Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
SUPPOSITORIA
I. DEFINISI
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV supositoria adalah sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh (FI ed. IV, hal 16).
II. TEORI SEDIAAN
Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa
zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum digunakan
adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen
glikol berbagai bobot molekul, dan ester asam lemak polietilen glikol.
Bahan dasar supositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat
terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan
tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat diobati.
Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan
bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar
diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas
dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen
glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan.
Bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina,
karena membentuk residu yang tidak dapat diserap, Sedangkan gelatin tergliserinasi jarang
digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan penggantinya (lemak
keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti pada sediaan untuk hemoroid internal.
a. Supositoria Lemak Coklat
Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan
obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang
dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur
dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan. Sejumlah zat
pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa obat,
(seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting, supositoria
meleleh pada suhu tubuh.
Perkiraan bobot supositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibawah ini.
Supositoria yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih berat dari pada bobot yang
disebutkan dibawah ini.
Supositoria rektal. Supositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau
kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.
Supositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih
kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur
dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.
Supositoria dengan bahan lemak coklat harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
sebaiknya pada suhu dibawah 30 derajat (suhu kamar terkendali)
b. Pengganti Lemak Coklat
Supositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai minyak
nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang dimodifikasi dengan
Suppositoria
Suppositoria
Suppositoria
kelarutan suatu zat berkhasiat sehingga diabsorpsi lebih cepat, tapi juga dapat membentuk
suatu kompleks senyawa baru yang lambat diabsorpsi.
iv) Faktor aliran darah
Makin banyak pembuluh darah di sekitar supositoria maka absorpsi obat akan
semakin cepat. Tetapi luas permukaan absorpsi terbatas di daerah kolon dan tidak ada
perbedaan luas permukaan yang mencolok di daerah kolon, baik di pinggir, di tengah
maupun di dalam daerah kolon. Setelah obat diabsorpsi dari usus halus obat dialirkan
melalui vena hepatic portal ke hati. Hati memetabolisme obat tersebut, dapat berupa
modifikasi atau mengurangi efek obat tersebut. di lain pihak jumlah yang lebih banyak
dari obat yang sama dengan di atas akan diabsorpsi melalui anorektal. Vena haemoroid
halus yang mengelilingi kolon dan rectum masuk vena kava inferior sehingga tidak
masuk ke hati. Vena haemoroid menuju ke vena portal dan bermuara di hati. Tetapi lebih
dari setengah pemberian melalui rectal diabsorpsi langsung ke sirkulasi tubuh. Sirkulasi
limfa juga membantu absorpsi obat melalui rectal dan mengalihkannya dari hati. Rectal
tidak mempunyai daya kapasitas buffer. Menurut Schumber, asam dan basa lemah lebih
cepat diabsorpsi daripada asam/basa kuat dan yang terionisasi kuat lainnya.
Suppositoria
Bentuk melebur pada 24oC diperoleh dengan pendinginan secara tibatiba sampai 0oC.
Bentuk deperoleh dari cairan oleum cacao yang diaduk pada suhu 18230 C titik leburnya 28-31oC
Bentuk -1 melebur pada suhu 18oC diperoleh dari oleum cacao dingin
dengan suhu 20oC sebelum dipadatkan ke dalam wadah yang didinginkan
pada suhu 0oC.
Pembentukan polimorfisa ini tergantung dari derajat pemanasan. Proses
pendinginan dan keadaan selama proses. Pembentukan kristal non stabil
dapat dihindari dengan cara :
sisa-sisa
krsital
mencegah
Suppositoria
Suppositoria
Keuntungan PEG :
- Tidak berbentuk polimorfisa
- Stabil dan tahan terhadap mikroba
PEG baik untuk pentobarbital, secobarbital, aminofilin, kloralhidrat, asam tanat,
klorbutanol. Tidak bercampur dengan fenol, resorsinol, balsam peru, tannin, kampora,
parasetamol, barbiturate-Na, asam salisilat, kamfer mengkristal dalam PEG. Asam
salisilat konsentrasi tinggi PEG akan melunak sedangkan aspirin membentuk komplek
dengan PEG.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk formula PEG :
- Cetakan harus kering karena PEG larut air
- Massa leburan harus dibiarkan dingin sebelum dituang
- Tidak memerlukan lubrikan karena tidak lengket pada cetakan.
c. Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat
digunakan tanpa penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan
dengan basis lain.
Keuntungan :
- Dapat disimpan pada suhu tinggi
- Mudah penanganannya
- Dapat bercampur dengan obat
Suppositoria
pemasukan udara sehingga dapat mengacaukan pengontrolan bobot dan adanya oksidasi
basis/zat aktif.
3.1.3. Pencetakan dengan cara penuangan
Metode ini sering digunakan untuk pembuatan skala industri. Teknik ini juga sering
disebut teknik pelelehan. Cara ini dapat dipakai untuk membuat supositoria dengan hampir
semua pembawa. Cetakannya dapat digunakan untuk membuat 6 sampai 600 supositoria.
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode ini adalah melelehkan basis dalam penangas
air, menghaluskan zat aktif, mencampurkan zat aktif dengan basis dalam penangas hingga
homogen, membasahi cetakan dengan lubrikan untuk mencegah melekatnya supositoria pada
dinding cetakan, menuang hasil leburan menjadi supositoria, selanjutnya pendinginan
bertahap (pada awalnya di suhu kamar, lalu pada lemari pendingin suhu -10C), dan
melepaskan supositoria dari cetakan. Cetakan yang umum digunakan sekarang terbuat dari
baja tahan karat, aluminium, tembaga atau plastik. Cetakan yang dipisah-pisah dalam sekatsekat, umumnya dapat dibuka secara membujur. Pada waktu leburan dituangkan, cetakan
ditutup dan dibuka lagi bila akan mengeluarkan supositoria yang sudah dingin. Tergantung
pada formulasinya, cetakan supositoria mungkin memerlukan pelumas/lubrikan sebelum
leburan dimasukkan ke dalamnya, supaya memudahkan terlepasnya supositoria dari cetakan.
Bahan-bahan yang mungkin menimbulkan iritasi terhadap membran mukosa seharusnya tidak
digunakan sebagai pelumas cetakan supositoria. Contoh langkah pembuatan supositoria
dengan teknik pelelehan:
Basis dilelehkan dalam penangas air untuk menghindari pemanasan yang berlebih
(untuk oleum cacao < 40C).
Zat aktif dihaluskan.
Campur zat aktif dengan basis dalam penangas hingga homogen.
Cetakan dibasahi dulu dengan gliserin untuk mencegah melekat pada dinding
cetakan.
Massa didinginkan secukupnya dan dituang ke dalam cetakan.
Diamkan dulu di suhu kamar, lalu masukkan ke dalam kulkas bagian bawah (bukan
freezer), dan terakhir masukkan ke dalam freezer.
3.1.4. Pencetakan dengan mesin otomatis
3.1.5. Pencetakan langsung kemas
Suppositoria
b.
Jika zat aktif larut lemak, gunakan basis larut air. Dapat ditambahkan surfaktan
untuk mempertinggi kelarutannya.
Untuk meningkatkan homogenitas zat aktif dalam basis sebaiknya digunakan
pelarut yang melarutkan zat aktif atau zat aktif dihaluskan sebelum dicampur
dengan basis.
Zat aktif yang larut sedikit dalam air atau pelarut lain yang tercampur dalam basis,
dilarutkan dulu sebelum dicampur dengan basis.
Zat aktif yang langsung dapat dicampur dengan basis, terlebih dahulu diayak
dengan ayakan 100 mesh.
Suppositoria
bahan pengental, atau dengan menurunkan suhu campuran agar mendekati titik
solidifikasi sehingga fluiditasnya turun.
3. Kelarutan (solubilitas)
Peningkatan kelarutan zat aktif dalam basis meningkatkan homogenitas produk,
tetapi menyulitkan/mengurangi pelepasan zat aktif jika terjadi kecenderungan
yang besar dari zat aktif untuk tetap berada dalam basis.
Afinitas zat aktif terhadap basis/eksipien dapat diatur dengan derajat misibilitas
dari kedua komponen supositoria.
3.3.2. Pemilihan Basis
Peran utama basis supositoria:
a. Menjadikan zat aktif tertentu dapat dibuat dalam bentuk supositoria dengan tepat
dalam karakteristik fisikokimia dan kebutuhan dari pembuat.
b. Basis digunakan untuk mengatur penghantaran medikasi pada tempat absorpsinya.
Karakteristik basis yang menentukan pada selama produksi:
a. Kontraksi
Sedikit kontraksi pada saat pendinginan volume supositoria diinginkan untuk
memudahkan pengeluaran dari cetakan.
b. Ke-inert-an (inertness)
Tidak boleh ada interaksi kimia antara basis dengan bahan aktif.
c. Solidifikasi
Interval antara titik leleh dengan titik solidifikasi harus optimal: jika terlalu pendek
maka penuangan lelehan ke dalam cetakan akan sulit; jika terlalu panjang waktu
solidifikasi menjadi lama sehingga laju produksi supositoria menurun.
d. Viskositas
Jika viskositas tidak cukup, komponen terdispersi dari campuran akan membentuk
sedimen, mengganggu integritas dari produk akhir.
Karakteristik basis yang menentukan selama penyimpanan:
a. Ketidakmurnian (Impurity)
Kontaminasi bakteri/fungi harus diminimalisir dengan basis yang non-nutritif
dengan kandungan air minimal.
b. Pelembekan (softening)
Supositoria harus diformulasi agar tidak melembek atau meleleh selama transportasi
atau penyimpanan.
c. Stabilitas
Bahan yang dipilih tidak teroksidasi saat terpapar udara, kelembapan atau cahaya.
Karakteristik basis yang menentukan selama penggunaan:
a. Pelepasan
Pemilihan basis yang tepat memberikan penghantaran yang optimal dari bahan aktif
ke tempat target.
b. Toleransi
Supositoria akhir toksisitasnya harus minimal, dan tidak menyebabkan iritasi
jaringan mukosa rektal yang sensitif.
10
Suppositoria
11
Suppositoria
4.
5.
6.
7.
8.
Suppositoria
4. Penambahan pelarut.
5. Masalah ketika senyawa aktif yang akan dibuat berada dalam jumlah dosis yang besar
(large volume of medicinal)
1. Penambahan senyawa yang dapat menurunkan titik leleh
Titik leleh dari theobroma oil dapat diturunkan dengan penambahan volatile oil dan
senyawa larut minyak tertentu seperti kamper, kloral hidrat, kreosot, fenol, dan salol.
Besarnya penurunan titik leleh bergantung pada jenis senyawa itu sendiri dan jumlah
senyawa yangditambahkan.
Jermstad & Frethein menemukan bahwa kurang dari 18% dari spermaceti dapat
menurunkan titik leleh dari theobroma oil (juga dapatmeningkatkan titik leleh dari lemak
coklat), tetapi pada penambahan 20% tidak terjadi penurunan titik leleh yang lebih lanjut,
sedangkan pada penambahan 28% spermaceti dapat menaikkan titik leleh melebihi suhu
tubuh.
Selain itu wax jug dapat digunakan untuk menurunkan titik leleh. Kurang dari 3%
wax dapat menurunkan titik leleh theobroma oil, sedangkan pada penambahan 5% dapat
menaikan titik leleh diatas suhu tubuh. Wax yang digunakan sebaiknya 4%. Penggunaan
wax 3-5% dapat meningkatkan absorpsi dari air oleh basis suppo tanpa secara signifikan
menaikkan titikleleh dari suppo. Lebih dari 50% larutan dapat dicampurkan dengan basis
yang terdiri atas 5% wax dan 95% theobroma oil.
2. Penambahan senyawa yang dapat menurunkan titik leleh
Silver nitrat dan lead acetate dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh dari
theobroma oil diatas suhu badan. Penambahan sejumlah kecil peanut oil dapat menurunkan
titik leleh dibawah suhu badan. Seperti penjelasan diatas penggunaan spermaceti dapat
meningkatkan titik leleh dari theobroma oil.
Contoh resep dengan penggunaan spermaceti untuk meningkatkan titk leleh lemak coklat :
R/
Chloralis hidrat
gr XXX
Cetacei
gr XX
Ol. Theobroma
gr liv
M Ft Suppo no VI
3. Penggunaan Cairan yang dapat bercampur
Contoh cairan yang dapat bercampur dengan theobroma oil adalah alkohol
4. Penggunaan pelarut
Ketika pilular extract digunakan dalam formulasi suppositoriamaka sebaiknya ekstrak
dihaluskan dan dibuat menjadi semisolid dengan penambahan sedikit alkohol encer. Pada
ekstrak yang berbentuk serbuk/powder tidak membutuhkan penambahan pelarut bahkan
umumnya sangat baik digunakan dalam formulasi suppo mengandung ekstrak.
Beberapa senyawa seperti dyes dan proteinsilver juga harus dihaluskan atau
dilarutkan dengan mengunakansedikit air atau alkohol encer.
Jumlah pelarut yangdigunakan dalamformulasi harus sesedikit mungkin. Hydrous
wool fat sangat berguna sebagai ajuvan padasuppositoria yang mengandung ekstrak dalam
jumlah besar atau cairan karena dapat mengabsorbsi cairan yang juga terjadi pada
ekstrak(ekstrak umumnya higroskopis)..
Untuk ekstrak Belladonna dapat dihaluskan dengan beberapa tetes alkohol 65%.
Morfin sulfat dapat dilarutkan dalam 1 ml air hangat dan dengan sedikit penambahan lanolin
untuk meningkatkan distribusi ekstrak beladonnadalamsuppositoria.
13
Suppositoria
Suppositoria
Masalah
Splitting, pitting, &
cracking
Sticking to mold
Solusi
15
Suppositoria
mold
Thickening prior to
pouring
Poor Product
Homogeneity
Product Insufficiently
solid
Perbaikan teknik
Larut
Tidak Larut
CAIR
Larut
Tidak Larut
Peningkatan
Titik leleh
Peningkatan
viskositas
Penurunan Titik
leleh
Larutan cair
Gliserin,
glikol, PEG
Ekstrak
alkohol
Rekristalisasi
Kristalisasi
gliserida
Migrasi
Ukuran partikel
yang sulit
Perubahan
kristalisasi
gliserida
Eksudasi tidak
cair
16
Suppositoria
V. PERHITUNGAN SUPOSITORIA
Ada tiga peristilahan dalam sediaan supositoria untuk menyatakan jumlah basis yang dapat
digunakan oleh sejumlah bahan obat ataupun bahan pembantu.
Tiga istilah tersebut adalah :
1. Density factor
2. Displacement Value
3. Replacement Factor
1. Density Factor
Merupakan jumlah gram zat aktif yang setara dengan 1 gram basis.
Contoh :
Supositoria Aspirin
Jumlah supo yang dibuat
12 buah
Jumlah aspirin
5 gram
Dibuat dengan cetakan berkapasitas
30 gram
Basis adalah oleum cacao
Jumlah aspirin total adalah : 12 x 5 = 60 gram
Density factor aspirin adalah 1,1
Jadi 1,1 gram aspirin setara dengan 1 gram oleum cacao
60
x1 = 54,5 gram oleum cacao
Maka 60 gram aspirin =
1,1
Jadi untuk membuat 12 supo dibutuhkan oleum cacao sebanyak :
(12x30) - 54,5 = 305,5 gram
2. Replacement Factor
Replacement factor adalah jumlah oleum cacao yang dapat digantikan oleh bahan
obat.
Jika f = 0,81 berarti bahwa 0,81 gram oleum cacao dapat digantikan oleh 1 gram
bahan obat.
f dapat diturunkan dari persamaan berikut :
( E G)
f = 100 x
(GxX )
E
: Berat supo yang hanya terdiri dari basis
G
: Berat supo dengan zat aktif
X
: % bahan obat
G.X : Jumlah bahan obat dalam supo
Dalam perhitungan apabila diketahui maka f dapat langsung dikalikan dengan jumlah
bahan obat.
3. Displacement Value
Adalah jumlah zat aktif yang dapat menggantikan oleum cacao.
Contoh perhitungan :
- Buat dan timbang 6 supo olem cacao tanpa bahan obat, misalnya diperoleh
bobot 6,0 gram.
- Buat supo dengan 40% zat aktif diperoleh bobot 8,8 gram
17
Suppositoria
60
x8,8 = 5,28 gram
100
40
Jumlah zat aktif
:
x8,8 = 3,52 gram
100
Jadi jumlah oleum cacao yang dapat digantikan oleh 3,52 gram zat aktif
adalah :
(6,0-5,28) gram = 0,72 gram
3,52
Displacement value zat aktif adalah :
= 5 (dibulatkan)
0,72
5 gram Zat aktif dapat menggantikan 1 gram oleum cacao
6 gram
8,8 gram
CONTOH SOAL :
Aminofilin
10 % density factor : 1,1
Fenobarbital
1 % replacement factor : 0,81
mf supo no VI @ 2 gram
Jawab :
Jika diminta membuat 6 buah supo maka umumnya dibuat berlebih, misalnya 8
buah.
Langkah pengerjaan :
1. Buat dan timbang 8 supo yang terbuat dari oleum cacao saja, misal diperoleh bobo
total 8 supo adalah 16, 8 gram. Maka bobot rata-rata 1 supo adalah 2,1 gram.
16,8
= 2,1 gram )
(
8
2. Zat aktif ditimbang :
10
Aminofilin :
x8 x 2,1 gram = 1,68 gram
100
Fenobarbital :
1
x8 x 2,1 gram = 0,168 gram
100
18
Suppositoria
1,68
gram = 1,53 gram oleum cacao
1,1
0,168
- Fenobarbital menggantikan :
gram = 0,14 gram oleum cacao
0,81
4. Jumlah total oleum cacao yang ditimbang :
16,8 gram (1,53+0,14) = 15,13 gram
5. Buat 8 supo yang terdiri dari oleum cacao dan bahan obat kemudian lakukan
evaluasi terhadapnya dan serahkan 6 supo yang baik.
Vioform
250 mg
mf supo no VI @ 2 gram
Langkah pengerjaan :
1. Buat dan timbang 8 supo yang terbuat dari oleum cacao saja, misal diperoleh bobot
total adalah 16,8 gram, berarti bobot rata-rata satu supo adalah 2,1 gram.
2. Kemudian dibuat supo orientasi dengan 250 mg Vioform dan oleum cacao 1500
mg. Kedua bahan tersebut dicampurkan dan dituangkan ke dalam cetakan (lubang
cetakan seharusnya belum terisi penuh), sisa volume diisi dengan lelehan oleum
cacao lainnya sampai melua. Supo yang dihasilkan ditimbang misal diperoleh
bobot 2,3 gram.
Maka jumlah oleum cacao adalah : 2,3-0,25 gram = 2,05 gram
Jadi jumlah oleum cacao yang dapat digantiikan oleh 250 mg Vioform adalah (2,12,05) gram = 0,05 gram
0,25
Displacement value Vioform adalah :
=5
0,05
3. Jumlah vioform yang ditimbang adalah : 0,25 gr x 8 = 1,5 gram
Jumlah oleum cacao yang ditimbang
: 2,05 gr x 8 = 16,4 gram
4. Campurkan kedua bahan tadi dan tuang ke dalam 8 lubang cetakan. Lakukan
evaluasi terhadapnya dan serahkan supo yang baik.
VI. PEMBUATAN
19
Suppositoria
Teknik lain untuk memudahkan pengeluaran supositoria akhir dari cetakan adalah
dengan mendinginkan cetakan sebentar di freezer setelah supositoria membeku pada
suhu kamar. Kontraksi tambahan dapat melepaskan supositoria lebih mudah dari
permukaan logam.
20
Suppositoria
Supo diletakkan di bagian bawah perforated disc pada alat, kemudian dimasukkan ke
silinder yang ada pada alat. Lalu diisi air sebanyak 4 liter dengan suhu 36-37oC dan
dilengkapi dengan stirer. Setiap 10 menit balikkan tiap alat tanpa mengeluarkannya dari air.
Disintegrasi tercapai ketika supo :
a. terlarut sempurna
b. terpisah dari komponen-komponennya, yang mungkin terkumpul di permukaan air
(bahan lemak meleleh) atau tenggelam di dasar (serbuk tidak larut) atau terlarut
(komponen mudah larut) atau dapat terdistribusi di satu atau lebih cara ini.
c. Menjadi lunak, dibarengi perubahan bentuk, tanpa terpisah sempurna menjadi
komponennya, massa tidak lagi memiliki inti padatan yang membuatnya tahan
terhadap tekanan dari pengaduk kaca.
Supo hancur dalam waktu tidak lebih dari 30 menit untuk supo basis lemak dan tidak lebih
dari 60 menit untuk supo basis larut air.
4. Ketegaran supo
caranya masukkan bagian batang supo yang tumpul ke dalam tabung lipstick
kemudian bagian leher supo digantung kantung plastik besar yang diberi kawat halus dan ke
dalam kantung plastik tersebut ditetesi aquadest melalui buret 50 mL sampai supo putus
menjadi 2 bagian. Pada saat itu dicatat jumlah penggunaan aquadest.
Ketegaran supo adalah hasil kali volume aquadest yang tercatat dengan berat jenis aquadest
pada suhu percobaan dalam gram. Percobaan dilakukan dengan 1-2 supo.
5. Penentuan titik leleh
dilakukan dengan 1 supo, caranya :
Sekeping supo dimasukkan dalam pipa yang kedua ujungnya berlubang dan pipa
tersebut dimasukkan ke dalam chamber kosong yang sebagian terendam dalam air. Pasang
termometer utama dan termometer pembantu pada lubang yang telah disediakan untuk
mencatat suhu leleh supo yang diuji. Panaskan air dalam chamber dengan pemanas elektrik.
Suhu yang dicatat pada pada saat kepingan supo yang berada di dalam pipa tepat menetes.
Titik leleh supo :
Tr = T + 0,00015 N (N.t)
Keterangan :
Tr
: titik leleh supo yang telah dikoreksi
T
: suhu yang tercatat pada termometer utama
t
: suhu yang tercatat pada termometer pembantu
N
: jumlah skala termoeter pembantu terhitung dari permukaan penangas pada
saat kepingan supo tepat menetes
6. Keseragaman kandungan (BP 2001, A250)
IX. CONTOH-CONTOH SUPO DI PUSTAKA
1. Suppositoria aminofilin ( Fornas )
2. Suppositoria bibaza / anusol ( Fornas )
3. Suppositoria bisakodil ( BP 2001 ; Fornas )
4. Suppositoria klorpromazin ( BP 2001)
5. Suppositoria etamifilin ( BP 2001)
6. Suppositoria flurbiprofen ( BP 2001)
7. Suppositoria gliserol ( BP 2001)
8. Suppositoria indometasin ( BP 2001)
9. Suppositoria metronidazol ( BP 2001)
21
Suppositoria
22