Está en la página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting,karena dengan adanya


komunikasi kita dapat memperoleh atau bertukar informasi.Dalam dunia
keperawatan komunikasi merupakan inti,yang merupakan landasan dalam
membina hubungan perbantuan agar proses keperawatan dapat tercapai.Ada dua
bentuk komunikasi yang kita kenal yaitu komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal.
Dalam melakukan interaksi,kitajuga mengenal komunikasi
terapeutik.Komunikasi terapeutik merupakan suatu bentuk komunikasi yang
direncanakan secara sadar untuk membantu penyembuhan/pemulihan pasien
(Suliswati,2005).
Komunikasi terapeutik merupakan hal yang utama dalam perawatan
klien,bahkan dalam keperawata jiwa.Dengan adanya komunikasi terapeutik
diharapkan dapat membantu memperbaiki masalah klien secara berangsur-angsur.
Pasien jiwa yang mengalami isolasi social yaitu menarik diri berhubungan
dengan harga diri rendah sangat memerlukan perawatan untuk perbaikan dirinya.
Dalam kasus ini komunikasi terapeutik sangat diperlukan agar pasien dapat
merubah dirinya menjadi seseorang yang lebih terbuka dan bersosialisasi terhadap
lingkungan tanpa ada rasa harga diri rendah.komunikasi verbal dan nonverbal
juga memilki peranan yang cukup besar dalam hal ini.
Kali ini kami akan membahas seberapa besar pengaruh komunikasi
terapeutik terhadap pasien.

1
B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa


besar pengaruh komunikasi terapeutik terhadap fisik dan psikis pasien yang ada
di rumah sakit.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada BAB I bahwa komunikasi


merupakan hal yang sangat penting,karena dengan adanya komunikasi kita dapat
memperoleh atau bertukar informasi.Dalam dunia keperawatan komunikasi
merupakan inti,yang merupakan landasan dalam membina hubungan perbantuan
agar proses keperawatan dapat tercapai.
Dalam hal ini kita membahas mengenai salah satu jenis komunikasi yang
digunakan dalam proses keperawatan yaitu komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
direncanakan secara sadar untuk membantu penyembuhan / pemulihan pasien
(Suliswati, 2005).Komunikasi terapeutik sangat penting dalam praktik
keperawata, karena merupakan sarana untuk membina hubungan yang terapeutik
antara perawat dan pasien.Dalam membina hubungan yang terapeutik dengan
pasien, perawat perlu mengrtahui dan memahami proses komunikasi, prinsip –
prinsip komunikasi terapeutik, serta pemanfaatan diri sendiri secara
terapeutik.Komunikasi terapeutik tidak hanya berlangsung secara verbal,tetapi
juga secara nonverbal, karena pesan nonverbal dapat mempengaruhi hubungan
perawat-pasien selama komunikasi berlangsung,antara lain vocal,gerakan,jarak
bicara dan sentuhan.
Peran non-verbal dalam komunikasi:
Vocal Nada suara, keras/lembut suara, kecepatan suara serta mutu
suara, dapat menggambarkan emosi pasien.
Gerakan Gerakan refleks seperti memainkan tangan, gerakan yang
berulang atau gerakan aneh, sikap tubuh, khususnya ekpresi
wajah, dapat menggambarkan suasana perasaan.

3
Jarak bicara Jarak untuk melakukan komunikasi yang cukup dekat/intim,
sehingga memungkinkan terjadinya kontak mata atau sentuhan,
adalah 45,5 cm. Jarak untuk melakukan komunikasi personal
secara umum adalah 45,5 – 120 cm.
Sentuhan Sentuhan merupakan komunikasi non-verbal yang sangat
bermakna dalam hubungan terapeutik antara perawat dan pasien,
khususnya untuk memberikan dorongan mental maupun aspek
budaya dan kebiasaan perlu dipertimbangkan.

Dalam menangapi pesan yang disampaikan pasti, ada beberapa teknik


komunikasi terapeutik yang perlu dikuasai dan digunakan oleh perawat, yaitu :

a) Diam
Diam pada teknik komunikasi terapeutik bukan berarti menciptakan suatu
keadaan yang hening, melainkan dimana perawat memberikan kesempatan
pada pasien untuk mengutarkan pikirannya, agar dapat mempertimbangkan
atau memilih topic pembicaraan.Diam yang positif dan penuh penerimaan
merupakan media terapeutikyang sangat berharga, karena mendorong pasien
untuk berbicara, mencurahkan seluruh pikiran dan perasaannya, dan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk merasakan bahwa dirinya
diterima seutuhnya.

b) Mendengarkan
Mendengarkan merupakan dasar utama komunikasi, karena dengan
mendengarkan perawat dapat memahami pembicaraan dan perasaan pasien.
Beri waktu kepada pasien untuk mengekspresikan perasaannya. Jadilah
pendengar yang baik, dengan sekali-kali memberikan respon.

4
c) Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka dapat mengarahkan atau memberikan kesempatan
kepada pasien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya terhadap
situasi batau masalah yang sedang dihadapinya. Contoh : “ Apa yang ingin ibu
bicarakan hari ini ?, ceritakan lebih lanjut apa yang ibu pikirkan tentang hal ini
?, .Bentuk pertanyaan ini memungkinkan pasien menjawab dangan lebih luas,
tidak sekedar jawaban “ya” atau “tidak “ dan sebagainya.

d) Mengulangi
Mengulangi isi pikiran atau ungkapan pasien untuk memperjelas arti
pesanyang disampaikan pasien. Halinimenunjukan bahwa perawat
memperhatikan dan mengikuti pembicaraan pasien, contoh :
Pasien : “ saya dianggap lalat barangkali ya, dokter tidak pernah
datang,perawatnya hanya lewat-lewat saja “
Perawat : “bapak merasa tidak diperhatikan, ya ‘
e) Klarifikasi
Klarifikasi dilakukan jika ungkapan pasien tidak jelas. Contoh , “Dapatkah
ibu jelaskan kembali tentang……(sesuatu yang kurang jelas).

Beberapa hal yang menghambat komunikasi :

1. Menunjukkan perasaan marah, resah, gelisah, tidak sabar atau kurang


dapat mengendalikan diri
2. Menunjukkan kesibukan, tidak mempunyai waktu mendengarkan keluhan
pasien
3. Menggunakan kalimat yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan latar
belakang pasien
4. Memberikan komentar yang bersifat klise seperti “semua baik, nanti juga
sembuh”
5. Memberikan informasi yang tidak relevan, menghakimi, mengalihhkan
6. Mengabaikan perasaan pasien

5
7. Situasional : ruangan yang rebut, banyak gangguan dan jarak bicara yang
terlalu dekat/jauh
8. Cacat fisik : tuli, kesulitan bicara
9. Cacat psikis : kurang konsentrasi dan perhatian, tingkat daya piker dan
intelegensia yang rendah
10. Perbedaan pengalaman, kebudayaan dan status social
11. Sikap: tidak menatap lawan bicara, terburu-buru atau mencibir

Lingkungan Terapeutik
Lingkungan terapeutik adalah lingkungan yang ditata untuk menunjang proses
terapi, baik fisik, psikis/mental maupun social,agar membantu penyembuhan
dan/atau pemulihan pasien. Dalam upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
ada 5 aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek fisik, aspek intelektual, aspek
social, aspek emosional, dan aspek spiritual.
Aspek fisik. Ciptakan lingkungan fisik yang aman dan nyaman: gedung
permanen, mudah dijangkau; dilengkapi dengan kamar tidur, ruang tamu/tunggu,
ruang makan, kamar maqndi dan WC. Semua ruangan hendaknya disiapkan agar
menyenangkan. Hal-hal yang sifatnya pribadi (prifasi) dan pasien harus tetap
dipelihara. Kamar mandi dan WC harus dilengkapi dengan pintu sebagaimana
layaknya rumah tinggal.
Struktur dan tatanan dalam gedung sebaiknya dirancang sesuai dengan kondisi
dan jenis penyakit serta tingkat perkembangan pasien. Misalnya, ruang anak
dirancang berbeda dengan ruang dewasa maupun lansia. Demikian pula ruang
untuk kondisi akut berbeda dengan ruang perawatan intensif atau ruang ICCU.
Aspek intelektual. Kenyataan bahwa tinggkat intelektual pasien dapat ditentukan
melalui kejelasan stimulus dari lingkungan dan sikap perawat, perawat diharapkan
dapat memberikan stimulus eksternal yang positif, agar pasien dapat memperluas
kesadaran dirinya, keadaan dan peran sakitnya.
Aspek sosial. Perawat harus mengembangkan pola interaksi yang positif, baik
antara perawat dengan perawat, perawat dengan pasien, perawat dengan keluarga
pasien maupun antara sesama pasien. Dalam berhubungan dengan orang lain, baik

6
dengan perawat maupun dengan pasien lain, pasien diharapkan mengembangkan
suatu hubungan interpersonal yang menyenangkan, agar mengurangi konflik
intra-fisik yang akan menguatkan fungsi ego pasien. Untuk dapat melaksanakan
interaksi yang baik, perawat harus memiliki kemampaun yang baik untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu penggunaan teknik komunikasi yang tepat akan
sangat berperan untuk menciptakan hubungan yang terapeutik antara perawat dan
pasien.
Aspek emosional. Aspek fisik, intelektual dan sosial mempengaruhi suasana
emosional pasien. Dalam menciptakan iklim emosional yang positif, perawat
maupun tim kesehatan yang lain dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien harus dapat memperlihatkan sikap nyang tulus, jujur/dapat dipercaya,
hangat, tidak defensif, empati, peka tehadap perasaan dan kebutuhan pasien, serta
bersikap spontan untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien.
Aspek spiritual.tingkatkan kualitas spiritual lingkungan yang ditunjuk untuk
memaksimalkan manfaat dari penglaman, pengobatan dan perasaan damai bagi
pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritual dapat dilakukan dengan menyediakan
sarana ibadah seperti tempat ibadah, kitab suci, ahli agama dan sebagainya.
Dengan memberikan penguatan terhadap perilaku positif pasien akan
meningkatkan harga diri pasien.

Karakteristik Umum Lingkungan Terapeutik


Lingkungan terapeutik mempunyai beberapa karakteristik umum yaitu distribusi
kekuatan, komunikasi terbuka, struktur interaksi, aktivitas/kegiatan, dan
partisipasi keluarga dan masyarakat.
Distribusi kekuatan
Perawat, anggota tim kesehatan yang lain dan pasien, diharapkan dapat bekerja
sama untuk melengkapi data yang dibutuhkan, berbagi tanggung jawab, serta
kerja sama untuk membuat keputusan. Dengan demikian pasien memperoleh
otonomi untuk membuat keputusan bagi proses penyembuhannya.

7
Komunikasi terbuka
Komunikasi terbuka yang dilandasi saling percaya dan kejujuran diantara
perawat dan tim kesehatan yang lain sangat penting dalam pelayanan
perawatan. Setiap data/informasi mengenai pasien maupun keluarga untuk
menetapkan suatu kepetusan hendaknya hanya ditujukan demi kesembuhan
pasien.
Struktur interaksi
Perawat professional diharapkan mampu memfasilitasi interaksi terapeutik
dengan memperlihatkan sikap bersahabat; bertutur kata yang lembut, jelas
tetapi tegas; tidak depensif; penuh perhatian, peka terhadap kebutuhan pasien;
mampu memotifasi pasien untuk berinteraksi dengan pasien lain, saling berbagi
rasa dan pengalaman, yang akan membantu pasien untuk dapat menerima
perawatan dan pengobatan yang diberikan.

Aktivitas/kegiatan
Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mempunyai perasaan kesepian, tidak
berarti, diasingkan/dikucilkan, tidak mandiri/tergantung dan ada keterbatasan
hubungan dengan dunia luar. Oleh karena itu perawat hendaknya dapat mengisi
pengwaktu luang pasien dengan melibatkan pasien dalam aktivitas lingkungan
sesuai dengan minat, kemampuan dan tingkat perkembangannya. Misalnya,
sebelum menetapkan kegiatan apa yang akan dilakukan, perawat bersama
pasien mengidentifikasi kegiatan apa yang dapat dilakukan pasien sebagai
pengisi waktu luangnya, seperti membaca majalah, buku pelajaran bagi
siswa/pelajar/mahasiswa, berjalan pagi, menyulam, melakukan kegiatan sehari-
hari,berbagi pikiran dan perasaan dengan sesama pasien yang dilakukan
bersama perawat. Tujuannya adalah menggali pikiran dan perasaan pasien
tentang apa yang terjadi di lingkungannya. Perawat dan pasien dapat bersama-
sama berupaya untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik yang akan
membantu proses perawatan, pengobatan dan penyembuhan pasien.

8
Partisipasi keluarga dan masyarakat
Peran serta keluarga sangat penting untuk penyembuhan pasien, karena
keluarga merupakan system pendukung yang terdekat bagi pasien. Keluarga
agar selalu dilibatkan dalam perencanaan, perawatan dan pengobatan,
persiapan pemulangan pasien, dan rencana perawatan tindak lanjut di rumah.
Hal ini akan memotivasi keluarga agar berpartisifasi aktif dalam upaya
membantu memecahkan masalah pasien.
Peran perawat dalam lingkungan terapeutik
Seorang perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien akan memberikan asuhan
perawatan atas dasar identifikasi masalah, baik kebutuhan fisik maupun
emosional. Perawat yang berperan sebagai “mothering care” tidak hanya
memenuhi kebutuhan pasien saja, tetapi juga memfasillitasi pasien agar
mengembangkan kemampuan baru untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan demikian dia dapat memahami dan menerima situasi
yang sedang dialaminya dan termotifasi untuk mengubah perilaku destruktif
dan konstuktif. Perawat juga membantu pasien untuk mengenal batasan dan
menerima risiko akibat perilakunya. Contohnya, pasien menolak untuk
meminum obat atau menjalani pemeriksaan tertentu. Maka perawat harus
menjelaskan manfaat pengobatan maupun pemeriksaan tersebut dan
konsekuensi akibat penolakan yang dilakukan.
Perawat memperlakukan pasien sebagai individu yang unik, sehingga dalam
memberikan asuhan keperawatan ia harus memperhatikan kondisi dan tingkat
perkembangan pasien. Sebagai seorang perencana sebelum memberikan asuhan
keperawatan, ia terlebih dahulu harus melakukan pengkajian untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi pasien dan situasi ruangan
yang dibutuhkan. Sebagai seorang coordinator perawat harus dapat mengatur
dan mengorganisasi semua kegiatan, supaya semua yang direncanakan dapat
dilaksanakan dan dievaluasi. Perawat harus mampu memberikan arahan
singkat dan jelas, kepada pasien, keluarga dan tim keperawatan agar asuhan
keperawatan dapat dilaksanakan secara komprehensif.

9
Pada saat berkomunikasi dengan pasien, perawat perlu hadir secara fisik dan
psikis/mental. Oleh kerena itu, sikap dan penempilan perawat saat berkomunikasi
sangat penting. Beberapa cara menghadirkan diri secara fisik saat perawat
berkomunikasi dengan pasien atau l;awan bicara adalah sebagai berikut:
a. Berhadapan, arti dari posisi ini adalah “saya siap mendengar saudara”.
b. Mempertahankan kontak mata pada level yang sama, berarti menghargai
pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk ke arah pasien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
menyatakan atau mendengarkan sesuatu dari pasien.
d. Memperlihatkan sikap terbuka, tidak melipat tangan atau kaki
menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap membantu.
e. Tetap rileks, tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan
dan relaksasi dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam
situasi yang kurang menyenangkan.

Kehadiran secara psikis/mental dibagi dalam dua dimensi, yaitu dimensi respons
dan dimensi tindakan.
Dimensi respons
Keikhlasan. Perawat ikhlas dalam memberikan pelayanan, terbuka, jujur, berperan
aktif dalam berhubungan dengan pasien.
Menghargai. Perawat menerima pasien apa adanya, tidak menekan, memarahi,
mengkritik atau merendahkan pasien. Sikap menghargai dapat dilakukan perawat
dengan duduk dian bersama pasien yang sedang sakit, tidak mendesak pasien
untuk memberikan informasi yang dirahasiakan pasien.
Empati. Ikut merasakan apa yang dirasakan pasien, namun tidak terlibat secara
emosional. Contoh, bila pasien menangis, perawat hendaknya tidak larut dalam
emosinya sehingga turut menangis.
Kongkret/nyata, yaitu menggunakan istilah yang dapat dimengerti pasien, agar
tidak menimbulkan keraguan.

10
Dimensi tindakan:
Konfrontasi. Adalah ekspresi perawat terhadap perilaku pasien yang kurang tepat.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap perilaku dan
sikapnya yang kurang tepat itu. Namun, untuk melakukan hal tersebut perawat
perlu melihat sejauh mana sudah terbiana tingkat hubungan perawat dan pasien.
Apabila rasa saling percaya sudah terbina dengan baik, maka konfrontasi akan
membantu mengubah perilaku pasien. Sebaliknya, bila belum terbina, perawat
harus berhati-hati melakukan konfriontasi agar tidak menyinggung pasien.
Contoh, konfrontasi dilakukan apabila ada:
• Ketidaksesuaian antara verbal dan non-verbal pasien
• Ketidaksesuaian antara ekspresi edeal diri pasien
• Ketidaksesuaian antara pengalaman pasien dan perawat

Kesegaran. Perawat harus sensitive terhada kebutuhan pasien, sesegera mungkin


berkeninginan untuk menolong pasien.
Keterbukaan perawat. Perawat membuka diri melalui pengalaman penyelesaian
masalah secara adaptif yang member keuntungan kepada pasien. Tukar
pengalaman ini memberikan kerjasama antara perawat dan pasien.
Katarsis emosional. Perawat membantu kesiapan pasien untuk dapat
mengekspresikan ketakutan maupun kecemasan yang sangat mengganggu dirinya.
Jika perawat bersikap bersahabat dan menciptakan suasana yang nyaman, pasien
dapat meningkatkan kesadarannya untuk menerima dirinya.
Bermain peran. Yaitu mempraktekkan perilaku yang positif dalam lingkun gan
yang aman, untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap situasi tertentu.

11
B. Roleplay

Asslm...kami dari kelompok 10 akan menampilkan rolepaly mengenai


komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat terhadap pasiennya.Roleplay ini
akan dimainkan oleh :
Pasien : Muhammad Riduan
Perawat : Monicha Edita Prima
Keluarga Pasien : M. Reza Azmei
Leader : Janiati
Pasien tiba di rumah sakit Medika tadi pagi sekitar jam 03:00 dan diinapkan
sementara di ruangan Unit Gawat Darurat.Pagi ini pasien dipindahkan ke ruangan
Melati no.7,pasien ini bernama Bapak Riduan Burhanuddin,berumur 45
tahun.Dari pemeriksaan yang dilakukan pasien ini mengalami demam yang sangat
tinggi dan timbul bercak-bercak merah di kulitnya. Pasien didiagnosa menderita
DBD (Demam Berdarah ).Pasien ini masih mampu memberi respon terhadap
setiap stimulus yang diberikan kepadanya, baik berupa respon berbicara maupun
gerak tubuhnya.Berikut ini kami akan menampilkan roleplaynya.

Perawat : “Assalammuala’ikum....”.
(sambil tersenyum).
Keluarga : “Wa’alaikumsalam.....”.
(Pasien diam dan terlihat lemah )
Perawat : “Perkenalkan nama saya suster Monika...(sambil
tersenyum)”.
“Saya akan membantu bapak selama berada di rumah sakit
ini”.
“Oh...iya Pak untuk mempermudah dan memperlancar
proses
pengobatan Bapak disini, boleh saya tahu nama Bapak
siapa...?”
(sambil tersenyum).

12
Pasien :( Pasien hanya diam....sambil meringis)
Keluarga : “Namanya Pak Ridwan Burhanudin”.
(sambil tersenyum ramah...).
Perawat : “Bapaknya senang dipanggil apa?”
Pasien : ( Pasien tidak menjawab...)
Keluarga : “Bapak biasanya dipanggil Pak Ridwan...Sus...”.
Perawat : “Oh....Kalau begitu saya panggil Pak Ridwan saja ya...”.
(sambil tersenyum ramah)....
Pasien : ( Pasien mengangguk...)
Perawat : “Hmm...Mas ini siapanya Pak Ridwan...?”
Keluarga : “Oh saya anaknya Sus...”.
(sambil tersenyum...).
Perawat : “Hmm..Terima kasih atas informasinya Pak, dengan tahu
siapa nama Bapak, Jadi saya enak memanggil Bapak...”.
“Pak, Bapak sekarang berada di Rumah Sakit Medika Ruangan Melati
No.7, semoga bapak merasa nyaman selama disini....”.
(sambil tersenyum....).
Pasien : (Pasien tersenyum....).
Keluarga : “Iya, Sus...”.
(sambil tersenyum ramah...).
Perawat : “Permisi Pak, saya mau bertanya sebelum Bapak masuk
rumah sakit apa keluhan-keluhan yang bapak rasakan.....?”
(Perawat mulai mengintrogasi....).
Pasien : “Saya sering menggigil, Panasnya tinggi...Sus...!”
(wajah pasien memelas dan berbicara dengan nada
rendah )
Keluarga : “Iya. Sus....Kemarin. Panasnya sangat tinggi dan kulit
Bapak mulai timbul seperti bercak-bercak merah”. (wajah
keluarga kelihatan khawatir).
Perawat : “Oh....Sejak kapan bapak mulai demam panas..?” dan suka
menggigil.....?” (perawat empati......).

13
Pasien : “Tiga hari yang lalu...Sus...!”
(suara pasien parau.....).
Keluarga : “Tapi, demam panasnya yang tinggi baru kemarin Sus....”.
(keluarga kelihatan khawatir...).
Perawat : “Menurut Bapak apa yang menyebabkan Bapak suka
menggigil dan upaya apa saja yang telah Bapak lakukan
untuk mengurangi rasa menggigil Bapak itu”. (Perawat
kelihatan serius...).
Pasien : “Saya merasa dingin...sekali Sus..., tapi tidak tahu apa
sebabnya.”
(Pasien merintih....).
Keluarga : “Selama di rumah, Bapak hanya meminum obat penurun
panas biasa...Sus...”. (keluarga berusaha menjelaskan....).
Perawat : “Pak untuk mengetahui keluhan-keluhan yang bapak
rasakan..., saya akan melakukan pengukuran suhu tubuh
dan tekanan darah bapak....!” (Perawat menjelaskan tentang
tindakan yang akan dilakukan....).
Pasien : (Pasien hanya menganggukkan kepala...).
Perawat : “Bapak tenang saja ya pak, selama saya periksa....!”
(Perawat menyiapkan alat....).“Permisi ya... Pak saya mau
mengukur suhu tubuh bapak dulu!” (sambil tersenyum
ramah kepada pasien....). “Bapak mau melakukan sendiri
atau saya bantu Pak....?” (Perawat sambil memegang
alat....).
Pasien : “Maaf saya dibantu saja Sus...!”
(Pasien kelihatan lemah hampir tidak berdaya.... ).
Perawat : “Baiklah.... Pak”.(Perawat tersenyum.....). (Beberapa
menit kemudian......).
Perawat : “Hmm.... baiklah pak saya sudah melakukan pengukuran
suhu tubuh Bapak”. “ Sekarang kita periksa tekanan darah
Bapak ya!” (sambil mempersiapkan tensi.....).

14
Pasien : “Baiklah ....Sus...”.
(Beberapa menit kemudian....).
Perawat : “Baiklah Pak ternyata suhu tubuh Bapak 40*C dan
tekanan darah Bapak 70/60mmHg”. (Perawat menerangkan
kepada keluarga dan pasien....).
Keluarga : “Jadi, Bapak sakit apa ya...Sus...?”
“Jadi, bagaimana pengobatannya .....Sus...?”
(keluarga kelihatan panik sekali....).
Perawat : “Mas tenang saja, karena saya belum konsultasi dengan
dokternya, jadi saya belum tahu penyakitnya. (Perawat
menenangkan pasien dan keluarga....).
Pasien & Keluarga : “Terima kasih....Sus...”.
(Pasien dan keluarga menjawab serentak...)
Keluarga : “Jadi apa yang harus kami lakukan Sus?”
(wajah keluarga memelas.....).
Perawat : “Begini saja mas....,karena obatnya belum diambil, kita
kompres Bapaknya dulu ya....untuk menurunkan
panasnya....!” (Perawat mempersiapkan alat......).
“Maaf ....Pak saya kompres dulu ya....!”
(Perawat mengompres pasien.....). “Mas....bisa tolong
saya...?” “Selama saya pergi mas....kompres dulu
ya....Bapaknya...!” “Seperti ini ya....mas kompresnya....!”
(Perawat memperagakan cara mengompres kepada
keluarga pasien....). “Coba mas....lakukan....!” (sambil
tersenyum....).
Keluarga : “Begini ya....Sus...?”
(Keluarga kelihatan sudah mengerti.....).
Perawat : “Iya....Mas nanti kalau kompresnya sudah kering nanti
celupkan lagi ya waslapnya...!” (Beberapa menit
kemudian.....). “Bagaimana keadaan Bapak setelah di
kompres....?”

15
“Apa Bapak merasa lebih enakan.....?”
Pasien : “Masih sama....Sus....!”
(Pasien kelihatan lemah.....).
Perawat : “Baiklah Pak.....saya ukur lagi ya suhu tubuh Bapak...!”
(Perawat mempersiapkan alat...).
Pasien : “Iya.....Sus...!”
(Pasien kelihatan....pasrah....).
Perawat : “Oh.....iya...Pak mau saya bantu lagi atau Bapak sendiri
yang mengukurnya?” (sambil tersenyum...ramah...).
Pasien : “Dibantu saja...Sus...!” (suara pasien parau.....).
Perawat : “Baiklah.....Pak saya ukur ya.....!” (Beberapa menit
kemudian....). “Pak....suhu tubuh Bapak belum ada
perubahan”.”Mas....kompres terus Bapaknya seperti yang
saya ajarkan tadi ya....!” “Maaf.....Pak saya tinggal dulu
ya....sekitar 1 jam lagi saya kembali”. ”Mas....tolong di jaga
ya Bapaknya....! ”Nanti saya lihat perubahan suhu tubuh
Bapak dan tindakan apa yang tepat untuk Bapak”.
Pasien & keluarga : “Iya....Sus...”.
(Pasien dan keluarga menjawab serentak.....).
Perawat : “Saya permisi dulu ya....Pak....”.
“Sampai jumpa nanti.....Assalammuala’ikum....”.
(Sambil tersenyum.....ramah).

16
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses
pemberian arti sesuatu antara dua orang atau lebih dan lingkungannya bisa
melalui simbol, tanda, atau perilaku yang umum dan biasanya terjadi dua arah.
Komunikasi menjadi penting dan perlu dipahami oleh perawat karena
merupakan tolak ukur dalam mutu pelayanan keperawatan. Rendahnya
komunikasi yang baik dan efektif dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam
mempersepsikan yang berdampak pada tingginya konflik antar tenaga kesehatan
dan ketidakpuasan dari pelanggan baik internal maupun eksternal. Yang pada
akhirnya menyebabkan rendahnya mutu pelayanan keperawatan yang diberikan.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu bentuk komunikasi yang
direncanakan secara sadar untuk membantu penyembuhan/pemulihan pasien.
Komunikasi terapeutik sangat penting dalam praktik keperawatan, karena
merupakan sarana untuk membina hubungnan yang terapeutik antara perawat
dengan pasien.

b. Saran
Sebagai seorang perawat sudah seharusnya memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dalam melaksanakan tindakan keperawatan, baik dengan
komunikasi verbal maupun nonverbal agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
mempersepsikan suatu tindakan.

17
DAFTAR PUSTAKA

http//:www.welcometoharna’sworld.com
http//:www.welcometoandyca’sweb.com
http//:www.nursingdiary.com

18

También podría gustarte