Está en la página 1de 4

Menanti Lahirnya Ombudsman Aceh

Written by Patnuaji Indrarto


Friday, 21 September 2012 13:22 -

Kamis, 20 September 2012 08:57 WIB

Oleh Rahmat Fadhil

PANITIA Seleksi Calon Kepala dan Asisten Perwakilan Ombudsman RI wilayah Provinsi Aceh,
baru saja mengumumkan hasil seleksi ujian tertulis pada 17 September 2012 melalui Harian
Serambi Indonesia. Dari 108 orang pendaftar sebagai calon asisten dan 9 orang sebagai calon
kepala untuk Aceh, panitia seleksi telah memilih 6 calon kepala dan 12 calon asisten, yang
nantinya pada tahap akhir hanya akan menetapkan 1 orang kepala dan 3 orang asisten
perwakilan. Dalam beberapa hari ke depan, seleksi lanjutan meliputi profile assessment serta
wawancara dengan calon-calon tersebut oleh anggota Ombudsman pusat akan dilakukan.

Menurut Ibu Hj Azlaini Agus yang merupakan Wakil Ketua Ombudsman RI dalam kesempatan
kedatangannya ke Aceh untuk melakukan seleksi Ombudsman RI Perwakilan Aceh
menyatakan bahwa peminat calon kepala dan calon asisten perwakilan Ombudsman di Provinsi
Aceh merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan berbagai provinsi lainnya di Indonesia.
Ini merupakan partisipasi yang sangat baik dari masyarakat Aceh, terutama dari para calon
asisten Ombudsman yang relatif memiliki usia muda. Karena memang salah satu syarat yang
diperuntukkan bagi calon asisten perwakilan Ombudsman itu adalah berusia paling rendah 23
tahun dan paling tinggi 45 tahun (SK Ombudsman RI No.SEK.KP.02.02-45 tanggal 30 Juli
2012).

Mengawasi pelayanan publik

Ombudsman RI adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi


penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah. Hal ini sebagaimana yang telah di mandatkan dalam
Undang-Undang (UU) RI No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI dan UU No.25 Tahun

1/4

Menanti Lahirnya Ombudsman Aceh


Written by Patnuaji Indrarto
Friday, 21 September 2012 13:22 -

2009 tentang Pelayanan Publik. Sehingga kedua-dua UU ini menjadi dasar hukum yang
mengikat bagi seluruh penyelenggara negara dan pemerintah yang melaksanakan pelayanan
publik bagi masyarakat di wilayah Indonesia.

Ombudsman RI dan juga perwakilannya di seluruh Indonesia, termasuk yang akan dibentuk di
Aceh nantinya, bertujuan: Pertama, mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan
sejahtera; Kedua, mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan
efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); Ketiga,
meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga negara dan
penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik;

Keempat, membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan


pencegahan praktek-praktek Mal-administrasi, diskriminasi, KKN, dan: Kelima, meningkatkan
budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan supremasi hukum yang berintikan
kebenaran serta keadilan (Pasal 4 UU RI No.37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI).

Dengan sejumlah tujuan tersebut, keberadaan Ombudsman diharapkan dapat memberikan


kepastian pelayanan yang lebih baik lagi bagi seluruh masyarakat Indonesia, yang sampai saat
ini masih terlalu banyak masalah atas segala layanan yang mesti diperoleh secara standar.

Dalam menjalankan fungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik tersebut,


Ombudsman memiliki tugas antara lain: Pertama, menerima laporan atas dugaan
Mal-administrasi, dalam penyelenggaraan pelayanan publik; Kedua, melakukan pemeriksaan
substansi atas laporan; Ketiga, menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan Ombudsman; Keempat, melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap
dugaan Mal-administrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

Kelima, melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan; Keenam,
membangun jaringan kerja; Ketujuh, melakukan upaya pencegahan Mal-administrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, dan; Kedepalan, melakukan tugas lain yang diberikan oleh
UU.

Hal yang menarik adalah, dalam menjalankan tugas dan fungsinya itu, Ombudsman tidak dapat

2/4

Menanti Lahirnya Ombudsman Aceh


Written by Patnuaji Indrarto
Friday, 21 September 2012 13:22 -

ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut, atau digugat di muka pengadilan (Pasal 10 UU RI No.
37 tahun 2008 tentang Ombudsman RI).

Tantangan ombudsman Aceh

Di Aceh sendiri, belakang ini juga sangat sering terdengar keluhan-keluhan publik atas berbagai
layanan institusi penyelenggara negara atau pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Sebut
saja misalnya berita yang ditulis masyarakat melalui rubrik Droe Keu Droe di Serambi tentang
Ada `Uang Seikhlasnya di Dinas Tenaga Kerja (Serambi, 17/7/2012), lalu
ditanggapi oleh atasan/pimpinan dinas tersebut dalam jawaban berjudul Soal `Ada Uang
Seikhlasnya di Dinas Tenaga Kerja (Serambi, 18/7/2012) yang menyatakan bahwa itu
bukan kebijakan dinas, melainkan ulah sekelompok oknum di instansi tersebut.

Beberapa hari kemudian, seorang PNS dalam rubrik yang sama juga menuliskan tentang
Fenomena `Uang Seikhlasnya di Instansi Pemerintah (Serambi, 20/7/2012), yang
menyatakan keyakinannya bahwa tidak hanya di instansi itu saja yang menerapkan uang
seikhlasnya pada saat seseorang mengurus atau mengambil suatu surat atau keperluan
lain yang diperlukan pada dinas tersebut. Bahkan beliau menambahkan, sudah menjadi rahasia
umum pada saat kita mengurus suatu keperluan administrasi di hampir semua instansi
terutama di instansi pemerintah pasti dipungut uang seikhlasnya. Kalau tidak
percaya silahkan coba!, tulis beliau dalam kerisauannya. Apalagi memang kejadian itu
pernah di alaminya sendiri di beberapa instansi pemerintah yang di datangi untuk mengurus
keperluan administrasi. Pernyataan ini juga ada benarnya bila kita merujuk kepada tulisan
berjudul Urus Surat Kesehatan di RSU Sigli Rp 120 Ribu? (Serambi, 23/7/2012),
Mana Tanggung Jawab PLN (Serambi, 2/8/2012), Kecewa dengan Pelayanan
Loket PDAM Tirta Daroy (Serambi, 7/8/2012), atau lainnya.

Dari sini kita dapat menyadari dan memahami bahwa Ombudsman RI khususnya untuk
perwakilan Aceh memang sedang di tunggu-tunggu kelahirannya untuk membantu masyarakat
Serambi Mekkah ini dalam mendapatkan layanan publik yang lebih baik lagi. Semoga!

* Rahmat Fadhil, Pemerhati Kebijakan dan Pelayanan Publik/Dosen Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah) Banda Aceh. Email: rahmat.fadhil@unsyiah.net

3/4

Menanti Lahirnya Ombudsman Aceh


Written by Patnuaji Indrarto
Friday, 21 September 2012 13:22 -

Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2012/09/20/menanti-lahirnya-ombudsman-aceh

4/4

También podría gustarte