Está en la página 1de 14

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA SEKOLAH 1

KONVEKSI

Disusun Oleh

Nama : Abdul Salim


NPM : A1E008018
Asisten : Diya Novarina
Dosen : Dra. Connie Fransiska, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
I. JUDUL :
Konveksi
II. TUJUAN :
Mengamati Perpinhan Kalor Pada Zat Cair Dan Gas

III. LANDASAN TEORI


Konveksi (aliran) adalah perpindahan kalor yang disebabkan oleh
perbedaan massa jenis. Cara perpindahan kalor secara konveksi (aliran) dapat
terjadi di dalam zat cair dan gas. Contoh peristiwa konveksi udara secara alami
yaitu: arus konveksi udara yang membantu asap bergerak naik atau cerobong
asap, konveksi udara pada sistem ventilasi rumah, terjadinya angin laut dan angin
darat.
(Kanginan, Marten. 2000: 27-29)

Konveksi terjadi diakibatkan adanya ekspansi termal dan konduksi.


Konveksi sendiri artinya= cairan yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu.

http://3gplus.wordpress.com/2008/05/20/radiasikonveksi-dan-konduksi/

Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan


partikel-partikelnya. Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagian
fluida kebagian lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri. konveksi terjadi
karena perbedaan massa jenis dan konveksi hanya terjadi pada zat cair dan gas.
Untuk menyelidiki perpindahan kalor secara mengalir , digunakan alat konveksi
air dan alat konveksi udara. Proses perpindahan kalor secara konveksi dibedakan
menjadi dua yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah
adalah perpindahan kalor yang terjadi secara alami, contoh: pemanasan air. Pada
pemanasan air, massa jenis air yang dipanasi mengecil sehingga air yang panas
naik digantikan air yang massa jenisnya lebih besar.
Konveksi paksa adalah konveksi yang terjadi dengan sengaja (dipaksakan),
contoh: pada sistem pendingin mesin mobil. Peristiwa konveksi dapat dijumpai
pada contoh berikut: (1).Lampu minyak dan sirkulasi udara diruang tamu
(2).Cerobong asap pabrik dan cerobong asap dapur(3). Terjadinya angin darat
maupun angin laut

(faculty.petra.ac.id/herisw/Fisika1/13-kalor.doc)

Angin laut bertiup pada siang hari. Daratan yang memiliki kalor jenis
kecil, pada siang hari lebih cepat menyerap panas matahari dibandingkan dengan
lautan yang memiliki kalor jenis besar. Dengan demikian, suhu udara di atas
daratan lebih tinggi daripada suhu udara di atas permukaan laut. Daratan yang
mempunyai suhu lebih tinggi menyebabkan tekanan udaranya lebih kecil daripada
tekanan udara di atas laut dengan suhu udara lebih rendah. Karena tekanan udara
di atas laut lebih besar, terjadilah aliran udara dari laut ke darat. Udara yang
mengalir dari laut ke darat disebut angin laut.Sebaliknya, pada malam hari,
daratan yang memiliki kalor jenis kecil lebih cepat melepas panas dibandingkan
dengan lautan yang memiliki kalor jenis besar. Dengan demikian, suhu udara di
atas daratan lebih rendah daripada suhu udara di atas lautan. Karena suhu udara di
atas lautan tinggi, tekanan udaranya rendah. Terjadilah aliran udara dari darat ke
laut. Udara yang mengalir dari darat ke laut disebut angin darat.

(Tim mgmp ipa sma. 2007 ; hal 14-15)

Besarnya konveksi tergantung pada :


a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).
c. Koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
1) viscositas fluida
2) kecepatan fluida
3) perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
4) kapasitas panas fluida
5) rapat massa fluida
6) bentuk permukaan kontak
(Zemansky, sears. 1982. Fisika Untuk Universitas)
Konveksi proses berpindahnya kalor akibat adanya perpindahan molekul-
molekul suatu benda. Ingat ya, biasanya kalor berpindah dari tempat yang bersuhu
tinggi menuju tempat yang bersuhu rendah. Nah, jika terdapat perbedaan suhu
maka molekul2 yang memiliki suhu yang lebih tinggi mengungsi ke tempat yang
bersuhu rendah. Posisi molekul tersebut digantikan oleh molekul lain yang
bersuhu rendah. Jika suhu molekul ini meningkat, maka ia pun ikut2an mengungsi
ke tempat yang bersuhu rendah. Posisinya digantikan oleh temannya yang bersuhu
rendah. Demikian seterusny.

Perlu diketahui bahwa benda yang dimaksudkan di sini adalah zat cair atau
zat gas. Walaupun merupakan penghantar kalor (konduktor termal) yang buruk,
zat cair dan zat gas bisa memindahkan kalor dengan cepat menggunakan cara
konveksi. Contoh zat cair adalah air, minyak goreng, oli dkk. Contoh zat gas
adalah udara.

Untuk membantumu memahami perpindahan kalor dengan cara konveksi,


gurumuda menggunakan contoh saja…

Proses pemanasan air

Tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan. Air yang berada di


dalam wadah dipanaskan dengan nyala api yang berasal dari kompor.

Ketika kita memanaskan


air menggunakan kompor, kalor
mengalir dari nyala api (suhu lebih
tinggi) menuju dasar wadah (suhu
lebih rendah). Karena mendapat tambahan kalor, maka suhu dasar wadah
meningkat. Ingat ya, yang bersentuhan dengan nyala api adalah bagian luar dasar
wadah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari bagian luar
dasar wadah (yang bersentuhan dengan nyala api) menuju bagian dalam dasar
wadah (yang bersentuhan dengan air). Suhu bagian dalam dasar wadah pun
meningkat. Karena air yang berada di permukaan wadah memiliki suhu yang lebih
kecil, maka kalor mengalir dari dasar wadah (suhu lebih tinggi) menuju air (suhu
lebih rendah). Perlu diketahui bahwa perpindahan kalor pada wadah terjadi secara
konduksi. Perpindahan kalor dari dasar wadah menuju air yang berada di
permukaannya juga terjadi secara konduksi.

Adanya tambahan kalor membuat air yang menempel dengan dasar wadah
mengalami peningkatan suhu. Akibatnya air tersebut memuai. Ketika memuai,
volume air bertambah. Karena volume air bertambah maka massa jenis air
berkurang. Kalau bingung, ingat lagi persamaan massa jenis alias kerapatan
(massa jenis = massa / volume). Massa air yang memuai tidak berubah, yang
berubah hanya volumeya saja. Karena volume air bertambah, maka massa
jenisnya berkurang. Berkurangnya massa jenis air menyebabkan si air bergerak ke
atas (kita bisa mengatakan air tersebut mengapung). Mirip seperti gabus atau kayu
kering yang terapung jika dimasukan ke dalam air. Gabus atau kayu kering bisa
terapung karena massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis air.

Karena bergerak ke atas maka posisi air tadi digantikan oleh temannya
yang berada di sebelah atas. Kali ini temannya yang menempel dengan dasar
wadah. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari dasar wadah
menuju temannya. Temannya ikut2an kepanasan juga (suhu meningkat) sehingga
massa jenisnya berkurang. Karena massa jenisnya berkurang maka ia bergerak ke
atas. Posisinya digantikan oleh temannya yang berada di sebelah atas. Demikian
seterusnya sampai semua air yang berada dalam wadah mendapat jatah kalor.
Ingat ya, air yang memiliki suhu yang tinggi tidak langsung meluncur tegak lurus
ke atas tetapi berputar seperti yang ditunjukkan pada gambar. Hal ini disebabkan
karena temannya yang berada tepat di atasnya memiliki massa jenis yang lebih
besar. Perpindahan kalor pada proses pemanasan air merupakan salah satu contoh
perpindahan kalor secara konveksi.

Contoh lain dari perpindahan kalor secara konveksi adalah proses terjadinya angin
laut dan angin darat

Angin laut Tataplah gambar di bawah

Kalor jenis daratan (zat padat) lebih kecil daripada kalor jenis air laut (zat
cair). Akibatnya ketika dipanaskan oleh cahaya matahari pada siang hari,
kenaikan suhu daratan lebih besar daripada kenaikan suhu air laut. Kalau bingung
baca lagi pembahasan gurumuda mengenai kalor, kalor jenis dan kalor laten. Jadi
walaupun mendapat jatah kalor yang sama dari matahari, daratan lebih cepat
panas (suhu lebih tinggi) daripada air laut (suhu air laut lebih rendah).

Daratan yang sudah kepanasan tadi memanaskan udara yang berada tepat
di atasnya sehingga suhu udara pun meningkat. Karena mengalami peningkatan
suhu maka udara memuai. Ketika memuai, volumenya bertambah. Akibatnya
massa jenis udara berkurang. Karena massa jenis udara berkurang, maka udara
tersebut bergerak ke atas (1). Posisi udara yang bergerak ke atas tadi digantikan
oleh udara yang berada di atas permukaan laut. Hal ini disebabkan karena massa
jenis udara yang berada di atas permukaan laut lebih besar. Ketika bergerak ke
darat, posisi udara tadi digantikan oleh temannya yang berada tepat di atasnya (2)

Sampai pada ketinggian tertentu, udara panas yang bergerak ke atas


mengalami penurunan suhu. Ingat ya, ketika suhu udara menurun, volume udara
juga berkurang. Berkurangnya volume udara menyebabkan massa jenis udara
bertambah. Akibatnya, udara yang sudah mendingin tadi meluncur ke bawah
untuk menggantikan posisi udara yang kabur dari permukaan laut (3). Proses ini
terjadi terus menerus sehingga terbentuk arus konveksi udara sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar di atas. Dirimu menyebutnya dengan julukan angin laut.
Di sebut angin laut karena udara yang berada di atas permukaan air laut
melakukan pengungsian massal menuju darat. Angin laut hanya terjadi pada siang
hari Kalau malam hari kasusnya sudah berbeda.

Angin darat

Ketika malam tiba, daratan lebih cepat dingin daripada air laut. Dengan
kata lain, pada malam hari, suhu daratan lebih rendah daripada suhu air laut. Hal
ini disebabkan karena kalor jenis daratan (zat padat) lebih kecil daripada kalor
jenis air laut (zat cair). Walaupun jumlah kalor yang dilepaskan oleh daratan dan
air laut sama, tetapi karena kalor jenis daratan lebih kecil daripada kalor jenis air
laut, maka penurunan suhu yang dialami oleh daratan lebih besar daripada air laut.
Ingat saja rumus Q = (m)(c)(deltaT). Jika bingung berlanjut silahkan pelajari
kembali pokok bahasan kalor, kalor jenis dan kalor laten.

Air laut yang memiliki suhu lebih tinggi menghangatkan udara yang
berada di atasnya. Akibatnya suhu udara yang berada di atas permukaan laut
meningkat. Peningkatan suhu udara menyebabkan massa jenis udara berkurang
sehingga udara bergerak ke atas (1)

Daratan yang memiliki suhu lebih rendah mendinginkan udara yang


berada di atasnya. Akibatnya suhu udara yang berada di atas daratan menurun.
Penurunan suhu udara menyebabkan massa jenis udara bertambah. Udara yang
berada di atas daratan segera meluncur ke laut (2)
Sampai pada ketinggian tertentu, udara yang bergerak ke atas mendingin
(suhunya menurun). Penurunan suhu menyebabkan massa jenis udara bertambah.
Si udara pun meluncur ke bawah, menggantikan posisi udara yang meluncur ke
laut tadi (3). Proses ini terjadi terus menerus sehingga terbentuk arus konveksi
udara sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar di atas. Dirimu menyebutnya
dengan julukan angin darat. Di sebut angin darat karena udara yang berada di
daratan melakukan pengungsian massal menuju laut. Angin darat hanya terjadi
pada malam hari.

http://www.gurumuda.com/konveksi

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1. Tabel alat Dan Bahan Yang Digunbakan Dalam Praktikum

NO Kode Katalog Nama alat dan bahan jumlah


1 FME 51.01 Dasar statif 1
2 FME 51.02 Kaki statif 1
3 FME 51.03 Batang statif pendek 1
4 FME 51.04 Batang statif panjang 1
5 KST 36 Boss-head 1
6 FPA 12.05 Alat konveksi zat cair 1
7 KST 34 Klem universal 1
8 KBS 26 Pembakar spiritus 1
9 - Air Secukupny
a
10 - Serbuk rokok Secukupny
a
11 - Obat nyamuk 1

IV.2. Persiapan Percobaan


Keterangan :
1. Di rakit peralatan seperti pada gambar 1
2. Dipasang boss-head dan klem universal pada batang statif.
3. Dengan menggunakan klem universal dipasang alat konveksi zat
cair.

V. LANGKAH PERCOBAAN
V.1. Langkah-Langkah percobaan
A. Konveksi gas (udara)
1. Dilepaskan pipa plastik dari alat konveksi zat cair.
2. Dipanaskan bagian tepi pipa logam dekat ujung A dengan pembakaran `
spiritus
3. Diletakan atau dipasang asap nobat nyamuk di depan mulut (lubang)
ujung pipa.
4. Diamati apa yang terjadi dengan arah aliran asap obat nyamuk.

B. Konveksi zat cair


1. Dipasang kembali pipa plastik pada alat konveksi zat cair seperti
keadaaan semula
2. Diisi alat konveksi dengan air sampai hampir penuh.
3. Pada tepi logam dipanaskan beberapa saat sampai pipa agak panas.
4. Sekam padi ditaburkan pada lubang pipa dan diamati apa yang terjadi di
sepanjang alat konveksi.

V.2. Gambar Percobaan


I. Gambar percobaan konveksi pada gas

Batang statif

Klem universal
Obat nyamuk

Lilin yang nyala

Dasar statif

II. Gambar percobaan konvweksi pada zat cair


Batang statif

Klem universal

Dasar statif

Lilin yang nyala

VI. HASIL PENGAMATAN


VI.1. Hasil Pengamatan
1. Konveksi gas (udara)
Arah aliran asap obat nyamuk masuk menuju alat konveksi zat cair tetapi
hanya sedikit. Asap obat nyamuk seolah-olah tersedot masuk kedalam alat
konveksi zat cair ( dari titik A ke titk B)
2. Konveksi gas (udara)
Aliran zat cair dan serbuk tembakau dari ujung pipa A menuju ke ujung pipa
B kemudian akan kembali lagi menuju ujung pipa A. Aliran serbuk
tembakau mengikuti aliran zat cair yang telah dipanaskan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa aliran serbuk tembakau akan mengikuti aliran zat cair.
VI.2. Pembahasan

Pada percobaan ini adalah percobaan konveksi pasa udara dan zat cair ini
dengan tujuan yaitu mengamati perpindahan kalor pada zat cair dan gas. Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah ( tercantum dalam
tabel alat dan bahan). Dalam literatur mengatakan bahwa konveksi adalah
perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-partikelnya. Atau
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida kebagian lain
fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri. konveksi terjadi karena perbedaan massa
jenis dan konveksi hanya terjadi pada zat cair dan gas.
Pada percobaan konveksi ini telah dilakukan percobaan yang pertama
yaitu percobaan konveksi pada Gas ( udara), percobaan konveksi gas, disini
mengamati arah asap obat nyamuk. Pada konveksi gasi ini asap obat nyamuk
bergerak memutar vertical masuk kedalam lubang dititik A sesuai pada gambar
langkah percobaan sebagai titik yang bersuhu panas. Karena asap bergerak dari
suhu yang rendah (ruangan) bertekanan tinggi ke suhu yang lebih tinggi titik A
(dipanaskan dengan pembakar spritus) menyebabkan tekanan yang lebih kecil.
Titik A yang mempunyai suhu lebih tinggi menyebabkan tekanan udaranya lebih
kecil daripada tekanan udara di sekitar ruangan dengan suhu udara lebih rendah.
Karena tekanan udara di sekitar ruangan lebih besar, terjadilah aliran asap dari
luar (sekitar ruangan) menuju titik A yang tekanan udaranya kecil. Udara dingin
yang berada disekitar dekat titik A (dekat api lilin ) menekan udara panas keatas,
sehingga terjadilah arus konveksi udara. Arus konveksi udara inilah yang
membawa asap bergerak keatas melalui rongga tabung.
Percobaan konveksi yang kedua yaitu Konveksi Zat Cair. Pada percobaan
konveksi zat cair menggunakan msedium Serbuk tembakau. Untuk mengamati
konvesi yang terjadi pada zat cair dengan memasukkan serbuk tembakau yang
hallus kedalam pipa yang telah diisi air. Kemudin pipa dipanaskan dengan
menggunakan nyala lilin. Di amati bahwa semula serbuk tembakau berada
dipermukaan air (diatas) bergerak turun kedasar menuju titik A (sesuia gambar)
karena adanya gaya berat. Kemudian serbuk tembakau naik kembali kepermukaan
karena air pada bagian bawah (titik A) mulai panas dengan api lilin sehingga
volume bertambah dan massa jenisnya menjadi kecil akibatnya serbuk tembakau
beserta air naik keatas menuju ke suhu yang rendah. Begitu seterusnya siklus
perjalanan serbuk tembakau dan air yang selalu memutar dari A ke titik B dan
seterusnya terjadi. Perpindahan molekul beserta partikel seperti ini disebut
konveksi atau aliran. Air yang diatas suhunya lebih rendah daripada yang
dibawah, sehingga massa jenis air di atas lebih besar daripada air di bawah.
Pada percobaan konveksi zat cair ini semakin lama pemanasan yang
dilakukanse hingga air semakinpanas, dan akhirnya perpindahan kalor besertqa
patikel atau yang dinamakan sebagai konveksi semakin tidak kelihatan.

PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


a. Ketika kita memanaskan air menggunakan kompor, kalor mengalir dari nyala
api (suhu lebih tinggi) menuju dasar wadah (suhu lebih rendah). Karena
mendapat tambahan kalor, maka suhu dasar wadah meningkat. Yang
bersentuhan dengan nyala api adalah bagian luar dasar wadah. Karena terdapat
perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari bagian luar dasar wadah (yang
bersentuhan dengan nyala api) menuju bagian dalam dasar wadah (yang
bersentuhan dengan air). Suhu bagian dalam dasar wadah pun meningkat.
Karena air yang berada di permukaan wadah memiliki suhu yang lebih kecil,
maka kalor mengalir dari dasar wadah (suhu lebih tinggi) menuju air (suhu
lebih rendah). Perpindahan kalor dari dasar wadah menuju air yang berada di
permukaannya juga terjadi secara konduksi. Adanya tambahan kalor membuat
air yang menempel dengan dasar wadah mengalami peningkatan suhu.
Akibatnya air tersebut memuai. Ketika memuai, volume air bertambah.
Karena volume air bertambah maka massa jenis air berkurang. Massa air yang
memuai tidak berubah, yang berubah hanya volumeya saja. Karena volume air
bertambah, maka massa jenisnya berkurang. Berkurangnya massa jenis air
menyebabkan si air bergerak ke atas (kita bisa mengatakan air tersebut
mengapung).sama dengan penerapan pada kesetimbangan benda dalam zat
cair. Karena bergerak ke atas maka posisi air tadi digantikan oleh air yang
berada di sebelah atas. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir
dari dasar wadah menuju air. Air badian atas yang turun ikut-ikutan kepanasan
juga (suhu meningkat) sehingga massa jenisnya berkurang. Karena massa
jenisnya berkurang maka ia bergerak ke atas kembali. Posisinya digantikan
oleh air yang berada di sebelah atas lagi. Demikian seterusnya sampai semua
air yang berada dalam wadah mendapat jatah kalor, air yang memiliki suhu
yang tinggi tidak langsung meluncur tegak lurus ke atas tetapi berputar seperti
yang ditunjukkan pada gambar. Hal ini disebabkan karena temannya yang
berada tepat di atasnya memiliki massa jenis yang lebih besar. Perpindahan
kalor pada proses pemanasan air merupakan salah satu contoh perpindahan
kalor secara konveksi.

b. Contoh lain dari perpindahan kalor secara konveksi adalah proses terjadinya
angin laut dan angin darat. Kalor jenis daratan (zat padat) lebih kecil daripada
kalor jenis air laut (zat cair). Akibatnya ketika dipanaskan oleh cahaya
matahari pada siang hari, kenaikan suhu daratan lebih besar daripada kenaikan
suhu air laut walaupun mendapat jatah kalor yang sama dari matahari, daratan
lebih cepat panas (suhu lebih tinggi) daripada air laut (suhu air laut lebih
rendah).

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


VII.1. Kesimpulan
1) Udara / air mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang
bersuhu rendah
2) Udara disekitar pembakar lilin lebih panas dari pada udara yang jauh dari
nyala pembakar lilin.
3) Udara di titik A mmliki tekanan yang kecil disbandingkan tekanan udara
dititik B atau di sekitar ruangan.

VII.2. Saran
 Diharapkan sebelum melakukn percobaan, praktika mengetahui tujuan
percobaan yang akan dilakukan
 Hendaknya prakrikan berhati-hati dalam melakukan praktikum, hingga
diperoleh hasil yang maksimal.
 Praktikum hendaknya dilaksanakan di tempata yang lapang

VIII. DAFTAR PUSTAKA

faculty.petra.ac.id/herisw/Fisika1/13-kalor.doc

http://3gplus.wordpress.com/2008/05/20/radiasikonveksi-dan-konduksi/

http://www.gurumuda.com/konveksi

Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA Kelas X 1B. Jakarta: Erlangga

TIM MGMP IPA SMA. 2007 . Pendalaman Materi Sukses Ujian Nasional.
Jakarta : Akasia

Zemansky, sears. 1982. Fisika Untuk Universitas 1. Bandung: Bina Cipta

También podría gustarte