Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Nama
: Billiawan
NIM
: 13713059
Kelompok
:1
Anggota (NIM)
: Suritno
Tanggal Praktikum
(13713040)
Jovi Prasetyo
(13713043)
Gilang A.Y
(13713049)
M. Adib Hasani
(13713052)
Surya Eko S.
(13713054)
Intan Khalida L.
(13713055)
: 17 November 2015
: M Rafiansa (13711045)
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Teori Dasar
Proses perlakuan yang diterapkan untuk mengubah sifat fisik logam pada
permukaannya disebut proses perlakuan permukaan (surface treatment). Pada
pelaksanaan perlakuan permukaan sangat bervariasi tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai, dan pada umumnya perlakuan permukaan dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan ketahanan aus dengan jalan memperkeras atau memberikan
lapisan yang keras pada permukaan logam. Beberapa jenis perlakuan permukaan yang
umum dikenal adalah:
a. Karburasi
Proses karburasi biasanya digunakan untuk meningkatkan kekerasan
permukaan baja karbon rendah, dengan jalan memanaskan baja diatas suhu
A1(>723oC) dalam suasana lingkungan karbon (gas CO), sehingga terjadi reaksi :
Fe+2CO
FeC + CO2
b. Nitridasi
Nitridasi digunakan untuk meningkatkan kekerasan permukaan baja paduan,
dengan cara memanaskan baja paduan pada temperatur 5000 s.d 5900C di dalam
kontainer yang lingkungannya nitridasi yang membuat amoniak akan terurai menjadi
gas Nitrogen dan H2.
c. Karbonitridasi
Proses karbonitridsi biasanya digunakan untuk meningkatkan kekerasan
permukaan baja karbon rendah, dengan jalan memanaskannya dalam lingkungan gas
karbon-nitrogen dengan suhu yang lebih rendah dari temperatur karburasi yaitu
sekitar 750 s.d. 8900C, dengan kedalaman lapisan sekitar 0,7 mm.
d. Induction Hardening
Berbeda dengan tiga proses sebelumnya pengerasan induksi tidak mengalami
perubahan komposisi kimia di permukaannya, zona yang dikeraskan permukaannya
dipanaskan hingga temperatur austenisasi lalu didinginkan dengan cepat sehingga
membentuk struktur martensit. Baja 6 yang dikeraskan harus mempunyai sifat
mampukeras (hardenability) yang baik seperti baja dengan kandungan karbon sekitar
0,3 sampai 0,6 %.
e. Flame Hardening
Proses flame hardening sama dengan pengerasan induksi, tetapi sumber
panasnya berasal dari nyala api (torch) pembakaran Oxy-Asetilen, propane oksigen
atau gas alam.
Anodisasi
Anodisasi merupakan salah satu proses perlakuan permukaan yaitu proses
pembentukan lapisan oksida yang stabil pada sampel dengan prinsip elektrokimia.
Sampel diletakkan pada anoda dan pada katoda terdapat material inert seperti carbon,
platina, dan emas. Rangkaian diletakkan di dalam larutan elektrolit asam agar terjadi
reaksi elektrokimia. Secara alamiah pada logam aluminium akan terbentuk lapisan
oksida. Namun dengan proses anodisasi, ketebalan lapisan oksida dapat ditentukan.
Hasil dari anodisasi pada permukaan alumunium :
Aluminium oksida hasil anodisasi memiliki struktur berupa sel-sel hexagonal yang
terdiri dari sebuah pori ditengah.
Proses anodisasi mempunyai langkah-langkah tertentu yaitu:
a. Rinsing
Membersihkan spesimen anodisasi dari kotoran yang ada pada permukaannya
menggunakan air atau detergen.
b. Etching
Membersihkan lapisan oksida yang telah terbentuk secara alami yang dapat
mengganggu proses anodisasi pada spesimen. Lapisan ini dibersihkan
menggunakan larutan asam/basa.
c. Anodizing
Pembentukan lapisan oksida pada permukaan logam aluminium dengan
memasang aluminium pada anoda rangkaian (yang dialiri listrik) sehingga
terjadi oksidasi aluminium menjadi ion yang akan bereaksi dengan oksigen
menjadi aluminium oksida.
d. Dyeing
Proses pewarnaan aluminium dengan mencelupkan aluminium dalam suatu
zat warna yang dipanaskan. Hal ini dapat dilakukan karena adanya pori pada
lapisan oksida yang akan menjebak zat warna.
e. Sealing
Bertujuan untuk menutup permukaan logam aluminium agar zat warna tidak
keluar lagi dengan memasukkan aluminium ke dalam air panas.
==>
Al2O3 + 6e-
Al2O3 + 6H+
==>
3H2
==>
Al2O3 + 3H2
BAB III
Metodologi Penelitian
Siapkan pelat Alumunium dan ukur tebal awalnya.
BAB IV
Data Pengamatan
Data Pengujian Anodisasi :
Arus (A)
Tegangan (V)
Tebal sebelum perlakuan (mm)
Tebal setelah perlakuan (mm)
Waktu anodisasi (menit)
Waktu etsa (menit)
Waktu dyeing (menit)
Waktu sealing (menit)
Temperatur dyeing (oC)
Temperatur sealing (oC)
Plat 1
3
10
1,02
1,02
40
5
15
10
80
80
Plat 2
0,88
0,88
5
15
10
80
80
BAB V
Analisis Data
didalamnya. Hal inilah yang membuat pada plat 2 masih terdapat sedikit perubahan
warna pada permukaannya.
BAB VI
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
1. Perbedaan antara plat 1 dan plat 2 :
Plat 1
Bisa diwarnai
Lebih tebal dari sebelumnya
Terbentuk lapisan oksida
Plat 2
Tidak bisa diwarnai
Lebih tipis dari sebelumnya
Tidak terbentuk lapisan oksida
4.2 Saran
Menggunakan wada anodisasi yang lebih besar agar pada saat percobaan
Daftar Pustaka
Lampiran
Tugas Tambahan :
1. Mengapa poros yang dihasilkan dari proses anodisasi ditengah dan kedalam?
2. Mengapa kalo korosi merusak dan anodisasi tidak?
Jawaban :
1. Saat ketebalan dan kondisi tertentu(mencapai G) maka Al 2O3 yang terbentuk
akan mengalami break down dan terurai kembali menjadi Al3+ dan O2-, Al3+
akan berusaha kembali menuju permukaan dan mencari O 2- dari luar. Untuk
menemukan O2- maka harus menuju ke tempat dimana terdapat beda potensial
yang tinggi agar cukup untuk memenuhi syarat G yang diperoleh untuk
pembentukan kembali. Tempat dimana beda potensial tinggi adalah di lekukan
permukaan, sehingga semakin banyak Al3+ yang ingin membentuk oksida
maka akan semakin tebal bagian lekukan sehingga lama kelamaan pori di
tengah terbentuk dan menjadi semakin dalam.
2. Pada korosi terbentuknya lapisan oksida yang berasal dari reaksi spontan
dipermukaan logam yang kontak secara langsung dengan oksigen dan air
sehinnga terbentuk senyawa baru yang berwarna kemerahan dan bersifat
rapuh dan berpori. Sedangkan pada anodisasi lapisan oksida yang terbentuk
akan tertutup porinya dengan proses sealing. Hal ini yang membuat ketahanan
terhadap korosi pada logam karena tidak ada air dan oksigen yang langsung
kontak dengan permukaan logam tersebut.