Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
`1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien empiema.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi konsep empiema meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis dan
patofisiologi
2. Mengidentifiksi proses keperawatan pada empiema meliputi pengkajian, analisis data dan
diagnose, intervensi dan evaluasi
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
empiema shingga menunjang pembelajaran mata kuliah respirasi
1.4.1 Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadui bekal
dalam persiapan praktik di rumah sakit
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura. Awalnya rongga
pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut
menjadi yang kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura.
Empiema juga di artikan,akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya
(ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah
putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi
protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). ). Ketika pus terkumpul dalam ruang
pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan
terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan
memisahkan pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat
membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen.
Empiema biasanya merupakan komplikasi dari infeksi paru (pneumonia) atau kantong
kantong pus yang terlokalisasi (abses) dalam paru. Meskipun empiema sering kali merupakan
dari infeksi pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika pengobatan yang terlambat.
2.2 Etiologi
1. Stapilococcus
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph,
yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam
jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya
secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan
menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic
shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan
tidak memerlukan perawatan sampa berat/parah dan berpotensi fatal.
2. Pnemococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti
radang paru-paru (pneumonia), ,meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).
Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa
menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau
kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.
2.3 Patofisiologi
Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan akut yang diikuti
dengan pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel polimorphonucleus (PMN) baik
yang hidup maupun yang mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh
dan kental. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantung-kantung yang
melokalisasi nanah tersebut. Apabila nanah menembus bronkus maka timbul fistel
bronkopleura, atau apabila menembus dinding toraks dan keluar melalui kulit maka disebut
empiema nessensiatis. Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan akan
menjadi kronis.
2.4 Patogenesis
Ada tiga stadium empiema toraks pada anak yaitu :
1. Stadium 1 disebut juga stadium eksudatif atau stadium akut, yang terjadi pada harihari pertama saat efusi. Inflamasi pleura menyebabkan peningkatan permeabilitas dan
terjadi penimbunan cairan pleura namun masih sedikit. Cairan yang dihasilkan
mengandung elemen seluler yang kebanyakan terdiri atas netrofil. Stadium ini terjadi
selama 24-72 jam dan kemudian berkembang menjadi stadium fibropurulen. Cairan
pleura mengalir bebas dan dikarakterisasi dengan jumlah darah putih yang rendah dan
enzim laktat dehidrogenase (LDH) yang rendah serta glukosa dan pH yang normal,
drainase yang dilakukan sedini mungkin dapat mempercepat perbaikan.
2. Stadium 2 disebut juga dengan stadium fibropurulen atau stadium transisional yang
dikarakterisasi dengan inflamasi pleura yang meluas dan bertambahnya kekentalan
dan kekeruhan cairan. Cairan dapat berisi banyak leukosit polimorfonuklear, bakteri,
dan debris selular. Akumulasi protein dan fibrin disertai pembentukan membran
fibrin, yang membentuk bagian atau lokulasi dalam ruang pleura. Saat stadium ini
berlanjut, pH cairan pleura dan glukosa menjadi rendah sedangkan LDH meningkat.
Stadium ini berakhir setelah 7-10 hari dan sering membutuhkan penanganan yang
lanjut seperti torakostomi dan pemasangan tube.
3. Stadium 3 disebut juga stadium organisasi (kronik). Terjadi pembentukan kulit
fibrinosa pada membran pleura, membentuk jaringan yang mencegah ekspansi pleura
dan membentuk lokulasi intrapleura yang menghalangi jalannya tuba torakostomi
untuk drainase. Kulit pleura yang kental terbentuk dari resorpsi cairan dan merupakan
hasil dari proliferasi fibroblas. Parenkim paru menjadi terperangkap dan terjadi
pembentukan fibrotoraks. Stadium ini biasanya terjadi selama 2 4 minggu setelah
gejala awal.
2.5 Manifestasi Klinis
Empiema dibagi menjadi dua stadium yaitu :
1. Empiema Akut
Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan primer dari pleura. Pada permulaan,
gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia, yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila
stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan
clubbing finger. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleura. Adanya
fistel ditandai dengan batuk yang makin produktif, bercampur nanah dan darah masif, serta
kadang-kadang bisa timbul sufokasi (mati lemas).
Pada kasus empiema karena pneumotoraks pneumonia, timbulnya cairan adalah setelah
keadaan pneumonianya membaik. Sebaliknya pada Streptococcus pneumonia, empiema
timbul sewaktu masih akut. Pneumonia karena baksil gram negatif seperti E. coli atau
Bakterioids sering kali menimbulkan empiema.
1. Empiema Kronis
Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan. Disebut kronis jika
empiema berlangsung selama lebih dari tiga bulan. Penderita mengeluh badannya terasa
lemas, kesehatan makin menurun, pucat, clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda
cairan pleura. Bila terjadi fibrotoraks, trakea , dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.
Tanda-tanda empiema :
1. Demam dan keluar keringat malam.
2. Nyeri pleura.
3. Dispnea.
4. Anoreksia dan penurunan berat badan.
2)
3)
Terjadinya piopneumotoraks
Upaya WSD juga dapat dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20 cmH2O. Jika
setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema
kronis.
1. Drainase terbuka (open drainage)
Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga dengan reseksi tulang
iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa terjadi akibat pengobatan
yang terlambat atau tidak adekuat misalnya aspirasi yang terlambat atau tidak adekuat,
drainase tidak adekuat sehingga harus seing mengganti atau membersihkan drain.
1. Antibiotic
Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotic memegang peranan
penting. Antibiotic harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus
tepat. Pemilihan antibiotic didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan nanah.
Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Antibiotic dapat
diberikan secara sistematik atau tropical. Biasanya diberikan penisilin.
1. Penutupan Rongga Empiema
Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena penebalan dan
kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilkukan pembedahan (dekortikasi) atau
torakoplasti.
1. Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi :
1)
2)
3)
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak mungkin
dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang iga dipotong subperiosteal,
dengan demikian dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura karena tekanan atmosfer.
1. Pengobatan Kausal
Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada
amoeboiasis, dan sebagainya.
1. Pengobatan Tambahan
Perbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan napas.
2.7 WOC
DOWNLOAD : WOC ASKEP EMPIEMA
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas pasien
1. Nama
2. Umur
Terjadi pada segala umur, sering pada anak umur 2-9 tahun.
1. Suku/ bangsa
2. Agama
3. Alamat
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Keluhan utama
Batuk, mual, demam, sesak, dypsnea
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Klien dengan riwayat penyakit masa lalu yang berkaitan dengan riwayat penyakit saat ini
misalnya batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh akibat infeksi.
1. Riwayat keluarga
Riwayat penyakit keluarga, misalnya asma ( genetik ) memeiliki peluang besar untuk
terserang empiema
1. Riwayat lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang
juga berperan dalam memperburuk keadaan klien dengan empiema.
3.2 OBSERVASI
1. Keadaan umum
1. Suhu
2. Nadi
3. Tekanan darah
4. B1 ( Breathing )
1. Pemeriksaan persistem
Nafas pendek batuk menetap dengan produksi sputum, riwayat pneumoni berulang, episode
batuk hilang timbul.
1. B2 ( Blood )
2. B3 ( Brain )
normal
1. B4 ( Bladder )
normal
1. B5 ( Bowel )
Anoreksia
1. B6 (Bone )
normal
1. Aspek Psikososial
hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, penyakit lama
1. Aspek perawatan Diri
penurunan kemampuan melakukan ADL
1. Sistem Endokrin
pembengkakan pada ekstremitas bawah.
3.5 INTERVENSI
kriteria hasil
: - ( RR = 16-20 x/menit).
- pH = 7,35-7,45
- pO2 = 81-100 mmHg
- pCO2= 35-45 mmHg
- SO2 > 98 %.
Intervensi
1. Kolaborasikan untuk
pemberian O2
Rasional
1.
1. Kolaborasikan untuk
pemeriksaan Blood Gas
Analisis
1. Monitor nadi.
Untuk mengukur
kadar ion hidrogen ,
kadar asam dan basa
tubuh.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret,
kelemahan.
Tujuan
Kriteria Hasil
: 1. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas,
misal batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
2. tidak ada ronchi
3. tidak ada wheezing
Intervensi
1. Bantu klien latihan nafas
dalam dengan keadaan
semifowler. Tunjukkan cara
batuk efektif dengan cara
menekan dada dan batuk .
Rasional
1. Nafas dalam memudahkan
ekspansi maksimum paru
atau jalan lebih kecil. Batuk
adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas
yang alami, membantu silia
untuk mempertahankan jalan
nafas paten. Penekanan
menurunkan
ketidaknyamanan dada dan
posisi duduk memungkinkan
upaya nafas lebih dalam dan
lebih kuat.
2. Cairan ( khususnya yang
hangat ) memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Evaluasi respon pasen
terhadap aktivitas. Catat
laporan dypsnea, peningkitan
1. Pasien mungkin nyaman
kelemahan, dan perubahan
dengan posisi kepala tinggi,
tanda-tanda vital.
tidur di kursi atau menunuduk
ke depan meja.
2. Bantu pasien memilih posisi
2. Menurunkan stress dan
yang nyaman untuk aktivitas
rangsangan berlebih,
dan istirahat.
meningkatkan istirahat.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispneu, kelemahan,
anoreksia.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1. Mendiskusikan dan
1. Serat tinggi, lemak,air terlalu
menjelaskan tentang
panas / dingin dapat
pembatasan diet (makanan
merangsang mengiritasi
berserat tinggi, berlemak dan
lambung dan sluran usus.
air terlalu panas atau dingin).
2. Situasi yang nyaman, rileks
2. Menciptakan lingkungan yang
akan merangsang nafsu
bersih, jauh dari bau yang tak
makan.
sedap atau sampah, sajikan
3. Mengurangi pemakaian
makanan dalam keadaan
energi yang berlebihan.
hangat.
3. Memberikan jam istirahat
(tidur) serta kurangi kegiatan
yang berlebihan.
rendah
5. Kurangnya
pengetahuan, tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, sehubungan dengan kurangnya
informasi atau tidak mengenal sumber individu.
Kriteria hasil
Tujuan
: - pasien mampu melakukan perubahan gaya hidup dan mau
berpartisipasi dalam program pengobatan.
- Pasien mampu menyatakan pemahaman tentang kondisi penyakitnya ( dapat
menjelaskan pengertian atelektasis, menyebutkan beberapa penatalaksanaannya).
Intervensi
Mandiri :
1. Tentukan tingkat pengetahuan
dan kesiapan belajar klien.
Rasional
6. PKP Sepsis
Kriteria hasil
Tujuan
= 16-20 x /menit
Intervensi
1. Awasi suhu
2. Observasi warna, bau sputum
3. Dorong keseimbangan antar
aktifitas dan istirahat
4. Diskusi masukan nutrisi
adekuat
5. Kolaborasi pemeriksaan
sputum
6. Kolaborasi antibiotic
7. Perawatan luka WSD
8. Kultur sputum
Rasional
1. Demam dapat terjadi karena
infeksi dan atau dehidrasi
2. berbau, kuning atau
kehijauan menujukkan
adanya infeksi paru
3. Menurunkan konsumsi /
kebutuhan kesimbangan
oksigen dan memperbaiki
pertahan pasien terhadapa
infeksi, peningkatan
penyembuhan
4. Malnutrisi dapat
mempengaruhi kesehatan
umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi
5. Dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme
penyebab dan kerentanan
terhadap anti microbial
6. Dapat menurunkan beban
pernafasan akibat nyeri
pleura dan infeksi
7. Mencegah infeksi port de
entry mikroorganisme
8. Bertujuan untuk mencegah
penumpukan sputum akibat
infeksi bakteri dan untuk
mengetahui
sensifitas/kepekaan bakteri
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura. Awalnya
rongga pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering kali berlanjut
menjadi yang kental. Hal ini dapat terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura.
Empiema biasanya merupakan komplikasi dari infeksi paru (pneumonia) atau kantong
kantong pus yang terlokalisasi (abses) dalam paru. Meskipun empiema sering kali merupakan
dari infeksi pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika pengobatan yang terlambat.
Empiema sendiri diklasifikasikan menjadi Empiema akut dan Empiema kronis. Bisa
disebabkan oleh bakteri Stapilococcus, Pnemococcus, Streptococcus.
DAFTAR PUSTAKA