Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Perencanaan
Geometrik Jalan (2
SKS) Semester 3
Rekayasa Lalu
lintas (2 SKS)
Semester 3
Perencanaan
Transportasi (2
SKS) Semester 6
Rekayasa Jembatan
(2 SKS) Semester 7
Perbaikan Tanah (2
SKS) Semester 8
Perencanaan
Pelabuhan (2 SKS)
Semester 7
Dasar-Dasar Rekayasa
Transportasi (2 SKS)
Semester 2
Rekayasa Lalu
Lintas Lanjutan (2
SKS) Semester 7
Ekonomi
Transportasi (2
SKS) Semester 8.
Manajemen
Transportasi (2
SKS) Semester 7
Angkutan Umum (2
SKS) Semester 8
PTM / ALAT
BERAT (2 SKS)
1. Volume lalu lintas (Arus/Flow) yaitu jumlah kendaraan yang melewati suatu
bagian jalan selama waktu tertentu : Volume Density x Speed atau V D.S
kend
Kend Km
Tipe/Jenis Kendaraan
MC
LV
HV
Jumlah
Emp
0,5
1
1,8
Kend/Jam
100
150
25
Tidak Bisa dijumlah
Smp/Jam
50
150
45
245
2. Selain volume, dikenal juga kapasitas (Capacity) yaitu daya tampung volume
maksimum dari suatu jalan. Untuk itu kapasitas ini dapat dapat berupa
kapasitas untuk satu jalan atau hanya untuk satu lajur saja. Nilai kapasitas
juga berbeda-beda untuk setiap negara dan acuannya mengacu pada standar
di negara yang bersangkutan, untuk Indonesia memnggunakan MKJI.
Pada contoh jalan di atas adalah 2/2 B yaitu jalan 2 lajur 2 arah terbagi
(dengan median) jalan seperti ini dapat juga 2/1 B yaitu jalan 2 lajur 1 arah
terbagi (dengan median). Kapasitas dapat menentukan apakah hanya satu
lajur atau untuk kedua lajur, seperti contohnya untuk jalan dengan lebar lajur
3,5 m maka C = 1650 smp per lajur. Atau ada juga kapasitas yang menyatakan
untuk total kedua arah C = 2900 smp total dua arah. Dalam satuan HCM
misalnya C = 1650 pcupl (pasenger car unit per lane).
3. Setelah adanya kapasitas (daya tampung) maka kita dapat menentukan
indikator (ukuran) dari macetnya suatu jalan berdasarkan nilai VCR (Volume
Capacity Ratio) yaitu perbandingan antara Volume dan Kapasitas suatu jalan.
Bila volume yang terukur di suatu segmen jalan selama 1 jam pengamatan
Volume
misalnya sebesar 1500 smp per lajur, maka VCR Capasitas =0,909091 (tanpa
satuan. Angka ini sangat riskan (beresiko) karena hampir mendekati satu
artinya per lajur hampir memiliki volume lalin yang mendekati maksimum.
Tingkat pelayanan jalan juga ditentukan berdasarkan angka VCR ini.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
jalan
dengan
panjang
jalan
(jarak)
tertentu
kend
Kend
kend Jam
Jam
.
Km
Km
Jam Km
Jam
V
S
atau
5. Speed (Kecepatan) adalah jarak persatuan waktu atau volume lalu lintas di
kend
V
Km
kend Km
Jam
.
bagi kerapatan yang terjadi, S
atau
D
Jam Kend
Jam Kend
Km
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
6. Time Headway (Ht) individual adalah jarak antar kendaraan dalam satuan
waktu.
Ht
1
1
Jam
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem Transportasi
Sistem transportasi terdiri dari fasilitas tetap, besaran arus, dan sistem pengatur
yang memungkinkan orang dan barang untuk bergerak dari satu tempat ke
tempat lain secara efisien dalam hal tepat waktu untuk aktifitas yang diinginkan.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
Sistem Lalu lintas dapat dikatakan terdiri dari tiga komponen: jalan,
manusia, dan kendaraan. Seperti ahli struktur tidak dapat merancang suatu
struktur tanpa mengetahui letak beban dan perilaku elemen struktur di
bawah beban tersebut, maka ahli lalu lintas juga memerlukan pengetahuan
tentang beban (arus lalu lintas) dan elemen (manusia dan kendaraan).
Untuk keberhasilan pengoperasian, ketiga komponen - jalan, manusia dan
kendaraan harus kompatibel. Dalam kenyataan sehari-hari hal ini tidak pemah
terjadi, akibatnya sistem Lalu lintas jalan seringkali gagal. Kecelakaan jalan,
kemacetan dan gangguan lalu lintas merupakan contoh kegagalan sistem dan
hampir semua kasus diakibatkan oleh ketidak sesuaian antar ketiga komponen,
atau antar satu komponen dan lingkungan dimana sistem beroperasi.
Jalan mempunyai empat fungsi:
Melayani kendaraan yang bergerak
Melayani kendaraan parkir
Melayani pejalan kaki dan kendaraan tak bermotor
Pengembangan wilayah dan akses ke daerah pemilikan
Suatu jalan mungkin hanya melayani satu fungsi (mis. jalan bebas hambatan
hanya melayani kendaraan bergerak), hampir semua jalan melayani dua atau
tiga fungsi di atas. Seringkali fungsi-fungsi ini tidak konsisten, mis. jalan yang
melayani arus Lalu lintas tinggi tidak sesuai bagi pejalan kaki, atau tidak
nyaman untuk menyediakan akses.
Walaupun demikian masih ada kemungkinan untuk menetapkan fungsi utama
suatu jalan, dengan melarang atau tidak menyarankan untuk menggunakan jalan
tersebut, atalA -mernbuat pengaturan khusus untuk melayani semua fungsi.
Sebagai contoh, jalan yang padat Lalu lintasnya perlu ada larangan parkir dan
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
perlu sinyal untuk pejalan kaki atau jembatan penyeberangan. Hal serupa pada
jalan lokal, dimana akses dan kegiatan pejalan kaki mendominasi, harus diatur
sedemikian rupa sehingga Lalu lintas menerus tidak menggunakannya.
Klasifikasi jalan menurut fungsi
Jalan mempunyai dua fungsi yang sangat berbeda, yaitu pergerakan menerus,
atau mobilitas dan akses ke tata guna lahan. Kedua fungsi tersebut adalah
penting dan tidak ada perjalanan dibuat tanpa keduanya. Gambar 2.5
menggambarkan hubungan antara sistem klasifikasi jalan menurut fungsi dan
akses lahan.
Sekali masuk ke dalam sistem jalan, pengemudi akan secara cepat mencari
fasilitas yang menyenangkan selama perjalanan. Ini adalah fasilitas yang dalam
perancangan atau peraturan, adalah tidak terpengaruh oleh pergerakan akses ke
tata, guna lahan. Perancangan memungkinkan untuk arus menerus pada, jarak
yang cukup jauh dengan kecepatan yang relatif tinggi. Pengemudi akan
menggunakan suatu fasilitas untuk bagian terbesar dari perjalanan dalam hal
meminimumkan waktu perjalanan total.
persentase relatif fasilitas yang umumnya ditemukan dalam setiap kelas jalan.
Gambar 2.7 merupakan ilustrasi serupa untukjaringan jalan perkotaan.
Tabel Sistem Klasifikasi Jalan dan Persentase Jumlah dari Total Panjang Jalan
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
10
Jalan arteri yang dapat diLalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton.
2) Jalan kelas II
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm
dan muatan sumbu terberat diijinkan 10 ton.
3) Jalan kelas IIIA
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
4) Jalan kelasIIIB
Jalan kolektor yang dapat diLalui kendaman bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebilli 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm
dan muatan sumbu terberat yang dijinkan 8 ton.
5) Jalan kelas IIIC
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
11
BAB II
KARAKTERIST1K ARUS LALU LINTAS
Karakteristik dasar arus lalu lintas adalah arus, kecepatan, dan kerapatan.
Karakteristik ini dapat diamati dengan cara makroskopik atau mikroskopik. Tabel
3.1 menggambarkan kerangka dasar dari karakteristlk arus lalu lintas.
Tabel 3. 1. Kerangka Dasar Karakteristik Arus Lalu Lintas
12
sepanjang fasilitas hanya diatur oleh karakteristik tata guna lahan yang
membangkitkan perjalanan kendaraan di fasilitas tersebut. Meskipun tejadi
kemacetan, hal ini merupakan interaksi antar kendaraan dalam arus dan tidak
ada penyebab dari luar. Jadi meskipun pengemudi mengalami kemacetan,
fasilitas tetap dikategorikan sebagai arus tak terganggu.
b) Fasilitas arus terganggu
Fasilitas arus terganggu, merupakan fasilitas yang mempunyai pengatur luar
dimana secara periodik mengganggu arus. Pengatur utama yang secara
periodik menghentikan arus adalah sinyal Lalu lintas. Pengatur lain, seperti
rambu STOP dan rambu YIELD dan juga persimpangan tanpa pengatur, juga
mengganggu arus. Pada fasilitas arus terganggu, arus tidak saja tergantung
pada interaksi antar kendaraan dan lingkungan jalan tetapi juga pengaturan
waktu sinyal.
Sebagai contoh, sinyal lalu lintas memungkinkan pergerakan tertentu bergerak
hanya sebagian waktu. Karena gangguan penodik terhadap arus pada suatu
fasilitas, arus yang terjadi berbentuk peleton. Peleton adalah sekelompok
kendaraan bergerak di sepanjang fasilitas secara bersama, dengan jarak antara
(gap) yang cukup dengan kelompok berikutnya. Pada fasilitas sinyal Lalu lintas,
peleton ini terbentuk oleh pola dari fase hijau di persimpangan yang berurutan.
Dengan menjauhnya peleton dari persimpangan bersinyal, antar kendaraan
cenderung unruk saling menjauh (dispersi). Jika jarak antar persimpangan cukup
jauh, pengembangan dispersi memungkinkan terjadinya arus tak terganggu di
beberapa bagian dari jalan diantara dua persimpangan tersebut. Tidak ada
kriteria pasti untuk menentukan jarak antar persimpangan dimana hal ini terjadi.
Banyak variabel yang mempengaruhi dispersi peleton, termasuk kualitas progresi
sinyal dan jumlah dan pola kendaraan yang masuk ke arus Lalu lintas dari
persimpangan tak bersinyal atau jalan diantara dua persimpangan.
Karakteristik Arus
Variasi arus dalam, waktu
Tingkat arus lalu lintas bervariasi dalam waktu, yaitu bulanan, harian, jam, dan
variasi dalam jam. Sangat penting untuk mengetahui variasi arus dalam waktu
untuk memperkirakan tingkat arus pada periode yang ditentukan berdasarkan
pada, tingkat arus yang telah diketahui dari periode waktu yang lain.
Variasi arus lalu lintas bulanan.
Di negara lain variasi bulanan ini tergantung dari musim dan iklim setempat. Di
Indonesia perubahan iklim tidak begitu besar seperti di negara-negara yang
mempunyai empat musim, dan grafik untuk Indonesia juga lebih datar. Jenis
fasilitas jalan yang berbeda mempunyai variasi bulanan yang berbeda. Variasi
arus bulanan berbeda antara jalan perkotaan dan jalan antar kota, jalan ke daerah
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
13
rekreasi dan bukan, kondisi iklim yang sedang dan yang buruk. Gambar 3.1.
menunjukkan variasi arus bulanan tipikal untuk berbagal jenis fasilitas jalan yang
berbeda. April-Mei dan Oktober-Nopember umumnya mempunyai kondisi rata
arus Lalu lintas, dan umumnya survey Lalu lintas dilakukan sepanjang bulanbulan ini. Jalan bebas hambatan perkotaan yang terletak di daerah beriklim
sedang mempunyai arus Lalu lintas paling seragam, selama satu tahun
sedangkan jalan antar kota yang melayani daerah rekreasi musiman mempunyai
variasi bulanan yang paling besar.
Di jalan antar kota dalam, Gambar 3.1. mempunyai volume bulan-puncak pada
musim panas lebih dua kali volume bulan-minimum. Fasilitas harus dirancang
untuk mengatasi vanasi musiman ini untuk menjamin kelangsungan ekonomi di
daerah yang dilayani. Variasi di jalan perkown kurang menonjol, dengan Lalu
lintas bulan-puncak sekitar 20% lebih tinggi dari Lalu lintas bulan-minimum.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
14
Gambar 3.2. juga menunjukkan variasi bulanan beberapa jenis fasilitas jalan.
Terlihat bahwa jalan bebas hambatan dalam kota mempunyai variasi yang kecil
antara bulan-puncak dan bulan-minimum, dibandingkan dengan jalan bebas
hambatan antar kota. Jalan menuju tempat rekreasi mempunyai bulan-puncak
pada bulan Agustus, tetapi bulan minimum teijadi pada beberapa bulan
(Desember s.d. Maret).
Variasi arus Ialu lintas harian
Tingkat atus Ialu lintas juga bervariasi terhadap hari dalam. satu minggu. Variasi
harian dalarn seminggu sangat dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang
umumnya mempunyai suatu jadwal yang tetap dalam seminggu, variasi harian
ini mempunyai kecenderungan untuk konstan. Variasi harian jalan perkotaan
berbeda dengan jalan antar kota, dan jalan rekreasi berbeda dengan jalan bukan
di daerah rekreasi. Gambar 3.3. menunjukkan variasi harian tipikal untuk
berbagai jenis fasilitas jalan. Dapat dilihat bahwa variasi terbesar adalah jalan
menuju tempat rekreasi, yang mencapai puncaknya pada hari Jurnat, Sabtu, dan
Minggu. Jalan antar kota yang melayani perjalanan ke ternpat rekreasi dan juga
perjalanan lain, juga mempunyai puncak pada akhir minggu tetapi variasi harian
pada tengah minggu kurang dibandingkan dengan jalan menuju tempat rekreasi.
Variasi volume Ialu lintas di jalan perkotaan adalah kurang dibandingkan dengan
jalan menuju tempat rekreasi dan jalan antar kota. Sebagian besar peralanan
dalam kota adalah merupakan perjalanan berulang, mulai dari perjalanan
komuter dua-kali pada hari kerja sampai perjalanan berbelanja dua-kali dalarn
satu minggu. Pola perjalanan yang berulang ini memudahkan dalarn mengamati
dan menganalisa. Rencana penyediaan fasilitas yang cukup untuk mengatasi
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
15
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
16
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
17
18
lintas mendekati konstan dapat diamati di bagian hilir dari leher botol dimana
output diatur atau di bagian hulu leher botol dalam, proses antrian. Tingkat
keseragaman dari arus, tergantung pada periode waktu dimana perrnintaan
melebihi kapasitas.
Pola arus lalu lintas ketiga dapat dikatakan kasus diantara pola acak dan konstan
dimana, perminman tidak melebihi kapasitas tetapi arus tidak acak disebabkan
karena perjalanan yang terjadwal. HCM Amerika mengatasi hal ini dengan
memperkenalkan faktor jam puncak (PHF = peak hour factor). Variasi dalam satu
jam dapat diperoleh dengan mencatat pengamatan volume untuk interval 5
menit, 10 menit atau 15 menit. Makin singkat interval waktu makin tepat atau
makin halus hasil pengamatannya. Meskipun volume jam digunakan dalarn
perancangan dan analisis lalu lintas, variasi di dalam jam tersebut juga perlu
diperhatikan. Kualitas dari arus Ialu lintas seringkali berhubungan dengan
fluktuasi perminman lalu lintas pada periode singkat. Suatu fasilitas, mungkin
cukup untuk melayani permintaan jam puncak, tetapi arus puncak pada penode
yang singkat dalam jam puncak mungkin melebihi kapasitas, sehingga
menyebabkan kemacetan.
Volume
Menit
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
Volume
19
15
30
45
60
Total
PHF
400
400
400
400
1600
1
15
30
45
60
Total
PHF
300
800
200
300
1600
0,5
20
VJP tidak boleh terlalu besar sehingga jalan menjadi lengang dan biayanya
pun mahal.
Gambar 3.7. menunjukkan Hubungan antara volume jam tertinggi dan LHR di
jalan antar kota. Gambar ini dihasilkan dari analisis data perhitungan lalu lintas
yang meliputi rentang besar dari volume dan kondisi geografis. Kurva ini
meliputi volume jam selama satu tahun, yang dinyatakan dalam persen LHR.
Dalam hal ini AASTHO menetapkan volume jam rancangan pada jam ke-30,
yaitu 15 persen LHR. 15 % LHR artinya adalah terdapat 30 jam (dari 24 jam x
365 hari) dalam setahun yang volume lalu lintasnya jauh lebih tinggi dari 15 %
LHR. Apakah nilai ini terlalu rendah untuk perencanaan dapat dijelaskan
bahwa 29 jam dalam satu tahun akan melebihi volume jam perencanaan.
Volume jam maksimum adalah mendekati 25 persen LHR, bila jalan
direncanakan dengan volume sebesar 25 % LHR maka artinya dalam setahun
melebihi jam ke-30 sebesar 67 persen (yaitu pada jam ke 30 sebesar 15 % LHR
sedangkan pada jam ke 0 sebesar 25 % LHR, memiliki selisih lebih sebesar 10 %
LHR atau sebesar kelebihan 10% / 15 % = 66,67 %).
Menurut AASHTO, volume sebesar 25 % LHR maka artinya dalam setahun akan
terdapat 0 jam (tidak ada) yang volume lalu lintasnya lebih besar dari 25 % LHR.
Apakah jam ke-30 terlalu tinggi ditinjau secara ekonomi dapat dijelaskan
dengan kecenderungan dalam volume jam lebih kecil dari jam ke-30. Kurva
tengah dari Gambar 3.7 menunjukkan bahwa selama 170 jam dalam satu tahun
volume lalu lintas melebihi 11,5 persen LHR. Volume jam terrendah dalam
rentang ini adalah sekitar 23 persen kurang dari jam ke-30 (yaitu pada jam ke 30
sebesar 15 % LHR sedangkan pada jam ke 170 sebesar 11,5 % LHR, memiliki
selisih kurang sebesar 4,5 % LHR atau sebesar kelebihan 3,5 % / 15 % = 23,33 %).
Menurut AASHTO, volume sebesar 11,5 % LHR maka artinya dalam setahun
akan terdapat 170 jam yang volume lalu lintasnya lebih besar dari 11,5 % LHR.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
21
VJR
C
Dimana :
C
= Kapasitas
C0
= Kapasitas Dasar (smp/jam)
FCW
= Faktor Penyesuaian akibat lebar lalu lintas
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
22
FCSP
FCSF
Misalkan :
Rencanakan lebar jalan (jumlah lajur) dengan data LHRT = 24000 smp / hari
(untuk kedua arah perjalanan), dengan lebar lajur = 3,5 m. Pada jalan baru
LHRT ini merupakan LHRT yang diperkirakan akan terjadi di tahun rencana
(misalnya 2014, sepuluh tahun kedepan) yang dihitung dari pemodelan
transportasi atau bila tidak dilakukan pemodelan, data LHRT ini diambil dari
data jalan sekitar dan kemudian diforecasting ke tahun rencana.
Data lainnya :
C0
= 1900 smp/jam/lajur
FCW
= 1, untuk lebar lajur = 3,5 m
FCSP
= 1 untuk Penyesuaian akibat pemisah arah sebesar 50 % - 50 %
FCW
= 1, untuk Penyesuaian akibat hambatan samping (sangat rendah dan
lebar bahu = 1 m).
Jawab :
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
23
C
= 1900 . 1 . 1. 1 = 1900 smp/jam/lajur.
Bila pengambilan VJR sebesar 15 % artinya selama 30 jam dalam setahun akan
terdapat Volume > 15 % LHRT yang artinya volume jalan akan mencapai
kapasitas selama 30 jam.
VJR
= 24000 . 15 % = 3600 smp/jam (untuk kedua arah perjalanan)
n
= 3600 smp/jam
1900 smp/jam/lajur.
n
= 1,89 = 2 lajur
Bila pengambilan VJR sebesar 25 % artinya selama 0 jam dalam setahun akan
terdapat Volume > 25 % LHRT yang artinya jalan tidak akan mencapai kapasitas.
VJR
= 24000 . 25 % = 3600 smp/jam (untuk kedua arah perjalanan)
n
= 6000 smp/jam
1900 smp/jam/lajur.
n
= 3,15 = 4 lajur
Kesimpulan :
Bila direncanakan dengan VJR sebesar 15 % maka volume jalan akan
mencapai kapasitas selama 30 jam.
Bila direncanakan dengan VJR sebesar 25 % maka volume jalan tidak akan
mencapai kapasitas selama 10 tahun masa pengoperasian jalan, sehingga jalan
menjadi lengang.
Catatan penting :
Pada perencanaan geometrik LHR digunakan dengan acuan yang sama yaitu
emp, sedangkan pada perencanan perkerasan digunakan SA (Standart Axle /
Sumbu standar) sebesar 8160 kg.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
24
BAB III
TEORI ALIRAN
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
25
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
26
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
27
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
28
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
29
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
30
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
31
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
32
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
33
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
34
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
35
Proses survai dilakukan dari salah satu arah dan dilakukan 6 perjalanan pergi
pulang (perjalanan berputar). Data yang disurvai adalah :
TB-T = Waktu untuk menempuh perjalanan dari Barat ke Timur (dalam menit).
TT-B = Waktu untuk menempuh perjalanan dari Timur ke Barat (dalam menit).
MB-T = Jumlah kendaraan yang berlawanan (bertemu) ketika kendaraan survai
menempuh perjalanan dari Barat ke Timur (dalam menit).
MT-B = Jumlah kendaraan yang berlawanan (bertemu) ketika kendaraan survai
menempuh perjalanan dari Timur ke Barat (dalam menit).
OB-T = Jumlah kendaraan yang menyiap kendaraan survai ketika kendaraan
survai menempuh perjalanan dari Barat ke Timur (dalam menit).
OT-B = Jumlah kendaraan yang menyiap kendaraan survai ketika kendaraan
survai menempuh perjalanan dari Timur ke Barat (dalam menit).
PB-T = Jumlah kendaraan yang disiap kendaraan survai ketika kendaraan survai
menempuh perjalanan dari Barat ke Timur (dalam menit).
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
36
PT-B = Jumlah kendaraan yang disiap kendaraan survai ketika kendaraan survai
menempuh perjalanan dari Timur ke Barat (dalam menit).
d
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
37
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
38
BAB IV
HUBUNGAN MATEMATIS ANTARA VOLUME,
KERAPATAN DAN KECEPATAN.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
39
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
40
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
41
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
42
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
43
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
44
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
45
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
46
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
47
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
48
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
49
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
50
Jawaban :
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
51
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
52
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
53
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
54
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
55
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
56
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
57
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
58
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
59
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
60
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
61
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
62
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
63
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
64
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
65
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
66
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
67
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
68
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
69
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
70
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
71
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
72
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
73
BAB V
ANALISIS KAPASITAS RUAS JALAN
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
74
BAB VI
ANALISIS KAPASITAS PERSIMPANGAN
Persimpangan adalah lokasi dimana 2 atau lebih jalan bergabung atau
berpotongan atau bersilangan. Persimpangan khususnya simpang sebidang,
merupakan salah satu komponen jaringan jalan yang memberikan pengaruh
terbesar pada efisiensi dari sistem transportasi jalan khususnya dalam ukuran
kapasitas dan keselamatan.
Berdasarkan JENISnya , maka Simpang Terdiri dari :
1) Simpang sebidang (Intersection atau At grade).
2) Simpang tidak sebidang (Interchange atau Grade separated), simpang ini
terdiri dari :
Simpang susun dengan ramp (untuk mengakomodir gerakan belok kiri
dan kanan contohnya simpang semanggi).
Simpang susun tanpa ram (tidak mengakomodir gerakan belok kiri dan
kanan contohnya Fly over untuk melintas diatas rel kereta Api).
1. SIMPANG SEBIDANG
Sesuai dengan kondisi lalu lintasnya, dimana terdapat pertemuan jalan arah
pergerakan yang berbeda, maka simpang merupakan lokasi yang potensial untuk
terjadi :
Titik pusat konflik lalu lintas yang bertemu.
Penyebab kemacetan / congestion akibat perubahan kapasitas.
Tempat sering terjadi kcelakaan
Konsentrasi para penyeberang jalan / Pedestrian.
Simpang sebidang berdasarkan banyaknya lengan dapat dibedakan menjadi :
a) Simpang tiga lengan (simpang T atau Y)
b) Simpang empat lengan
c) Simpang banyak lengan atau simpang kombinasi.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
75
76
Ada pengaturan prioritas yaitu adanya jalan yang ditetapkan sebagai jalan
mayor dan jalan minor.
Untuk simpang dengan arus lalu lintas yang rendah.
4) Simpang Bersinyal, dengan ciri-ciri :
Adanya sinyal lalu lintas yang berfungsi untuk mengurangi delay,
mengurangi konflik, improve distribusi delay dan mengurangi kecelakaan.
Untuk mengakomodir traffic (volume lalin) yang besar.
Simpang bersinyal ini terdiri dari :
Simpang bersinyal tetap (Fixed Time) walaupun jumlah lalu lintas
berubah waktu cylcle tetap.
Simpang bersinyal tidak tetap (Waktu berfluktuasi), waktu cycle
berubah sesuai dengan banyak volume lalu lintas yang lewat.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
77
Konflik Ialu lintas yang terjadi dipersimpangan dibedakan menjadi empat macam
yaitu:
1) Memencar (diverging)
2) Merapat (merging)
3) Menyilang (crossing)
4) Menjalin (weaving)
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
78
Jenis dan jumlah titik konflik yang potensial terjadi tergantung kepada jumlah
kaki simpang/pergerakan yang ada.
79
kecepatan lalu lintas tersebut, maka antara lain dapat dilakukan dengan :
Pengecilan
laJur
(Funneling),
Pembelokan/peIekukan
(Bending),
Menyediakan lajur untuk perubahan kecepatan.
5) Menyediakan daerah perlindungan (refuge area)
Kanalisasi di dalam areal simpang harus menerapkan belokan bayangan
(shadow turning) atau lajur khusus untuk berbelok dan daerah yang
terlindung untuk pejalan kaki (penyeberang jalan), terutama pada simpang
dengan volume lalu lintas yang tinggi.
6) Menyediakan tempat untuk peralatan kontrol lalu lintas
Pertimbangan yang ditujukan pada keperluan penempatan alat kontrol lalu
lintas yang mungkin dibutuhkan pada masa yang akan datang, seperti lampu
lalu lintas, termasuk peralatan lainnya (road furniture).
7) Menyediakan dimensi/kapasitas yang sesuai
Perencanaan simpang harus menyediakan kapasitas lalu litnas yang sesuai
sampai masa layan simpang tersebut. Hal ini memungkinkan perancang
memiliki satu atau lebih tahapan konstruksi menuju pembangunan bentuk
simpang yang terakhir.
1.2. FAKTOR PERANCANGAN SIMPANG SEBIDANG
Faktor yang menjadi pertimbangan dalarn perencanuan simpang adalah sebagai
berikut:
a) Lokasi serta Topografi : di perkotaan atau luar kota, tipe jalan.
b) Lalu Lintas : Volume, Kornposisi, Jenis Kendaraan, arus-arus belok, kapasitas,
kecepatan, keamanan Garak pandangan, kebiasaan pengemudi, efek kejutan
dan jejak natural kendarazin).
c) Ekonomi : Biaya pembebasan tanah/luas area yang dibutuhkan, Biaya
pemasangan alat alat pengontrol.
1.3. ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK SIMPANG SEBIDANG
Elemen perencanaan untuk persimpangan sebidang adalah termasuk:
a) Jari-jari minimum (R min) belokan (termasuk pulau-pulau)
b) Lebar-lebar dibelokan
c) Jarak-jarak pandang dan kebasan samping
d) Penyediaan Lajur-lajur tambahan
e) Superelevasi
f) Penyediaan pulau. dan kanal, tempat masuk dan keluar
g) Bentuk - bentuk median.
h) Drainase, perambuan, marka, dan perlengkapan jalan lainnya
Untuk itu, diperlukan data dasar sebagai berikut:
1) Data Lalu Lintas, termasuk didalamnya:
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
80
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
81
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
82
Apa itu jalur dan lajur?, menurut Standar Geometrik Jalan 1997 Bina Marga :
83
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
84
85
Waktu siklus yaitu waktu dari suatu warna ke warna tersebut berikutnya,
misalnya waktu dari hijau ke hijau atau waktu dari merah ke merah.
Waktu sinyal yaitu Hijau, Kuning, Merah Semua dan Merah.
Intergreen yaitu Waktu antar hijau yaitu waktu akhir hijau dari suatu fase ke
awal hijau di fase berikutnya, waktu antar hijau ini terdiri dari waktu kuning
dan waktu merah semua.
Waktu merah semua yaitu merupakan fungsi dari jarak di daerah simpang
dan kecepatan kendaraan di daerah simpang (10 m / detik).
86
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
87
Waktu yang disarankan oleh MKJI dalam penentuan waktu antar hijau (Kuning +
merah semua) adalah seperti pada Tabel berikut :
Ukuran
Lebar rata-rata Pendekat
waktu antar hijau yang
Simpang
layak
Kecil
6m9m
4 Detik / Fase
Sedang
10 m 14 m
5 Detik / Fase
Besar
>= 15 m
>= 6 Detik / Fase
Apabila waktu siklus yang dibutuhkan (hasil perhitungan yang didapat dalam
perhitungan kapasitas) lebih besar dari waktu siklus maksimum pada Tabel
Waktu Siklus minimum dan maksimum di atas dan DS > 0,85 maka simpang
tersebut mendekati lewat jenuh akan menyebabkan antrian panjang pada
kondisi lalu lintas puncak. Untuk itu ulangi perhitungan dengan melihat
Gambar Prosedur Perhitungan Kapasitas Simpang Bersinyal diatas.
Indikator APABILA perhitungan analisis kapasitas simpang sudah benar
BENAR adalah :
1) Derajat Kejenuhan dari semua pendekat akan bernilai hampir sama dalam
semua pendekat-pendekat kritis (FR terbesar).
2) Nilai waktu siklus pra penyesuaian (hasil hitungan dari rumus 29) dan
waktu siklus penyesuaian (hasil hitungan dari rumus 31) akan hampir
sama.
CONTOH SOAL 1 :
Berikut ini adalah hasil perhitungan yang dilakukan untuk simpang 4 Lengan.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
88
Jawaban :
Kondisi Eksisting :
Pengaturan 4 Fase dengan waktu siklus sebagai berikut :
Pendekat
Fase
Hijau
S
U
B
T
1
2
3
4
28,00
17,00
6,00
21,00
Hijau
dibulatkan
28,00
17,00
6,00
21,00
Kuning
3,00
3,00
0
3,00
Merah
Semua
2,00
2,00
0,00
2,00
Merah
54,00
65,00
81,00
61,00
Waktu
Siklus
87,00
87,00
87,00
87,00
Fase
Hijau
S
U
B
T
1
2
3
4
29,08141
23,99644
9,409307
40,61351
Hijau
dibulatkan
29
24
10
40
Kuning
3
3
0
3
Merah
Semua
1
1
0
3
Merah
84,00
89,00
107,00
71,00
Waktu
Siklus
117
117
117
117
Fase
Hijau
S
U
B
T
1
2
3
3
23
19
32
32
Hijau
dibulatkan
23
19
32
32
Kuning
3
3
0
3
Merah
Semua
1
1
0
3
Merah
60,00
64,00
55,00
49,00
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
Waktu
Siklus
87
87
87
87
89
Alternatif 1
0,777
177,00
29
24
10+40 = 50
40
127
45,3
Alternatif 2
0,706
88,00
23
19
32
93
34,2
Kesimpulan :
1) Perubahan dari 4 Fase menjadi 3 Fase (Pengurangan jumlah fase) ternyata
meningkatkan kapasitas (memperkecil Nilai DS) dan yang pasti tundaan
berkurang karena semakin kecil jumlah fase akan mengecilkan juga tundaan
yang terjadi.
2) Pada kasus yang lain (jumlah volume lalin yang berbeda) penambahan jumlah
fase mungkin bisa meningkatkan kapasitas simpang (memperkecil Nilai DS),
misalnya apabila arus berangkat terlawan dan rasio gerakan belok kanan
(PRT) sangat besar (FR > 0,8) maka gerakan belok kanan ini perlu di antisipasi
sebagai satu fase tersendiri dan hal ini akan dapat meningkatkan kapasitas
simpang. Tetapi penambahan jumlah fase artinya penambahan juga terhadap
total waktu siklus, dimana peningkatan waktu siklus akan meningkatkan
tundaan yang terjadi.
3) Alternatif 1 dengan total waktu siklus sebesar 117 detik menyebabkan
tundaan 45,3 detik dan di alternatif 2 waktu siklus berkurang seiring dengan
berkurangnya jumlah fase menyebabkan tundaan juga berkurang menjadi
sebesar 34,2 detik.
4) Untuk itu dalam merencanakan pilihlah jumlah fase yang sesuai dan tundaan
yang tidak teralu lama.
CONTOH SOAL 1 :
Berikut ini adalah hasil perhitungan yang dilakukan untuk simpang 4 Lengan
dengan pengaturan 2 Fase dengan GERAKAN LTOR DI SEMUA PENDEKAT.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
90
Akhirnya di dapatkan :
Fase
1
1
2
2
Hijau
13,86
11,82
10,31
12,64
Hijau
dibulatkan
14,00
14,00
11,00
11,00
Kuning
3,00
3,00
3,00
3,00
Merah
Semua
1,00
1,00
1,00
1,00
0,5692356
0,7088497
53,333333
15,533538
1379,9283
m
Detik/Smp
Smp/Jam
Merah
15,00
15,00
18,00
18,00
Waktu
Siklus
33,00
33,00
33,00
33,00
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
91
Alternatif 1
2558,407051
1,1138181
21,12
13,97
59,32
4
25,12
49-97
Alternatif 2
2618,322907
1,0883302
19,14
12,89
52,53
4
23,14
46-92
Alternatif 3
3017,38047
0,9443953
12,32
8,83
30,96
3,97
16,29
35-68
Alternatif 4
3088,045118
0,9227844
11,68
8,42
29,1
3,96
15,64
33-65
Alternatif 5
3363,120186
0,8473084
9,8
7,17
23,85
3,93
13,73
28-56
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
92
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
93
Definisi :
LT
ST
RT
UT
W
NW
QTOT
=
=
=
=
=
=
=
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
94
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
Rasio
Menjalin
(Pw)
5=4/3
Q W AB/
Q Total
AB
Q W BC/
Q Total
BC
Q W CD/
Q Total
CD
Q W DA/
Q Total
DA
95
96
97
98
d. Tipe Directional
Tipe ini biasa digunakan apabila setiap arus lalu lintas untuk setiap jurusan yang
volumenya besar dan memerlukan ramp direct atau semi direct. Salah satu sifat
tipe ini ialah simpang susun yang bertipe directional tak dapat digunakan
sebagai tempat pemutaran bagi kendaraan yang hendak berbalik arah. Banyaknya
struktur persilangan yang dibutuhkan tipe ini menyebabkan harganya menjadi
mahal sekall.
99
Kombinasi disini berarti gabungan atau campuran dari berbagai tipe sebelumnya,
sedemikian rupa sehingga dlharapkan cocok dengan keadaan dan kebutuhan
yang ada. Tipe yang dikombinasikan atau bentuk kombinasi yang dihasilkan
tergantung sepenuhnya kepada perencana yang akan menyesuaikan dengan
persyaratan yang diberikan. Biasanya tipe ini dapat menjadi pemecahan yang
baik dalam menghadapi persoalan pada perancanaan bentuk suatu simpang
susun.
f. Kombinasi dengan Jenis Simpang Sebidang
Salah satu. contoh lcombinasi simpang susun dengan salah satu jenis simpang
sebidang adalah Tipe Rotary, yaitu gabungan antara fly over dan bundaran.
Dalam tipe ini, hampir semua gerakan arus lalu lintas, kecuali arus lalu lintas
langsung di jalan utama, ditampung dulu dalam bundaran untuk kemudian di
distribusikan kearah tujuan masing-masing. Akibatnya volume lalu lintas
dibundaran dapat menjadi padat dan untuk mengatasi diperlukan bundaran
yang sangat besar, yang akan menyebabkan kebutuhan ROW tipe ini menjadi
cukup besar. Tipe ini sangat berguna apabila diterapkan pada simpang susun
yang mempunyai banyak cabang atau kaki. Tipe ini dapat dimodifikasi dengan
merubah bentuk bundaran ditengah menjadi bentuk persegi atau malah tidak
beraturan, tergantung pada sudut antara cabang-cabangnya.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
100
a) Jalur Utama (Main Lane): Yaitu jalur untuk arus lalu lintas utama, yang
biasanya menerus ataupun kadang-kadang juga membelok, tergantung arah
arus utama.
b) Jalur Kolektor/Distributor: Yaitu jalur yang terpisah dari jalur utama, tetapi
searah dengannya dan berfungsi untuk menampung arus lalu lintas yang
memasuki atau meninggalkan jalur utama. Jalur ini bersatu dengan jalur
utama pada ujung-ujungnya melalui jalur perlambatan/percepatan.
c) Jalur Penghubung (Ramp): Yaitu jalur yang menghubungkan dua jalur utama.
d) Jalur Perlambatan/Percepatan (Decelaration/Accelaration Lane atau Speed
Change Lane) : Yaitu suatu jalur yang terbatas panjangnya dan terletak di
sebelah jalur cepat (sebagai pelebaran jalur cepat) dan berfungsi sebagai
tempat kendaraan menyesuaikan kecepatan dari situasi dibelakang ke situasi
didepannya.
e) Jalur Penampung (Frontage Road): Yaitu jalur lokal yang terletak di samping
jalur utama dan berfungsi untuk melayani kebutuhan setempat.
Untuk memberikan gambaran lebih jelas jalur diatas dapat dilihat pada Gambar
di bawah ini yang menyajikan sebuah simpang susun clover leaf yang lengkap.
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
101
Dalam menuju arah tujuan, ramp melalui / mengelilingi titik pusat dahulu dan
memotong salah satu ants lain secara tegak lurus.
c) Indirect (Hubungan tak langsung)
Dalam menuju arah tujuan, ramp berbelok kearah berlawanan dahulu dan
kemudian memutar sekitar 2700.
Ketentuan Umum Perancangan Simpang Tak Sebidang
Dalam pembahasan simpang susun ini, terdapat beberapa hal - hal khusus yang
perlu diperhatikan dan meliputi:
1) Jenis - jenis ramp (Direct, Indirect, Loop)
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
102
2) Jalur - jalur tambahan (Auxiliary Lane) yang terdiri dari lajur percepatan dan
perlambatan (Acceleration dan Deceleration Lanes)
3) Tempat keluar masuk simpang susun (Exit dan Entry terminal)
4) Penggunaan sumbu acuan perancangan antara Centre line dijalan utarna
dengan Base line di ramp
5) Standard Geometrik yang digunakan
6) Landai ramp bisa diijinkan sampai cukup besar, misalnya 6 - 8% untuk lajur
percepatan dan perlambatan
7) Ruang bebas berkaitan dengan tinggi minimum jembatan yang berkisar antara
4,5 m 5,0 m
8) Konsistensi bentuk simpang susun dan dan jarak antara simpang susun
berturutan yang biasanya berkisar antara minimum 2 - 3 Km
9) Pembangunan bisa dilakukan secara bertahap, sesuai dengan batasan yang
ada misalnya biaya, kondisi lalu lintas dan keterbatasan daerah
10) Keseimbangan jalur di jalan utama dan di simpang susun yang harus
mengikuti ketentuan seperti diperlihatkan pada Gambarberikut.
103
104
Konsep Buku Bahan Ajar MK : Rekayasa Lalu Lintas, Oleh : Theo K. Sendow
105