Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Pandangan konvensional atas akuntansi merupakan cara pandang
yang paling lazim. Tak heran pandangan konvensional atas akuntansi menjadi
ciri khas yang melekat pada diri seorang akuntan. dalam ilmu akuntasipun
pandangan konvensional masih menjadi ciri khas yang tidak dapat dilepaskan,
hal ini menimbulkan miskonsepsi di masyarakat seolah-olah pemahaman
konvensional merupakan satu-satunya cara pandang atas akuntansi. tidak
heran miskonsepsi tersebut sering ditemukan dikalangan akademisi dibidang
akuntansi, sehingga munculnya sikap monolithic dalam perilaku ilmiahnya
yakni dalam melihat, memahami dan menyikapi obyek-obyek kajian
keilmuannya. Disamping itu pemahaman konvensional telah dianggap sebagai
sesuatu yang taken for granted, maka inovasi-inovasi dalam bidang akuntansi
yang dapat berlangsung di dunia akademik khususnya perguruan tinggi,
kurang mendapat respon yang positif. dalam pemahaman konvensional,
akuntansi masih dipahami seperti definisi American Accounting Association
dalam A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dimana akuntansi
hanya sebagai Proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan
informasi ekonomis untuk memungkinkan dihasilkannya pertimbangan dan
keputusan yang tepat dan rasional oleh para pengguna informasi ekonomi
tersebut. (Belkaoui, 1992,p.22; Roslender,1992,p.2). Akuntansi ditempatkan
lebih dalam tataran praktis, yakni sebagai alat bantu pengambilan keputusan.
pengdefinisian akuntansi seperti ini tidak berarti salah dan keliru karena
rerangka konspetual terkait pengertian-pengertian akuntansi dan standar
akuntansi didapat dari rujukannya, memang akuntansi harus diletakan dalam
ranah praktis ini yaitu dengan memasukan decision usefulness sebagai kriteria
penting dalam menyeleksi prinsip atau konsep yang akan dipakai sebagai
acuan dalam pengembangan standar akuntansi. namun jarang disadari bahwa
penekanan yang berlebihan pada aspek praktis justru membuat akuntansi
terkungkung dan semata-mata untuk pengambilan keputusan yang nalar
(reasonable), sementara derajat tersebut merupakan kepentingan kreditur
dan pemegang saham semata. kenyataan demikian justru mengabaikan adanya
ukuran-ukuran keberhasilan lainnya. cara pandang kita mengenai akuntansi
terbukti masih konvensional artinya kita masih menempatkan diri pada posisi
dalam suatu konteks yang seakan-akan hanya ada satu cara pandang yang
benar dan tidak ada lagi kemungkinan lain sebagai alternatifnya. hal ini
membuat kita menerima apa adanya bahkan menyulitkan kita untuk melihat
adanya kesalahan (anomali, kekeliruan) yang ditimbulkan dari cara pandang
tersebut.
Padahal di sisi lain, jika ditelik lebih dalam mengenai akuntansi akan
ditemukan karakter-karakter keakuntansian yang dapat di sajikan dalam
berbagai dimensi, sudut pandang, paradigma, atau apa lagi sebutannya yang
preveren. Apakah akuntansi itu adalah suatu ilmu, atau mengandung ilmu, atau
bagian dari ilmu, atau mungkin tak ada kaitannya sama sekali dengan ilmu?
Hal itulah yang justru telah menimbulkan rasa penasaran bagi-(mungkin
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dipecahkan melaui telaahan dan kajian-kajian dari hasil penelitian atau teoriteori yang sudah dibangun oleh para ilmuan/peneliti sebelumnya, adalah :
1. Apakah Akuntansi Suatu ilmu ?
2. Jika akuntansi suatu ilmu, apakah masuk sebagai ilmu alam ataukah
sebagai ilmu sosial ?
BAB II
PEMBAHASAN
I.
LANDASAN TEORI.
Pengetahuan Akuntansi dapat dilihat dari beberapa definisi akuntansi
sebagai berikut : Akuntansi menurut Accounting Principle Board (APB) dalam
Statement No. 4 disebutkan: Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service
activity) fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama
yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihanpilihan logis di antara tindakan-tindakan alternatif. sedangkan American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam Accounting
Terminology Bulletin No. 1, tahun 1953 menyatakan: Akuntansi adalah seni
pencatatan, pengelompokkan dan pengikhtisaran dengan cara yang berarti,
atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, serta penafsiran
hasil-hasilnya. sementara beberapa pakar menyebutkan defenisi Akuntansi
sebagai berikut : Paul Grady dalam ARS No. 7, AICPA, 1965, mendefenisikan:
Akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi yang
secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklasiflkasikan,
memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterpretasikan seluruh
transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi
entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang
dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas
kepercayaan yang diterimanya. Kieso and Weygandt, menyatakan: Akuntansi
adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan
mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang
berkepentingan.
Berdasarkan definisi Akuntansi diatas terdapat beberapa hal yang
tersirat sebagai berikut :
1. Akuntansi sebagai alat untuk penyedia informasi
2. Akuntansi sebagai seni untuk mencatat, mengelompokan, nencatat,
mengelompokkan dan mengikhtisarkan, sampai pada seni menafsirkan
hasil dari transaksi keuangan.
3. Akuntansi sebagai body of knowledge atau seperangkat pengetahuan yang
dihasilkan dari suatu proses pemikiran yang menghasilkan konsep, prinsip,
standar, prosedur, teknik dalam rangka menyediakan informasi yang
berarti, sebagai pertanggungjawaban manajemen.
4. Akuntansi sebagai sebuah sistem yang mengolah input berupa kejadiankejadian ekonomi atau transaksi-transaksi bisnis dari satu kesatuan usaha,
sedemikian rupa melalui pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,
pengikhtisaran, dan pengkomunikasian hasilnya (output) berupa informasi
kepada pihak internal dan eksternal.
Jadi dapat disimpulkan Akuntansi adalah Seperangkat pengetahuan (body
of knoweldge)
tersebut dikenal dengan istilah paradigma, yaitu sudut pandang seseorang atas
suatu obyek.
Michael C. Jensen (1983) seorang ilmuwan terkenal dari Harvard
Business School dalam tulisannya yang menarik di jurnal The Accounting
Review, Volume LVIII, issue ke 2, thun 1983 dengan judul Organization
Theory and Methodology berkeyakinan bahwa akuntansi merupakan bagian
integral dari suatu organisasi, maka dengan perkembangan yang begitu pesat
dalam teori akuntansi, sangat tidak tepat jika para akuntan membiarkan begitu
saja hiruk perkembangan teori organisasi tersebut. menurut argumennya
Accounting is an integral part of the structure of every organization, and a
fundamental understanding of why accounting parctices evolve as they do anh
how to improve them requires a deeper understanding about organizations
than now exists in the social sciences (Jensen,1983). disamping itu Covaleski
dan Aiken (1986) mereka berargumen bahwa memasukan teori akuntansi
sebagai teori dasar dalam riset-riset akuntansi akan meningkatkan relevansi
temuan-temuan riset akuntansi mengingat tempat dimana akuntansi
dipraktekan, misalnya dalam bentuk sistem akuntansi atau control, adalah
didalam organisasi. mereka juga menambahkan bahwa kajian organisasi adalah
wilayah sosiologi juga sehingga mampu mengkaitkan aspek akuntansi dari
level mikro, meso dan makro sekaligus, walaupun teori teori sosiologi
terkesan sedikit lebih jauh berhubungan dengan akuntansi dibandingkan
dengan pengetahuan yang berada dalam domain kajian organisasi terapan
(applied organization studies).
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, kita dapat memperoleh
gambaran bahwa pertama; domain dimana akuntansi dipraktekan adalah
organisasi, kedua; konstelasi kajian atas organisasi berada dalam wilayah ilmuilmu sosial maka maka kajian akuntansi yang bersifat monopradigmatic atau
single perspective sulit untuk dapat diterima secara ilmiah. ketiga; pandangan
bahwa kajian atas masalah masalah akuntansi hanya dapat diselesaikan
menggunakan ilmu ekonomi adalah sempit karena banyak masalah-masalah
dalam organisasi yang tidak hanya diselesaikan dengan ilmu ekonomi tetapi
dapat memanfaatkan ilmu psikologi dan sosiologi. kondisi seperti ini bukan
sesuati yang luar biasa, dan hanya terjadi diwilayah keilmuan akuntansi,
melainkan kondisi yang sangat lazim dalam perkembangan dunia keilmuan
secara umum, yaitu saat induk dari suatu disiplin ilmu mengalami perubahan
maka cabang-cabang disiplin tersebut atau teknologi yang mendasarkan pada
disiplin tersebut akan turut mengalami perubahan. gagasan akuntansi sebagai
multiparadigmatic science bukanlah gagasan baru bahkan mungkin bukan
gagasan yang saat ini terbatas berada diranah sosiologi saja. bila dilihat pada
artikel Anthony Hopwood yang muncul The Accounting Review Volume 85
Issue No.2 dengan judul Whither Accounting Research ? (Hopwood,2007),
gagasan tersebut telah berkembang di Accounting Departement di Chicago
University diakhir tahun 1960an. dimana karya-karya sederet nama akuntan
terkemuka yang masih berstatus sebagai mahasiswa saat itu seperti Joel
Demski, Philip Brown, Ray Ball, Ross Watts dan lainnya dimana upaya-upaya
interdisiplinary studies telah dirasakan. fakta historis ini ingin mempertegas
akuntansi adalah multipleparadigm science dan bukan single paradigm
science.
b. Paradigma interpretif
Paradigma Interpretivisme adalah cara pandang yang bertumpu
pada tujuan untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial dari kacamata
aktor yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu keilmiahannya,
sebagaimana yang dijelakan oleh Burrell dan Morgan (1979), terletak pada
ontologi sifat manusia yang voluntaristik. Subyektivitas justru memainkan
peranan penting dibandingkan obyektivitas (sebagaimana yang ditemui pada
paradigma fungsionalis/positivistik). riset akuntansi dengan menggunakan
paradigma ini bertujuan memahami fenomena akuntansi/ praktik akuntansi
dari sudut pandang pelaku (akuntan/auditor, dll). Metode yang dipayungi
paradigma ini cukup beragam: mulai dari fenomenologi, etnometodologi,
etnografi, dan hermeneutika. dijelaskan Muhadjir (2000:14) pendekata
seperti ini merupakan penegasan mengenai pembangunan ilmu pengetahuan
yang tidak hanya terjebak pada konteks empirisme saja, tetapi
mengakomodasi kepentingan rasionalisme ilmu yang valid.
c. Paradigma kritis
Paradigma Kritis, berlawanan dengan positivism, dalam melihat
realitas. dalam paradigma positif, Fakih (2002) yang menatsir pemikiran
Jurgen Habermas, bahwa realitas tertinggi bukan kenyataan lahir yang dapat
dilihat indera, tetapi justru pada ruh atau gagasan, ilmu sosial lebih
dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari
segenap ketidakadilan, tidak boleh dan tidak mungkin bersifat netral.
paradigma kritis disisi lain memperjuangkan pendekatan yang bersifat
holistik, serta menghindari cara berpikir deterministik dan reduksionistik.
oleh sebab itu, mereka selalu melihat realitas sosial dalam prespektif
kesejarahan. paradigma Kritis bertujuan untuk
membebaskan/mengemansipasi dan merubah. Paradigma ini bertumpu
pada cara pandang bahwa masyarakat sedang dalam kondisi teralienasi.
Mereka hidup dalam suatu opresi ideologi yang dalam rangka
pembebasannya diperlukan suatu pergerakan kesadaran. Burrell dan
Morgan (1979) membagi paradigma ini dalam Radikal Humanis dan
Radikal Strukturalis. Radikal Humanis memandang perubahan dilakukan
lewat consciousness/kesadaran, sedangkan Radical Structuralism
memandang bahwa perubahan bisa dilakukan lewat perubahan structure
atau sistem. riset akuntansi kritis menggunakan teori kritis untuk
menurunkan metode riset. Teori Kritis Barat yang dijadikan acuan
umumnya berasal dari Frankfurt School: Horkheimer, Habermas, Althusser
dan lain lain. Teori Kritis Indonesia juga dapat digunakan, seperti:
Marhaenisme, 4 pilar Tjokroaminoto, dan lain lain.
d. Paradigma postmodern
Paradigma postmodernis bertujuan melakukan dekonstruksi yaitu
memasukkan pemikiran/ide/konsep yang biasanya terpinggirkan ke dalam
diskursus utama (logosentris) untuk menafikkan kebenaran tunggal.
menurut Rosenau (1992:15) terdapat dua aliran postmodernisme yaitu aliran
skeptis dan aliran afirmatif. Aliran skeptis dicirikan atas pesimistik, negatif,
gloomy assesment, melihat abad postmodern telah terfragmentasi, terjadi
disintegrasi, malaise, tak memiliki makna, hilangnya parameter, moral dan
masyarakat chaos se biasanya menolak semua kebenaran karena kebenaran
dibentuk dan secara mudah dapat digagalkan keabsahannya. Sedangkan
aliran afirmatif masih memiliki pandangan yang lebih konstruktif. Kajian
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Akuntansi dikategorikan sebagai Ilmu pengetahuan sosial, karena
akuntansi tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan organisasi sosial yang
bersifat terbuka. karena akuntansi berinteraksi antar manusia atau kelompok
manusia dalam kehidupan sehari-hari maka akuntansi juga berkembang sejalan
dengan perkembangan budaya manusia. berkembangnya praktek akuntansi tidak
terlepas dari terus meningkatnya pemahaman atas ilmu akuntansi itu sendiri. teori
akuntansi positif yang masih mendominasi penelitian akuntansi mendapat kritik
tajam karena menurut teori ini akuntansi dikatakan bebas nilai (value free).
akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai bebas nilai karena akuntansi tumbuh dan
berkembang dalam organisasi dimana organisasi tersebut berada dalam masyarakat
yang penuh dengan ketidakpastian. atas kritikan ini munculah pendekatan
sosiologi yang syarat dengan nilai.
Ilmu pengetahuan yang terus berkembang, ternyata terus berpengaruh
terhadap akuntansi dalam ilmu sosial dengan munculnya berbagai cara pandang
tentang akuntansi yang dikenal dengan paradigma. prespektif interdisiplin dalam
akuntansi dapat dilihat dengan munculnya Akuntansi keperilakukan yang bertujuan
untuk meningkatkan praktik akuntansi yang lebih baik dan mengajarkan anggota
organisasi tentang aspek-aspek non teknis kehidupan nyata organisasi untuk
pengembangan karir mereka. disamping itu Sosiology sebagai salah satu
interdisipliner akuntansi pun mengalami perkembangan dengan munculnya
berbagai pandangan seperti pandangan fungsionalis, pandangan interpretif, critical
theory (pandangan humansi radikal dan pandangan strukturalis radikal) serta
postmodernism.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Malang
Penulis.
September 2015.
MAKALAH
AKUNTANSI SEBAGAI SAINS ALAM ATAU SAINS SOSIAL
Dosen :
Dr. Ari Kamayanti,SE.,MM.,MSA.,Ak
OLEH :
RONAL SEMUEL BLEGUR
NIM.156020304111010
IWAN FITRAH
NIM.156020304111013
DEDY SURYANTO
NIM.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
I.
Latar Belakang
II.
Rumusan Masalah
i
ii
1
1
2
Bab II Pembahasan
I.
Landasan teori
II.
Kajian hasil penelitian
3
3
4
11
11
Daftar pustaka
iii