagai
pelah dan dirigen, dan dikawal
oleh Bapak Stef. Sugiarto
dari Seksi Kepemudaan,
Tim Koor Lauda Sion telah
memperoleh kepercayaan untuk
menyemarakkan misa-misa
pernikahan di beberapa Paroki.
Bahkan Paroki di luar wilayah
Keuskupan Bogor.
Busana bukan sekedar
hiasan yang membuat mereka
lebih tampan atau lebih
cank. Mereka sepakat bahwa
busana juga merupakan sarana
untuk menanamkan nilai-nilai
kedisiplinan serta percaya diri.
Misalnya pada Misa Natal,
mereka sepakat memilih kostum
yang bersifat formal. Mereka pun

telah mulai menghaya perlunya


disiplin dalam berbagai kegiatan,
termasuk bertugas koor.

Kebersihan
Lingkungan
Pendidikan nilai-nilai yang
dicanangkan dalam Program
Paroki 2015 melipu juga
kepedulian kaum muda dan
anak-anak terhadap kebersihan
lingkungan. Semangat untuk
menjaga kebersihan pada
dasarnya merupakan penanaman
nilai-nilai pengembangan pribadi
yang berdisiplin dan peka
lingkungan.
Gereja tenda yang menyatu
dengan halaman tanpa sekat,
serta lapak-lapak bagi warga
sekitar untuk berjualan
makanan, menimbulkan sampahsampah yang berserakan di
berbagai sudut. Pastor Paroki,
melalui homilinya terusmenerus menggaungkan
perlunya pembelajaran disiplin
pada anak-anak, antara lain

Valentine Day
Tanggal 14 Februari
merupakan tanggal yang
memiliki ar khusus bagi kaum
muda. Valenne day, demikian
mereka menyebutnya. OMK
Paroki St. Joannes Bapsta juga
ikut merayakan hari Valenne
tersebut. Seksi Kepemudaan
ikut mengawal acara tersebut.
Misalnya Valenne Day tahun
2015 ini. Mereka memberikan
pembekalan nilai-nilai dalam
pergaulan dalam bentuk
ceramah singkat bertema Ar
Cinta menurut Ajaran Katolik.
Materi ceramah memberi
pencerahan bahwa tanpa kasih
cinta takkan ada. Ungkapan
yang berbunyi cinta itu buta
menunjukkan cinta yang tanpa
kasih. Dengan kasih cinta akan
memberikan kebahagiaan dan
kedamaian.
Oleh karena itu, kasih harus
senanasa ada dalam cinta. Roh
Kudus harus menjiwai cinta dan
kasih seseorang agar Bapa di

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

09

SAJIAN

UTAMA

surga
mendengarkan dan
memberikan yang terbaik bagi
siapa pun yang penuh kasih dan
cinta.
Selesai ceramah, acara
dilanjutkan dengan berbagai
permainan hasil kreavitas
mereka sendiri. Permainan ini
mampu membuat peserta saling
mengenal dengan lebih baik,
membuat mereka sadar akan
perlunya teman.

Rencana kegiatan
RD. Habel Jadera dari
Komisi Kepemudaan Keuskupan
Bogor pernah melakukan dialog
dengan OMK keka berkunjung
ke Paroki St. Joannes Bapsta,
Parung. Dia memberikan arahan
strategis dalam melakukan
kegiatan OMK yang berkualitas
dan berkesinambungan.
Memang secara umum,
kegiatan yang dirancang selalu
terkendala kehadiran peserta
dengan berbagai alasan yang
dapat dimenger. Kesempatan
berkegiatan hanya efekf
diselenggarakan pada Sabtu
malam dan Minggu. Akibatnya
produkvitas kegiatan juga

10

terbatas.
Meskipun demikian
semangat untuk berkegiatan
perlu selalu ditumbuhkan.
Menindaklanju hasil
pertemuan dengan Komisi
Kepemudaan Keuskupan, OMK
Paroki St. Joannes Bapsta
merancang kegiatan nyata yang
dapat dilaksanakan. Kegiatan
tersebut melipu doa Rosario
OMK di bulan Mei, pelahan
fotografi dan penyajiannya
dalam media massa di bulan
Juni, pelahan terkait menjadi
pribadi yang menarik di
bulan Juli/Agustus. Di bulan
berikutnya, Agustus/ September,
mereka merencanakan pelahan
MC dan Lektor. Kemudian ziarah
ke sembilan gereja/ gua Maria
di Keuskupan Bogor. Bulan
November/ Desember diisi
dengan lahan koor sebagai
persiapan tugas koor pada
Malam Natal.

Bina Iman
Bina Iman juga merupakan
kegiatan pendidikan iman yang
berjalan run seap Minggu.
Kegiatan ini ditangani oleh Seksi
Karya Misioner. Saat ini murid-

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

murid
sekolah yang dilayani
melipu murid TK: 5 orang,
SD kelas 1 6: 79 orang, SMP
kelas 7 9: 32 orang dan SMU
kelas 10 12: 21 orang. Semua
kegiatan dilakukan di bawah
tenda. Gereja perjuangan
atau Gereja tenda, sebut umat
Paroki. Walaupun para peserta
Bina Iman mengerjakan lahanlahan soal bermejakan bangku
bakso, mereka tetap ceria.
Para peserta Bina Iman
juga mendapat tugas koor di
seap pesta Natal. Mereka juga
terlibat dalam kegiatan liturgis,
agar penghayatan keimanan
mereka diperkuat. Semangat dan
keceriaan selalu terpancar pada
anak-anak Paroki St. Joannes
Bapsta ini, walaupun kegiatan
dilakukan di suatu tempat yang
hanya beratapkan kerangka baja
ringan tanpa selimut.
Relawan yang secara tulus
menjadi pengajar adalah para
guru sekolah umum dan relawan
lain yang memang peduli pada
pendidikan anak.
Demikianlah gambaran
kegiatan paroki St. Joannes
Bapsta Parung. Semoga Tuhan
memberka. nFX Rahyono

SAJIAN

UTAMA

Kaum Muda Terpanggil Untuk


Melayani
Sabtu, 30 Mei 2015
berlangsung acara
misa kaum muda dan
talkshow dengan tema
Kaum Muda Melayani.
Acara berlangsung
di Gereja Paroki
Santo Markus, Depok
Timur. Nampak hadir
sekelompok Orang Muda
Katolik perwakilan dari
enam Paroki se-Dekanat
Utara Keuskupan Bogor.

ereka berbaur bersama


umat Paroki St. Markus.
Ekaris dipimpin
RD. Yohanes Driyanto,

didampingi RD. Antonius Dwi


Haryanto (pastor paroki St.
Markus), RD. Habel Jadera
(Komisi Kepemudaan Keuskupan
Bogor), RD. Yusnus Joned
(Komsos Keuskupan Bogor),
dan RP. Anton Sahat Manurung,
OFM.
Ekaris merayakan Hari
Raya Tritunggal Mahakudus ini
berlangsung khidmat, meskipun
dalam pengantar dan homilinya
RD. Driyanto memberikan
candaan khasnya. Berkali-kali
umat dibuat tertawa segar.
Penjelasan mengenai Allah
Tritunggal diramu dengan cerita
pengalaman dari berbagai
pertanyaan yang ditanyakan
kepada dia. Semuanya dijawab
dengan jawaban ringan yang
memudahkan umat untuk
menangkap uraiannya. Berkalikali beliau juga menekankan soal

keberanian untuk Percaya


dan Sea sebagai modal atas
jawaban dari Allah yang selalu
mencintai dan mengasihi.
Sebelum akhir
perayaan Ekaris, RD. Anton
mengungkapkan apresiasinya
atas kegiatan ini. Dia berharap
semua yang hadir secara khusus
mampu menjadi pendorong
dan semangat bagi rekan yang
lain. Beliau juga menyampaikan
ucapan terima kasih kepada
paroki-paroki yang mengirimkan
utusannya, serta para imam yang
hadir dalam perayaan tersebut.

Peran Tertentu
Setelah Ekaris, kegiatan
dilanjutkan dengan talkshow
dan pentas seni di aula paroki.
Kemasan talkshow yang
dirancang seper
acara

ME
M
MEKAR
EKA
KAR | E
ED
EDISI
DISI
DIS
ISI 0022 | T
IS
TA
TAHUN
A
AH
HUN XX
HU
X
XXV
XV | JU
XV
JJULI-SEPTEMBER
ULLII-S
-SE
EP
PTE
EM
MB
BE
ER
R 22015
015
01
15

11
11

SAJIAN

UTAMA
Ini Talkshow di salah satu
siaran televisi ini membuat acara
dak kering dan membosankan.
Sebagai tamu talkshow,
dihadirkan RD. Driyanto dan
salah satu aktor antagonis
sinetron Indonesia Fairly
Wamena (Eyi), dia adalah
umat paroki St. Markus.
Sehubungan dengan
pertanyaan mengapa kaum
muda harus melayani, dengan
penuh canda RD. Driyanto
memaparkan bahwa ada peran
tertentu yang sepernya sudah
dirancang Allah. Itu harus
dijalankan kaum muda dan
mungkin dak bisa dilakukan
orang lain. Maka keka kita
sekarang ada disini, sebenarnya
memang dalam rangka
rangcangan Allah itu, katanya.
Lebih lanjut beliau
menjelaskan: Karena manusia
diciptakan, maka dia hidup dan
memiliki peran untuk melayani
sehingga ada pekerjaan tertentu
yang harus diselesaikan. Pada
prinsipnya, karena manusia
itu homo socius, maka ada
keinginan

12
12

mendasar darinya untuk


bisa melayani sebab ia hidup
bersama orang lain.
RD. Driyanto menganjurkan
kaum muda untuk bisa
memiliki keseimbangan dalam
mempersiapkan masa depannya.
Pendidikan sangat penng,
tetapi penng juga bersosialisasi
dengan teman-teman sebagai
ajang belajar dan membiasakan
diri hidup bersama sesamanya.
Hal ini menjadi bekal
menyiapkan mental menghadapi
dunia kerja yang pasnya
berhubungan dan berhadapan
dengan orang lain juga.
Sedangkan Bang Eyi
membagikan pengalaman masa
lalunya keka belum menjadi
bagian dari gemerlapnya dunia
ars. Ia sebenarnya rindu bisa
menyanyi bersama teman-teman
muda yang tergabung dalam
koor sehingga bisa melayani
perayaan Ekaris. Dia mengajak
kaum muda untuk dak
melupakan dan menyia-nyiakan
orangtua semaksimal

ME
M
EK
KA
A
AR
R | ED
E
DIIS
SI 0022 | TA
TAHU
AHU
HUN
UN XXV
XX
XV | JU
JJULI-SEPTEMBER
ULI
LI-S
LI-S
-SEP
EPTE
TEMB
MBE
ER
R 22015
0 5
01
MEKAR
EDISI
TAHUN

mungkin. Kita harus mampu


melayani orangtua, katanya.
Janganlah pengalamannya
bersama ibunya juga dialami
oleh kaum muda yang lain,
karena itu sangat menyakitkan.
Selain itu, Bang Eyi mendorong
kaum muda untuk menjauhi
narkoba, karena itu akan
menghancurkan hidup dan masa
depan.
Di sela-sela talkshow,
perwakilan paroki
menyumbangkan atraksi-atraksi
di pentas seni yang sangat
menghibur. Talkshow dan pentas
seni ditutup dengan pembagian
hadiah, kenang-kenangan dan
penampilan flashmob dari
paroki St. Thomas, Kelapa Dua
Depok. Acara ini memancing
seluruh OMK yang hadir untuk
bergoyang bersama.
Marilah OMK
menghadirkan berkat bagi
sesama di sekitar kita. nRD.
Yustinus Joned S

UMAT

BERBICARA

Belum Betul-Betul
Katolik

eberapa waktu yang lalu,


saya pernah membaca
sebuah tulisan di sebuah
website. Saya lupa nama
websitenya, juga nama
penulisnya. Tapi isinya masih
melekat di benak saya sampai
hari ini. Kira-kira isinya begini:
Awal tulisan berbunyi
Ia menjenguk ke dalam, dan
melihat kain kapan terletak
di tanah; akan tetapi ia dak
masuk ke dalam. (Yoh 20, 5)
IA disini saya dak tahu.
Tapi pas IA adalah salah satu
murid Yesus. Ia datang ke
makam bersama Petrus setelah
mendengar informasi dari Maria
Magdalena. Bahkan IA berlari
lebih cepat dan lebih dahulu
sampai di makam. Tetapi IA
hanya menjenguk ke dalam dan
melihat kain kafan tergeletak
di tanah. IA dak masuk ke
dalam untuk melihat dengan
jelas, meneli dengan cermat
dan memahami apa yang telah
terjadi.
Selanjutnya si penulis
menyatakan dak masuk ke
dalam juga berar tetap berada
di luar, hanya memandang
dari kejauhan. Seharusnya
sebagai murid Kristus IA dak
boleh bersikap demikian. Ia
harus masuk ke dalam untuk
mengetahui secara persis apa
yang terjadi.
Kejadian inilah yang masih
melekat di benak saya, menjadi
renungan saya pribadi sampai
hari ini.
Persoalannya begini. Apa
yang dialami oleh murid (IA)
di atas ini mungkin bisa terjadi
pada murid yang lain, termasuk

saya yang telah dibaps menjadi


anggota Gereja. Seper diketahui
sakramen Baps adalah pintu
masuk ke dalam Gereja.
Nah, saya pikir, banyak
murid (kita) masih berada atau
berhen di pintu masuk. Mereka,
termasuk saya, hanya menjenguk
ke dalam sudah merasa cukup
atau bahkan puas. Banyak murid
belum mau masuk ke dalam,
yakni berusaha memahami
secara utuh dinamika dan
kehidupan Gereja.
Mereka masih berada dalam
batas periferi atau merasa

puas hanya dengan melihat dan


mengama dari jauh. Banyak
murid dak mau masuk ke
dalam dengan berbagai alasan,
seper: takut diomongi orang,
dak mau ribet, dak punya
waktu atau banyak alasan lain.
Padahal saya tahu persis
bahwa banyak hal yang masih
asing, banyak hal yang belum
diketahui dan dipahami secara
baik. Banyak pribadi belum
dikenal dan diakrabi sebagai
teman seperjalanan menuju
Bapa. Akibatnya, kehidupan
komunitas terasa formal dan
jauh dari kehangatan sebuah
keluarga. Inilah kesan saya.
Paling tIdak bisa dikatakan saya
belum betul-betul menjadi
katolik.
Namun, beberapa
hari kemudian, muncul lagi

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

13

UMAT

BERBICARA
pertanyaan apakah saya betul-betul belum
menjadi katolik hanya karena dak masuk
ke dalam? Pertanyaan ini saya kaitkan dengan
pengalaman saya beberapa waktu yang lalu
sebagai salah seorang pengurus Dewan Paroki.
Saat itu seluruh waktu dan pikiran saya curahkan
untuk melayani umat di Paroki tersebut. Bersama
pengurus lain kami selalu berpikir/berusaha
meningkatkan pelayanan dan memajukan Gereja
kami.
Hal itu sangat berbeda dengan pastor Paroki
yang menggankan pastor Paroki saya yang lama.
Pastor Paroki yang baru ini justru melarang
saya untuk masuk ke dalam. Memang dia dak
pernah mengatakan langsung pada saya. Tapi dari
beberapa sumber saya memperoleh informasi
bahwa pastor tersebut dak senang kalau
saya masuk ke dalam. Arnya janganlah saya
dilibatkan dalam kegiatan Gereja apa pun. Apa
alasannya, saya dak pernah tahu dan dak pernah
diberitahu. Demikian juga halnya dengan mereka
yang dulu pernah sama-sama menjadi pengurus
Dewan Paroki.
Memang seap pastor punya kebijakan sendiri
dalam memimpin sebuah Paroki. Seap pastor
punya gaya dan cara sendiri dalam memimpin
sebuah paroki. Dia punya hak, wewenang dan
tanggungjawab dalam memimpin sebuah Paroki.
Dalam kondisi seper yang saya alami di
atas, apakah saya masih termasuk dalam kategori
dak masuk ke dalam atau dak mau masuk ke
dalam?nNama dan alamat diketahui Redaksi.

Tampilannya OKE
aya semakin senang
dengan majalah Mekar
SKKeuskupan
Bogor yang

sudah
su semakin sadar akan
adanya
perubahan dan
ad
pekembangan
peradaban dan
p
teknologi
yang semakin hari
te
semakin
laju. Bahkan bisa
se
dikatakan
semakin kencang.
d
Karena itu arkel
dan
d tulisan harus terus
diupgrade. Tampilannya sudah oke, berbeda sekali
dengan penampilan sebelumnya. Mantap....
Johanna Ruslan Depok
Terima kasih. Red.

14

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

SUARA

GEMBALA

Panggilan Jadi Imam


Masih Ada

eminari adalah sebuah


tempat pendidikan para
calon imam. Gereja
mengajarkan bahwa pendidikan
seminari ini diperuntukkan
kaum pria, karena hanya kaum
pria yang bisa menjadi imam.
Pendidikan ini memberikan
sebuah wahana pengolahan
hidup yang integral antara iman
dan akal budi.
Demikian kiranya Paus
Yohanes Paulus II menekankan
dua pilar dalam seruannya Fides
et Rao. Memang seruan Paus
ini bukan ditujukan sematamata kepada pada seminaris,
namun juga kepada umat
katolik seluruhnya. Seminari
bisa mengaplikasikannya dalam
kehidupan pendidikan.
Perkembangan zaman selalu
ditandai dengan aneka macam
perubahan. Dengan sendirinya
pendidikan seminari ikut
terimbas di dalamnya. Banyak
pendapat memberikan analisanya
terkait berkurangnya jumlah atau
peminat masuk seminari. Innya
dunia modern atau teknologi
telah menyeret manusia dan
pendidikan seminari menjadi
dak menarik lagi.
Memang akan sangat
mudah memberikan sebuah
analisa dengan pemikiran sebab
akibat. Namun pendidikan
seminari bukan soal sebab
akibat. Persoalan hidup seminari
sebetulnya lebih dari sekedar
hubungan sebab akibat.
Data menunjukkan sekalipun
peminat seminari banyak, yang
sampai pada tujuan hanya 10%.
Ini menandakan bahwa teknologi
bukan satu-satunya penyebab

RD Nikasius Jatmiko

menurunnya panggilan menjadi


imam.

Empat unsur
Pendidikan seminari
sebetulnya mencakup berbagai
sudut ilmu demi mencapai
sebuah keutuhan dan
keseimbangan calon imam.
Ibarat sebuah mobil yang dak
hanya terkait asesoris kendaraan,
tetapi juga perangkat mesin yang
baik. Keka semuanya imbang,
maka kendaraan itu akan
berjalan dengan baik, menarik
untuk dilihat, dan nyaman
dikendarai.
Ada empat unsur yang
terkait dalam pendidikan
seminari. Keempat unsur
itu adalah: bonum, verum,
pulchrum, dan sanctum.
Bonum berhubungan
dengan unsur baik dan buruk.
Ini menjadi wilayah pendidikan
moral. Pendidikan seminari
secara khusus harus membentuk
kehidupan moral yang baik.
Sedaknya kearifan menangani
persoalan dunia yang mulai

semrawut ini bisa diurai dengan


pendekatan moral.
Verum terkait urusan benar
atau salah. Hal ini sering kali
dikonsepkan dalam persoalan
pemikiran atau bergulat dengan
akal budi. Akal budi menjadi
sebuah pilar atau pisau bedah
untuk memahami sebuah
persoalan. Pemikiran menjadi
dominan keka berhadapan
dengan dunia sekitar termasuk
dalam percaturan kehidupan
sehari-hari. Dominasi akal
budi ini diharapkan mampu
menciptakan sebuah terobosan
pemikiran yang baik dan benar
dalam sebuah peradapan
modern, terutama menghadapi
kemajuan teknologi. Oleh
karena itu, pendidikan seminari
harus mengarahkan akal budi
yang sehat sehingga mampu
memberikan kontribusi secara
maksimal.
Pulchrum adalah wilayah
yang bergulat dalam keindahan.
Manusia diberi rasa untuk
menelaah dunia itu baik adanya.
Keindahan alam semesta
termasuk keindahan manusia itu
sendiri bisa ditelaah dalam dunia
ini. Bisa jadi penalaran (verum)
akan berbenturan dangan
pulchrum. Indah dak dapat
dinilai benar atau salah. Indah
adalah sebuah ungkapan indra
dalam sebuah rasa yang kadang
melebihi apa yang dipikirkan
akal budi. Pendidikan seminari
harus memberikan ruang kepada
seminaris dalam mengolah rasa,
seper musik, seni suara, drama,
olah raga, atau tulis menulis.
Sanctum menekan sisi
religiusitas manusia. Alam

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

15

SUARA

GEMBALA

secara esteka bisa dipahami


sebagai sebuah keindahan.
Dari sisi sanctum, keindahan
itu adalah eksistensi Tuhan
sendiri. Keindahan itu adalah
pancaran Tuhan sendiri. Tuhan
sangat berperan dalam regulasi
alam semesta. Hidup manusia
menjadi seimbang karena relasi
antara antara Allah dan Manusia
serasi. Pendidikan seminari
harus memberikan sebuah porsi
yang lebih terkait pendidikan
iman yang mengarah kepada
kekudusan Dengan kata lain, sisi
religiositas harus diolah secara
matang.

merta muncul dengan sendirinya.


Sering kali proses kedua
pilar ini pincang. Akibatnya
muncul kedakseimbangan
antara iman dan akal budi.
Kedakseimbangan ini menjadi
pemicu kedakharmonisan
kehidupan manusia secara
menyeluruh.
Kiranya pendidikan seminari
harus menyeimbangkan
antara dua sisi ini menjadi
integral. Keka kedua itu dak
seimbang sering kali manusia
lebih memutuskan untuk
meninggalkan percaturan
pendidikan seminari.

Fides et Ratio
Paus Yohanes
mempersingkat keempat unsur
di atas menjadi Fides et Rao.
Dalam hal ini Paus nampaknya
lebih menekankan sebuah
dikotomi antara dua sisi yang
sering kali bertabrakan di
dunia ini. Paus mengingatkan
bahwa kedua pilar itu dak
bisa dipisahkan karena Tuhan
menciptakan keduanya ada
dalam diri manusia. Manusia
harus mengembangkan
keduanya itu secara seimbang.
Bonum, Verum, Pulchrum dan
Sanctum tetap harus dihidupkan
dalam dua pilar besar itu.
Kemampuan
menggabungkan dua sisi ini
membutuhkan sebuah proses
yang panjang dan dak bisa serta

Pendidikan Seminari
Panggilan hidup menjadi
imam masih ada. Se daknya
pendidikan seminari masih
berlangsung sampai sekarang.
Dari sisi jumlah peminat
memang mulai menurun
dibandingkan jaman dulu.
Jaman dulu pendidikan umum
masih sangat terbatas. Dalam
hal ini pendidikan seminari
memberikan sumbangan sangat
berharga kepada umat.
Zaman sekarang
bermunculan aneka pendidikan.
Umat memiliki banyak pilihan.
Jumlah pendidikan seminari
juga bertambah. Pendidikan
seminari mulai menyebar.
Konsekwensinya jumlah
pendidikan di sebuah seminari
tertentu seper nya menurun.

16

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

Namun jika dikalkulasi secara


menyeluruh, masih banyak
pula peminat dalam pendidikan
seminari.
Tantangan di era globalisasi
ini menjadi refleksi juga
terhadap pendidikan seminari.
Mampukah seminari bersaing
dan memberikan pendidikan
yang lebih? Masihkah seminari
menarik, atau masihkah seminari
memberikan sebuah harapan
menjadikan manusia integral?
Ke ka peminat seminari masih
ada berar seminari masih
ada gaungnya. Tuhan masih
membuka panggilan bagi
umatnya.
Pada sisi lain, pendidikan
seminari itu juga terpengaruh
pendidikan keluarga. Jarang
sekali keluarga jaman sekarang
yang memperkenalkan
pendidikan seminari kepada
anaknya. Pada umumnya
orangtua mengarahkan
pendidikan anak-anaknya ke
tempat lain demi masa depan
mereka. Semangat mewartakan
untuk memperkenalkan
seminari sudah mulai luntur.
Akibatnya anak-anak sekarang
dak terbekali dengan baik
untuk masuk seminari. Bahkan
tragisnya, ada banyak anak yang
dak tahu apa itu pendidikan
seminari.
Jadi tugas pendidikan
seminari bukan hanya tanggung
jawab para pendidik di seminari.
Kelangsungan seminari
tergantung dari keluarga pula.
Ke ka keluarga memperkenalkan
dengan baik sejak dini, maka
kelangsungan pendidikan
seminari akan terus berkembang.
Sebaliknya jika keluarga dak
pernah lagi memperkenalkan
pendidikan seminari, bisa jadi
saat itulah dak ada calon imam
lagi. Keluarga menjadi pilar
yang pen ng untuk melanjutkan
pendidikan seminari.n

RUANG

KONSULTASI

Tidak Ada Kata


Terlambat

Jawaban:
Dalam website Keuskupan
Bogor, RD Habel Jadera
sudah memberi tanggapan
atas pertanyaan Anda. Bunyi
selengkapnya demikian: Rahmat
pertobatan dak pernah ada
batas waktu. Karena itu, dak
pernah ada kata terlambat.
Bersyukur karena anda
sudah mengetahui makna
pertobatan katolik (walaupun
agak terlambat). Mulailah
membiasakan diri menjalani
TOBAT secara katolik sejak saat
ini. Pertobatan katolik ditandai
dengan ga hal: pertama: DOA,
kedua: pantang dan puasa, serta
kega: ndakan amal kepada
sesama.
Majalah Mekar edisi April
2015 juga memuat sebuah
ulasan panjang lebar mengenai
berpuasa. Judul tulisan itu:
SUNGGUHKAH GEREJA KATOLIK
BERPUASA? Dalam tulisan ini
RD Christophorus Tri Harsono

menjelaskan ar puasa


berdasarkan berbagai ayat
dalam Kitab Suci. Bahkan dia
menyatakan ada ga jenis puasa,
yaitu puasa fisik, puasa rohani
dan puasa ban rohani. Selama
hidup-Nya, Yesus menjalani ke
ga jenis puasa tersebut.
Selanjutnya Romo Tri
mengungkapkan kekhasan
dan keunggulan puasa Gereja
Katolik. Selengkapnya demikian:
Kekhasan dan keunggulan puasa
Gereja Katolik adalah adanya
kegiatan pantang. Kegiatan
yang sebenarnya sukar untuk
dilakukan ini melengkapi puasa
guna mendapatkan rahmat
spesial dari Allah sendiri. Ini
berar orang yang berpuasa
harus menyangkal diri,
memanggul salib, dan melawan
dunia. Secara kongkrit, dalam
pantang, kita harus memerangi
kebiasaan mendewakan
perut, mencari kenikmatan
libido, memerangi kebiasaan
jahat, buruk, dan dosa. Juga

Foto ilustrasi: Darius AR

Pertanyaan:
Saya seorang remaja yang belum
pernah berpantang karena dak
menger peraturan dan usia
wajib untuk mulai berpantang.
Selama ini dak ada yang
membimbing saya. Saya baru
mengetahui bahwa berpantang
dimulai pada hari Rabu Abu.
Saya sangat menyesal dan sedih
baru mengetahui kewajiban
tersebut hari ini. Dan jika saya
memulai berpantang pada hari
ini bukankah sudah terlambat.
Jadi apa yang harus saya
lakukan?
Chatarina

memerangi kesombongan
atau nggi ha, keminderan,
ketakutan, kekurangan iman,
merasa diri paling benar dan
suci, serta egoisme manusia.
Semuanya sangat membutuhkan
puasa untuk penyembuhan,
pengampunan, mohon belas
kasih dan rahmat Allah.
Jadi puasa menurut Gereja
Katolik sungguh-sungguh dalam,
agung, berat, dan berkualitas.
Puasa bukanlah tujuan dan
bukan akhir dari semua. Puasa
fisik merupakan awal, sarana,
jalan, atau cara. Berpuasa erat
kaitannya dengan kerelaan dan
kesadaran, bukan soal aturan
dan waktu-waktu tertentu.
Bukan pula soal sah atau dak,
batal atau dak, ada pahala atau
dak. Hasil terpenng adalah
keinginan atau kemauan untuk
berbagi dan melayani. Kita
melakukan puasa dengan tujuan
keselamatan manusia, bukan
untuk kemuliaan Allah.
Dengan demikian dak ada
kata terlambat bagi orang katolik
untuk berpuasa dan berpantang.
Surat Gembala Prapaskah Uskup
Bogor pun menganjurkan umat
katolik untuk melaksanakan
puasa dan pantang sepanjang
tahun, bukan hanya menjelang
Perayaan Paskah.nRedaksi

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015 17

SAJIAN

KHUSUS

Seruan Pertobatan
Ekologis

ara imam, bruder, suster


serta kaum pria-wanita,
orang muda dan dewasa,
anak-anak di seluruh wilayah
Keuskupan Bogor!
Selamat berjumpa. Semoga
kami menjumpai saudara-saudari
sekalian dalam suasana ha
yang dipenuhi oleh sukacita Injil.
Perjuangan hidup hendaklah
dak menggerus energi posif
dari nurani kita semua.
Dalam konteks mewujudkan
spirit hidup Senre cum
Ecclesiae Chris, saya mengajak
saudara-saudari sekalian
untuk bersama menyimak,
merefleksikan dan mewujudkan
dalam hidup isi Ensiklik terbaru,
yang dikeluarkan di Vakan
tanggal 18 Juni 2015. Ensiklik
arnya surat Paus sebagai Uskup
Roma dan pemimpin Gereja
Katolik dunia, yang berisi ajaran
Sri Paus mengenai iman dan
kesusilaan.
Ensiklik ini berjudul
TERPUJILAH ENGKAU (TUHAN):
MEMELIHARA RUMAH KITA
BERSAMA (LAUDATO SI, ON
CARE FOR OUR COMMON
HOME). Ensiklik ini terdiri atas
enam bab: (1) Apa yang sedang
terjadi pada rumah kita bersama
ini (Ibu Perwi); (2) Injil tentang
Alam Ciptaan Tuhan; (3) Akar

18

manusiawi dari Krisis Ekologis;


(4) Ekologi yang utuh (integral);
(5) Garis Kebijakan Pendekatan
dan Tindakan-ndakan konret
(program-program); (6
Pendidikan dan spiritualitas
Ekologis.
Pertanyaan dasar yang
menjadi jantung dari Ensiklik
ini ialah Bumi macam apa
yang hendak kita wariskan
kepada generasi baru sesudah
kita hidup, kepada anak-anak
yang sedang bertumbuh?.
Pertanyaan ini menyentuh
makna eksistensial hidup ini dan
nilai-nilai sosial dari hidup itu
sendiri.
Apa tujuan hidup kita di
dunia ini, apa maksud dari
pekerjaan dan usaha-usaha kita,
apa yang dunia butuhkan dari
kita, merupakan serangkaian
pertanyaan dasar yang
disuguhkan. Paus berkeyakinan
bahwa panggilan memelihara
lingkungan hidup dak bisa
terlepas dari bagaimana manusia
memberi makna dan cara
manusia melaksanakan hidupnya
di bumi perwi ini.

Kenangan akan
Santo Fransiskus
Assisi
Dalam menyusun ensiklik
ini, kami berkeyakinan bahwa
Paus Fransiskus mengenangkan
spirit iman santo Fransiskus
dari Assisi berkaitan dengan
pandangannya terhadap makhluk
ciptaan Tuhan. Nama ensiklik
Laudato si (Praise be to you,

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

my Lord) ini diambil dari seruan


santo Fransiskus dari Assisi
berjudul Terpujilah Engkau
Tuhanku dalam Kidung Saudara
Matahari atau Puja-pujian
Mahkluk-makhluk ciptaan.
Menyir penghayatan
santo Fransiskus dari Assisi,
Paus mengajak kita semua
untuk memandang ibu bumi ini
sebagai saudari, rumah kita
bersama. Sebagai saudari, kita
mesnya berbagi kehidupan dan
memuji keindahan ibu bumi ini
yang lengannya terbuka lebar
untuk memeluk kita semua.
Hendaklah kita jangan lupa
bahwa kita berasal dari tanah.
Badan jasmani kita dibentuk
dari elemen-elemen bumi,
kita menghirup udara bumi
dan menikma kehidupan dan
kesegaran dari air yang dialirkan
oleh ibu bumi ini.
Paus mengingatkan kita
akan prilaku manusia terhadap
ibu bumi ini. Bumi perwi
diperlakukan secara semenamena, dieksploir, diporakporandakan. Semuanya itu
disebabkan oleh keserakahan
serta arogansi dan rendahnya
rasa menghorma manusia
terhadap saudarinya, ibu bumi
ini.

Pertobatan
Ekologis
Menghadapi ndakan
keserakahan dan arogansi
manusia terhadap saudarinya
ibu bumi, Paus mengangkat
kembali seruan atrakf santo
Yohanes Paulus II agar manusia
melakukan Pertobatan
Ekologis. Kita diajak untuk

SAJIAN

KHUSUS
berbalik, memutar haluan,
mengubah pola pikir dan
pola ber ndak kita sebagai
penghuni ibu per wi masa kini.
Pola pikir dan ber ndak baru
perlu dikumandangkan. Pola
baru itu berkenaan dengan cara
lebih memandang keindahan
dan rasa tanggung jawab kita
untuk melestarikan rumah
kita bersama ini, dari pada
mengeksploitasi habis-habisan isi
perut bumi dan menghilangkan
keindahan saudari kita ini.
Energi posi p Ensiklik ini:
secercah harapan yang kian
membesar. Sentuhan humanis
ensiklik ini melekat pada karakter
pribadi Paus Fransiskus, pencetus
surat apostolic Evangelii
Gaudium. Kesegaran hidup
penuh sukacita injili ditampilkan.
Paus menegaskan
bahwa ditengah hiruk pikuk
pemerkosaan terhadap ibu
bumi yang dilakukan saudarasaudari manusia tamak, arogan,
sesungguhnya ada secercah
harapan. Tidak sedikit saudarasaudari manusia di planet ini
mempunyai jiwa serta semangat
memelihara ibu bumi, rumah
kita bersama ini. Dimana-mana
berkecambah dan bertumbuh
subur kesadaran di kalangan
manusia berha baik untuk
memperha kan lingkungan,
menjaga alam, memelihara air,
menumbuhkan pohon-pohonan,
mengatasi polusi udara.
Pengakuan akan realitas
posi f ini menjadi bagian
intrinsik dari ensiklik ini.
Mengakui kenyataan ini,
Paus Fransiskus menegaskan:
Kita manusia ini mempunyai
kemampuan untuk melahirkan
ndakan yang posif terhadap
ibu bumi, walau dak disangkal
ada juga anak manusia yang
berndak semena-mena
terhadap saudari ibu bumi.
Marilah kita memilih untuk
mengembangkan kemampuan

posip pada diri kita. Inilah


saatnya kita memulai lagi
berndak dalam semangat
pertobatan ekologis.

Dialog ekumenis
Ensiklik ini bermuara
pula pada in hidup manusia
sebagai makhluk relasional,
yakni perjumpaan. Periswa
perjumpaan antar manusia
ditempatkan selaras dengan
perhaan untuk memelihara
ibu bumi. Paus Fransiskus
mengalamatkan ajarannya ini
pertama-tama tertuju kepada
umat katolik.
Beliau mengingatkan:
Sadarilah tanggung jawab kita
terhadap alam ciptaan Tuhan
dan kewajiban mereka terhadap
alam semesta dan Pencipta.
Pelaksanaan tanggung jawab dan
kewajiban ini merupakan bagian
integral dan esensial dari hidup
beriman.
Tetapi Paus Fransiskus
mengarahkan pandangannya
terhadap sesama umat manusia
yang mendiami planet bumi
ini. Diakuinya bahwa ada
gerakan-gerakan pemeliharaan
ibu bumi yang dimotori oleh
Gereja-gereja Kristen lainnya
dan juga umat beragama lain.
Diakuinya pula instusi, yayasanyayasan kemanusiaan yang
mengutamakan penyelamatan
ibu bumi.
Menyadari realitas yang
menggembirakan ini, Paus
Fransiskus mengajak kita sekalian
untuk meningkatkan gerakan
dialog antar umat manusia
dengan fokus pada spirit
Laudato si, memelihara rumah
kita bersama.
Dapur Kita Bersama
Seruan pertobatan ekologis
Paus Fransiskus melalui ensiklik
ini tentu merupakan energi baru
bagi kita semua penghuni tataran
Sunda. Masyarakat Bogor melalui

program Sejuta lubang bipori


yang dicanangkan oleh Harian
RADAR BOGOR merupakan
salah satu menu di dapur rumah
kita. Program ini bertujuan
menghargai karunia saudari
air, menghormanya dengan
cara menyalurkannya kembali
ke dalam rahim ibu bumi. Maka,
kandungan ibu bumi disuburkan
kembali.
Gerakan sporadis yang
dilakukan TK Mardiwaluya dalam
kerjasama dengan Lions Club
tahun 2014 berupa penanaman
pohon-pohon di areal Taman
Safari Cisarua adalah percikan
gerakan memelihara rumah kita
bersama. Beberapa tahun yang
lalu paroki santo Paulus Depok
pernah mengadakan perlombaan
memperindah lingkungan
gereja paroki. Perlombaan ini
dilakukan oleh semua lingkungan
yang ada di paroki ini. Demikian
pula himpunan sekolah-sekolah
katolik sekeuskupan Bogor (MPK
Bogor) pernah mencanangkan
program Go Green School.
Tetapi pencanangan itu masih
perlu dindaklanju.
Menanggapi seruan Paus
Fransiskus, kami mengajak
seluruh umat Keuskupan Bogor
agar melakukan program
Go Green Parishes sebagai
wujud konkret dari pertobatan
ekologis kita. Kerja bersama
umat beriman Kristen lainnya
dan umat beragama lainnya
dingkatkan. Karena itu,
kerja bersama komisi JPIC
Keuskupan dengan komisi HAK
Keuskupan, FMKI dan parokiparoki, sekolah-sekolah perlu
diimplementasikan. Lahirnya
gerakan-gerakan konkret
yang kreaf dan baru akan
mewujudkan spirit hidup Senre
cum Ecclesiae Chris.
Shalom.
Bogor, 24 Juni 2015
Mgr. Paskalis Bruno Syukur,
OFM

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

19

KHABAR

DEKENAT

Berekreasi Untuk Memotivasi


Pelayanan Gereja

elasa, 9 Juni 2015 Dekanat


Utara Keuskupan Bogor
mengadakan rekreasi
bersama ke Pantai Anyer, Banten.
Acara diiku oleh Para Imam,
Frater, Seksi Rumah Tangga
Paroki, karyawan dan seluruh
keluarga karyawan. Kegiatan
yang diadakan seap 2 tahun
sekali ini dipersiapkan oleh para
frater yang bertugas di wilayah
Dekanat Utara. Rombongan
dengan 3 Bus dibagi dalam 3
kloter pemberangkatan, yaitu:
Rombongan Paroki St. Thomas,
St. Markus, dan St. Maus
berangkat dari Gereja St. Thomas
Kelapa Dua; Rombongan Paroki
St. Herkulanus, St. Paulus dan
Komunitas OFM Transitus
berangkat dari Gereja St. Paulus;
sedangkan Paroki St. Maas
Cinere dengan rombongan
terbesar berangkat dari lokasi
gerejanya.
Mulai pukul 05.00,
rombongan sudah bersiap
menuju lokasi acara. Tepat
pukul 05.50 bus berangkat dari

20

ga lokasi berbeda. Dalam


perjalanan, rombongan sudah
mulai menunjukkan keakraban
dengan candaan hangat antar
imam dan para karyawan. Hari
ini memang menjadi saat untuk
meninggalkan runitas harian.
Hari ini adalah kesempatan
untuk mengolah kembali
movasi pelayanan di seputar
pastoran gereja masing-masing
paroki se Dekanat Utara.
Pukul 08.55, rombongan
dari Paroki St. Maas Cinere
sudah ba di lokasi acara, yaitu
Hotel Jayakarta-Anyer, Banten.
Mereka berkemas sambil
menunggu rombongan yang
lain. Pukul 09.20, rombongan
Bus dari lokasi St. Thomas
memasuki areal parkir, disusul
rombongan bus dari lokasi
St. Paulus. Pukul 10.00, acara
dimulai dengan doa pembuka
dan sambutan dari RD. Lucius
Joko. Beliau menyampaikan
ucapan terimakasih kepada para
frater yang telah mempersiapkan
acara ini. Selain itu, beliau
menyampaikan kepada peserta

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

dari ap paroki bahwa acara


ini merupakan sarana bagi
kita untuk membangun dan
menumbuhkan persaudaraan.
RD. Joko berharap, semoga
melalui acara ini, kita semua
mengalami sukacita, sehingga
hal ini bisa kita bawa terus
dalam tugas dan karya yang
Tuhan percayakan kepada kita di
tempat masing-masing.
Setelah acara pembuka,
kemudian dilanjutkan dengan
berbagai kegiatan, seper:
pembagian bingkisan; permainan
kelompok, pertandingan
antar paroki, makan siang
bersama, pembagian hadiah
dan bikisan lain hasil dari
menjawab Quiz. Pukul 16.10,
acara ditutup dengan doa dan
foto bersama. Nampak seluruh
peserta puas dengan kegiatan
yang telah diiku. Pukul 17.30
akhirnya seluruh rombongan
meninggalkan lokasi kegiatan.
Meskipun terlihat lelah, semua
peserta senang dan berharap
kegiatan ini akan terus menjadi
agenda tetap Dekanat Utara
Keuskupan Bogor.nRD. Y. Joned S

KHABAR

DEKENAT

Membangun Keluarga Dalam


Kasih Kristus

isa Acies Legio Mariae


Komisium Bintang Timur,
Bogor dilaksanakan pada
bulan Maret lalu di Kapel Maria
Fama, Bondongan-Bogor
Selatan. Mgr. Paskalis Bruno
Syukur OFM berndak selaku
selebran utama, didampingi RD.
Markus Lukas (Pastor Paroki St.
Fransiskus Asisi, Sukasari-Bogor),
RD. Agusnus Deddy Budiawan
(Pemimpin Rohani Komisium
Bintang Timur, Bogor) dan RD.
Jimmy Jackson Rampengan
(Pemimpin Rohani Presidium
Ratu Para Rasul, Sukabumi). Koor
Presidium Seminari Stella Maris,
Bogor ikut memeriahkan misa
tersebut.
Doa Tesera dan Doa
Beafikasi Frank Duff (pendiri
Legio Mariae) mengawali
misa tersebut. Tema yang
diangkat adalah: Legio Mariae
membangun keluarga dalam
terang kasih Kristus. Sebanyak
175 legioner menghadiri misa.
Saat homili, Mgr. Paskalis

menjelaskan bahwa pada zaman


dahulu orang-orang berjanji sea
kepada Allah dan Allah berjanji
untuk menjaga dan membawa
mereka ke tanah perjanjian. Kata
kunci yang bisa direnungkan di
sini adalah janji atau perjanjian.
Allah mengadakan perjanjian
yang diikat dengan sumpah sea.
Kita juga pernah
mengucapkan janji, yaitu
saat dibaps, saat menerima
Sakramen Penguatan, Sakramen
Perkawinan, Sakramen Tahbisan
atau saat mengucapkan kaul.
Pada waktu dibaps, kita berjanji
hanya percaya kepada Allah
dan akan mengiku-Nya. Bila
yang dibaps masih kecil, maka
orangtualah yang membuat
perjanjian dengan Tuhan.
Orangtua menyerahkan anaknya
kepada Tuhan dan berjanji untuk
mengajarkan jalan Tuhan kepada
anak itu.
Sakramen Penguatan,
Sakramen Perkawinan, dan
Sakramen Tahbisan merupakan

sakramen yang menegaskan


kembali janji yang pernah kita
ucapkan saat dibaps. Maka
benarlah bila kita dikatakan umat
perjanjian.
Bunda Maria sebagai
pelindung Legio Mariaee adalah
wujud seorang pengucap janji.
Perjanjian dibuat saat Bunda
Maria diminta untuk menjadi Ibu
Tuhan. Bunda Maria menyatakan
kesediaanya melalui ucapan,
Terjadilah padaku menurut
perkataan-Mu. Bunda Maria
memenuhi janjinya dan tetap
sea sampai di kaki salib Yesus
sendiri.
Legio Mariae berar
tentara Maria. Oleh karena
itu, legioner haruslah seper
tentara-tentara yang bertempur
untuk menguasai kejahatan.
Allah sendiri menggenapi
janji-Nya dengan mengutus
Putra-Nya untuk disalibkan dan
menyelamatkan kita semua.
Kita juga mengenal islah
Lan per Mariam ad Jesum:

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

21

KHABAR

DEKENAT
melalui Maria kita sampai pada
Yesus. Seper Maria, kita pun
harus mengenal dan melayani
Yesus, bahkan membesarkan-Nya
di dalam ha kita.

Cinta kasih
Bagi kita orang Katolik,
beriman berar percaya dan
meninggalkan kepenngan
pribadi demi Yesus. Beriman
dak hanya menjalankan
kewajiban, tetapi juga
mengamalkan nilai cinta kasih,
keadilan, dan kebenaran. Oleh
karena itu, kita perlu mencari
tahu dari mana cinta kasih
berasal.

Cinta kasih itu berasal dari


Yesus, kita mengenal Yesus
melalui Kitab Suci. Oleh karena
itu, orang Katolik mau membaca
kitab suci supaya bisa benarbenar mengenal Yesus. Jika
legioner benar-benar mencintai
Yesus, maka legioner harus
membuka dan membaca kitab
suci. Dengan membuka kitab suci
kita jadi mengenal Yesus melalui
sumber yang tepat. Inilah yang
menjadi dasar pengucapan janji
keseaan kepada Bunda Maria
dan Yesus.
Dengan mempercayai
pribadi Yesus, maka kita
akan mengenal, percaya

dan mengandalkan Yesus.


Hal ini menjadi bagian dari
pembaharuan di Keuskupan
Bogor yaitu menjadi umat yang
sungguh-sungguh mau mengenal
pribadi Yesus, mengandalkan
Yesus dan mau dibentuk seturut
kehendak-Nya. Kita bukan
sekedar manusia biasa, tapi
manusia yang menerima hidup
dan roh Kristus dalam diri kita.
Homili dilanjutkan dengan
pengucapan Janji Legio secara
pribadi, Aku ini milik-Mu Ya
Ratu dan Bundaku, Segala
milikku adalah kepunyaan-Mu.
Pengucapan janji diawali Uskup,
dilanjutkan para imam, lektor,

Berikan Yang Terbaik

alam rangka HUT ke-10,


Bina Iman Anak Santa
Imelda menggelar fesval
Bina Iman Anak pada Sabtu,
16 Mei 2015 di lantai dua
gedung serba guna Paroki Maria
Bunda Segala Bangsa-Cibubur.
Fesval dihadiri ratusan anak
dan pembimbing bina iman
dari wilayah-wilayah yang ada

22

di Paroki Maria Bunda Segala


Bangsa (MBSB), Gunung Putri,
Bogor. Juga nampak hadir Pastor
Paroki MBSB, RD. Benyamin
Sudarto, Suster Regina, PBHK;
Frater Bartolomeus Wahyu, serta
para orangtua.
Fesval diawali dengan doa
bersama, dilanjutkan dengan
pemberian berkat untuk anak-

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

anak dari Romo Ben, panggilan


akrab RD Benyamin Sudarto.
Usai menerima berkat, acara
dilanjutkan dengan meniup
lilin HUT ke-10 Bina Iman Anak
St. Imelda, serta penyerahan
kenang-kenangan dari
perwakilan Bina Iman Anak St.
Imelda kepada Romo Ben.
Selanjutnya acara diisi

KHABAR

DEKENAT
misdinar, para perwira komisium
dan seluruh legioner yang hadir.
Pada akhir misa, Ibu
Irene Kho selaku ketua pania
mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah
membantu terselenggaranya
Misa Acies. Tak lupa ia
mengingatkan kembali pesan
Mgr. Paskalis agar para Legioner
mau berubah dan rajin membaca
Alkitab.
Ucapan terima kasih
juga diungkapkan Stephanus
Prabowo, Ketua Komisium
Bintang Timur-Bogor, khususnya
kepada pania pelaksana yaitu
Presidium Perawan Sea dan

Presidium Ratu Yang Diangkat


Ke Surga. Prabowo mengajak
legioner untuk berefleksi,
apakah segala hal yang dilakukan
selama tahun lalu sudah benar,
cukup atau masih kurang. Bila
belum benar, perlu diperbaiki.
Bila masih kurang perlu
ditambah, dan bila sudah cukup
harus dipertahankan bahkan
dingkatkan.
RD. Agusnus Deddy
Budiawan memberi komentar,
ibarat HP yang perlu di charge
ulang agar dapat digunakan
kembali, legioner pun perlu di
charge seap tahun. Melalui
acies, legioner memperbaharui

janji keseaanya dan diajak


bangkit kembali untuk
melakukan tugas-tugas.
Sambutan terakhir
disampaikan RD. Markus
Lukas. Dia berharap Acies dak
berhen di tempat itu, tetapi
dibawa pulang dan diamalkan.
Selesai misa dilakukan acara
ramah-tamah dan makan siang
bersama.
Sebagai hiburan,
ditampilkan beberapa tarian dari
anak-anak TK Mardi Waluya,
Bogor, kreavitas Presidium
Seminari Stella Maris, pembagian
hadiah, door-prize, dan foto
bersama.nIna

dengan pesta seni: gerak, lagu,


dan puisi yang seluruhnya
dipersembahkan oleh anak-anak
bina iman se-Paroki MBSB. Acara
dipandu oleh Louis M. Djangun
dan Kesia.
Menurut koordinator
fesval, Amelia Purwan,
fesval kali ini bertujuan untuk
membangun kebersamaan
di antara anak-anak dan para
pembina iman anak. Hal ini

bagi kita semua untuk bisa


memberikan yang terbaik bagi
anak-anak.
Memang belum semua bina
iman wilayah yang mengisi acara
fesval. Meski begitu mereka
tetap hadir dan menyaksikan
acara ini, ungkap Amelia. Ke
depan Amelia mengharapkan
lebih banyak umat terpanggil
melayani anak-anak. Juga
kian banyak acara yang

rangkaian acara Perayaan HUT


ke-7 Paroki MBSB.
Ada beberapa acara lain
yang digelar untuk memperinga
HUT Paroki, di antaranya:
turnamen olahraga (bulu tangkis,
tenis meja dan catur), seminar,
nonton film bareng A Call from
Amsterdam, bazaar, bak sosial,
pentas seni dan malam budaya,
gerak jalan santai dan panggung
gembira, serta Ekaris. Acara

sesuai dengan potensi


anak-anak paroki MBSB yang
luar biasa besar. Kita mulai
pada hari ini dan diharapkan
bisa terus berkembang di masa
mendatang, kata Amelia. Lebih
lanjut Amelia menyatakan
Ini menjadi pekerjaan rumah

diselenggarakan
untuk membangun kebersamaan
sesama anak-anak. Misalnya
misa khusus untuk Hari Anak
Nasional atau hari-hari lainnya.
Fesval Bina Iman Anak ini
adalah salah satu dari sejumlah

puncaknya, JalanJalan Santai (JJS), digelar pada


Sabtu, 23 Mei 2015. Acara ini
melibatkan seluruh umat Paroki
MBSB. nJB Soesetiyo, Komsos Paroki MBSB

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

23

KHABAR

DEKENAT

Hail Virgin Mary Mengajak


Berkidung

ebuah konser paduan


suara yang megah dan
indah terselenggara 15
Mei 2015 lalu di gedung Pusat
Pastoral Keuskupan Bogor.
Konser bertajuk Hail Virgin
Mary : Bunda Maria Pemersatu
Kaum Muda ini memang
dipersembahkan kepada Bunda
Maria sekaligus berbagi kasih
dengan saudarasaudara
dari Seminari Santo Yohanes
Berkhmans Todabelu Mataloko,
Flores yang sedang menggalang
dana guna renovasi sarana dan
prasarana yang diperlukan.
Konser ini diisi gabungan
beberapa paduan suara sekolah
sekolah Katolik di Bogor, yakni
SMA Regina Pacis, SMA Budi
Mulia, SMA Mardi Yuana,
SMA Grafika, SMK Baranang
Siang, dan SMP Regina Pacis.
Paduan suara gabungan ini
dipimpin Josse Gesiradja atau
sering dikenal dengan Bung
Joss. Kehadiran bintang tamu
Christopher Abimanyu, Nita
Lesmana, dan Michelle Audrey
Chintanie membuat konser
ini terasa semakin megah dan
indah.
Konser diawali dengan doa
pembuka dan sambutan dari
RD. Yohanes Driyanto serta Mgr.
Mikael Cosmas Angkur. Setelah
itu doa Rosario didaraskan. Ada
sekitar 200 orang dari berbagai
kalangan menghadiri konser
tersebut. Mereka melantunkan
Ave Maria dengan khidmat
melalui Doa Rosario. Setelah Doa
Rosario selesai, barulah lagu
lagu Maria dipersembahkan.
Konser dlaksanakan dalam
dua sesi. Sesi pertama berisi

24

lantunan lagu Ave Maria


berbagai pencipta seper Cantus
Gregorianus, Anton Bruckner, Fr.
Kanis Ceme SVD. Hymne Maria
Bunda Kita ciptaan Ferdy Levi
juga dikumandangkan paduan
suara gabungan.
Selain itu sesi ini juga
mengetengahkan Bogoroditse
Dyevo karya Sergei
Rachmaninoff, Ave Maria karya
Giulio Caccini yang dinyanyikan
bintang tamu Michelle
Audrey. Christopher Abimanyu
menyanyikan Ave Maria karya
Franz Schubert dan I believe
karya Eric Levi.
Selesai sesi pertama, hadirin
diberi suguhan berupa gambaran
kondisi Seminari Mataloko yang
cukup memprihankan. Kondisi
seper itu memaksa Seminari
Mataloko melaksanakan
renovasi yang membutuhkan
biaya yang dak sedikit. Mereka
mengharapkan dengan sangat
dukungan doa dan parsipasi
seluruh umat untuk berbagi kasih
agar renovasi Seminari Mataloko
dapat segera terlaksana.
Kemudian acara dilanjutkan
dengan pembawaan lagu dari
Nita Lesmana dan Christopher
Abimanyu. Lagulagu yang
dinyayikan pada sessi kedua ini
antara lain: Ave Maria (R.A.J

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

Soedjasmin), Ave Maria Angelus


Domini (Franz Biebl) , Because
We Believe (D. Foster), The
Lords Prayer , Medley Maria,
dan beberapa lagu W.A Mozart
seper Mater Amabilis, Ave
Verum Corpus KV 618, dan Ave
Maria KV 554 (Female Choir
Version). Konser ditutup dengan
lagu di Lourdes di Gua yang
dinyanyikan bersamasama
dengan meriah.
Hadirin nampak sangat
mengapresiasi konser ini.
Mereka tetap terpaku di kursi
masing-masing sampai konser
ini berakhir sekitar pukul 22.0
WIB. Tak terkecuali Mgr. Mikael
Cosmas Angkur yang terlihat
sangat senang dan bangga
dengan terselenggaranya
konser ini. Sedangkan Mgr.
Paskalis Bruno Syukur OFM
yang berhalangan hadir
menipkan pesan sekaligus
mengajak seluruh umat untuk
berkidung dan bernyanyi
tentang keindahan kasih
Tuhan dalam kehidupan seap
manusia, menjadi seniman
seniman Tuhan Yesus. Ini
menjadi bentuk solidaritas para
siswa yang mempersembahkan
konser ini, dan semua umat
yang telah berparsipasi
dalam pembangunan Seminari

KHABAR

DEKENAT

Jangan Lelah...

abtu 16 Mei 2015, adalah


hari yang ditunggu-tunggu
para legioner Paroki Santo
Maas-Cinere. Hari itu mereka
akan mengadakan Acies. Pania,
terdiri dari Presidium Bunda
Kerahiman, Presidium Bunda
Penebus, Presidium Maria
Pengantara Segala Rahmat,
dan Presidium Junior Maria
Angelorum mempersiapkan
segala sesuatunya selama ga
bulan. Acies kali ini dilaksanakan
bagi Kuria Ratu Para Rasul-Depok
yang terbagi atas 12 presidium
dari 5 paroki yaitu Paroki Santo
Maas-Cinere, Paroki Santo
Herkulanus, Paroki Santo
Paulus, Paroki Santo Markus dan
Paroki Santo Thomas. Mereka
mengusung tema Legioner
bertumbuh dalam keluarga
bersama Maria.
Usai misa harian pada
06.30 WIB, pani a nampak
sibuk mempersiapkan segala
sesuatunya. Dengan berseragam
kebaya merah yang menandakan

semangat yang menyala-nyala,


mereka berusaha menjadi tuan
rumah yang baik. Rangkaian
acara diawali dengan Doa
Tesera, dilanjutkan dengan
Rosario dipimpin oleh Stephanus
Prabowo selaku Ketua Kuria.
Misa dipersembahkan
secara konselebrasi. Berndak
selaku selebran utama RD. Y.
Monang Damanik (Sekretaris
Keuskupan Bogor), RD. Y. Dwi
Karyanto (Pemimpin Rohani
Kuria Ratu Para Rasul-Depok),
RD. Y. Dedi Kurniawan (Pemimpin
Rohani Komisium Bintang
Timur-Keuskupan Bogor), RD.
Paulus Haruna (Pastor Paroki
Santo Maas-Cinere) dan RD.
Lucius Joko (Dekan Dekenat
Utara). Sebenarnya pania juga
mengundang Uskup Bogor, Mgr.
Paskalis Bruno Syukur, OFM.
Namun Uskup berhalangan
hadir karena masih berada di
Samarinda.
Dalam homilinya, RD.
Monang mengatakan bahwa

Mataloko.
Pihak penyelenggara
dan peserta konser pun
merasa sangat senang dapat
mempersembahkan yang terbaik
kepada Tuhan, Bunda Maria,
dan Gereja. Persiapan yang
mereka jalani sejak bulan Januari

2015 membuahkan hasil yang


memuaskan. Semoga, konser
Hail Virgin Mary ini dapat
berkenan di ha Bunda Maria,
serta dapat membawa sukacita
dan damai bagi Gereja dan
semua orang. Magnificat Anima
Mea Dominum! nMaria Yashinta Putri K.

meskipun terdapat berbagai


perbedaan namun hendaknya
tetap satu tujuan. Berbeda
itu indah jika bersatu dalam
mencapai tujuan. Beliau pun
mengilustrasikan perbedaan
asal para legioner tapi dengan
satu tujuan sehingga semua
dapat berkumpul di Gereja
Santo Maas-Cinere ini untuk
mengiku Misa Acies secara
bersama-sama.
Sebelum berkat penutup,
kata sambutan diberikan Ibu
Endang Nugroho selaku Ketua
Pania. Beliau mengungkapkan
kegalauan pania setelah Ibu
Budi berpulang. Memang,
awalnya Ketua Pania adalah
Ibu Budi. Ternyata Tuhan
berkehendak lain dengan
memanggil Ibu Budi pulang.
Meskipun galau, pania tetap
melanjutkan apa yang telah
dirins oleh Ibu Budi untuk tetap
mengadakan Acies.
Selanjutnya Romo Dwi
menghimbau para legioner untuk
jangan lelah dalam berbuat baik,
jangan lelah untuk tetap berdoa.
Sedangkan Romo Haruna
mengungkapkan Legio Maria
telah memberikan warna dalam
kehidupan menggereja di Paroki
Santo Maas-Cinere. Misa Acies
ini dimeriahkan koor OMK Santo
Maas-Cinere.
Usai misa, para romo dan
tamu undangan dipersilahkan
menuju aula gereja untuk
menikma santap siang dan
suguhan berbagai acara.
Termasuk pembagian hadiah/
doorprize yang telah disiapkan
pania. Pukul 14.00 WIB, lagu
Kemesraan dan Jadilah Saksi
Kristus dinyanyikan bersamasama. Lagu ini menjadi penutup
rangkaian acara Acies. Tahun
depan Acies direncanakan
diadakzan paroki Santo
Herkulanus-Depok. nStephanie Annette

Siagian, Presidium Bunda Penebus-Paroki Santo


Matias, Cinere

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

25

TOKOH

KITA
F.X Rahyono:

Menjadi Pengurus Gereja Adalah


Panggilan
Pembawaannya tenang,
kalem, murah senyum,
dan kebapakan. Beliau
adalah FX Rahyono,
sekretaris Dewan
Pastoral Paroki St.
Joannes Baptista Parung
periode 2013-2015.
Mungkin, pembawaan
ini terbentuk karena
keseharian beliau
sebagai dosen
di Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia.

osok yang akrab dipanggil


Pak Rahyono ini senan asa
ingin membuat suatu
kegiatan posi f. Apalagi bila
melihat sekumpulan kaum muda
Katolik berkumpul, utamanya
kaum muda Katolik yang di
Paroki St. Joannes Bap sta,
Parung..

Tergelitik
Sebelum menjadi pengurus
DPP, Pak Rahyono sudah
tergelik untuk berkontribusi
pada gereja. Dulu, setelah misa
dia dak langsung pulang. Dia
ingin tahu apa ada yang dapat
dilakukannya untuk gereja.
Waktu itu dia belum kenal para

26

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

pengurus yang ak f melayani


umat.
Saat pertama kali pindah
ke Paroki St. Joannes Bap sta
Parung, saat itu masih di Lebak
Wangi, beliau memerha kan
tokoh-tokoh pengurus
yang sangat semangat dan
rajin mengurus umat dan
mempersiapkan misa. Suasana
seper itu mengingatkan beliau
ke ka ak f sebagai misdinar di
Paroki San Inigo, Dirjodipuran,
Surakarta, tahun 1967-1974.
Waktu itu misa dilakukan di
rumah umat yang memberikan
pendopo joglo rumahnya untuk
misa. Se ap misa, khususnya di
hari besar, para misdinar ikut
serta angkat bangku dari sekolah
yang jaraknya sekitar 300 meter.
Suasana yang terjadi di Lebak
Wangi ke ka itu merupakan
suasana yang dak asing
baginya.
Pak Rahyono mulai
bergabung menjadi umat Paroki
St. Joannes Bap sta Parung
sejak tahun 1994, beberapa
bulan setelah bertempat nggal
di Perumahan Sawangan Elok.
Sebelumnya, Pak Rahyono
sekeluarga adalah warga Paroki
St. Yohanes Penginjil, Kebayoran
Baru. Beliau mulai ak f di
Lingkungan St. Sesilia setelah
melaporkan diri ke seorang tokoh
di lingkungan tersebut yaitu Pak
Bonaventura Huwa. Sejak saat
itulah Pak Rahyono mulai ak f
dan menjadi Ketua Lingkungan.
Beberapa saat kemudian,
Pak Bonaventura Huwa

TOKOH

KITA
mendorong Pak Rahyono untuk
maju menjadi Wakil DPP. Saat
itu dia menjawab belum
waktunya.
Tetapi berkat dorongan
beberapa tokoh umat Paroki St
Joannes Bapsta, akhirnya suami
Lidwina Mumpuni Elmi Wiar
ini dak ragu lagi menerima
permintaan Romo Alfonsus
Sutarno (pastor paroki saat itu)
untuk menjadi Wakil DPP St.
Joannes Bapsta Parung. Beliau
menjadi Wakil DPP hingga tahun
2009.
Pada perganan pengurus
berikutnya, beliau terpilih
menjadi anggota DPPH. Dan
tahun 2010, Pak Rahyono
ditetapkan sebagai Sekretaris
DPP. Jabatan ini berulang pada
DPP St Joannes Bapsta masa
bak tahun 20132015.

Panggilan
Bagi saya, akf terlibat
sebagai pengurus gereja adalah
sebuah panggilan yang harus
dijalani, dan dak ada pensiun
walaupun dak lagi ada dalam
struktur organisasi DPP. Seap
warga paroki memiliki tanggung
jawab yang sama dalam
kehidupan menggereja, jawab
beliau keka ditanya mengenai
alasan mengapa akf dalam
pelayanan di gereja.
Hal lain yang membuat
Pak Rahyono semakin mantap
menjadi pengurus gereja adalah
segala permasalahan yang
dialaminya dapat terpecahkan
dan selalu ada jalan keluar.
Tuhan rasanya senanasa
memfasilitasi kehidupannya.
Salah satu ayat kitab suci
yang menjadi favorit bapak dua
orang anak ini adalah Yohanes
15:16 yang berbunyi, Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi
Akulah yang memilih kamu.
Dan Aku telah menetapkan
kamu, supaya kamu pergi dan

menghasilkan buah dan buahmu


itu tetap, supaya apa yang kamu
minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikan-Nya kepadamu.
Menurut beliau, menjadi
pengurus gereja merupakan
panggilan. Kita harus mau
mendengarkan panggilan itu,
agar bagian kita dak diberikan
kepada yang lain yang mau
mendengarkan.
Rasa lelah dalam melayani
tentu saja pernah bahkan
sering dialaminya. Rasa lelah
itu muncul manakala apa yang
diinginkannya atau ide-idenya
dak terpakai. Rasanya ingin
berhen saja jadi pengurus,
ungkapnya.
Bersyukur, Pak Rahyono
juga akf dalam kelompok doa
pembangunan gereja yang
dilakukan seap hari Sabtu di
kapel, sejak awal perjuangan
Paroki St. Joannes Bapsta pada
tahun 2008. Dari situlah beliau
menjadi sadar bahwa keinginan
dan ide-ide yang menurutnya
baik, belum tentu benar.
Apalagi jika datang
dari pemaksaan kehendak.
Pengalaman membukkan,
ide yang menurutnya baik,
dapat menjadi sebaliknya saat
ide tersebut diterapkan. Nah,
kelelahan jadi menipis manakala
kesadaran itu hadir mengalahkan
rasa keakuan.
Periswa demonstrasi
penghenan ibadat Paskah
oleh saudara-saudara kita yang
belum memahami keberadaan
gereja di Tulang Kuning Parung
merupakan sebuah perenungan
iman yang makin menguatkan
semangat beliau.
Selain itu, hal lain yang
membuat Pak Rahyono makin
bahagia adalah bila ada wajah
baru pengurus yang memiliki
ketangguhan dan keseaan
dalam bekerja di ladang Tuhan.
Arnya, batu-batu sendi

bangunan gereja ban semakin


kokoh, semakin banyak.

Peduli OMK
Berbekal pengalaman
sebagai seorang dosen dan
pengajar tari Jawa di Gelanggang
Remaja Bulungan, Pak Rahyono
selalu menginginkan orang muda
Katolik khususnya di Paroki St.
Joannes Bapsta sadar akan
talentanya masing-masing.
Bahkan dia
mengharapkan OMK sendiri
yang mengembangkannya.
Menurutnya, kerjasama yang
saling mengisi di seap kegiatan
sangat diperlukan. Dunia kerja
sangat keras. Apabila kaum
muda dak siap bertanding
di dunia nyata dengan talenta
yang dimilikinya, mereka akan
kenggalan.
Sosok kelahiran Surakarta,
23 Juni 1956 ini memiliki harapan
yang sama dengan seluruh umat
Paroki St. Joannes Bapsta
Parung, yakni terbangunnya
gedung gereja di tanah gereja di
Tulang Kuning. Namun yang lebih
penng, gereja ban di Paroki St.
Joannes Bapsta harus semakin
kokoh terbangun. Selayaknya
semua umat terus bersyukur
bahwa kini telah kembali dapat
beribadat di gereja tenda biru
dengan aman, nyaman, dan
indah.
Beliau juga berharap agar
terus muncul wajah-wajah
baru pengurus untuk saling
mengisi. Menjadi pengurus
adalah sebuah panggilan.
Jadi, kalaupun sudah dak lagi
menjadi pengurus, panggilan
sebagai pekerja di ladang
Tuhan selayaknya terus dijalani.
Batu yang telah menjadi batu
sendi bangunan gereja ban,
selayaknya tetap menjadi batu
sendi, sebagai pondasi batubatu sendi yang baru, tuturnya.
nAgnika-Komsos St.Joannes Baptista Parung

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

27

RENUNGAN

Mendidik Dengan
Kehidupan Mereka Sendiri

alam Gravissimum
Educaonis (GE) antara lain
dikatakan, Karena orangtua
telah menyalurkan kehidupan
kepada anak-anak, terikat
kewajiban amat berat untuk
mendidik anak-anak mereka.
Maka, orangtualah yang harus
diakui sebagai pendidik anakanak mereka yang pertama dan
utama
Sebab merupakan kewajiban
orangtualah menciptakan
lingkungan keluarga, yang dilipu
semangat bak kepada Allah dan
kasih sayang terhadap sesama
sedemikian rupa sehingga
menunjang keutuhan pendidikan
pribadi dan sosial anak-anak
mereka. Adapun terutama
dalam keluarga Kristen, yang
diperkaya dengan rahmat serta
kewajiban Sakramen Perkawinan,
anak-anak sudah sejak dini
harus diajar mengenal Allah
dan berbak kepada-Nya dan
mengasihi sesama, seturut iman
yang telah mereka terima dalam
Baps (GE 3).
Berdasarkan dokumen
tersebut sulitlah dan dak
mungkinlah menyangkal bahwa
orangtua merupakan pendidik
yang pertama dan utama anakanaknya. Dan sebagai orangtua
Katolik diandaikan sudah lama
dan terus-menerus mereka
menjalani proses mendidik diri
mereka sendiri.
Arnya, sudah lama
dan terus-menerus mereka
membina dan mewujudkan
sikap hidup yang baik dari sudut
moral dan religius dalam diri
mereka sendiri. Bila hal itu dak
terjadi, maka dak mudahlah

28

Prof. Dr. P Alex Lanur, OFM

mendidik orang lain, dalam hal


ini anak-anak mereka sebagai
orang Katolik dengan baik dan
semes nya.

Pusat kehidupan
Dalam upaya mendidik
anak-anaknya dengan baik,
sudah semes nya orangtua
Katolik terus-menerus
menciptakan suatu lingkungan
dalam keluarganya di mana
Allah menjadi yang paling utama
dan menentukan dalam hidup
mereka. Allah adalah pusat dan
in hidup mereka.
Dalam lingkungan itu
terpelihara hubungan dengan
Allah dalam semangat bak
dengan baik, teratur, konsisten
dan bervariasi. Allah memang
mendiami terang yang tak
terhampiri dan tak seorang pun
melihat-Nya (bdk. 1 Tim 6:16).
Namun dalam keluarga tersebut,
dalam diri dan melalui orangtua
Katolik itu, Allah dialami, diakui

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

dan diperlakukan sebagai Dia


yang di dalam-Nya mereka
hidup, mereka bergerak dan
mereka berada (Kis 17: 28).
Allah yang rasanya jauh
dari jangkauan mereka, dalam
keluarga perlu terus-menerus
dirasakan dan dialami kedekatanNya. Mereka mengakui
serta menyembah-Nya dan
membiarkan Dia melibatkan diriNya dalam diri dan hidup mereka
masing-masing. Dan dari pihak
mereka kedekatan itu mereka
tunjukkan dan abadikan secara
sangat konkret dengan ada
hen nya berdoa, baik sendirisendiri maupun bersama-sama.
Mereka juga tetap
menyadari dan meyakini bahwa
Tuhannya selalu hadir dalam
diri dan rumah mereka serta
sekitarnya. Rumah mereka juga
menjadi tempat pertemuan
orang-orang lain di sekitarnya
dengan Tuhan, yang disembah
dan dicintainya. Dengan terusmenerus berdoa seper itu
mereka diantar masuk ke dalam
persekutuan dengan Tuhannya
yang lebih erat dan mesra lagi
dalam sakramen-sakramen,
khususnya Sakramen Tobat.
Persatuan yang erat mesra
dengan Tuhannya itu mencapai
puncaknya dalam Sakramen
Ekaris . Dalam Sakramen
tersebut mereka bersatu dengan
cara yang tak terkatakan dan tak
terbayangkan dengan pribadi
Tuhan Yesus, Putera Allah.
Persatuan dengan Tuhannya
itulah yang mengutuhkan diri
mereka, yang menyatukan
pelbagai sikap, ndakan serta
perilaku mereka sehingga dak

RENUNGAN
terlepas dan terpisah-pisah satu
dari yang lain. Baik diri mereka
maupun sikap serta ndakan
mereka ditentukan, dimurnikan
dan diarahkan oleh persatuan
yang tak terkatakan dan tak
terbayangkan dengan Tuhannya
itu.

Setara dan
sederajat
Sebagai keluarga Katolik,
kiranya mereka juga tetap
mengakui dan menyadari serta
yakin bahwa mereka diciptakan
oleh Tuhan menurut gambar
dan rupa-Nya (Kej 1: 26). Kiranya
mereka juga mengalami bahwa
mereka dicintai oleh-Nya sebagai
anak-anak-Nya. Karena itu dalam
keluarga mereka sendiri mereka
menerima dengan penuh syukur
kehadiran anak-anaknya, baik
laki-laki maupun perempuan,
sebagai anugerah Tuhan yang
ada taranya. Karena itu mereka
mau mendidik anak-anaknya
sesuai maksud dan tujuan dari
Dia yang memberikan dan

mempercayakannya kepada
mereka.
Kenda demikian, sebagai
orang Katolik mereka juga pas
menyadari serta terus-menerus
mengalami bahwa mereka
adalah orang-orang yang dak
luput dari dosa. Kesadaran dan
pengalaman tersebut membuat
mereka juga menyadari,
mengakui dan mengalami bahwa
Tuhanlah, Putera Allahlah satusatunya Penebus dari dosa-dosa
mereka. Mereka percaya dan
yakin akan kebenaran itu. Dan
serentak pula mereka mengalami
bahwa Allah, Putera Allah itu
dak pernah akan meninggalkan
mereka. Allah, Putera Allah itu
selalu mengampuni mereka.
Karena itu hendaknya mereka
menerima Sakramen Tobat
secara teratur.
Baik karena diciptakan
oleh Allah yang sama, maupun
karena mengalami kedosaan
dan ditebus oleh Allah, Putera
Allah yang sama, sebagai orang
Katolik mereka mengakui dan
mengalami martabat
dan kedudukan
mereka

sebagai manusia dan orang


Katolik setara dan sederajat saja
di hadapan Allah. Itulah in diri
mereka yang terdalam.
Dengan keyakinan akan
martabat dan kedudukan
seper itu, akan lebih mudahlah
bagi mereka untuk sungguh
mencintai sesama dan satu
sama lain. Kaya atau miskinnya,
pandai atau bodohnya, kuat
atau lemahnya seseorang,
misalnya, dak menentukan
in dirinya yang terdalam.
Karena itu juga hal seper itu
dak dapat menjadi halangan
untuk mencintainya atau untuk
melipu nya dengan kasih
sayang.
Memang masih banyak
hal dapat disampaikan dalam
kaitan dengan mendidik dengan
bantuan kehidupan orangtua
Katolik itu. Kehidupan yang
dimaksudkan adalah kehidupan
sebagaimana dihaya dan
dihidupi orangtua Katolik
tersebut. Pandanglah yang
disampaikan di sini sebagai
beberapa contoh bagaimana
teladan hidup yang
sungguh dihaya
dan diyakini
lebih mendidik
daripada caracara lainnya.n

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

29

BINA

IMAN

Panca Bakti
Pasutri

alam We love you, we need


you kuhaturkan dari lubuk
haku terdalam!
Di keheningan malam
tanggal 20 April, tahun pertama
Episkopatku, aku duduk
merangkai kembali goresangoresan sporadis dari catatan
harianku selama mengiku
Week-end ME di Telaga
Kahuripan Parung. Nama
Kahuripan mengingatkanku
akan kisah roman sejarah
Damarwulan dari zaman
Kerajaan Daha dan Kediri tempo
dulu.
Daya fantasiku menghantar
aku mengenang kembali saatsaat indah dalam memahami
pergumulan panggilan hidup
berkeluarga. Satu demi satu
bayangan pribadi pasutri yang
berperan sebagai pembimbing
dan peserta retret WE ME itu
terlintas. Kuangkat pena dan
kutulis hasil olahan imaginasi
dan realita yang kualami selama
week-end itu.

30

Mengiku WE ME angkatan
ke 29 membuka horison baru
dan lebih konkret bagiku
untuk semakin menghargai
senggi-ngginya kalian yang
hidup berkeluarga berdasarkan
sakramen Perkawinan
Katolik. Kalian hebat dan luar
biasa. Dalam kelebihan dan
kekurangan, kalian menerima
satu sama lain, menerima
pasangan hidupmu dengan tulus
kasih, tetapi penuh pengurbanan
(sacrifice). Kalian merasakan
arnya mencintai dengan
penuh pengurbanan. Itu berar
mencintai dengan semangat
altruiss, bukan egoiss. Kalian
mencintai secara agape bukan
semata-mata cinta erok.
Aku mengapresiasi
keputusan kalian melalui hidup
perkawinan untuk berkarya
bersama Yesus Kristus dalam
rangka menebarkan jala
kasih-Nya. Dengan menerima
Sakramen Perkawinan, kalian
bersedia menjadi sakramen

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

yang berar, pertama, tanda


keselamatan bagi orang lain.
Arnya keselamatan Allah terjadi
dalam kehidupan kalian: Allah
hadir, mencintai, memberi
kehidupan yang baru melalui
kalian. Hidup kalian dalam
semangat Kristus itu memberi
kesaksian tentang karya
penyelamatan. Itulah arnya
anda berdua menjadi tanda.
Ar kedua ialah kalian
sebagai pasutri menjadi sarana
yang diutus dan dikehendaki
Allah untuk berkarya bersama
Allah, sebagai pasutri menjadi
penebar benih-benih kasih
Allah dan memperluas rumah
kasih Allah di tengah kehidupan
manusia masa kini.
Aku juga menghargai
keputusan kalian untuk
menyediakan tenda kasih bagi
anak-anakmu. Kehangatan kasih
dan kemesraan relasi dialogismu
membuat anak-anak merasa at
home. Bangunan rumah kalian
ubah menjadi tempat yang
indah untuk bersenandung ria
bagi anak-anak, bersama kalian
sebagai ayah ibu mereka. Dengan
demikian kalian menghidangkan
segudang memori indah
menawan bagi anak-anak yang

BINA

IMAN
akan dikenang sepanjang hayat
hidup mereka.
Ketahuilah para pasutri yang
kukasihi, karena kasih se
amu
yang penuh pengurbanan, anakanakmu yang tak berdosa itu
terhindar dari bahaya keretakan
kepribadian. Keutuhan kalian
untuk hidup sebagai suami istri,
sebagai bapa ibu bagi anakanakmu, membuat mereka
bangga memanggil kalian dengan
sebutan papa, mama atau
ayah, ibu. Dengan demikian,
kalian
dak membiarkan mereka
menangis kesepian seumur
hidup karena
dak kehilangan
figur ayah dan figur mama, yang
didambakan se
ap orang.
Kalian tahu betapa pedih
ha
anak-anak yang
nggal
di pan
-pan
asuhan atau di
rumah-rumah dimana ayah atau
ibunya meninggalkan mereka
karena perceraian. Anak-anak
itu menderita seumur hidup,
terutama karena tak merasakan
pelukan, belaian mesra, tulus,
penuh kasih dari seorang ayah,
seorang mama seper
Anda.
Mengingat kebesaran
kurban tulus kalian sebagai
pasutri, sebagai ayah ibu, Aku
bangga. Aku berbangga karena
kalian berdua mau tertawa
bersama, menangis bersama,
berpelukan kasih mesra setelah
badai pertengkaran, kekecewaan
digan
oleh gelombanggelombang cinta tulus. Aku
bangga dengan kalian yang tetap
bersedia menerima, menghargai
pasangan hidupmu tanpa
syarat. Memang perkawinan
sakramental adalah suatu
komitmen untuk hidup dalam
persekutuan, bukanlah suatu
kontrak yang batas waktunya
jelas. Pernikahan katolik adalah
satu, kudus, tak terceraikan
kecuali oleh kema
an.
Dalam suasana penuh
bangga dan sukacita ini, aku

mengajak kalian semua untuk


bergandengan tangan, bahu
membahu, menyatukan ha
,
roh, budi, untuk merajut
impian hari depan kita yang
cemerlang dan indah menawan.
Kita berlari dengan langkah
riang ria, dihiasi oleh kembang
harapan, iman dan kasih, menuju
Sang Keindahan Seja
, sang
Pencipta kita. Dia menyediakan
kehidupan bahagia bagi se
ap
orang (pasutri) yang bersedia
melandasi hidup perkawinan
mereka dalam semangat kasih
tulus tanpa syarat serta beriman
penuh pengurbanan.
Marilah kita berjalan
menuju Tanah Terjanji baru,
Pelabuhan yang aman dan
damai, tempat susu dan madu
kehidupan bercampur dengan
kepahitan serta kege
ran salib.
Ingatlah, kalian telah diberi
nama baru suamiku oleh
sang wanita yang engkau kasihi
dan istriku oleh sang lelaki
yang engkau cintai. Lebih dari
itu, engkau dipanggil lembut
papaaaaa, mamaaaa oleh
buah kasih kalian yang
dak
lain adalah anak-anakmu.
Ingatlah anak-anak itu adalah

pan Tuhan, sang Empunya


kehidupan. Tuhan memanggilmu
untuk merawat, membesarkan,
melindungi mereka, bukannya
menelantarkan mereka dalam
kepedihan, kebingungan dan
amarah terpendam. Jangan
sia-siakan nama-nama indah
yang telah melekat dan menjadi
bagian integral dari dirimu.
Nomen est omen.
Bersama Gereja, kalian
sebagai pasutri dihantar ke
mahligai kehidupan bersama
dalam hidup perkawinan. Pada
tahap inilah kalian sampai pada

k yang disebut the point of


no return, ar
nya

k dimana

dak ada jalan kembali kepada


sikap hidup manusia lama.

Santo Paulus menggambarkan


dalam suratnya kepada umat
di Gala
a: manusia yang
melakukan perbuatan daging,
yaitu percabulan, kecemaran,
hawanafsu, penyembahan
berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri ha
, amarah,
kepen
ngan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah,
kedengkitan, kemabukan, pesta
pora dan sebagainya (Gal 5:1921). Hiduplah sebagai pasutri
yang dihidupkan oleh Roh,
maka kamu
dak akan menuru

keinginan daging, tetapi


menghasilkan buah Roh berupa
Kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kese
aan, kelemahlembutan,
penguasaan diri (Gal 5:22-23).
The last but not least,
pasutri yang Kukasihi,
Kuhibahkan keharibaan
pangkuanmu dan camkanlah di
relung ba
nmu Panca-bak

pasutri berikut:
1. Berbak
lah kepada
Tuhan yang dak pernah
menciptakan engkau sebagai
sampah.
2. Berbak
lah dengan semboyan
We love you, we need you.
3. Berbak
lah dengan komitmen
Dialog sebagai way of life
dan salamku Salam BPS:
bagaimana perasaan saya
terhadap pasanganku.
4. Berbak
lah kepada suami
atau istrimu dengan cinta
tulus tanpa syarat.
5. Berbak
lah kepada suami
atau istrimu dengan dasar
hukum Cinta Kasih, bukan
hukum dagang atau hukum
keadilan.
Aku mengiringi perjuangan
kalian di medan kehidupan
dengan doa-doaku sebagai
Uskupmu.
Magnificat Anima Mea
Dominum. nMgr. Paskalis Bruno Syukur,
OFM. Foto ilustrasi: hidupkatolik

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

31

BINA

IMAN

Salib Kristus
Ada ga tanda khusus
yang membedakan Salib Kristus
dengan salib-salib lainnya. Kega
tanda tersebut adalah Salib
sebagai Tanda Kemenangan,
Salib sebagai Tanda Penghinaan
dan Salib sebagai Tanda
Kemuliaan.

eap orang, terutama yang


katolik, pas kenal akan apa
yang disebut Salib Kristus.
Tapi tahukah anda bahwa yang
disebut Salib Kristus mempunyai
tanda atau identas tersendiri
yang dak dimiliki oleh salib-salib
lainnya. Bahkan bisa dikatakan
hanya satu salib yang bertanda
khusus yaitu Salib Kristus.

32

Tanda Kemenangan
Salib sebagai Tanda
Kemenangan ditengarai
dua periswa penng yaitu
periswa Kemenangan Salib
oleh Konstanus di Roma tahun
312 dan periswa keping
mengembalikan Salib Fransiskus
Xaverius di laut Ambon.
Dalam sejarah Gereja
tercatat perkaian antara umat
Kristen dan kafir diselesaikan di
kaki tembok kota Roma tahun
312. Saat itu Maxenus yang
menguasai Italia dan Afrika
ingin mengusai dunia barat.
Ia harus berhadapan dengan
Konstannus dengan kurang
lebih dua puluh lima ribu
tentara. Maxenus memasuki
kota melalui pinggir kota Roma.
Suatu hari Konstannus
melihat sinar terang berbentuk
Salib di langit. Salib itu
bertuliskan IN HOC SIGNO
VINCES, arnya dengan tanda
ini engkau akan menang.
Malam berikutnya Kristus
menampakan diri-Nya kepada
Konstannus dan berpesan agar
Ia menempatkan gambar Salib di
bendera dan perisai serdadunya.
Konstannus melaksanakan
pesan itu dan menunggu musuh
dengan keyakinan bahwa
atas bantuan Ilahi ia akan
memenangkan pertempuran.
Pasukan Maxenus mulai
menyeberangi sungai Tiber
di jembatan Milvis tanggal

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

27 Oktober 312, berhadapan


langsung dengan pasukan
Konstannus. Pertempuran
berlangsung sangat sengit.
Ribuan korban meninggal dan
tenggelam di sungai Tiber
termasuk Maxenus. Sisa
pasukannya melarikan diri
meninggalkan peperangan.
Kemenangan ini sangat
berkesan bagi umat Kristen.
Tuhan telah menunjukan kuasaNya atas dewa dewi sembahan
orang kafir. Konstannus
disambut dengan gegap gempita
keka memasuki kota Roma.
Tahun berikutnya Ia
memberikan kebebasan yang
dak terbatas kepada umat
Kristen di seluruh kekaisaran.
Dia pun mengembalikan seluruh
harta benda yang telah diambil
alih dan mengeluarkan edikta
Milan. Edikta yang disebut
edikta toleransi ini mengijinkan
seap orang bebas menjalankan
praktek agama yang dianutnya.
Periswa berikut terkait
perjalanan Santo Fransiskus
Xaverius dari India menuju
kepulauan Nusantara. Keka
mendeka pulau Ambon, angin
kencang dan ombak nggi nyaris
merenggut nyawanya dan anak
buah kapal. Saat itu angin pung
beliung menghempaskan kapal
layar yang ditumpangiNya.
Semua awak kapal panik karena
hampir tenggelam.
Fransiskus Xaverius
langsung mengambil salib
yang dikalungkan di leher. Dia
mencelupkan salib itu ke dalam
laut sambil berdoa kepada
Allah agar kapal itu terbebas
dari bahaya yang tengah
mengancam-Nya. Tapi hempasan
ombak menyebabkan salib itu
terjatuh ke dalam dasar laut.
Badai terus mengamuk
selama dua puluh empat jam.
Akhirnya kapal tersebut karam
di pinggir pulau Seram. Dalam

BINA

IMAN
keadaan yang sangat lemah
Fransiskus Xaverius dan Fausto
berjalan menuju ke sebuah desa.
Dalam perjalanan itu ba ba
seekor keping besar berjalan
membawa Salib yang terjatuh
tadi dengan capitnya menuju
Fransiskus Xaverius. Di hadapan
Fransiskus Xaverius keping
tersebut berhen, dan Fransiskus
Xaverius mengambil salib yang
dibawa keping itu.

Tanda Penghinaan
Sebagai orang Kristen tentu
kita semua mengetahui bahwa
Yesus disalib di puncak Golgota
bersama dua orang penyamun
yaitu Cosmas dan Dismas.
Sebagai orang yang dianggap
berdosa, mereka disalib sebagai
bentuk hukuman atas perbuatan
kesalahan yang dilakukan.
Terkait hal ini memang perlu
dicerma bahwa Yesus dak
dapat menolak minum dari
cawan, karena ini kehendak
Bapak-Nya. Yesus mau
melakukan ini dengan kesadaran
penuh atas segala konsekwensi
yang mbul. Arnya Yesus mau
dihina, menderita memikul
Salib bahkan sampai wafat demi
menebus dosa manusia.
Bentuk penghinaan
yang dialami Yesus sangat
menyakikan. Bayangkan saja

Yesus mengaku seorang raja


walaupun kerajaanNya bukan
dari dunia ini. Dan Pilatus tetap
memutuskan untuk menulis di
atas kayu Salib INRI, singkatan
dari YESUS NAZARENUM REX
YUDAEORUM.

Tanda Kemuliaan
Umat Katolik seluruh
dunia melakukan upacara
penyembahan dan penciuman
Salib pada Jumat Agung.
Kebiasaan ini bukan hanya
sekedar seremonial yang
dirayakan seap tahun
menjelang perayaan paskah.
Yang lebih penng bagi umat
Katholik adalah ikut merasakan
kisah sengsara dan wafatnya
Kristus dengan mengorbankan
jiwa dan raga demi menebus
dosa umat manusia.
Kisah sengsara Kristus ini
menjadi lambang Penghinaan
dan Kemenangan sekaligus
lambang Kemuliaan. Yesus
menderita sengsara, wafat di
salib dan pada hari kega bangkit
lalu naik ke surga. Itu lah tanda
Kemuliaan.
Sebagai orang Katolik kita
patut bersyukur karena dengan
kebangkitan-Nya kita boleh
berbangga dan suka cita atas
Kemenangan dan KemuliaanNya.nNicolaus Neo. Foto: Istimewa

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

33

KIPRAH

KOMISI & SEKSI

Selamat Datang
MaMeDo
Pembinaan iman Katolik sejak dini kepada anakanak adalah hal mutlak yang perlu dilakukan Gereja,
terlebih Gereja lokal. Pembinaan iman adalah
wujud serius Gereja dalam mewariskan kekayaan
iman kepada generasi muda serta melanjutkan
keberlangsungan iman hingga masa yang akan
datang. Bahkan secara khusus, komisi yang
menangani pembinaan iman anak-anak ini berada di
bawah kewenangan Kepausan secara langsung.
34

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

euskupan Bogor menyadari


tanggungjawabnya akan
hal tersebut dan berusaha
menunaikan dengan baik
tugas pewartaan yang ada
pada dirinya. Sejalan dengan
pelaksanaan tugas tersebut,
Uskup Bogor dan para Imam,
juga banyak umat menyatakan
keprihanannya terhadap
pembinaan iman bagi anak-anak
yang dinilai ala kadarnya saja.
Umumnya yang terjadi sekarang

KIPRAH

KOMISI & SEKSI


ini sekedar mengisi waktu luang
atau bahkan sebagai tempat
peni pan anak semata.
Menanggapi kondisi ini
maka Keuskupan Bogor, melalui
Dirdios terpilih RD. Lucius
Joko, hendak merangkul anakanak melalui sebuah metode
baru dalam menyampaikan
pengajaran iman. Munculah
ide menciptakan tokoh bagi
anak-anak dengan tujuan
mengenalkan dan mendekatkan
anak-anak dengan Yesus.
Metode baru dalam
katekese iman bagi anak-anak
merupakan kebutuhan yang
mendesak mengingat zaman
yang terus bergulir. Awalnya RD.
Joko memperbincangkan idenya
dengan orang-orang terpilih dan
berkompeten. Mereka terdiri
dari seniman, guru dan psikolog
anak.
Setelah beberapa kali
berbincang, akhirnya diputuskan
menghadirkan tokoh yang dapat
dengan mudah bergaul dengan
anak-anak. Diharapkan tokoh
ini bisa memasuki dunia anakanak terlebih dahulu, kemudian
dengan perlahan membawa
mereka memasuki dunia iman.
MaMeDo adalah nama
figur seekor rusa yang akan
menjadi sahabat, pengajar, serta
pencerita kisah-kisah Alkitabiah
bagi anak-anak. Pemilihan
nama MaMeDo diambil dari
moo Uskup Keuskupan Bogor
yakni Magnificat Anima Mea
Dominum. Sedangkan sosok rusa
dipilih karena menjadi simbol
dari kebijaksanaan sekaligus
menjadi ciri khas dari Keuskupan
Bogor, bahkan sebenarnya ciri
unik kota Bogor.
Kehadiran MaMeDo
diharapkan dapat menjadi sosok
yang dekat dan mengenali anakanak sehingga katekese iman
pun dapat berlangsung dengan
baik, tepat sasaran dan tepat

guna. MaMeDo diharapkan


menjadi simbol dari pengajaran
iman pada anak-anak di
Keuskupan Bogor.

Launching MaMeDo
Pada hari Raya Pentakosta,
24 Mei 2015, MaMeDo
pun diperkenalkan dan
dipersembahkan kepada anakanak di Keuskupan Bogor.
Layaknya Roh Kudus turun
atas para Rasul kemudian
menguatkan mereka untuk
memberikan kesaksian iman,
kehadiran MaMeDo pun
diharapkan dapat memberikan
pendampingan dan kekuatan
iman bagi anak-anak.
MaMeDo... Oh MaMeDo...
Sahabat kita semua
MaMeDo... Oh MaMeDo
Si Rusa yang baik ha
Itulah penggalan lagu
MaMeDo yang dinyanyikan
ratusan anak-anak BIA seKeuskupan Bogor saat launching
MaMeDo sahabat anak. Bapak
Uskup, Mgr Paskalis Bruno
Syukur hadir dalam acara ini,
didampingi si rusa sahabat anakanak, MaMeDo dan penyanyi
cilik Calista Amadea. Suasana
Puspas Katedral Bogor berubah
menjadi sangat hangat dan

penuh dengan keceriaan anakanak.


Beberapa tamu undangan
lain juga hadir. Mereka adalah
Vikjen Keuskupan Bogor, RD. Ch.
Tri Harsono, Sekjen Keuskupan
Bogor RD. Monang Damanik,
Dirnas KKI KWI, Romo Markus
Nur Widipranoto, serta Dirdios
Bogor, Romo Lucius Joko selaku
Ketua Komisi KKI keuskupan
Bogor. Para undangan dak
mau kalah ceria dengan anakanak. Mereka naik ke atas
panggung untuk ikut bernyanyi
dan bergoyang bersama.
Beberapa Imam dan Suster
serta penggiat dan penggerak
KKI-KKM Keuskupan Bogor juga
hadir dalam acara Launching
MaMeDo ini.
Kehadiran MaMeDo
merupakan sesuatu yang baru
bagi anak-anak Keuskupan
Bogor. Dia diharapkan
dapat membantu anak-anak
menumbuhkembangkan
kehidupan iman mereka.
Dengan MaMeDo anak-anak di
Keuskupan Bogor dapat semakin
mengenal dan akrab dengan
Kitab Suci. Melalui MaMeDo
anak-anak dapat menger
dan mengenal tokoh-tokoh
hebat dalam kitab suci seper
Abraham, Musa, Yakub, Yusuf,
Daud, Yohanes Pembaps dan
sebagainya. Yang paling penng
anak-anak semakin mengimani
Yesus Kristus, serta memiliki
fondasi yang kuat dan bekal yang
mantap di dalam perjalanan
hidupnya menuju kedewasaan.
Selanjutnya MaMeDo
direncanakan hadir di seap
paroki Keuskupan Bogor untuk
melakukan pengajaran di Sekolah
Minggu. Selain itu MaMeDo pun
akan menyapa dan mengajar
anak-anak melalui berbagai
macam media sosial mengingat
dekatnya anak-anak dengan
gadget dewasa ini. nRD. Lucius Joko

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

35

KIPRAH

KOMISI & SEKSI

Pertemuan Nasional Komisi


Keluarga
Perhatian Gereja pada
keluarga demikian
besar. Tak terkecuali
Gereja Indonesia. Ada
dua agenda besar
yang dibuat Gereja
Indonesia sehubungan
dengan keluarga, yakni
Pertemuan Nasional
(Pernas, 19-21 Juni
2015) dan Sidang Agung
Gereja Katolik Indonesia
(SAGKI, 02-06 November
2015).

ernas baru saja berakhir.


Keuskupan Bogor menjadi
tuan rumah karena pernas
diselenggarakan di Puri Avia,
Cipayung-Bogor. Hadir dalam
pertemuan run ga tahunan
itu 126 orang utusan dari
Komisi Keluarga Keuskupan
se-Indonesia dan organisasi/
kategorial berbasis keluarga,
bahkan ada dua orang utusan

36

dari Johor, Malaysia.


Tema yang diusung adalah
Pembinaan Pastoral Keluarga
Berjenjang. Komisi Keluarga KWI
mengajak semua Komisi Keluarga
di Keuskupan-Keuskupan untuk
memperhakan pembinaan
keluarga mulai dari masa
kelahiran anak, masa kanakkanak, masa remaja, masa
dewasa, pra-perkawinan, hidup
perkawinan usia muda, madya,
dan dewasa. Demikian halnya
dengan keluarga-keluarga yang
berada dalam situasi sulit.
Pembinaan Pastoral Keluarga
Berjenjang hendak menyentuh
keluarga dalam seap
situasinya dan seap tahap
perkembangannya. Dengan
demikian, pembinaan keluarga
bisa terjadi secara utuh dan
menyeluruh.
Dalam homili di Misa
pembukaan, Mgr Frans Kopong
Kung yang didampingi Romo
Hartono, MSF (sekretaris
eksekuf Komisi Keluarga KWI)
dan Romo Alf. Sutarno (ketua
Komisi Keluarga Keuskupan
Bogor) mengingatkan para
peserta pertemuan untuk

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

Foto ilustrasi: jangkarkeadilan.com

memiliki kecintaan dan semangat


juang bagi pada keluarga. Ia
mengibaratkan semangat kita
seper semangat juang Santo
Paulus yang dengan gigih
berjuang bagi pewartaan Yesus
yang bangkit. Kita semua harus
mencintai dan berjuang bagi
keluarga. Dan perjuangan kita
harus dijiwai oleh cinta Yesus
kepada Gereja, paparnya.
Usai misa pembukaan,
Romo Arist, MSF memaparkan
hasil rekap quisoner mengenai
keluarga di Indonesia. Dari sini
nampak bahwa keluarga-keluarga
di Indonesia memerlukan
pastoral yang serius, khususnya
untuk soal: perkawinan campur,
perceraian, perkawinan adat,
keluarga berencana, poligami,
single parent, dan narkoba.
Hari-hari berikutnya
pernas diisi dengan pemaparan
soal pastoral keluarga
berjenjang, diskusi-diskusi
pendalaman materi pastoral,
dan kemungkinan realisasi di
keuskupan masing-masing.
Hasil pernas ini selanjutnya
akan menjadi bahan diskusi juga
dalam SAGKI bulan November di
Via Renata-Cipanas-Puncak. nPAS

KIPRAH

KOMISI & SEKSI

Pelantikan Dewan Pastoral


Keuskupan

erdapat hal yang berbeda


pada Perayaan Ekaris
Sabtu, 23 Mei 2015 pukul
17.00 WIB. Selain diadakan
Perayaan Ekaris , pada hari
itu diadakan pula Pelan kan
Dewan Pastoral Keuskupan
Bogor bertempat di Gereja Santo
Fransiskus Asisi, Sukasari, Bogor.
Perayaan Ekaris dipimpin Mgr.
Paskalis Bruno Syukur, OFM
sebagai selebran utama bersama
RD. Christoforus Tri Harsono
(Vikjen Keuskupan Bogor) dan
RD. Yus nus Monang Damanik
(Sekretaris Keuskupan Bogor).
Terdapat 14 orang yang

dilank menjadi Dewan Pastoral


Keuskupan Bogor masa bak
2015 - 2019. Mereka adalah:
RD. Yohanes Driyanto, RD.
Christoforus Tri Harsono, RD.
Yusnus Monang Damanik, RD.
Stefanus Sri Haryono Putro, RD.
Markus Lukas, RD. Jimmy JR,
RD. Stefanus Edwin Ticoalu, RD.
Lucius Joko K., Bpk. Antonius
Sulistyo, Bpk. FX Teguh Santoso,
Bpk. Mikail Agus Muhardi,
Ibu Yan Christ, Ibu Heyana
Yasin Rahardja, Bpk. Thomas
A. Suhardjono, dan Bpk. Al. R.
Soebandrijo P.
Seusai Perayaan Ekaris
diadakan ramah tamah di
Pastoran Paroki St. Fransiskus
Asisi. Dalam ramah tamah
diadakan pula acara potong kue
memperinga ulang tahun Mgr.
Paskalis Bruno Syukur, OFM yang
ke-53.nKomsos Keuskupan Bogor

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

37

JEJAK

Sekelumit Awal Sejarah


Seminari Stella Maris
sedangkan kelas 3 sampai 7
masing-masing mendapat
satu tempat dur. Yang suka
kasur dapat memperoleh kasur
sederhana, nyaman karena diisi
dengan kapas. Mereka yang dak
suka kasur, memperoleh kar
yang bisa dibentangkan di atas
papan tempat dur. Tentu saja
seap siswa memperoleh lemarilemari kecil guna menyimpan
barang-barang pribadi.
nPater rektor VD Laan diapit oleh dua orang tamat Seminari

walnya bisa dikatakan


sangat sederhana dalam
segala-galanya. Pada 28
November 1950 dimulailah
pendidikan Seminari Menengah
Stella Maris yang didirikan Mgr.
N. Geise OFM. Saat itu beliau
menjabat Prefektur Apostolik
Sukabumi.
Dukungan penuh diberikan
Saudara-saudara Dina Fransiskan
(OFM) di Cicurug, Sukabumi.
Waktu itu mereka memiliki
Biara Padua yang terletak
bersebelahan dengan kompleks
seminari. Para seminaris pun
menikma makanan dari dapur
yang sama.

Kompleks Seminari
Sekarang ini seluruh
kompleks seminari sudah
menjadi kompleks pastoran
dan gedung gereja paroki
Cicurug yang nampak megah.
Dari gedung yang lama hanya
ternggal kusen-kusen beserta
daun pintu dan daun jendela
yang tetap dipasang pada
gedung pastoran yang baru itu.
Keka penulis masuk
seminari ini pada tahun 1957,
keadaan masih sama seper
awal berdirinya. Ada lima

38

bangunan dalam kompleks


ini. Yang paling bagus gedung
paling depan, seluruhnya
bertembok dengan lantai ubin
zaman Belanda. Gedung ini
dipergunakan untuk kelas-kelas,
ruang rekreasi, ruang makan,
kapel dan sakris.
Pada bagian belakangnya
ada gedung setengah tembok,
untuk tempat nggal pater
rektor dan ruang pengobatan.
Di seberangnya ada rumah
sederhana, untuk menginap
karyawan dan tempat setrika. Di
belakang rumah ini ada sebuah
gedung berdinding papan yang
digunakan sebagai ruang dur.
Di depannya ada kamar-kamar
mandi dengan halaman terbuka
untuk bermain bulutangkis di
tengah-tengahnya.
Pada bagian paling
belakang, dengan menuruni
sebuah tangga, ada rumah
terbuka yang dipakai sebagai
kelas dan tempat bermain.
Keempat bangunan belakang
ini lah yang sekarang menjadi
gedung gereja paroki.
Ruang dur diisi dengan
tempat dur sederhana.
Anak-anak kelas 1 dan 2 dur
di tempat dur berngkat,

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

Kelas istimewa
Pemeliharaan seluruh
kompleks dikerjakan oleh anakanak seminari sendiri, mulai
jalan raya sampai tebing sungai
di belakang seminari. Sapu
menyapu dilaksanakan sesudah
makan pagi sampai sekolah
dimulai. Hal-hal yang lebih
berat dikerjakan sesudah dur
siang sampai jam belajar sore.
Cuci pakaian dikerjakan oleh
karyawan.
Jumlah siswa seminari
daklah besar. Waktu saya
masuk pada 1957, siswa
seminari hanya berjumlah
25 orang, tersebar dari kelas
satu (lulusan SD) sampai kelas
enam, ditambah satu kelas
ismewa untuk tamatan SMP.
Kelas ini dinamakan kelas BC,
singkatan dari bahasa Belanda
Brug Clas yang arnya kelas
jembatan. Melalui kelas ini siswa
diharapkan bisa mengiku kelas
empat pada tahun berikutnya.
Jumlah murid seap kelas
sangatlah kecil. Lima orang
seper kelas saya keka itu
sudah termasuk besar. Pernah
malahan ada yang hanya satu
orang dalam satu kelas. Tetapi
anaknya pintar bukan main,
sehingga sang guru harus

JEJAK
mempersiapkan bahan secara
ekstra.
Karena hanya sendirian,
maka semua beban pelajaran
dipikul sendirian juga. Akibatnya,
over-spannend, otak menjadi
super tegang, pusing. Dia
diisrahatkan di P.S. St. Yusup
Sindanglaya. Namun justru dialah
yang menjadi juara sekolah. Dia
adalah Mgr. Leo Laba Ladjar
OFM, Uskup Jayapura sekarang.
Pelajaran seminari waktu
itu mengiku model Belanda,
semacam gimnasium. Pelajaran
yang diberikan dak terikat pada
program pemerintah Indonesia.
Yang dipelajari lebih menyangkut
pelajaran-pelajaran humaniora
seper agama, kitab suci,
sejarah Gereja, bahasa Lan,
Bahasa Belanda, Bahasa Inggris,
Bahasa Perancis, Bahasa Sunda,
dan Bahasa Indonesia. Bahasa
Yunani dan Bahasa Ibrani dak
diberikan. Pengajarnya diambil
dari para Pater Fransiskan yang
menghuni Biara Padua.
Dengan demikian pergaulan
siswa seminari dengan para Pater
dan Frater Biara Padua sangatlah
erat. Walaupun kami bebas
memilih masuk ke Ordo apa
pun atau Praja Keuskupan mana
pun, secara praks para siswa
ini sudah seper fransiskanfransiskan kecil.
Mgr. N. Geise OFM, sang
pendiri, memang berpandangan
luas. Kenda jumlah murid hanya
segenggam dan seluruhnya
nyaris dibiayai pihak Prefekturat
Sukabumi, namun terbuka untuk
masuk Ordo apa pun dan praja
mana pun. Sifat keterbukaan
ini membuat seminari dak
picik dan semangat misionernya
sudah terbuka.
Demi kesehatan jasmani
dan mental, seap hari Kamis
kami berjalan kaki ke tempat
pemandian Cimela. Kami, di
sana, bisa berenang sepuasnya
sampai siang hari. Jam 12

nDi depan Seminari, iseng main musik 1958, Matinus, Mamad,


Suhardi, Mudjiono

sudah harus berada kembali di


seminari.
Seap hari Minggu, sesudah
misa pagi dan makan pagi,
bersama para Fransiskan kami
harus berjalan-jalan entah ke
mana selama dua jam. Satu
kelompok minimal terdiri
atas ga orang. Supaya dak
gampang menyeleweng, kata
pimpinan ke ka itu. Dengan
demikian kami mengenal betul
seluk beluk daerah Cicurug.
Cicurug kan dak besar!

Program Pemerintah
Sesuai perkembangan
zaman, akhirnya dirasa perlu
program pengajaran seminari
disesuaikan dengan program
pemerintah: SMP dan SMA.
Mata pelajaran pun menjadi
lebih banyak lagi. Guru-guru
juga harus ditambah. Untuk SMP
dak begitu sulit, bisa diambil
dari SMP Mardi Yuana. Tapi
untuk SMA, Pater van der Laan
OFM, Rektor, harus pontangpan ng mencari guru.
Harus diingat, waktu itu
Indonesia masih belum semaju
sekarang. Hanya ada satu buku
untuk bahasa Jawa Kuno dan
dak ada satu kamus pun.
Untuk bahasa Jerman, dak
ada buku yang dijual, sehingga
Pater Remidius Wijbrands OFM
bersusah-payah menerjemahkan
buku yang dipakai siswa Belanda
yang belajar Bahasa Jerman.
Kamus dak ada.

nPater Alfons S. Suhardi, OFM

Kami berjuang untuk


survive. Kelas penulis menjadi
kelas pertama yang ikut ujian
negara. Semua lulus dan,
katanya, salah seorang juara
pertama se-kota Bogor.

Pindah ke Sukasari
Lama kelamaan keadaan di
Cicurug dak sesuai lagi untuk
pendidikan se ngkat seminari.
Maka diputuskan pindah ke
Bogor pada 1961. Tempat
pertama terletak di bekas
gedung milik orang Cina yang
kembali ke negaranya. Gedung
ini sekarang menjadi gedung
Gereja St. Fransiskus, Jl. Sukasari,
Bogor.
Sangat menarik mengenang
perjalanan sejarah seminari
Stella Maris. Dua gedung
seminari Stella Maris: di
Cicurug dan Sukasari menjadi
gedung Gereja Paroki beserta
pastorannya. Hal ini menjadi
suatu pertanda profe s
atau kenabian. Seminari
Stella Maris menjadi dasar
bagi berkembangnya Gereja
setempat.nAlfons S. Suhardi, OFM

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

39

KEMAH

TUHAN

Gereja Tenda Biru


Suara gesekan daun
bambu menyambut saya
ketika menginjakkan
kaki di Jalan Metro
Parung Nomor 36.
Lansekap hijau
memanjakan mata
ketika memasuki
halaman. Di mana
gerejanya? Tanya saya
dalam hati.

etelah berjalan 10 meter


dari pintu gerbang, mata
saya terpaku pada sebuah
bangunan semi permanen
beratap biru. Keka mendekat,
ternyata itu lah kemah
Tuhan yang saya cari. Ruang
berukuran sekitar 25 x 17 m
dak berdinding sehingga
angin leluasa bergerak. Pohon
pucuk merah ditanam sebagai
pembatas di sekelilingnya.
Warna biru di atap adalah terpal.
Struktur atap menggunakan
rangka besi

40

nTampak luar Gereja Katolik Santo Joannes BaptistaParung

yang biasa digunakan untuk


tenda pesta. Bentuknya atap
pelana dibuat bersusun supaya
terbentuk lubang udara,
sehingga ruang di bawah terpal
dak terlampau panas terutama
saat siang hari.

Panti Imam
Di bawah tenda senggi
tujuh meter itulah perayaan
ekaris dilakukan sejak 2008.
Pan imam berada 60 cm lebih
nggi dari lantai pan umat.
Pembatas ruang pan iman

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

dengan ruang di belakangnya


berupa dinding yang dihiasi
lukisan. Lukisan di sisi kiri
menggambarkan wafat Yesus
Kristus, sedangkan di sisi kanan
tentang Kebangkitan-Nya. Di
antara ke dua lukisan terpaku
salib ukuran kecil di dinding
berwarna puh.
Meja altar terbuat dari kayu
mengkilap. Di bagian bawah
meja altar ditempel cetakan
patung perjamuan terakhir
berwarna emas, tampak serasi
dengan warna coklat kayu. Di
bagian kiri dan kanan pan imam
terdapat mimbar yang terbuat
dari kayu. Kursi imam berada di
belakang meja altar.
Masih dalam kesatuan
dengan dinding pan imam,
dari pan umat dapat kita
lihat lukisan dengan tema lain.
Sebelah kiri bergambar logo
paroki St. Joannes Bapsta
Parung. Di sebelah kanan, tepat,
di bagian pan koor bergambar
enam rumah ibadat. Lukisan
enam rumah ibadat itu ide dari
Romo Gaib, kata Sekretaris
Paroki Agusnus Indarto.
Romo A. Simbul Gaib
Pratolo, Pr

KEMAH

TUHAN

adalah pastor paroki ini. Lukisan


tersebut seper mengatakan
bahwa sebagai umat beragama
ciptaan Tuhan, kita harus saling
menghorma dan tetap hidup
berdampingan dengan damai.
Is mewanya, lukisan-lukisan
tersebut digambar oleh seorang
warga non Katolik yang menjalin
hubungan baik dengan kelompok
Orang Muda Katolik (OMK)
paroki ini.
Kapasitas ruang di bawah
tenda memuat sekitar 300 orang.
Biasanya dalam misa mingguan,
yang hanya dilakukan pada
Minggu pagi, kehadiran umat
mencapai 700 orang. Selebihnya
umat duduk di halaman dan
saung yang berada di sekitar
tenda. Karena posisi ruang di
bawah tenda lebih rendah dari
jalan, pada lantai paving block di
sekeliling ruang dibuat saluran
air yang ditutup jeruji besi
sebagai an sipasi mengalirnya
air hujan ke pan umat.

Kapel
Di belakang pan imam
terdapat sebuah kapel yang
dibangun pada 2007. Sebelum
tenda ada, kegiatan ekaris
dilaksanakan di bangunan
permanen berukuran sekitar
11 m x 7,5 m. Di dalam kapel
terdapat pan imam dan pan
umat. Pan imam lebih nggi 60

cm daripada pan umat sehingga


menunjukkan bagian utama
kapel.
Pada bagian kiri dinding
kapel terdapat lukisan kanvas
Santo Paulus dan bagian kanan
Santo Agusnus. Tabernakel
berada di bagian tengah pan
imam. Tabernakel ini sekaligus
menjadi bagian dari kegiatan
misa di bawah tenda.
Meja altar ditutup dengan
kain puh tampak serasi dengan
warna dinding kapel. Sebuah
mimbar terletak di sebelah kiri
meja altar. Kursi imam terletak
di sisi kanan tabernakel. Sakris
berada di sebelah kanan pan
umat.
Tempat duduk pan umat
menggunakan kursi plask. Jika
dak dipakai ibadat, ruang ini
berfungsi untuk kegiatan paroki
lain seper Bina Iman Anak,
pertemuan misdinar dan lahan
koor dan sebagainya. Sedaknya
150 umat dapat ditampung di
kapel ini. Pencahayaan alami
didapat dari kaca-kaca yang
dipasang tepat di bawah plafon.

Pantang Menyerah
Terbatasnya ruang di paroki
ini dak menyurutkan kegiatan
umat. Misalnya keka OMK
hendak berlah koor, kelompok
belajar komuni pertama
mengambil tempat di kapel,
atau sebaliknya. Kelompok Bina

Iman Anak dan Wanita Katolik


biasanya melakukan kegiatan di
saung yang terletak di halaman
luar tenda. Namun, tempattempat tersebut bisa saja dipakai
oleh kelompok lain asalkan saling
berkoordinasi. Ruang pengakuan
dosa juga dak bertempat
khusus seper di gereja lainnya.
Ruang sakris dan sound system
dapat beralih fungsi untuk
sementara waktu.
Sejak 2000, Joannes Bapsta
telah ditetapkan sebagai paroki
yang sebelumnya berbentuk
stasi. Namun, sampai saat ini
paroki belum mendapatkan izin
membangun bangunan gereja.
Sebelum dibangun kapel dan
tenda, umat beribadat di Garden
Restaurant, Lebak Wangi.
Kini lahan seluas 1,5
hektare telah tersedia. Rencana
membangun gereja dengan
bangunan permanen pun telah
disiapkan. Upaya memperoleh
izin membangun hingga saat
ini terus dilakukan oleh pastor
dan dewan paroki. Hubungan
baik dengan berbagai pihak
di sekitar gereja juga selalu
dijaga. Salah satunya pihak
gereja menyediakan saung
khusus berjualan seap Minggu
bagi warga sekitar. Letaknya
di halaman gereja dekat pintu
gerbang. Pengaturan parkir
kendaraan pun diserahkan pada
warga sekitar. nMargaret Arni

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

41

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Biaya Pendidikan
Bisa Dikurangi

P. Frans Lamuri, SVD

agi kebanyakan orang tua


yang memiliki anak usia
sekolah, bisa dipas kan
masa antara bulan Juni-Juli
merupakan masa penuh
tantangan. Di bulan-bulan ini,
orang tua harus mengerahkan
segala upaya dan perha annya
untuk urusan sekolah. Termasuk
dalam hal ini menyediakan
sejumlah dana tertentu untuk
biaya sekolah
Para orangtua sadar betul
bahwa pendidikan merupakan
proses mencetak generasi
penerus bangsa yang berkualitas.
Rendahnya mutu pendidikan
menghambat penyediaan
sumber daya manusia yang
mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk memenuhi
pembangunan bangsa di
berbagai bidang. Dengan
perkataan lain maju daknya
suatu negara sangat erat
kaitannya dengan pelaksanaan
pendidikan itu sendiri.
Kenyataan menunjukkan
bahwa pendidikan yang baik
membutuhkan biaya yang dak
sedikit. Tidak semua orangtua

42

mampu membiayai anaknya


untuk memperoleh pendidikan
yang baik. Itulah sebabnya di
manapun kita bisa melihat
dengan mata telanjang sejumlah
anak putus sekolah karena
berbagai faktor, terutama biaya
sekolah yang melangit.
Memang pemerintah sudah
mencanangkan pendidikan gra s
dan bahkan pendidikan wajib 12
tahun. Akan tetapi ada biayabiaya lain yang harus ditanggung
siswa itu sendiri. Misalnya biaya
perjalanan ke sekolah seap
hari sekolah, biaya membeli
buku, seragam, dan peralatan
sekolah dan lain-lain. Biaya ini
daklah murah, bahkan mungkin
lebih mahal dibandingkan biaya
pendidikan itu sendiri.
Selain itu, biaya hidup
sehari-hari semakin meninggi.
Ini lah yang terkadang membuat
masyarakat lebih memilih
bekerja mencari naah
dibanding harus melanjutkan
pendidikan anak-anaknya
Melihat keadaan ini, Frans
Lamuri, SVD usai Misa Jumat
Pertama bagi para pekerja dan

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

kantor di gedung Ericson,Pondok


Indah, Jakarta Selatan (Jumat,
8/5/2015) menuturkan sudah
sewajarnya sekarang pihakpihak terkait seper pemerintah
atau pengelola sekolah bisa
mengurangi beberapa pos biaya
pendidikan.
Pastor Frans Lamuri terus
terang mengatakan Saya
belum siap menjawab secara
baik. Tetapi menurut saya
sudah sewajarnya pihak-pihak
terkait memberikan kebijakan
mengurangi beberapa pokok
biaya pendidikan. Selain itu para
orangtua tetap wajib menjadi
teladan dan sumber pendidikan
dalam keluarga. Itu yang paling
penng.
Dalam khotbahnya
dihadapan 40-an para pekerja
Pater Frans menyatakan agak
merinding dengan keadaan
yang terjadi sekarang ini.
Dalam dunia polik kasih
sering diabaikan dan menjadi
sesuatu yang dak penng. Yang
diutamakan adalah kepenngan
pribadi atau golongan. Begitu
juga dalam dunia kerja (bisnis),
walau dak semua. Sering kali
kasih itu diabaikan. Yang ada
adalah keuntungan (profit),
ujarnya.
Namun Pastor yang
bertugas di rumah SVD Jalan
Matraman Raya 125 ini mengajak
kita untuk terus menerus
meneladani kasih Yesus yang
terlukai oleh dosa dan salah
kita. Kasih yang berasal dari
Yesus membuat kita tumbuh dan
berbuah.
Oleh sebab itu kita harus
saling meneduhkan satu sama
lain baik dalam keluarga, tempat
kerja maupun masyarakat.
Dengan kasih Yesus kita mampu
menerobos dan menghancurkan
tembok-tembok apapun dalam
kehidupan kita.
nDarius Lekalawo

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Jumlah Umat Katolik


Meningkat

nnuarium Ponficium (Buku


Tahunan Kepausan) 2015
dan Annuarium Stascum
Ecclesiae (Buku Tahunan Sta
s
k
Gereja) 2013 memperlihatkan
beberapa aspek baru dalam
kehidupan Gereja sejak Februari
2014 hingga Februari 2015. Juga
menunjukkan perubahan yang
terjadi tahun 2013.
Sta
s
k tahun 2013
menunjukkan dinamika Gereja
Katolik di 2989 yurisdiksi
gerejawi di dunia. Dalam
periode ini satu keuskupan dan
dua eparki (keuskupan untuk
Katolik Timur) di
ngkatkan
menjadi tahta metropolitan.
Juga didirikan
ga tahta
episkopal baru,
ga eparki dan
satu eksarkat episkopal agung
(semuanya untuk Katolik Timur).
Selain itu satu prelatur teritorial
di
ngkatkan menjadi keuskupan,
dan satu prefektur apostolik
menjadi vikariat apostolik. Data
ini dikeluarkan pihak Va
kan
bulan April lalu.
Lebih lanjut data tersebut
mengungkapkan bahwa sejak
tahun 2005, jumlah umat Katolik
di seluruh dunia meningkat
dari 1.115.000.000 menjadi
1.254.000.000. Jadi meningkat
139 juta umat. Bahkan dalam
dua tahun terakhir, umat Katolik
yang dibap
s meningkat dari
17,3% menjadi 17,7%.
Ada peningkatan 34% umat
Katolik di Afrika, yang mengalami
pertumbuhan penduduk
1,9% antara tahun 2005 dan
2013. Anehnya peningkatan
umat Katolik di Asia lebih

nggi daripada pertumbuhan


penduduk di Asia (3,2% di

tahun 2013 dibandingkan 2,9%


di tahun 2005). Di Amerika,
umat Katolik terus mewakili
63% pertumbuhan penduduk.
Eropa yang jumlah penduduknya
stagnan, mengalami sedikit
peningkatan dalam jumlah umat
yang dibap
s beberapa tahun
terakhir. Sedangkan persentase
umat Katolik yang dibap
s di
Oseania tetap stabil meskipun
jumlah penduduknya menurun.
Sejak 2012 hingga 2013,
jumlah uskup bertambah 40 dari
5.133 menjadi 5.173. Di Amerika
Utara dan Oseania terjadi
pengurangan jumlah uskup dari
6 menjadi 5. Berbeda dengan
bagian lain benua Amerika
itu yang jumlah uskupnya
bertambah menjadi 23 uskup. Di
Afrika jumlah uskupnya menjadi
5, di Asia 14 dan Eropa 9.
Jumlah imam, diosesan dan
religius, meningkat dari 414.313
di tahun 2012 menjadi 415.348
di tahun 2013. Tapi calon imam,
baik diosesan maupun religius
turun dari 120.616 di tahun 2011
menjadi 118.251 di tahun 2013.
Dilihat dari sisi daerahnya, di
Afrika justru rerjadi peningkatan
1,5 %, dibandingkan di Asia yang
turun 0,5%, Eropa turun 3,6%

dan Amerika Utara 5,2%.


Berbeda dengan jumlah
diakon permanen yang terus
tumbuh subur. Tahun 2005
tercatat angka 33.391, tapi tahun
2013 menjadi 43.000. Secara
khusus 96,7 % dari mereka
berada di Amerika Utara dan
Eropa. Sisanya yang 2,4% terbagi
di Afrika, Asia dan Oseania.
Jumlah kaum religius
berkaul selain imam tumbuh
1%, dari 54.708 di tahun 2005
menjadi 55.000 di tahun 2013.
Peningkatan jumlah itu terjadi
di Afrika sebesar 6% dan Asia
sebesar 30%. Di Amerika terjadi
penurunan sebesar 2,8%, Eropa
turun 10,9% dan Oseania: 2%.
Penurunan signifikan justru
menguat pada kaum religius
wanita. Saat ini jumlah kaum
religius wanita tercatat sebanyak
693.575 dibandingkan dengan
760.529 di tahun 2005. Jumlah
penurunan terbanyak terjadi di
Eropa sebesar 18,3%. Kemudian
berturut-turut penurunan di
Oseania sebesar 17,1 % dan
Amerika sebesar 15,5 %. Namun,
di Afrika justru tercatat ada
peningkatan sebesar 18% dan
Asia sebesar 10%.nVatican Information
Service/ Foto ilustrasi: darius lekalawo

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

43

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Tahun Yubileum
Kerahiman

ahun Yubileum Kerahiman


akan menjadi sebuah
kesempatan bagi semua
orang Kristen dalam memenuhi
kebutuhan nyata. Mereka
dapat memberi bantuan nyata,
mengalami sebuah peziarahan
seja dengan berjalan kaki,
dan mengutus para misionaris
kerahiman di seluruh dunia
untuk mengampuni mereka yang
berdosa bahkan dosa paling
serius. Demikian dikatakan
Uskup Agung Rino Fisichella,
Presiden Dewan Kepausan untuk
Promosi Evangelisasi Baru.
Dewan Kepausan ini adalah
kantor yang mengorganisir
acara-acara untuk Tahun Suci
Kerahiman.
Tahun Yubileum Kerahiman

44

selama setahun juga mencakup


beberapa hari Yubileum pribadi,
seper untuk Kuria Roma, para
katekis, para remaja dan para
tahanan, lanjut Uskup Agung
Fisichella.
Dalam konperensi pers di
Vakan bulan Mei lalu, Uskup
Agung Fisichella meluncurkan
doa, logo, kalender acara dan
rincian resmi lain dari Tahun
Yubileum Kerahiman. Tahun
yubileum ini akan dirayakan
mulai Hari Raya Santa
Perawan Maria Dikandung
Tanpa Noda (8 Desember
2015) sampai Hari Raya
Tuhan Kita Yesus Kristus Raja
Semesta Alam (20 November
2016).
Uskup menjelaskan, moo
Bermurah Ha Seper Bapa
berfungsi sebagai undangan
untuk mengiku teladan
Bapa yang murah ha, yang
meminta kita dak menghakimi
atau menghukum tetapi
mengampuni serta memberi
kasih dan pengampunan
tanpa batas. Beberapa waktu
sebelumnya Paus Fransiskus
telah mengungkapkan niatnya
untuk memberitakan sebuah
tahun suci sebagai cara
gereja membuat lebih jelas
perutusannya menjadi saksi
kerahiman.
Salah satu cara
menunjukkan keprihanan
keibuan Gereja adalah dengan
mengirimkan para misionaris
kerahiman. Mereka adalah para
imam khusus yang dipilih dan
diberikan wewenang untuk
mengampuni bahkan dosa paling
serius. Inilah yang diinginkan

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

Paus Fransiskus seper


ditulis dalam Misericordiae
Vultus, (Wajah Kerahiman),
sebuah dokumen resmi yang
memberitakan Tahun Suci.
Uskup Agung Fisichella
mengatakan para imam tersebut
akan dipilih berdasarkan
kemampuan mereka
memberitakan segala hal dengan
baik, terutama yang bertemakan
kerahiman. Mereka pun sekaligus
menjadi bapa pengakuan yang
baik. Arnya mereka dapat
mengungkapkan kasih Allah
serta dak membuat kamar
pengakuan seper sebuah
kamar penyiksaan. Para imam
juga harus memiliki kesabaran
dan sebuah pemahaman akan
kerapuhan manusia, kata uskup
agung.
Untuk itu para uskup dapat
merekomendasikan kepada
dewan imam keuskupan masingmasing seorang atau lebih imam
menjadi misionaris kerahiman.
Atau para imam, secara sendirisendiri, dapat mengajukan
permohonan menjadi misionaris
kerahiman. Permohonan dikirim
ke Dewan Imam yang bersama
Uskup akan mempermbangkan
dan memaskan yang
bersangkutan cocok atau
dak menjadfi misionaris
kerahiman. Dengan perkataan
lain, imam yang bersangkutan
harus memiliki persetujuan
uskup untuk menjadi seorang
misionaris kerahiman.

Acara Yubileum
Uskup Agung Fisichella
menekankan penngnya
menghidupi Tahun Suci sebagai
sebuah peziarahan seja
dengan unsur-unsur doa dan
pengorbanan yang tepat.
Kami akan meminta para
perziarah untuk membuat
sebuah perjalanan dengan
berjalan kaki, mempersiapkan

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA
diri mereka untuk melewa Pintu
Suci dalam semangat iman dan
pengabdian, katanya.
Lebih dari selusin perayaan
Yubileum pribadi dijadwalkan
pada 2016. Misalnya acara
Yubileum bagi para pelaku hidup
bak pada tanggal 2 Februari
hingga penutupan Tahun
Hidup Bak; Yubileum untuk
Kuria Roma pada 22 Februari;
Yubileum bagi mereka yang
berdevosi kepada spiritualitas
Kerahiman Ilahi pada Minggu
Kerahiman Ilahi 3 April. Juga
yubileum-yubileum khusus untuk
para remaja, para diakon, para
imam, orang-orang sakit dan
cacat serta para katekis.
Yubileum untuk para
pekerja dan relawan kerahiman
akan dirayakan pada Pesta
Beata Bunda Teresa dari Kalkuta
5 September. Sedangkan
Yubileum untuk para tahanan
akan dirayakan 6 November.
Khusus untuk para narapidana,
Paus Fransiskus menginginkan
Yubileum dak hanya dirayakan
di penjara, tetapi dirayakan
bersama dia di Basilika Santo
Petrus, Vakan. Untuk itu dewan
kepausan sedang membahas
kemungkinan terlaksananya hal
tersebut bersama pemerintah
setempat. Dewan sendiri
belum yakin apakah hal itu bisa
dilakukan.
Vakan meminta para uskup
dan para imam di seluruh dunia
untuk melakukan gerakan isyarat
persekutuan yang sama secara
simbolik dengan Paus Fransiskus
dan visinya menjangkau mereka
yang di pinggiran.
Sebagai tanda nyata
amal kasih paus, kata Uskup,
langkah-langkah yang efekf
akan diambil untuk memenuhi
kebutuhan nyata yang akan
mengungkapkan kerahiman di
dunia melalui bantuan nyata.
Pada konferensi pers

tersebut, Dewan Kepausan


untuk Promosi Evangelisasi Baru
membagikan doa Paus Fransiskus
dalam berbagai bahasa dan
logo Tahun Suci. Logo ini
menampilkan Yesus, Sang
Gembala yang Baik, memikul
jiwa yang hilang. Gambar
itu menunjukkan kasih Kristus
yang membawa kita kepada
pemenuhan misteri penjelmaanNya dan berpuncak dalam
penebusan, kata uskup agung.
Gambar yang diciptakan
Pastor Marko Rupnik, SJ juga
menunjukkan salah satu
mata Yesus yang menyatu
dengan mata manusia untuk
menunjukkan bagaimana

Kristus melihat dengan mata


Adam, dan Adam dengan mata
Kristus.
Dewan telah bergabung
dengan United Bible Sociees
untuk mendistribusikan kupan
Injil Markus kepada satu juta
peziarah secara gras. Teks
tersebut tersedia dalam tujuh
bahasa. Situs resmi Yubileum
Kerahiman juga tersedia
dalam tujuh bahasa. Situs
tersebut adalah hp://www.
im.va/content/gdm/en.html.
Twiernya: @Jubilee_va.
Halaman Facebook dan account
tersedia pada Instagram, Flickr
dan Google+.nKatekesekatolik.Blogspot.

Doa Paus
Fransiskus Untuk
Yubileum

dengan pengampunan dan


kerahiman. Biarkan Gereja
menjadi wajah-Mu yang kelihatan
di dunia, wajah Tuhannya yang
bangkit dan dimuliakan.
Engkau menghendaki agar
para pelayan-Mu juga akan
mengenakan kelemahan
agar mereka dapat merasa
kasihan kepada mereka yang
berada dalam ke
daktahuan dan
kekeliruan. Biarkan semua orang
yang menjamah mereka merasa
dicari, dikasihi, dan diampuni
oleh Allah.
Utuslah Roh-Mu dan
kuduskanlah se
ap orang
dari kita dengan urapannya,
sehingga Yubileum Kerahiman
dapat menjadi sebuah tahun
rahmat dari Tuhan dan GerejaMu, dengan antusiasme yang
diperbarui, dapat membawa
kabar baik kepada orang miskin,
memberitakan kebebasan
untuk para tawanan dan orang
ter
ndas, dan memulihkan
penglihatan bagi orang buta.
Kami mohon ini melalui
perantaraan Maria, Bunda
Kerahiman, Engkau yang hidup
dan memerintah bersama Bapa
dan Roh Kudus untuk selamalamanya. Amin

Tuhan Yesus Kristus,


Engkau telah mengajarkan
kami bermurah ha
seper
Bapa
surgawi, dan telah mengatakan
kepada kami bahwa barangsiapa
melihat Engkau melihat-Nya.
Tunjukkanlah kepada kami
wajah-Mu dan kami akan
diselamatkan.
Tatapan-Mu yang penuh kasih
membebaskan Zakeus dan Ma
us
dari perbudakan uang, para
pezinah dan Maria Magdalena
dari mencari kebahagiaan hanya
dalam benda-benda ciptaan,
membuat Petrus menangis
setelah pengkhianatannya, dan
memas
kan Firdaus kepada
penjahat yang bertobat.
Mari kita dengar, kata-kata
yang seolah-olah ditujukan
kepada kita masing-masing, katakata yang Engkau katakan kepada
perempuan Samaria: Jika engkau
tahu tentang karunia Allah!
Engkau adalah wajah yang
kelihatan dari Bapa yang tak
kelihatan, wajah Allah yang
mewujudkan kuasa-Nya terutama

Com/Komsos Kaj/ Foto: im.va

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

45

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Gereja Jangan Eksklusif

Mayor Jendaral TNI Lodewyk Pusung (batik hijau, kedua dari kiri): Semoga gereja menjadi terang dimana-mana

ompleks Divisi 1 Infanteri


Kostrad Cilodong, Depok
Jawa Barat, Sabtu, 23 Mei
2015 nampak ramai. Hari itu
dilaksanakan upacara peletakan
batu pertama pembangunan
gereja GKI Bajem Cilodong. Hadir
dalam acara itu Panglima Divisi I
Kostrad Cilodong Depok, Mayor
Jendaral TNI Lodewyk Pusung,
Wakil Wali Kota Depok, Asisten
bidang Ekonomi Pembangunan
Sosial (Ekbangsos) Pemda
Depok, H. Eka Bachar, SE,MM,
perwakilan Kementrian Agama
Kota Depok, Drs. H.A Chalik
Mawardi, M.Ag, perwakilan
DPRD Kota Depok, Hendrik
Tangke Allo, S.Sos, Ketua PGI,
Pdt. Samuel Budi, perwakilan
FKUB Kota Depok KH. Zainuddin,
MA, Sekretaris Umum Sinode
GKI, Pdt. Arliyanus Larosa, MTh,
perwakilan Camat Cilodong, H.
Marjaya, S.Sos, MM. Juga hadir

46

Lurah Kalibaru, Si Hasanah,


S.Sip, MSi, RW Kalibaru Cilodong,
Sunam Efendi, RT, Kalibaru
Cilodong, Harry Muryanto,
perwakilan agama Hindu dan
Budha, tokoh masyarakat,
dan perwakilan gereja-gereja
sekitarseper Oikumene
Mahanaem, GPIB Mahanaem,
Gereja Katolik, Adven, HKBP, GKI,
GPIB Emanuel, GBI Pabuaran,
gereja Toraja Kota Depok.
Ketua Pania Pembangunan,
Jisman Hutasoit, menuturkan
kegiatan peribadatan gereja
ini dilaksanakan sekitar tahun
1979. Hal itu terjadi karena
adanya anggota GKI Kwintang
pindah dan berdomisili di
daerah Cilodong Depok. Keka
itu peribadatan dilakukan dari
rumah ke rumah.
Pada 27 Desember 1980
diadakan ibadat Natal pertama
kalinya. Sekitar tahun 1984

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

mereka berhasil membeli


tanah seluas 1.112 m2 dan
mendirikan gereja seukuran 4x6
m2 , kemudian diperluas menjadi
7x9 m2 dan akhirnya pada 2005
diperluas lagi sebesar 800 m2.
Selama sekitar 36 tahun
gereja ini tampak masih
sederhana dan dak memilki
surat ijin mendirikan bangunan
(IMB). Padahal peraturan
pemerintahan Kota Depok
mensyaratkan adanya surat ijin
mendirikan bangunan (IMB)
untuk membangun tempat
ibadat.
Dalam waktu tujuh bulan
pania berusaha mendapatkan
IMB tersebut. Akhirnya pada
Juli 2014 GKI Bajem Cilodong
resmi mendapatkan IMB. Hal
ini terjadi berkat kerjasama yang
baik antara pihak-pihak terkait
seper: RT, RW, Lurah, Camat
Cilodong, FKUB Kota Depok, Wali

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

KH. Zainuddin, MA: Semoga tempat ini bisa dibangun surga dunia dan akhirat

kota Depok, KASUBAG Pemda


Depok, DPRD Kota Depok,
ungkap Hutasoit.
Hutasoit juga menambahkan
GKI Cilodong sangat berterima
kasih kepada semua pihak.
Semoga keberadaan gereja
ini menjadi berkat bagi warga
sekitar, dengan menyerahkan
1000m2 tanah kepada Pemkot
Depok untuk dijadikan jalanan
umum.
Menanggapi hal ini H.
Eka Bachar, SE,MM dalam
sambutannya mengatakan dalam
membangun gereja dianjurkan
menggunakan produk-produk
dalam negeri, termasuk tenaga
kerjanya. Dianjurkan juga untuk
dak membagun semua lahan
yang ada. Berikan area untuk
dijadikan resapan air, sesuai
visi dan misi Pemkot Depok,
katanya.

Kesan Negatif
Sejak resmi menjabat
sebagai Panglima Divisi Infanteri
1 Kostrad Cilodong Mayor
Jendaral TNI Lodewyk Pusung,
memperoleh kesan negaf keka
pania pembangunan gereja
GKI Bajem Cilodong datang
menemuinya terkait dengan
perizinan pembagunan gereja.

dalam pembangunan tempat


ibadat adalah masalah surat
izin. Namun Puji Tuhan proses
perizinan pembagunan GKI
Cilodong semuanya clear dan
cepat prosesnya, ujarnya.
Jendaral bintang dua ini
menegaskan Dari tempat ini
akan dibangun damai sejahtera,
jangan ciptakan eksklusivitas di
lingkungan kita sendiri. Semoga
kita menjadi terang di manamana, seper lagu yang saya
nyanyikan tadi. Janji Tuhan ada
yang mustahil.
Senada dengan Jendral
Lodewyk, KH. Zainuddin, MA

H. Eka Bachtiar, SE,MM, turut serta menandatangani prasasti pembangunan


gereja GKI Cilodong-Depok

Jendral Lodewyk menuturkan


Keka saya bersama istri
pidah dari Jakarta Timur ke
Depok, Pania Pembangunan
GKI Cilodong, sempat datang
ke rumah. Kesan negaf saya
adalah mereka meminta bantuan
mempercepat proses perizinan
tempat ibadat.
Ternyata kesan tersebut
salah. Semua persyaratan
administrasi sudah lengkap.
Pengalaman saya keka menjadi
Dandim di Jakarta Timur,
masalah yang biasanya muncul

tokoh Nahdlatul Ulama sekaligus


Penasihat Forum Komunikasi
Umat Beragama (FKUB) Kota
Depok mengatakan toleransi
antar umat beragama bagi NU
itu sudah final. Damailah kita
Indonesia. Peletakan batu
pertama pada tanggal 23 Mei ini
bukan sebuah kebetulan. Tanggal
23 memiliki ar yang mendalam.
Dua ditambah ga sama dengan
lima. Lima itu adalah Pancasila.
Semoga di tempat ini bisa
dibangun surga dunia dan surga
akhirat, ujarnya.nDarius Lekalawo

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

47

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Bekerja Dengan Sukacita


Untuk Keluarga
Bersamaan dengan Hari
Buruh Internasional
tahun ini, Keuskupan
Bogor mengundang
seluruh kaum buruh
dari Keuskupan Bogor
untuk hadir dan ikut
bersukacita merayakan
ekaristi bersama Mgr.
Paskalis Bruno Syukur
OFM dan RD. Benyamin
Sudarto. Perayaan
diadakan di Paroki
Maria Bunda Segala
Bangsa, Kota Wisata
Cibubur.

alam misa Bapak Uskup


berpesan agar para
buruh melakukan segala

48

pekerjaan dengan cinta kasih,


Opera in Caritate. Dia
juga mengharapkan buruh
selalu bekerja selaras dengan
kehendak Allah, karena Allah
dak menghendaki kita menjadi
pemalas. Allah menghendaki
kita mau menjadi orang yang
bekerja, berbuat sesuatu dengan
berkarya.
Kiranya Allah memberi kita
talenta untuk dikembangkan
dengan cara apapun agar kita
dapat berkreasi dan dak
bergantung kepada orang
lain, kata Uskup. Salah satu
caranya dengan mengubah
diri. Perubahan itu juga harus
terjadi di Gereja, di keuskupan,
di paroki masing-masing. Jika
belum terjadi perubahan maka
sekaranglah waktunya untuk
berubah, lanjut Uskup. Misa
ditutup dengan foto bersama
para buruh dan pania.
Selesai misa, acara
dilanjutkan dengan dialog dan

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

ramah-tamah dimoderatori
oleh Ibu Lies Pranowo,
akfis pemerha buruh.
Dalam pembukaan Ibu Lies
mengingatkan, Upah buruh
sama dengan upah keluarga.
Jadi bekerjalah dengan sukacita
untuk keluarga, di mana seap
orang mempunyai andil dalam
membangun negara ini.
Dialog kemudian
dilanjutkan prolog dari Bapak
Uskup. Beliau menjelaskan
bahwa selalu ada kasus dalam
pekerjaan, seper: penindasan,
perbudakan, kedakjujuran, dan
kedakadilan. Semua masalah di
atas hanya bisa diatasi dengan
membangun relasi antara para
penyedia pekerjaan dengan para
pekerjanya, sekaligus menghargai
martabat pekerjanya.
Bapak Uskup mengatakan,
Kita dak boleh merendahkan
diri, apa pun pekerjaan kita.
Contohnya menjadi petani
bukanlah nasib, karena telah

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA
dilahirkan di desa yang
bersawah. Petani adalah suatu
pekerjaan yang bermartabat.
Dengan adanya petani orang
banyak dapat menikmat nasi dari
padi hasil panennya.
Kemudian Bapak Uskup
berpesan Tuhan memberikan
talenta untuk dikembangkan,
maka kerjakanlah segala
pekerjaan dengan sukacita
dan bangunlah relasi dengan
orang lain, saling menguatkan
satu sama lain, membangun
kebersamaan karena gereja
menghargai orang yang bekerja
bukan orang yang malas.
Dialog dilanjutkan Romo
Ben yang menyatakan adanya
ga poin dalam berelasi, yaitu:
menguatkan persaudaraan,
mengadakan kegiatan-kegiatan
di seap paroki agar terjalin
hubungan baik dan akan lebih
efekf bila berjejaring

dengan paroki
lain, dan mengadakan sarana
program yang baik untuk para
buruh, seper Credit Union
(CU). CU bukan hanya menjadi
penguat ekonomi keluarga tetapi
juga untuk solidaritas sesama.
Pada sesi tanya jawab,
Suster Anas dari CikandeSerang mengharapkan adanya
pelahan bagi para buruh
guna memperoleh pendapatan
tambahan. Contohnya pelahan
salon, bengkel, pelahan
komputer dan sebagainya.
Bapak Uskup menanggapi bahwa
hal ini dapat dilaksanakan
dengan pemikiran konkret dari

para buruh untuk diterapkan.


Dengan bantuan PSE hal ini
mungkin bisa diterapkan. Bisa
juga bekerja sama dengan PUKAT
(Persatuan Usahawaan Katolik).
Pertanyaan berikut datang
dari bapak Redo, Bekasi. Dia
mempertanyakan apakah
Seksi Buruh yang ada sudah
memberikan advokasi kepada
para buruh? Apakah Keuskupan
Bogor mempunyai andil
dalam mengambil keputusan
pengupahan untuk buruh?
Pertanyaan ini dijawab Ibu Lies.
Ibu Lies mengatakan bahwa
Sie Buruh dak memberikan
advokasi kepada buruh. Advokasi
dapat diberikan badan hukum
yang bekerja sama dengan
serikat buruh.
Perihal pengupahan,
Keuskupan Bogor dak memiliki
andil dalam mengambil
keputusan dalam hal ini.
Meskipun demikian Bapak

Uskup
sedang mengupayakan
berbagai hal agar menjadi
bahan permbangan pihak yang
memutuskan (pemerintah).
Bapak Toto dari Jonggol
mempertanyakan bagaimana
Gereja memperhakan secara
konkret terkait kenyataan
adanya upah dibawah UMK. Ibu
Lies menjelaskan, bahwa Gereja
terus berusaha memperjuangkan
yang terbaik bagi buruh Katolik,
dengan memperjuangkan
upah yang manusiawi dan
bermartabat.

Kesimpulan yang diperoleh


dari acara dialog ini ada lima.
Pertama, seap tanggal 1 Mei
akan diadakan acara serupa,
sebagai bentuk apresiasi Gereja
bagi para buruh untuk terus
berkarya dan bekerja dengan
sukacita. Acara akan diadakan
dak hanya di paroki, tetapi
mungkin diadakan di pabrik/
tempat para buruh bekerja.
Kedua, akan dikembangkan
suatu bentuk solidaritas antar
buruh dengan membentuk
jejaring antar paroki. Kega,
penngnya menerapkan
dialog dengan kaum buruh
di mana pun mereka berada.
Dengan demikian diharapkan
dapat diketahui secara tepat
masalah yang dihadapi hingga
dapat dioba dengan tepat.
Keempat, diharapkan Keuskupan
Bogor mempunyai Pastor
moderator

untuk kaum
buruh.
Dalam hal ini Uskup
akan mengutus salah satu
gembalanya menjadi moderator.
Kelima, mengakan Forum
Pengusaha Katolik agar terjalin
hubungan yang lebih harmonis
dan saling menghargai satu
sama lain. Acara ditutup dengan
makan siang dan foto bersama

nAurelia Rani

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

49

ISU NUSANTARA DAN

MANCANEGARA

Ine Pare: Novel Ibu Padi

abu, 10 Juni 2015 bertempat


di Aula Lantai 7 Penerbit &
Toko Rohani Obor, Jakarta,
diadakan acara bedah buku
dengan judul Ine Pare: Novel Ibu
Padi Karya F. Rahardi sekaligus
merayakan ulang tahun beliau
yang ke 65. Acara ini dibuka
dengan sambutan dari RD. Edy
Purwanto, Sekretaris Eksekuf
KWI. Beliau menyampaikan
ucapan selamat dan terimakasih
untuk OBOR yang telah
menyelenggarakan kegiatan ini
dalam rangka ulang tahun bapak
F. Rahardi.
Setelah sambutan, acara
dilanjutkan dengan bedah buku:
Ine Pare Novel Ibu Padi. Bedah
buku dimoderatori oleh RD.
Agusnus Suriyanto, direktur
Penerbit dan Buku Rohani Obor.
Sebagai pembicara adalah Ibu
Maria Harningsih (wartawan
senior KOMPAS) dan Bapak Eka
Budianta, yang mewakili istrinya
Melani Budianta (Guru Besar
Fakultas Ilmu Kebudayaan UI)
yang berhalangan hadir.
Pada awal ulasannya, Ibu
Maria Harningsih mengucapkan
selamat ulang tahun untuk
bapak Rahardi, beliau juga
mengungkapkan kekagumannya
terhadap penulis yang notabene
adalah orang jawa tetapi
mampu menulis secara detail
tentang budaya yang
dak ia
hidupi secara langsung. Dalam
ulasannya, beliau memulai
dari cover buku yang langsung
tertuju pada gambar darah. Ia
kaget mengapa harus simbol
ini yang digunakan? mengapa
harus gambar ini? Cover yang
penuh provokasi. Darah sebagai
simbol kesucian dan kemurnian.
Bahasa tulisan menurut beliau
sangat indah dan mengena

50

di ha
. Penguraian tentang
pertanian juga sangat luarbiasa.
Sehingga beliau pun mengatakan

dak akan sanggup membuat


uraian yang detail ini. Beliau
seper
menemukan jawaban
dari segala asumsi yang pernah
keluar dari pikirannya mengenai
dunia beras setelah membaca
novel ini. Beliau menyampaikan
ulasan sangat rinci dari novel ini
hingga menyebutkan halaman
per halaman dalam novel
yang membuatnya semakin
memberikan pujian dari karya
novel ini.
Bapak Eka
mempresentasikan ulasan dari
Ibu Melani Budianta. Beberapa
catatan novel ini dari Bapak Eka
adalah: Pengetahuan narator
(yang berdiksi sains, seper

nutrisi mikro, tanah aluvial)


serta deskripsi rinci bentang
alam, budidaya pangan dan
teknologi membebani alur.
Suara tokoh (yang dalam novelnovel dan prosa liris F. Rahardi
sangat nyaring, heterogen, fasih
dan lancar) di dalam novel ini
dikalahkan oleh suara narator
maha tahu dengan berbagai
pengetahuannya. Beberapa

k klimaks (penyerangan atas


Nua Ria, pembunuhan Raja dan

MEKAR | EDISI 02 | TAHUN XXV | JULI-SEPTEMBER 2015

istri, kehancuran Nua Ria oleh


longsor, bahkan kema
an Bheda)
disampaikan nyaris tanpa efek
drama
k. Kesan tergesa muncul
dalam klimaks terakhir (kema
an
Bheda): ada kerancuan antara
rencana (kataakan di
halaman 205 dan 206) dan
pelaksanaannya. Demikian juga
konflik psikkologis antar saudara
(Sipi-Ndale) disampaikan dengan
encer.
Bapak Eka memberikan
rokemendasi bahwa novel ini
sangat layak untuk dibaca. Dan
di akhir penjelasannya, beliau
mengungkapkan melalui Ine
Pare, F. Rahardi merambah gaya
penuturan mi
s-drama
s, novel
epik dengan latar sejarah dan
budaya lokal. Gaya penuturan
dangat berbeda dengan novel
sebelumnya. Teruslah berkarya
menjadi akhir kata-kata penutup
dari ulasan Bapak Eka.
Setelah presentasi dari
kedua pembicara, acara
dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab. Bapak F. Rahardi yang dari
awal acara terus memperlihatkan
ekspresi yang tegang dan serius,
beberapa kali mendapatkan
guyonan dari Moderator
dan juga dari hadirin yang lain.
Akhir tanya jawab di tutup
dengan penjelasan bapak F.
Rahardi bahwa ke
ka penulis
sudah selesai menulis tulisan itu
otonom.
Penulis
dak perlu membela
diri, mengomentari terlebih lagi
menjelaskan, karena penjelasan
berikutnya akan menjadi novel
baru. Beliau tetap menyerahkan
pendapat atau komentar pada
pembaca dan sekali lagi pembaca
juga otonom dan mempunyai
interpretasi masing-masing.nRD.

Yustinus Joned Saputra.

IISU
SU N
NUSANTARA
USANTTARA D
DAN
AN

MANCANEGARA
M
ANCANEG
GARA

MEKAR | E
ED
EDISI
DIS
DIS
ISI 02
02 | TA
TTAHUN
AH
HU
UN X
XX
XXV
XV | JJU
JULI-SEPTEMBER
ULLII-S
SE
EP
PTE
TEM
MB
M
MBE
BE
ER
R 22015
00115

51
5
1

IISU
SU N
NUSANTARA
USANTARA DA
DAN
AN

MANCANEGARA
M
ANCANEGA
ARA

52
5
2

MEKAR
M
ME
MEKA
EKAR
KAR | E
KA
ED
EDISI
DIS
SI 02
02 | TA
TTAHUN
AH
HU
UN X
XX
XXV
XV | JULI
JJULI-SEPTEMBER
JU
ULI
LII-S
-S
SE
EP
PTEMB
TE
T
EMB
MBER
ER 22015
015
01

También podría gustarte