Está en la página 1de 17

Konsep Four handed Dentistry telah diadopsi oleh para pembuatan dental unit, sehingga saat ini

seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi denagn sisi Dental Assistant di sebelah kiri pasien, oleh
karena itu konsep four handed Dentistry menjadi desain dalam tata letak penempatan alat kedokteran gigi.
1. Apa tujuan, prinsip, dan metode ergonomi ?
2. Bagaimana manajemen tata ruang dan waktu yang baik dokter gigi?
3. Bagaimana tujuan dan system kerja dari Four Handed Denstistry ?
4. Apa saja jenis, etiologi, dan factor resiko dari Musculoskeletal Disorder ?
2.1 Ergonomi
Perkembangan tekhnologi saat ini begitu pesatnya sehingga peralatan sudah menjadi kebtuhan pokok pada
berbagai lapangan kerja tak terkecuali pada dokter gigi. Artinya peralatan dan tekhnologi merupakan penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain
negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini akan terjadi
jika tidak diantisipasi maka akan timbul berbagai risiko yang mempengaruhi hidup dokter gigi maupun pekerja
di bidang lain dan tidak memungkinkan terjadi kecelakaan akibat kerja yang menyebabkan kecacatan atau
kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja
dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. (depkes RI:2000)
Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat
didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan/desain. Ergonomi secara khusus
mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Ilmu ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang, pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerja yang berupa perangkat
keras/hardware (mesin, peralatan kerja, dan lain-lain) dan perangkat lunak/ software (metode kerja, sistem, dan
lain-lain).
(http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/)
Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan
manusia sebagai unsur pertama, terutama kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi bertujuan membuat
pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lainnya. Metodenya dengan menganalisis
hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerja. Manfaat dan tujuan ilmu ini adalah untuk mengurangi
ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian Egonomi berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan
kerja sedini mungkin sebelum berakibat kronis dan fatal. (http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/)
Ergonomic merupakan suatu cabang ilmu yang bersifat multi-disipliner yang lahirnya setelah perang dunia II.
Ergonomi berasal dari kata ergon dan nomos berarti aturan atau hukum. Dengan demikian ergonomic diartikan sebagai
aturan dalam bekerja. Implikasinya dalam kehidupan adalah bahwa di dalam melaksanakan pekerjaan itu hendaknya
manusia selalu menyadari bahwa ada aturan kerja yang harus dituruti. Menurut definisi tersebut prinsip dasar dalam
ergonomi adalah menyesuaikan pekerjaan dengan manusianya. Manusia bukan hanya harus mendapatkan pekerjaan,
tetapi pekerjaan yang diperoleh itu harus mampu memelihara harkat dan harga dirinya sebagai manusia. Dengan kata lain
pekerjaannya harus manusiawi, yang didalamnya mengandung pengertian adanya jaminan keselamatan, keamanan dan
kenyamananselama bekerja 8 jam sehari. (adiputra nyoman: 2004)

Dimana ergonomi dimanfaatkan untuk manusia bekerja dimana saaja dan kapan saja, ergonomi sebagi
suatu pendekatan yang memungkinkan manusia bekerja secara optimal dan efisien. Apakah dia bekerja di pagi
sampai sore hari pekerjaannya berat atau ringan. (adiputra nyoman:2004)
Aplikasi ergonomi dalam desain sistem kerja memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
sistem kerangka dan otot manusia. Desain stasiun kerja untuk alat peraga visual display, untuk mengurangi
ketidaknyamanan visual dan postur kerja. Desain perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja. Desain
peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi sehingga
1

dihasilkan suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, dan meningkatkan efisiensi kerja
dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat.
Peran ergonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Perancangan produk.
2. Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.
3. Meningkatkan produktivitas kerja.
(http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/)
Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu
menyerasikan dan menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
dalam istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Baik fisik maupun metal sehingga kualitas hidup
secara keselurihan menjadi lebih baik. Tata letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis. Banyak faktor
lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna, pencahaan, suhu, kebisingan dan kualitas udara
ruangan, serta desain peralatan yang digunakan.
Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja di lapangan atau lingkungan, secara
singkat dapat dikatakan bahwa ergonomic adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya ialah berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja
dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan yang bertujuan agar
sesuai dengan tubuh manusia. (depkes RI: 2000)
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya antara lain:
a. Tekhnik
b. Fisik
c. Pengalaman psikis
d. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan perherakan otot dan persendian.
e. Anthopometri
f. Sosiologi
g. Fisiologi, terutama yang berhubungan dengan temperature suhu
h. Desain atau tata letak dll.
Ergonomi mempunyai tujuan tujuan seperti meningkatkan kesehjateraan fisik dan mental dengan
meminimalkan beban kerja tambahan pada fisik maupun mental. Meningkatkan kesehjateraan sosial dengan
jalan meningkatkan kualitas kontak sesame pekerja,pengorganisaian yang lebih baik dan menghidupkan system
kebersamaan dalam tempat kerja, serta berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek aspek
tekhnil. Ekonomi,antropologi maupun budaya. (adiputra nyoman: 2004)
Pelatihan bidang ergonomic sangat penting sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan
tekhnik, psikologi, fisiologi atau dokter meskipun ada juga yang dasar keilmuaanya tentang desain, manajer dll.
Akan tetapi semua ditujukan pada aspek kerja dan lingkungan kerja. (depkes RI:2000)
2.2 Four Handed Dentistry
Four handed dentistry termasuk juga bagaimana cara penggunaan dan pemeliharaan alat dan bahan
kedokteran gigi meliputi peralatan yang digunakan untuk diagnose, perawatan pengawetan gigi, pembersihan
karang gigi, operasi bedah mulut, fissure sealant, ART, dan pemeliharaan dan penyimpanan alat kedokteran
gigi. Four handed dentistry juga suatu ilmu kedokteran gigi yang ditujukan untuk memahami tentang bahan
yang diperlukan untuk tindakan konservasi, tindakan edondontik serta tindakan rehabilitatif.
(murdick,B.dkk.service operation management.boston:allyn and bacon.1990)
Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini, hamper semuanya telah
memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini akan berkurang
2

nilainya apabila pada saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip desain tata letak yang benar. Dalam
makalah ini akan dibahas desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi, namun terbatas pada alat-alat
utama saja yaitu Dental Unit, Mobile Cabinet, dan Dental Cabinet.
Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan peralatan
sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh luasan ruangan termanfaatkan,
dan menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan. Desain tata
letak memegang peranan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi3 tempat praktek dokter gigi, oleh
karena itu perlu direncanakan secara matang sebelum tempat praktek dibangun dan tidak tertutup kemungkinan
untuk direvisi dikemudian hari bila dinilai sudah tidak laik lagi.
Desain tata letak berbeda dengan gambar arsitek, desain tata letak hanya berupa sketsa yang
mengambarkan penataan ruangan, dibuat berdasarkan perhitungan pergerakan informasi, bahan, dan manusia.
Selain itu juga dengan memperhatikan pertimbangan ergonomis, medis dan kepatutan. Secara garis besar ada 2
macam desain tata letak yaitu yang dibuat dengan memperhatikan proses dan yang dibuat dengan
memperhatikan produk, pada tempat praktek dokter gigi yang digunakan adalah desain tata letak dengan
memperhatikan proses.
Efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari jumlah jarak pergerakan yang terjadi, dengan
asumsi setiap pergerakan yang terjadi menimbulkan biaya. Menimimalisasi pergerakan adalah tujuan dari
desain tata letak.
2.3 Muskuloskeletal Disorders
Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf,
tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan
otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah,
atau terpelintir. MSDs terjadi dengan dua cara:
1.
Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode waktu yang lama
dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang
sama meliputi posisi tubuh yang statis;
2.
Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau pergerakan yang tak
terduga.
Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan, bahu, dan punggung. Aktivitas yang
menjadi penyebab terjadinya MSDs yaitu penanganan bahan dengan punggung yang membungkuk atau
memutar, membawa ke tempat yang jauh (aktivitas mendorong dan menarik), posisi kerja yang statik dengan
punggung membungkuk atau terus menerus dan duduk atau berdiri tiba-tiba, mengemudikan kendaraan dalam
waktu yang lama (getaran seluruh tubuh), pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau
tanpa kekuatan besar.
Musculoskeletal disorders (MSDs) juga dikenal dengan nama lain, diantaranya:
1.
Repetitive Strain Injuries (RSIs);
2.
Cumulative Trauma Disorders (CTDs);
3.
Overuse Injuries;
4.
Repetitive Motion Disorders;
5.
Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Tujuan, Prinsip, dan Metode Ergonomi
Tujuan Ergonomi
Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan pekerjaannya. Ilmu ini
menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama kemampuan, kebolehan, dan batasannya.
Ergonomi mempunyai tujuan tujuan seperti meningkatkan kesehjateraan fisik dan mental dengan
meminimalkan beban kerja tambahan pada fisik maupun mental. Meningkatkan kesehjateraan sosial dengan
jalan meningkatkan kualitas kontak sesame pekerja,pengorganisaian yang lebih baik dan menghidupkan system
kebersamaan dalam tempat kerja, serta berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek aspek
tekhnil. Ekonomi,antropologi maupun budaya.
Ergonomi bertujuan membuat pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama
lainnya. Metodenya dengan menganalisis hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerja. Manfaat dan
tujuan ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian Egonomi
berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat kronis dan fatal.
Prinsip Ergonomi
Work in Neutral Postures (bekerja dalam posisi netral)
Reduce Excessive Force (mengurangi beban yang berlebihan)
Tekanan yang berlebihan pada aotot akan berpotensi menyebabkan kelelahan dan cedera.
Keep Everything in Easy Reach (membuat semua mudah untuk dijangkau)
Benda yang paling sering digunakan harus berada di daerah jangkauan tangan, susun kembali daerah
kerja dan semakin mudah dalam gerakkan.
Work at Proper Heights (bekerja dengan ketinggian yang seasuai)
Dari pengalaman baik adalah bahwa kebanyakan pekerjaan harus dilakukan didekat sekitar tingginya,
apakah duduk atau berdiri. Pekerjaan lebih berat adalah sering terbaik melakukan lebih rendah dari
tingginya siku. Ketepatan bekerja atau pekerjaan secara visual keras adalah sering terbaik melakukan
didekat kemuliaan di atas.
Reduce Excessive Motions (mengurangi gerakan berlebihan)
Kurangi jumlah gerakan selama kerja, baik lengan, jari maupun punggung.
Minimize Fatigue and Static Load (memperkecil kelelahan dan beban statis)
Berada dalam posisi kerja yang sama untuk beberapa waktu dikenal sebagai beban statis. Ini
menyebabkan kegelisahan dan kelelahan dan dapat menghambat pekerjaan.
Minimize Pressure Points (memperkecil tekanan)
Pada beberapa pekerjaan kita harus hati-hati terhadap poin-poin tekanan berlebihan, yang sering disebut
tekanan kontak.
Provide Clearance (menyediakan tempat yang sesuai/ memeriksa ksesuaian tempat)
Pekerjaan pada Area tertentu perlu untuk disediakan ruang cukup untuk kepala, lutut dan kaki.
Move, Exercise and Stretch (pindah tempat; bergerak, dan mereregangkan otot dan sendi)
Agar tidak mudah lelah tubuh perlu digerakkan dan diregangkan.
Maintain a Comfortable Environment (melihara suatu lingkungan yang nyaman)
Jaga leher tetap lurus,Jaga agar Siku dalam posisi yang benar dan bahu bersantai. Salah satu jalan yang
paling sederhana untuk mengurangi kelelahan manual adalah untuk menggunakan alat bantu yang
sesuai. Memakai bantalan pada tangan untuk pekerajaan-pekerjaan tertentu akan mengurangi beban
kerja. Merubah tata letak/ruang untuk meminimalkan gerakan. Ada Kecenderungan lengan bawah
mengalami kontak langsung terhadap tepi yang keras suatu meja kerja yang akan menciptakan suatu
4

titik tekanan. Dihilangakan dengan memasang lapisan yang elastis pada tepi itu dan biasanya ini akan
membantu.
Metode Ergonomi
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik
pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya
akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang
sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli
furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan
kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara
obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Aplikasi/penerapan Ergonomi
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat
tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan
berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan
ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku
secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung
dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
- Laki-laki dewasa
40 kg
- Wanita dewasa
15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th)
15-20 kg
- Wanita (16-18 th)
12-15 kg
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
5

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetic dari pedoman penanganan harus dipakai
yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
o Posisi kaki yang benar
o Punggung kuat dan kekar
o Posisi lengan dekat dengan tubuh
o Mengangkat dengan benar
o Menggunakan berat badan
d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada
kelainan
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah
berumur
Aplikasi/ penerapan Ergonomik:
1 Posisi Kerja
Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. Berdiri dengan posisi yang benar, dengan
tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki. Pada posisi berdiri dengan
pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi optimum ini
dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan
lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal
dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki dan sebaiknya berdiri tidak lebih dari 6 jam.
Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Beberapa persyaratan posisi duduk/bekerja dengan duduk adalah:
- Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
- Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
- Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian. Semua
sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya
diusahakan agar beban statik diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak
membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk
bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan
yang dapat mengganggu aktivitas.
2

Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya.
Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya keserasian ukuran, bentuk sarana
dan prasarana kerja terhadap tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut diperlukan data
antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar disain sarana dan prasarana kerja sehingga para pekerja
6

5
6
7

3.2

dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran
antropometrinya. Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi
memegang peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.
Hal-hal yang berkaitan dengan antropometri :
a Sikap tubuh yang baik
Sikap tubuh yang baik dalam melakukan suatu aktivitas diantaranya tidak membungkuk, tidak
jongkok, tidak memutar tubuh, tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi siku, tidak meraih
objek atau benda yang melebihi tinggi bahu, dan letak objek sesuai dengan jangkauan lapangan
pandang mata (30-60 dari masing-masing mata).
b Gerakan kerja otot
Gerakan kerja otot meliputi kerja otot yang dinamis dan statis. Kerja otot yang dinamis merupakan
pergantian antara kontraksi dan relaksasi otot secara ritmis. Yang perlu diperhatikan pada gerakan
kerja otot dinamis adalah frekuensi pernapasan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat,
sedangkan aliran darah dan oksigen ke otot yang aktif meningkat dan ke otot yang inaktif berkurang.
Adapun kerja otot statis adalah kerja otot dimana kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama,
biasanya untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu. Pada kerja otot statis biasanya konsumsi
energi lebih rendah, frekuensi jantung lebih rendah, sehingga waktu istirahat yang diperlukan lebih
pendek.
c Beban kerja
Untuk mengangkat dan memindahkan objek harus diperhatikan beberapa hal seperti berat beban
maksimum, pengangkatan/pemindahan barang secara berulang, dan gerakan-gerakan yang berulang.
Diperlukan pengembangan ototmatisasi pada bidang pekerjaan dengan gerakan yang berulang
sehingga dapat mencegah cedera atau penyakit neuromuskuler.
Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku
secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
Penataan area kerja dan peralatan kerja harus dapat memberikan ruang gerak yang cukup bagi
pemiliknya agar pekerja merasa leluasa bergerak.
Semua peralatan yang paling lama atau paling sering kontak dengan mata ditempatkan pada bagian
tengah area kerja.
Semua peralatan yang paling sering dipegang ditempatkan pada area jangkauan tangan yang optimal.
Pencahayaan yang terlalu terang atau menyilaukan mata harus dihindari.
Area kerja harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Segala jenis peralatan yang ada
dalam area kerja harus benar-benar berhubungan dengan pekerjaan. Dan semua peralatan tersebut
harus diatur dan ditata dengan baik.
Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung
dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat enimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Kapasitas dan Kemampuan
Jalur Kerja dan Pergerakan
Waktu Bekerja
Untuk mencegah kelelahan yg berlebihan.
Manajemen Tata Ruang dan Waktu Dokter Gigi
Jalur Kerja dan Pergerakan
7

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar Dental Unit yang
disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien,
maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assistens Zone, arah jam
4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operators Zone
sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

Clock Concep (Nusanti, 2000)


Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak terlihat oleh
pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan
serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistants Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi,
pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure
Unit pada Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara
tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter
Gigi.
Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu diperhatikan ketika
membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien, dan Perawat Gigi di dalam ruangan
maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk
memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau keluar Ruang
Perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi.

Pergerakan dalam Ruang Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974)


Tata Letak Penempatan Alat
8

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup
secara keseluruhan menjadi lebih baik. Tata letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor
lain yang merupakan unsure ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara
ruangan, serta desain peralatan yang digunakan.
Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam ruangan ini
berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat Gigi, berserta Pasiennya ketika
proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter,
dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool8.
Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang
dirawat.

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit. Alat ini bukan
kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah
sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter untuk Operators Zone dan
Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental
Cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan
dinding depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam kondisi
terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk
pergerakan di Operators Zone dan Asistants Zone.
Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat perawatan
diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak dianatara Operators Zone dan
Assistant Zone sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun
alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua
diletakan di Operators Zone.

Alat besar terakhir yang berada di Ruang


Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat
penyimpanan utama bahan maupun alat
kedokteran gigi. Umumnya berbentuk buffet
setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan
ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi,
lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan
bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan
Assistants Zone. Keberadaan Dental Cabinet
akan menambah luas ruangan yang diperlukan
untuk menempatkannya.

a. Suhu dan Kelembaban.


Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
Bila suhu > 280C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner
(AC), kipas angin, dan lain-lain.
Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunkan pemanas ruangan.
33
Bila kelembaban ruang kerja :
- > 60% perlu menggunakan alat dehumidifier.
- < 40% perlu menggunakan alat humidifier (misalnya: mesin pembentuk
aerosol).
Untuk ruangan kerja yang ber AC harus memiliki lubang ventilasi minimal 15%
dari luas lantai.
Ruang dan Bangunan.
a. Bangunan kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan
kesehatan dan kecelakaan.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, dan
bersih.
c. Setiap orang mendapatkan ruang udara minimal 10 m3 / karyawan.
d. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena
percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
e. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m dari lantai.
f. Atap kuat dan tidak bocor.
g. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.
2.1.3 Syarat
Syarat Tata Ruang Dental Office :
1. Temperatur
Temperatur ideal ruang receptionis sebaiknya 72 F
Temperatur ideal untuk ruang klinisi lebih rendah yaitu 68F sampai 70F karena ruangb tersebut
tertutup dan memiliki penerangan yang hangat
Pergantian udara sebaiknya konstan
10

2. Pencahayaan
Pada ruangan reseptionis pencahayaan yang lebih decorative dipilih, misalnya meja, floor lamps yang
cukup untuk membaca
Ruang bisnis, laboratorium dan ruang sterilisasi sebaiknya menggunakan fluorescent lighting yang
memilki radiasi yang sedikit panas
Pencahayaan tambahan dibutuhkan di ruang klinisi untuk prosedur dan di laboratorium
3. Wall dan floor covering
Penggunaan warna yang menenangkan, relaxing, dan tidak terkesan terlalu ramai
Wall covering termasuk cat wallpaper atau keduanya
Pemilihan floor covering dengan karpet yang tahan lama cocok untuk ruang reseptionis, administrative
dan dentists private office
Material untuk control infeksi seperti vinyl cocok untuk ruang sterilisasi
4. Traffic control
Perabot ruangan sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga ketika pasien masuk ke dalam klinik akan
menimbulkan kesan yang nyaman
Ruangan yang trepisah sebaiknya disediakan untuk pasien yang akan check in dan check out
Di bagian belakang klinik sebaiknya didesain untuk kemudahan masuknya dan keluarnya dental team
tanpa timbul kekacauan
5. Sound control
Ruang praktik sebaiknya meminimalkan suara dari ruang yang satu dengan yang lain
Music sebaiknya diputar untuk mengalihkan perhatian
6. Privacy
Ruang khusus membutuhkan privasi
Ruang administrative sebaiknya didesain dengan privasi yang baik khususnyua jika pasien akan
mendiskusikan masalah keuangan dengan staff bisnis
7. Ruangan
Pada dental office sebaiknya memillih ruangan : reception area, sterilization area, administrative area,
clinical treatment area, the dentists private office, dental laboratory
Kriteria fisik yang harus dipertimbangkan ketika merancang peralatan gigi :
1. Peralatan gigi harus sesuai dengan berbagai pasien
2. Interval penyesuaian ketinggian
3. Peralatan gigi harus memungkinkan penempatan peralatan lainnya
4. Warna, bentuk, tekstur, dan arah gerakan yang diperlukan untuk beroperasi yang dipilih dalam batas
kapasitas manusia
3.3

Tujuan dan Sistem Kerja Four Handed Dentistry


Tujuan Four Handed Dentistry
i) Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada pekerjaan dokter gigi. hal ini dapat dicapai dengan mengusai
pengetahuan dan teknik kerja.
ii) Menghemat waktu. Dengan menguasai urutan kerja dan prosedur, dokter gigi dapat berkerja secara efisien
dan cepat tanpa ragu-ragu dan ini dapat menghematkan waktu dalam perawatan.
iii) Untuk bekerja secara efisien. Efisiensi kerja dapat ditingkatkan dengan cara meletakkan peralatan dan bahan
disusun secara berurutan dengan tahap prosedur kerja yang dilakukan.
iv) Supaya dokter gigi dapat bekerja dengan nyaman. Hal ini dapat dicapai dengan cara meletakkan dental
chair, meja peralata, lampu serta posisi operator dan asistennya.
v) Untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien. kerja yang efisien dan kenyamanan pasien akan memberikan
11

rasa kepercayaan pasien kepada dokter gigi dan membina hubungan yang positif antara pasien dengan dokter
gigi.
Sistem Kerja
Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi, profesi di bidang ini turut ikut
berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dentist, Dental Hygienist,
Dental Assistant, dan Dental Technician.
Dentist adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental Hygienist bertugas
mengisi Rekam Medis, serta melakukan tindakan Preventive Dentistry seperti membersihkan karang gigi secara
mandiri. Dental Assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi mengambil alat, menyiapkan
bahan, mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama suatu prosedur perawatan
sedang dilakukan. Dental Technician berkerja di Laboratorium, membuat protesa dan alat bantu yang akan
dipasang di mulut pasien.
Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2 profesi kesehatan gigi diluar dokter gigi yaitu
Perawat Gigi dan Tekniker Gigi. Perawat Gigi bertugas seperti Dental Assistant dan Dental Hygienist,
sedangkan Tekniker Gigi bertugas sama seperti Dental Technician. Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi
dilakukan hanya akan ada 2 orang yang berada disekitar pasien yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Tugas
kedua orang ini berbeda namun saling mendukung, ini kemudian melahirkan istilah Four Handed Dentistry.
Konsep Four Handed Dentistry telah diadopsi oleh para produser pembuatan dental unit, sehingga saat ini
seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi dengan sisi Dental Asistant disebelah kiri pasien. Oleh karena
itulah konsep Four Handed Dentistry menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi.
3.2 Konsep Four Handed Dentistry
Konsep Four Handed Dentistry dikenal dengan konsep pembagian zona kerja disekitar Dental Unit yang
disebut Clock Concept. Bila pasien dijadikan pusat, pasien diposisikan arah jam 6 dimana letak bagian
belakang kepala tepat pada jam 12. Pada clock consept ini dibagi menjadi 4 zona dimana arah jam 11 sampai
jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assistens Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut
Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operators Zone sebagai tempat pergerakan
Dokter Gigi.

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak terlihat oleh
pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan
serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistants Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat
Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light
Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan
antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operators Zone sebagai tempat pergerakan
Dokter Gigi.
3.3 Hubungan Antara Ergonomi dan Four Handed Dentistry
Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup
12

secara keseluruhan menjadi lebih baik. Tata letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor
lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara
ruangan,
serta desain peralatan yang digunakan maka berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep
four handed dentistry merupakan salah satu cara meningkatkan ergonomi seorang dokter gigi dalam melakukan
perawatan pada pasien. Dengan penerapan four handed dentistry, yang berarti dokter gigi dibantu oleh asisten
dalam melaksanakan perawatan, maka ergonomic dalam bekerja dapat dicapai dengan lebih maksimal.
Pergerakan dokter gigi bisa ditekan seminial mungkin dengan posisi senyaman mungkin sehinga mengurangi
resiko terjadinya gangguan kesehatan terutama masalah-masalah musculoskeletal disorder serta meningkatkan
kenyamanan kerja dan meningkatkan kualitas hidup seorang dokter gigi.

3.4

Jenis, Etiologi, dan Factor Resiko dari Muskuloskeletal Disorder

Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf,
tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan
otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah,
atau terpelintir. MSDs terjadi dengan dua cara:
1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode waktu yang lama
dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh
yang sama meliputi posisi tubuh yang statis;
2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau pergerakan yang tak
terduga.
Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan, bahu, dan punggung. Aktivitas yang
menjadi penyebab terjadinya MSDs yaitu penanganan bahan dengan punggung yang membungkuk atau
memutar, membawa ke tempat yang jauh (aktivitas mendorong dan menarik), posisi kerja yang statik dengan
punggung membungkuk atau terus menerus dan duduk atau berdiri tiba-tiba, mengemudikan kendaraan dalam
waktu yang lama (getaran seluruh tubuh), pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau
tanpa kekuatan besar.
Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat maupun lambat (berangsurangsur), menurut Kromer (1989), ada 3 tahap terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:
Tahap 1
: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya menghilang setelah
waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah
istirahat;
Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidak mungkin terganggu.
Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya performance kerja;
Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak secara repetitive. Tidur
terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
Jenis keluhan MSDs
a. Sakit Leher
13

Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher, peningkatan tegangan otot atau
myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang
menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan postur
yang kaku;
b. Nyeri Punggung
Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi
lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur
yang buruk saat menggunakan komputer.
c. Carpal Tunnel Syndrome
Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus
medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus
medianus. Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang
penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus;
d. De Quervains Tenosynovitis
Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh inflamasi
tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong
space bar dengan ibu jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi pada
tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke
atas dan ke bawah;
e. Thoracic Outlet Syndrome
Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan
mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan.
Thoracic Outlet Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan.
Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini karena adanya gerakan berulang dalam menggunakan
keyboard dan mouse;
f. Tennis Elbow
Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah dan
berjalan keluar ke pergelangan tangan. Tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada
tendon ekstensor.
g. Low Back Pain
Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan
pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan
dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan
antopometri pekerja.

14

3.4 Macam-Macam Musculoskeletal Disorders


Faktor-faktor yang mendorong ke arah MSDs terjadi pada beberapa orang dan sebagian lagi terjadi dari
waktu terpaparnya. Gejala MSDs terlihat dalam berbagai bentuk. Hal tersebut mempersulit mengidentifikasi
penyebab awalterjadinya MSDs hingga timbul masalah yang jelas. Lokasi timbulnya gejala menjadi salah satu
ciri adanya MSDs, seperti pada tulang punggung, tangan dan pergelangan.
A Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah
Sembilan puluh persen orang akan merasakan sakit tulang belakang pada beberapa titik di dalam
kehidupannya.[15] Mereka merasakan sakit pada tulang belakang bagian bawah untuk kedua kalinya
sebagai alasan utama untuk melakukan perawatan medis.[16] Sakit tulang belakang bagian bawqah ini
mewabah di Negara besar seperti Amerika Serikat. Hal itu sudah di perkirakan dan insidensi timbulnya
Lower Back Pain (LBP) per tahun adalah 5% dari populasi.[14]
Sekitar 70% dan 90% dari orang-orang mengalami peristiwa kambuhnya rasa nyeri, dan
sepertiga pasien mengalami nyeri yang persisten, rekuren, dan intermiten dari rasa nyeri yang pertama.
[17.18]
Kesulitan menyembuhkan jaringan tertentu (seperti spondylolisthesis), proses degeneratif yang
berkelanjutan, dan banyak pasien yang tidak memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat
berperan dalam memperparah terjadinya LBP.
Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang bagian bawah adalah cedera
tulang belakang. Ini biasanya terjadi secara akut, peristiwa mendadak sakit tulang belakang atau
penyakit pegal pada pinggang berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera seperti itu
pada umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang di hubungkan daengan gerakan berulang. Meskipun
demikian, ada juga cedera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan berulang
tertentu.
Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah ini harus dibedakan untuk masing-masing
pasien. Karena penyebab timbulnya rasa sakit pada tiap-tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada
bukti ilmiah yang mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi tubuh pasien,
latihan umum dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang mungkin akan sangat bermanfaat.[19]
B Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas
Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang belakang bagian atas dan tengah.
Tulang thorax (thoracic spine) dirancang untuk mendukung organ penting didalamnya dan sangat kuat.
Jarang sekali mengalami gejala-gejala degeneratif karena pergerakannya kecil dan sangat stabil. Tentu
saja trauma atau cedera dari ketegangan bisa menyebabkan rasa nyeri. Meski struktur-struktur dari
tulang belakang jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi seperti osteoporosis dapat mempengaruhi
kondisi spesifik seperti tekanan yang mematahkan. Tulang thorax sering dilibatkan dalam skoliosis yang
idiopatik atau kebongkokan. Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan,
meski sumber dan penyebab yang tepat sering kali belum jelas.
Mungkin hal tersebut merupakan penyebab yang sering timbul pada bagian pertengahan tulang
belakang, tetapi sekali lagi sangatlah sulit untuk dapat mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari otototot postural dan otot-otot tulang belikat. Kontribusi dari postur yang abnormal, postur statis, kekuatan
dan daya tahan yang lemah dan menyeluruh mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk
diperhitungkan. Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang besar, termasuk
peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional, dan perhatian pada postur tubuh.[20]
C Sakit pada Tangan dan Pergelangan tangan
MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam bermacam-macam bentuk seperti,
kelainan trauma kumulatif, cedera karena ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom
penggunaan berlebih, sindrom terowongan karpus (carpal tunnel syndrome) dan kelainan karena
tekanan yang berulang.[14] Hal dominan yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah
gerakan-gerakan pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari. Secara kronis gerakan
15

berulang tersebut terutama pada posisi pinch menjadi penyebab terbanyak.[15] Hal umum lain yang
menyokong faktor-faktor terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakangerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral menjadi posisi yang abnormal
ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode waktu yang lama tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot
tangan dan lengan bawah; tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi tajam dari
instrument, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih dan memperluas penggunaan dari
instrument-instrument yang bergetar seperti dental handpieces.
Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal
Usaha pencegahan gangguan muskuloskeletal dengan sistem ergonomik bukan saja terbatas pada
perbaikan posisi dan postur dokter gigi saat melakukan perawatan pada pasien, namun juga melibatkan
peralatan di ruang perawatan dan bagaimana dokter gigi bekerja secara bebas di dalam suatu ruang yang
sempit. diantaranya:
1) Peralatan Ergonomik
Peralatan yang ergonomik membantu operator dan asisten dapat bekerja dengan posisi dan
postur tubuh, lengan dan bahu yang baik agar selama melakukan perawatan yang membutuhkan waktu
yang panjang dan posisi tubuh yang menetap.
Peralatan seperti kursi dokter gigi, kursi asisten dan dental unit menunjang tubuh dari
kemungkinan terjadinya ketegangan otot yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal.
2) Operating Stool: adalah kursi yang digunakandokter gigi.
- Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh dalam posisi yang benar dengan spinal yang tegak
dan dekat dengan kursi gigi.
- Bentuk sandaran yang mendukung punggung agar otot punggung bagian bawah tetap tegak dan
lengkungannya dipertahankan.
- Sandaran lengan dirancang untuk mengurangi tekanan dan kelelahan pada otot-otot punggung
bagian atas, leher dan bahu dengan membentuk sudut tegak lurus terhadap siku lengan dokter gigi.
3) Operator Table: adalah meja dari kursi dental yang memungkinkan pergerakan posisi vertikal
dan horisontal, sehingga dapat disesuaikan dengan posisi operator berada.
- Kursi dental dengan sandaran kepala dan belakang yang lebar serta tebal akan menyulitkan
operator bekerja lebih dekat dengan pasien, sehingga cenderung membungkuk ke arah pasien.
- Kursi dental yang ergonomik adalah dengan sandaran kepala yang sempit dan tipis. Bentuk
demikian memungkinkan operator meletakkan tangannya dengan mudah di bawah pasien, memudahkan
pandangan ke daerah operasi, dan tetap mempertahankan postur yang optimal.
4) Dental-loupe: adalah alat bantu lihat yang dapat memperbesar obyek yang dilihat sehingga
memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih nyaman dengan postur leher dan bahu yang optimal.
- Pembesaran paling kurang dua kali sudah cukup menghasilkan jarak penglihatan yang baik
dengan posisi pasien.
- Pembesaran yang lebih tinggi ditambah dengan sistem pencahayaan yang optimal dapat
meningkatkan efisiensi penglihatan yang lebih rinci dan tidak ada hambatan bayangan pada daerah
operasi.
5) Handpiece/ultra sonic scaler/endodontic
- Permukaan handpiece yang halus.
- Tangkai handpiece membentuk sudut 15o dengan permukaan daerah kerja.
- Jarak minimal 26 mm dari ujung handpiece yang masuk di dalam mulut pasien sampai ke
tangkai yang bersudut.
- Peralatan tersebut diharapkan ringan dan tidak terlalu besar diameternya.
6) Dental light
16

Dental light yang dianjurkan adalah jangan terlalu besar dan lebar, pilih yang sempit dan fokus
hanya pada mulut pasien dan tidak menghasilkan bayangan yang mengganggu. Lebih dianjurkan
menggunakan dental light dengan sensor, atau monitor untuk lampu ditempatkan pada lokasi yang
mudah dicapai tanpa harus memegang tangkai lampu.
Pada dental unit yang dirancang dengan sistem ergonomik, tombol untuk menyalakan dan
memadamkan dental light sudah menyatu pada meja kursi dental dan pada assistant console, sehingga
mudah dijangkau. Operator tidak perlu lagi menyentuh tombol dental light untuk mengatur posisinya.

DAFTAR PUSTAKA
Anononim. Ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
Design by Feel Papers. www.designbyfeel.com. Diakses 4 Juli 2006.
Dougherty, M. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for Dentistry.
Endro, H. Presfektif Baru dalam Desain Tempat Praktek. Dentamedia, Nomor 1 Volume
8. Januari 2004. Hal 4-5.
Finkbeiner, B, dan C. Fainkbeiner. Practice Management for Dental Team. St Louis :
Mosby. 2001.
Heizer, J. dan B. Render. Operation Management. Sixth Edition. Upper Saddle River :
Prentice Hall.
Jones. Klinik Gigi Toothfairy, Periksa Gigi di Ruang Biru. 115 Sudut Ruang Usaha.
Jakarta : PT Samindra Utama. Hal 72-75.
Kilpatrick. H. Work Simplification in Dental Practice. Philadhelphia : WB Saunders
Company. 1974

17

También podría gustarte